Minggu, 27 Desember 2015

3 Desember

Dimulai dari pagi yang gue ikut mata kuliah manajemen investasi. Berhubung semalem gue tidurnya terlalu larut, alhasil gue agak ngantuk akut di ruangan. Untung gue selalu suka duduk paling depan jadi walaupun ngantuk tetep gak bisa tidur beneran. Dan tentu saja, seenggaknya ada yang masuk ke otak.

Okee kamudian, karena jam selanjutnya masih lama. Tadi selesai manajemen investasi kan masih jam 11 tuh, ehhh mata kuliah berikutnya jam 1 siang. Alhasil lama kan kalo gue duduk melulu dikampus. Yasudah, gue otw ke sekret LPM Raden Intan Lampung. Disana, gue ngobrol kemudian gue duduk cantik didepan layar komputer yang memang ada disekret. Nah, gue ngetik cerpen. Judulnya belum ada sih tapi isinya ada tokoh cewek namanya Alera. Tokoh lain namanya Nev, dll.

Ehh gak kerasa waktu udah menunjukkan pukul 12. Harus makan, sholat, dll. Yaudah makan dulu. Kemudian tiba-tiba udah jam 1 kurang 5 menit. Yaudah langsung otw ruangan kuliah. Ternyata. Karena dosennya ada keperluan mendesak, jam kuliah diundur jadi jam 3 sore. Iya. Jam 3 sore dan digabung sama anak kelas F. Hei, 2 kelas jadi 1? Ramainyaaa.

Tapi ada yang bilang gue seneng karena ‘kata mereka’ iyaaa ‘kata mereka’ lohh ada yang gue suka disitu. Gue mah terserah apa kata mereka deh. Tapi sejujurnya, gue lebih suka jam 1 aja soalnya lelah loh jam 3 itu. Harusnya kan waktu segitu lamanya bisa gue pake untuk bobo cantik dirumah.

Kemudian, balik lagi lah gue ke gedung PKM alias ke lantai 2nya tempat sekret LPM. Disana gue ngobrol-ngobrol sih. Ngajak kawan sekelas gue juga sii Annisa. Sambil nunggu jam 3 hihi.

NEXT – jam 3

Gue masuk ruangan. Duduk paling depan biar gak ngantuk. Ehh kata Yunda alias Ike, duduk samping dia aja karena ada si cowok XXX itu loh yang gosipnya gue suka sama dia. Aduh. Langsung deh gue nolak. Alesannya, gue lebih suka duduk depan. Lalu, gue gak mau dikira cewek apalah atuh kok pengen deket-deket cowok yang itu tuhh seolah gue lebay banget kan ^^

Duduklah gue. Si cowok itu belum masuk sih. Mungkin dia telat. Atau dia gak masuk. Tapi tadi siang sih gue liat dia masuk (loh loh?) cuman liat hei jangan lebay. Oke?

Duduk manis. Kebetulan ada kelompok yang presentasi. Gue nanya. Dan gue juga ngasih tanggapan. Eh, iseng kan yaa serius entah iseng atau refleks, gue nengok ke samping. Ehh entah gue baper atau gue yang salah menilai, itu anak lagi ngeliatin gue yang ngomong. Haha. Otomatislah gue salah tingkah. Jleb. Langsung bibir gue seolah membeku gitu.

Kemudian dosennya jelasin ini dan itu. Gue khusuk dengerin dengan tenang. Biar masuk otak gitu. Sekalipun gak masuk siapa tau inget dikit ehh nanti juga masuk otak. Gitu sih.

Kemudian tetiba, dosennya ngumumin ada beberapa nilai UTS yang udah dikoreksi. Gue dag dig dug merasa UTS kemaren jawaban gue mengerikan. Yaudah dan yaudahlah gue pasrah. Yang penting udah ngerjain sepenuh hati.

Tetiba dosennya nyebutin nama gue, nilainya bagus. Oke. Gue senengnya wow banget rasanya. Terbang loohhh terbang. Jeda beberapa detik. Dosennya nyebutin lagi satu nama. Hei. Itu nama cowok XXX. Aduhh, sengaja bener rasanya Pak Dosen ini. Malunya gue udah paham seperti disengaja dan rasanya emang sengaja atau kebetulan kah?

Oke dan itu diulang 2 kali.

Kemudian jeda beberapa menit. Bahas materi lagi. Kemudian mau penutup kan karena udah selesai. Ehh tetiba dosennya bilang ke gue kalau nyari entahlah jodoh atau apa tadi itu yang pinter. Gue langsung nyengir udah paham maksud dosennya kemana. Terus ngomong apalagi gitu. Kemudian dibilang lagi kalau pinter itu blablabla. Jelaslah tujuannya ke siapa. Ehh langsung bilang ‘contohnya si XXX’

JLEB.

Rasanya gue itu entah malu atau apa. Mungkin muka gue udah macem udang rebus kali yaa. Gue cuman senyum aja sama pak dosennya. Iya. Senyum malu gitu hihi.

Oke. Kemudian pulang.

Di tangga. Kawan-kawan gue heboh cia-cie-cia-cie. Gue yaampun entahlah, entah malu atau apa. Gue juga kurang paham dengan tingkah gue sendiri.

Kemudian gue cerita lah sama nyokap. Ehh nyokap gue malah ikut gangguin pula. O_o bisa gitu. Adek gue yang denger juga cuman diem aja. Gak belain gue atau apa kali. Unik emang.

Entahlah kenapa bisa gue digosipin begitu. Ehh, yakin gosip? Entahlah haha yang jelas gue klarifikasiin lagi kalau aaaaa entahlah. Gue heran. Ini bukan salah siapa-siapa kenapa ada berita gini. Simpel kata, udah salah gue aja deh ^^

Seriusan. Salah gue aja. Bukan salah kawan-kawan gue atau siapapun apalagi salah artis idola gue. Jelas, si artis gak tau apa-apalah. Hoho.

Sekian.


Puisi, 27 Desember 2015 "Saat Kelas Menulis Puisi FLP Lampung"

Judul : Kamu


kamu tahu
aku tahu
hanya saja,
tidak ada alasan
kenapa kamu harus percaya,
ucapanku
kenapa aku harus percaya,
ucapanmu
bukan tentang kita,
tapi kamu
titik

melepas bukan berarti terlepas
hanya saja,
aku lelah
titik

kamu tahu
dan,
aku tahu itu

bukan tentang kita,
tapi kamu
titik

Aneh - (Cerpen Lama-Jadul Banget haha)

Aneh

Aku sudah menyiapkan sebuah hadiah manis untuk tunanganku, Crisi dan kuharap ketika aku tiba di Bali, dia akan menyambutku dengan senyuman.

Menurut jam tanganku, beberapa menit lagi aku akan tiba di Bandara namun, ada yang membuatku merasa aneh dengan beberapa pramugari yang berkeliaran dengan wajah masam. Ada apa dengan mereka?

“Maaf nona, kau merasakan keanehan tidak?” Tanyaku pada seorang wanita muda yang tepat duduk di sampingku. “Bukankah raut wajah mereka sangat aneh, mereka terlihat panic.”

“Mereka juga tadi berbisik, mencari seorang dokter.” Jelasnya, dia memberikan kartu nama, tertulis, namanya Anida. “Saya merasa ada yang mengganggu pikiran saya tiba-tiba, ini aneh.”

Aku memandang Anida lalu memejamkan mataku. Entahlah, aku tidak bias beristirahat atau berpura-pura tidak melihat kepanikan beberapa orang.

“Maaf mengganggu semua penumpang, apakah ada yang mengerti cara mengendalikan pesawat?” Tanya seorang pramugari melalui pengeras suara. “Ini darurat, pilot dan beberapa orang yang bekerja pada pesawat ini tewas.” Jelasnya dan seluruh penumpang panik. “Radio atau alat komunikasi lainnya tidak ada yang bisa berfungsi sama sekali.”

Aku beranjak dari tempatku duduk dan meminta penjelasan tapi, tidak ada yang bisa menjelaskannya padaku satu pun.

Seorang pria menghampiriku yang terus berteriak meminta penjelasan. Dia menunjukkan tanda pengenalnya, seorang polisi. Baiklah, ada seorang polisi di sini, mungkin ini akan lebih baik.

“Bagaimana keadaan pilot dan co pilot?” Tanya polisi itu kepada seorang pramugari, dia menunjukkan jalan agar kami mengikutinya.

Astaga! Tinggal pilotnya saja yang masih bernafas itu pun terlihat sangat kacau. Ada yang terjadi? Apa dia sakit? Atau dia tiba-tiba terkana serangan jantung? Mengapa harus saat aku yang menumpangi pesawat ini.

“Apa sudah menghubungi…..” seorang polisi yang bernama Hadi itu mulai panic, pembicaraannya di potong.

“Tidak, kami tidak bisa menghubungi siapapun,” Katanya memperjelas. “Ini sebuah kesengajaan.”

“Baiklah, berapa menit lagi kita sampai?” Tanya Hadi, pramugari itu menggeleng bahwa itu sia-sia saja. “Baiklah, berapa lama lagi tuan ini bisa mengendalikan pesawat?” Tanyanya lagi, pramugari itu diam.

Para penumpang panic. Mereka sangat takut dengan apa yang terjadi. Bukan mereka tapi, aku juga takut. Bagaimana tidak, Crisi akan menungguku di hari ulang tahunnya dan dia pasti kecewa, dia akan khawatir, dia akan sedih jika aku tidak bisa tiba di Bali dengan keadaan selamat.

Aku kembali pada tempat dudukku semula. Nona cantik yang semula terlihat ramah itu mendadak menangis dan aku berusaha menenangkannya.

“Baik, kita aka mati, mati!” Dia bicara sambil menundukkan kepalanya. “Aku harus berdoa pada Tuhan agar aku masuk surga.”

“Pesawat akan mendarat darurat.” Kata sebuah suara, aku tidak ingin memperhatikan siapa yang bicara, entah dia manusia atau malaikat dari neraka. “Mungkin akan sedikit terjadi kecelakaan, kita akan mendarat di sebuah hutan.”

“Ini sebuah pembunuhan!” Anida berteriak sendiri. “Aku hanya gadis biasa! Aku bukan seorang anak  pengusaha atau pejabat harusnya aku tidak mati seperti ini!”

Kami mengenakan sabuk pengaman dengan benar dan tentu saja, jantungku berdetak tidak karuan. Ini seperti perasaan menuju neraka. Benar saja, ini seperti mimpi yang tidak pernah kubayangkan dalam kenyataan.

Pesawat berhasil mendarat di sebuah hutan, di padang rumput yang sedikit gersang. Aku cukup senang melihat dari jendela bahwa kami berhasil mendarat tapi, pilot tewas.

“Aaaa!” Teriak seisi pesawat ketika ledakan terjadi di bagian belakang. OMG! Aku melepas sabuk pengamanku dan segera keluar pesawat dengan beberapa penumpang lain.

Lari-kami harus berlari tapi, tubuh kami terluka akibat sedikit ledakan itu. Lari, kami harus lari bagaimana pun itu. DOOR! Ledakan terjadi lagi.

Aku tidak terlalu  bodoh untuk mengenali ledakan itu. Itu sebuah bom kecil. Ini benar-benar membuatku tidak percaya.

Lari! Kami berlari sejauh mungkin dan BUM, pesawat meledak!

“Aku selamat.” Kataku dalam hati. “Baiklah, aku selamat dari pesawat itu tapi, aku dimana, kami dimana?”

Seorang wanita berteriak histeris! Dia kehilangan adiknya dan kekasihnya. Dia terus berteriak dan menangis! Mereka tentu saja tidak selamar, pesawat itu meledak dengan begitu rapi.

“Saya polisi!” Kata Hadi, dia mengeluarkan senjatanya. “Kecelakaan ini sudah terencana namun, salah sasaran.” Lanjutnya. “Harusnya yang di ledakkannya adalah seorang anak yang ingin berlibur tapi, dia tidak menumpangi pesawat ini.”

“Jadi kami tidak lebih penting dari anak itu! Hah!” Semuanya berteriak pada Hadi. “Baiklah, kau gila!” Seorang wanita menampar keras wajah Hadi

Hadi menghitung jumlah penumpang yang selamat. 21 manusia, 21 orang, masih tersisa 21 orang. Baiklah, ini cukup bagus.

Gersang, kering, dan tidak ada minuman atau makanan. Ada pepohonan yang kira-kira berjarak beberapa ratus meter dari sini. Kami berjalan perlahan.

Ini musim kemarau dan tentu saja hutan pun sedang miskin. Oke, baiklah, aku harus berusaha bertahan hidup sampai bantuan datang.

“Bukankah itu jambu?” Tanya seorang penumpang lalu aku melirik, ya, itu hambu biji. Dia berlari lalu memanjat pohon itu dan memakannya. Kami lapar dan kami benar-benar lapar.

“Kita disini untuk hidup, kita memiliki tujuan dan kita harus bekerja sama!” Kataku menjelaskan. “Apapaun kecuali yang beracun, kita harus mengisi perut kita dan jangan mengeluh!”

“Aku ingin hidup! Aku ingin pulang! Aku harus merawat Ayahku yang sakit! Aku harus ….” Anida duduk, menangis dan menangis.

Kami bertahan hidup untuk hari ini. Kami tidak bisa tidur malam dan kami berkumpul membuat sebuah lingkaran. Untung saat aku SMU, aku mengikuti kegiatan pramuka dan aku bisa menghidupkan api dnegan batu. Baiklah, ini sudah membantu.

Ada seorang Ibu yang menangis, seorang anak yang meminta makan, seorang remaja yang terus marah-marah pada Hadi, dan kami semua terus saling menyalahkan atau pasrah.

“Kau tidak menyalahkanku?” Tanya Hadi padaku.

“Kekasihku akan khawatir dan akan marah jika besok aku tidak ada di Bali.” Aku tersenyum padanya. “Lebih baik aku memikirkan bagaimana kita bisa kembali dari pada terus menyalahkanmu.”

Senyumku begitu terpaksa dan amat terpaksa. Baiklah, ini masih bisa menghiburku sedikit. Apa? Ini apa dan apa, semua ini apa? Itulah pertanyaan pada otakku yang tercatat tapi, aku tidak berani bicara. Sudah banyak penumpang yang mewkiliku berbicara.

Baiklah, ada hal baik yang kudapat. Ternyata ada salah seorang dari kami yang pecinta alam, dia berarti sudah mengerti bagaimana keadaan hutan-hutan di Negara ini. Kuharap tempat ini tidak jauh berbeda.

Matahari di atas tersenyum seakan menyemangati kami tapi, itu matahari, dia memang selalu tersenyum tiap pagi.

Kami berjalan kembali, mencari jalan keluar. Tentu saja, kami harus berjalan. Alat komunikasi pesawat sudah terbakar dan akan bodoh jika kami menggunakan handphone. Bodoh sekali.

“Paman, aku haus.” Kata seorang anak kecil, dia sendiri, dia naik pesawat sendiri tanpa kedua orang tuanya.  Hebat sekali dia hanya saja, nasibnya kurang beruntung kali ini. “Paman,” Dia memandang Hadi. Gadis itu masih kecil, rasanya dari tinggi dan gaya bicaranya, umurnya masih 9 tahun.

Ada sebuah pohon kelapa disana, akan paman ambilkan.” Kata Hadi.

“Ini pisau kecil, siapa tahu membantumu.” Kata seorang remaja laki-laki. “Kau bertanya mengapa aku bisa membawa senjata ini dalam pesawat?” Tanya remaja itu pada Hadi, Hadi diam. “Baiklah, aku lebih pintar untuk melakukan kenakalan tapi, ini berguna untuk saat ini.” Dia meberikan pisau kecil itu pada Hadi.

Aku di bawah pohon kelapa. Melihat Hadi mengambil buah kelapa itu dan PLAK! Buah kelapa itu menjatuhi kepalaku. Seketika aku pingsan.

“Tuan.” Seorang wanita memanggilku, aku tersadar. Dimana aku? Aku merasa seperti mimpi, aku di pesawat. “Tuan, anda baik-baik saja? Mengapa Anda berteriak?” Tanya wanita yang di sampingku.

“Kau malaikat?” Tanyaku,

“Anda tertidur dalam pesawat ini dan mungkin Anda bermimpi.” Jelasnya, aku melihat sekeliling dan memukul wajahku. Sakit! Hah! Aku bermimpi dan pesawat ini baik-baik saja. Baiklah, kami selamat dan itu hanya mimpi.


Crisi menjempurku di Bandara, dia langsung memelukku seolah sudah satu abad tak bertemu. Aku mencium keningnya dan berjanji tidak akan pergi jauh-jauh darinya.

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...