Rabu, 15 Februari 2012

Medulloblastomas VERSI gue


Tentang Medulloblastomas.

Kenapa gue bahasmedulloblastomas? Karena penyakit ini gue bahas di novel gue. Ya gimana-gimana hobby gue nulis novel, entah bagus apa jelek yang penting nulis dan alhamdulilah novel itu selesai.

Penyakit itu kan banyak, kenapa gue milih penyakit ini di novel gue? Ya karena gue maunya ini dan ya hati gue berkata penyakit ini aja.

Medulloblastomas, kalian pasti tau penyakit ini. Tentunya berhubungan dengan otak, kepala, dan kematian. Jelaslah, dari bahasa ilmiahnya aja udah ketauan geh ini salah satu jenis dari penyakit yang bersarang di otak. Jelas kan? Sisanya cari tau sendiri yak ^_^ Haha ini nih salah satu jenis kanker otak yang mematikan dan mudah-mudahan lo nggak bakal ngidap penyakit ini. Amin,

Ciri-ciri medulloblastomas nggak beda jauh sama penyakit lain pokoknya. Cari tau sendiri yak. Hahaha

Di novel yang lagi gue buat, penyakit ini nih buat gue masuk ke dalemnya. Seandainya gue jadi tokoh di novel itu, lebih baik gue cepet ke surga dah dari pada nahan penyakit yang bagi si tokoh adalah kesempurnaan hidupnya. Aneh ya, sakit parah geh di anggep sempurna. Ckck tapi-tapi yang nulis novelnya mah nggak aneh yang jelas. ^_^

Di novel gue yang lagi gue tulis itu, sebenernya inti masalah bukan pada penyakit tapi tentang kesempurnaan hidup seorang cewek yang pada akhirnya kesempurnaan itu menjadikan dia bertanya pada malaikat yang menjaga dirinya. (ngayal banget isinya)

Awalnya si tokoh nggak nggak sadar tentang ini penyakit karena dia ngira itu penyakit berhubungan dengan otaknya yang di hantuin sebuah cinta yang bertaburan di neraka. Karena si tokoh ini gue gambarin sebagai cewek yang cerdas dan sempurna di segala hal termasuk di kisah cintanya, dia meriksain diri ke dokter. Dokternya nggak lain dan nggak bukan masih ada hubungan keluarga sama ini tokoh utama. Eh ternyata dia sakit medulloblastomas dan tentunya si dokter kaget.

Dokter itu nggak nyangka seorang cewek, keponakannya sendiri sakit kayak gitu. Dari pemeriksaan wawancara kayak di semua penyakit terus mulai dah pake alat2 kedokteran kayak CT-SCAN, PET-CT, MRI dan sebagainya. Untungnya pamannya ini ngebiayain pemeriksaan dan ortunya nggak tau sama sekali tentang penyakitnya itu.

Si tokoh itu minta sama pamannya itu ngerahasiain dan ketika si tokoh di suruh menjalani pengobatan kayak brachytherapy, atau pake alat2 penunjang layak linier accelerator, dia nolak. Dia nggak bego, dia tau kalau pengobatan itu akan memakan waktu banyak dan dia mau UN. Akhirnya, dia minta waktu 1 tahun untuk menunda pengobatannya.

Nah tau kan namanya penyakit dimaa-mana itu nggak enak? Gue aja bete kalo pilek apalagi medulloblastomas? Hanah, jangan sampe dan gue kena, siapapun kena jangan sampe. Amin.

Si tokoh ini mulai ngalamin seizure. Seizure itu emang penyakit biasa aja tapi ini nih ada sebabnya. Bukan karena faktor keturunan tapi karena faktor penyakit lain yang menyebabkan seizure.

Seizure beberapa kali, kejang2 beberapa kali dan nggak ada yang tau karena si tokoh ini pinter ngendaliin keadaan saat penyakitnya nimbulin penyakit laen. Bahkan pacarnya aja nggak menyadari karena dikira seizure biasa. Dan ketika di periksain ke rumah sakit, si tokoh ini bilang baik2 aja karena memang si pacarnya itu nggak ikut masuk ke ruang dokter.

Dari seizure, pandangan dia mulai kabur, dan sakit kepala yang tadinya biasa aja mulai ngerangsang hal-hal aneh. Semakin kabur dan kadang ngeliat nggak jelas dan semakin sakit kepalanya kayak meledak. Pokoknya kalo ada kenyataan yang ngalamin penyakit ini, tabah banget.

Tapi, si tokoh ini memang cerdas di segala hal termasuk cerdas meyakinkan orang2 di sekitarnya bahwa dia baik2 saja. Dia juga mikir, kalo selesai UN, dia bakal berobat juga. Eh lama-lama pendengarannya berkurang dan dia cenderung sok cuek sama orang padahal karena dia itu nggak denger atau kurang denger.

Itu masih mending, dia kadang lola alias lemot untuk ngerespon orang. Bukan karena dia nggak mau tapi otaknya itu udah sakit. Bayangin aja, neuron-neuronnya menembak 500kali per detik. Kan parah banget tapi tetep aja, dia minta pamannya untuk diem atau dia akan mengakhiri hidupnya sendiri.

Nah nih tokoh kan sempurna banget hidupnya, punya pacar yang setia dan mereka udah pacaran 4 tahun, punya kakak yang sayang banget sama dia, punya sahabat yang ngertiin dia, dan punya bokap yang sayang sama dia terus semua temen-temen dia itu nggak ada yang benci alias suka semua sama dia. Tapi hidup tanpa masalah itu bukan hidup.

Dia punya masalah besar terhadap Tuhan dan takdirnya, terhadap Ibu dan Malaikatnya, terhadap hati dan otaknya. Ya yang jelas dia ingin menentang takdir Tuhan dimana dia di lahirkan dari rahim ibu kandungnya, dia ingin menentang semua itu. Awalnya dia nggak mau nentang takdirnya karena masih ada kakak dan ayahnya tapi semakin lama dia ingin menentang walaupun dia tahu, itu hal yang mustahil.

Dan semakin lama, dia semakin marah dengan takdir yang di gariskan Tuhan untuknya. Dia benar-benar menyalahkan takdir tapi, dia juga bersyukur Tuhan memberinya takdir untuk dicintai oleh ayah, kakak, pacar, dan tema-temannya.

Sampai suatu hari neuron-neuron di otaknya terus menembak tidak berhenti, sampai seizurenya sering kambuh, sampai pandangannya terlalu kabur, sampai suara-suara di sampingnya sulit terdengar, sampai kesempurnaan hidupnya mulai di pertanyakan pada Tuhan, sampai malaikatnya pun hanya bisa diam, sampai para peri pun hanya bisa tersenyum, dan dia mulai bertanya tentang hidupnya pada hatinya, bukan pada malaikat penjaganya.

Dan dia berharap pada Tuhan bahwa wanita yang dalam akta kelahirannya itu adalah ibu tirinya maka dia akan memafkan penderitaan batin selama 16 tahun yang dialaminya. Dia beharap, memohon, berdoa, dan meminta pada Tuhan agar wanita itu ibu tirinya namun, Tuhan tidak bisa mengabulkan karena bagaimanapun wanita itu ibu kandungnya.

Dan mulailah kesempurnaan itu hilang lagi, mulai dari cinta, pemikirannya bahkan tubuhnya. Dia merasakan hal-hal yang aneh, janji-janji yang aneh dari malaikat dan peri yang dikenalnya. Semakin aneh dan semakin aneh. Dia bertanya pada pamannya apakah penyakit itu yang menyebabkan keanehan itu namun pamannya hanya diam, dia tidak mampu menjawab. Dan si tokoh ini mengerti tentang semuanya.

Semua orang berkorban untuk kebahagiaannya, berusaha tersenyum selama 16 tahun hanya untuk dirinya, berusaha melakukan semua hal yang baik2 saja demi dirinya dan akhirnya dia tahu, semua orang terlalu baik untuknya demi menghilangkan pikirannya tentang ibu kandungnya.

Si tokoh ini banyak tau tentang ilmu kedokteran, gimana-gimana ayahnya seorang dokter dan dia juga anak yang serba ingin tahu. Sampai suatu saat dia membeli obat-obat untuk menghilangkan rasa sakit pada kepalanya yang sebenarnya obat itu akan memperparah penyakitnya.

Dia tetap seperti biasanya, tidak ada yang tahu tentang penyakitnya kecuali pamannya.

Oh iya UN dia gagal total tapi dia nggak tau kalau dia nggak lulus karena saat pengumuman, amplop nya tidak bisa dia baca sama sekali. Bahkan penglihatannya lebih parah dari sebelumnya, untung aja nggak ngalamin seizure lagi.


Nah gue nggak tau mau jelasin gimana yang jelas novel gue ini ada 171 halaman, dan jujur, gue yang nulis novelnya aja nangis karena kebawa cerita tapi, untuk bagus apa jeleknya pembaca menilai sih gue belum begitu banyak tau karena baru temen2 gue aja yang nilai.

Yang jelas endingnya dia menemui Tuhan untuk mempertanyakan takdirnya dan dia berjalan bersama malaikat penjaganya.


Sumpah ya dan jujur, udah belajar ini penyakit paleng pula, eh waktu mempelajarinya merinding pula gara-gara ngeri. Tabah banget yang ngidap penyakit ini ^_^

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...