Rabu, 29 Mei 2019

C

Catatan ini telah dihapus.

B

Mungkin dari sekian banyak hal sudah saya maafkan.
Tapi...,
Ada satu hal yang mungkin saya harus berpikir ratusan kali untuk memaafakan.
Dan, kamu tahubapa itu.

Thanks

Pulau Pinang, Malaysia

                                                                Aula Nurul Ma'rifah
Aula Nurul Ma'rifah





A

Haruskah ikhlas?
Tentu.
Hanya saja ikhlas bukan artinya hilang ingatan.
Mian

The Halal Premium Restaurant

Foto ketika sarapan di 'The Halal Premium Restaurant' yang ada di Thailand
Halal kok disini dan enak-enak makanannya.



Istana Negara (Kuala Lumpur, Malaysia)

Foto ini diambil sekitar jam 7 pagi waktu Malaysia. Kalau gak salah tanggal 31 Mei 2019 dimana tepat hari kepulangan gue dari Malaysia setelah keliling-keliling.

Istana Negara - Malaysia




Ini asli kejer-kejeran sama waktu karena tiket pesawat gue dapetnya jam 11 siang. Masih lama tapi setidaknya kalau penerbangan Internasional, gue mau 4 jam sebelumnya harus udah dibandara wkwk. Maklum tiket mahal belum lagi di negara orang, beda rasanya kalo ketinggalan pesawat ^^

Selasa, 28 Mei 2019

Kaget aja

Kaget aja ketika tadi siang kawan gue ke rumah buat ngobrol doang. Ehh ketika mau pulang, 'la, katanya lo deket sama si A ya'

Disitu gue kaget. Loh deket darimana? Heii. Jangan ngada-ngada.

Kawan gua bilang tau dari orang.
Hei.
Gue deket sama siapa pasti orang tau jadi gak mungkin kan gue deket sama orang diem-diem. Lucuuk.

Lalu bilang, 'tapi lo ada rasa gak?'
Gak ada. Kalaupun kawan, ya kawanan biasa aja bahkan gue lebih deket sama yang lain tapi gak digosipin haha.

Lalu kawan gue bilang lagi 'iya, gua aja gak percaya waktu denger. Masa iya sih?'

Haha yang denger aja gak percaya apalagi gue yang barusan denger. Aneh. Kayak sesuatu yang gak terduga aja sampai ada yang berkata hal sedemikian rupa. 

Hm,
Aku punta banyak temen jadi kalau deket yang spesial, jelas temen-temen yang lain tau. Soal hati, entahlah, ada beberapa hal yang menurut gue unik.

Jadi, intinya.
Lucu aja.
Bisa kawan gue dapet kabar aneh begitu. Mana katanya dia dengernya udah agak lama. Gue ngakak guling-guling dongs tapi yaudahlah, salah gue juga kali akrab dengan orang yang persepsinya beda

Minggu, 12 Mei 2019

Bahan novel 3 (cius?)

Hari itu, saya ingat.
Saya sempat berbohong sama salah satu orang terdekat kamu kalau kamu baik-baik saja
Tapi, kamu gak baik-baik saja.
Kamu terluka.
Mungkin
Atau kamu gak sadar sedang melukai diri kamu sendiri.

Keluarga kamu hari itu khawatir.
Karena ada sesuatu yang mereka lihat pada diri kamu berbeda.
Alhasil, kamu bilang ke saya agar mengatakan kamu baik-baik saja.
Kamu berkata, bahwa cukup dia yang menghadapinya, orang lain jangan tahu.

Loh, saya tahu.
Tapi, saya tahu kenapa kamu gak mau membaginya dengan keluarga kamu.
Kamu gak mau membagi beban.
Sesuatu yang luar biasa.
Padahal, sejujurnya, apa yang terjadi dengan kamu ketika itu, kamu butuh orang2 terdekat kamu, keluarga kamu misalnya, ayah-ibu kamu.
Tapi, kamu berusaha memendam pikiran itu sendiri. Menutupi masalah kamu sendiri.

Lalu setelahnya, saat kamu berkata baik2 saja, kamu memilih ke luar kota, liburan mungkin atau melarikan diri?

Saya hanya heran, tapi saya tidak bertanya lebih lanjut.
Karena kalau bertanya, kamu mungkin akan menghindar memberikan jawaban bahkan mungkin terlihat bersembunyi.
Tapi, saya tetap bertanya.
Satu per satu dengan rentang waktu yang lama.

Kenapa gak sekalian?
Karena saya tahu, semakin ditanya, semakin lelah kamu berpikir. Karena kamu tahu, kamu juga memiliki andil kesalahan disana.
Dan biasanya, saya hanya akan mengomel lalu menakut-nakuti yang ujungnya, kamu kadang jadi diam hening.

Kadang saya berpikir, kenapa saya masih berteman dengan kamu?
Singkat, jika orang tersebut tidak melukai saya kenapa saya harus memusuhi atau bahkan tidak ingin berteman.
Tidak ada alasan.

Saya kadang heran sama kamu.
Kamu mendengarkan saya tapi setelahnya mengabaikan nasehat saya.
Tapi, entahlah, saya blm lelah untuk mengingatkan karena ...., saya berpikir jika saya tidak mengingatkan kamu, saya merasa kamu benar-benar akan jatuh dan akan kesulitan berdiri lagi.

Saya juga kadang heran sama kamu.
Saat masalah itu datang lagi, kamu memilih liburan dengak gak menghitung rinci berapa banyak uang yang kamu habiskan.

Oke. Saya suka liburan kalau lagi suntuk.
Tapi bukan saya lari dari masalah.

Tapi kamu...,
Kamu liburan justru..., saya merasa kadang kamu sedikit nambah masalah.
Yaa walaupun kamu kalau liburan ngasih tau kalai gak depresi-depresi amat tapi saya berpikir, kalau kamu hanya ingin melupakan banyak hal sejenak.

Tapi..., saya juga tahu kalau dalam perjalanan liburan kamu justru masalah itu ikut dengan kamu.

Jadi kadang saya mikir kalau kamu share foto liburan, share pergi kesana kesini keliatan bahagia, dikit-dikit keluar kota liburan, kemaren bilang lagi di kota a tau-tau beli tiket mau liburan lagu, dikit-dikit blablabla pokoknya tampak bahagia.
Sebahagia itukah kelihatannya?
Saya cuma gak habis pikir, kamu luar biasa menutupi masalah kamu yang seperti itu dengan senyuman.
Tapi setidaknya, saya tahu kamu mulai memperbaikinya.
Walaupun memperbaikinya butuh waktu yang lama...cukup lama.
Bahkan, saya pikir selain diri kamu, kamu butuh beberapa orang untuk membuat kamu agar benar-benar baik-baik saja.
Tapi, saya tahu, berat masalah kamu untuk diceritakan pada oranh lain.
Dan saya yang tahu, saya pun diam membisu karena...., sudahlah jangan dibahas

Sabtu, 11 Mei 2019

Bahan novel 2

Saya terkadang ingin menulis sesuatu tentang bagaimana kamu bisa bangkit.
Tentang bagaimana kamu terjatuh sejatuh-jatuhnya namun kamu bisa menghadapinya sendirian, tanpa siapapun hingga akhirnya kamu bicara pada saya.
Kamu membicarakan sesuatu yang gak pernah kamu bagi untuk siapapun.
Bagaimana beratnya kamu menghadapinya. Bagaimana mental kamu kuat menerimanya. Tapi pada akhirnya kamu kuat dan saya tidak ingin kamh terjatuh.

Mungkin jika saya diposisi kamu, saya akan benar-benar tidak bisa bersikap setenang kamu bahkan saya akan depresi terberat dalam hidup saya. Tapi kamu...., Kamu bahkan terlihat bahagia, hidup kamu tampak bahagia, dan kamu tampak tak memiliki masalah.

Tapi sejujurnya, saya tahu, apa yang kamu alami merupakan hal terberat bagi seseorang yang tahu dirinya salah namun sulit untuk membenarkan. Saya tahu, kamu bertarung dengan diri kamu sendiri. Saya tahu, kamu sulit untuk merubah satu hal yang mungkin terberat

Pada akhirnya, kesulitan kamu merubahnya membuatmu jatuh sejatuh-jatuhnya. Membuat kamu seolah hati itu bernyawa tapi tak hidup. Kamu kecewa. Iya. Kecewa dengan diri kamu sendiri. Kamu tidak dapat menyalahkan siapapun.

Tapi..,
Setidaknya, kamu sadar dan bangkit dari terjatuhnyaa kamu. Bagaimana kamu tertatih dan berapa lama kamu naik untuk ke permukaan lagi tanpa depresi berlebih. Setidaknya, saya tahu bagaimana kamu berproses tapi seharusnya, orang tahu hidup kamu tidak seperti yang orang bayangkan.

Saya ingin menulis tentang bagaimana seorang manusia (kamu) bisa menghadapinya.

Tulisan itu akan memperlihatkan pada beberapa orang kalau apa yang kamu alami adalah sesuatu yang gak semudah itu untuk kamu menyelesaikannya. Karena itu bukan masalah dengan orang lain atau kelompok tapi masalah tentang diri kamu. Masalah tentang cara pikir kamu dan bagaimana dulu kamu pernah memandang sesuatu dengan salah.

Sesuatu yang kamu sadar salah.
Bahkan bagi saya tidak rasional tapi tidak tahu bagi kamu.
Kamu sadar bahwa seharusnya kamu tidak berpikir seperti itu tapi kamu sulit mengenyahkan pikiran kamu yang....entahlah, bagi saya aneh.


Tapi saya tahu alasan kamu.
Saya tau bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu.
Tapi apapun itu, apapun kamu, saya tidak pernah membenarkan walaupun saya mengerti tapi bagi saya tetap saja salah.

Hanya saya, saya tidak bisa menulis spesifik. Bukan menyakiti hati kamu. Bahkan mungkin kamu akan maklum selagi saya tidak menyebutkan nama kamu tapi....., mungkin tulisan itu tidak dapat diterima beberapa orang bahkan akan berpikir berbeda jika tidak membaca keseluruhan tulisan.

Kamis, 09 Mei 2019

Cukup

Cukup.
Nanti kalau dilanjutkan kamu yang terluka.
Bukan saya.
Mungkin sedikit sedih tapi saya mungkin masih bisa menata hati dengan tenang.
Tapi kamu...,
Saya takut kamu yang terluka lebih banyak.


Jika benar.
Jangan teruskan.
Kamu akan terluka dengan saya.
Saya hanya tidak ingin melukai ketulusan seseorang.
Walau mungkin, saya sudah menyakiti kamu.

Kenapa?
Karena terkadang, saya lebih mementingkan logika saya daripada hati kecil saya.
Saya tidak ingin kamu merasakan bagaimana nantinya saya berpikir tentang kehadiran kamu, karena mungkin, saya akan menganggap semua itu tidak hadir walaupun hati kecil saya berkata lain.

Kenapa gitu?
Entahlah.
Saya hanya tidak ingin menyakiti kamu saja.




*bahan novel*

Senin, 06 Mei 2019

Dia (ini bahan novel kok atau.....,?)

Saya mengenal seseorang selama beberapa tahun ini.
Dia seorang teman.
Seorang sahabat.
Yang mungkin cara pikirnya aneh.
Caranya memandang kehidupan ini aneh.
Caranya menjalankan hidup ini normal tapi pemikirannya menurut saya kadang benar tapi kadang 'salah'
Bahkan dia mengakui kalau dirinya salah.
Apa yang dipikirkannya salah.
Dia sadar tindakan dan caranya berpikir tidak dibenarkan dalam rasionalitas dirinya sendiri.
Tp ketika saya tanya kenapa masih berpikir seperti itu?
Yap. Dia bilang nyaman. Hati dia membawanya  untuk bersikap seperti itu.
Dia lebih suka dengan dunia nya yang mungkin ramai tapi sepi, sepi tapi ramai.
Yang saya pertanyakan, benarkah hatinya seperti itu atau dia yang tidak pernah berpikir benar-benar rasional?
Saya mempertanyakan itu. Sekali. Dua kali. Perlahan. Apakah hanya sebatas itu alasannya karena saya yakin, ada alasan lain.


Beberapa teman dekat saya sesekali bertanya,
'kenapa masih mau temenan sama dia?'
'kenapa lo peduli sama dia yang kadang pemikirannya rumit?'
'kenapa lo masih dengerin keluh kesah dia, gak capek apa?'
'kenapa dia kadang cuma mau cerita ke lo doang?'
'kenapa lo santai aja saat dia cerita bukannya capek dan ganggu waktu lo?'
'kenapa lo sabar jadi temen dia dengan cara pikir dia yang aneh dan penuh dengan dunianya sendiri?'
'kenapa dia juga bisa percaya lo sejauh itu. Kami yakin, apa yg lo tau jauhh dari apa yang kami tau'


Jawabannya simpel
Karena saya tulus bersahabat dengannya
Dia juga tulus
Jadi apa masalahnya?

Kenapa saya peduli?
Manusiawi dong.
Saya peduli karena saya tahu apa yang sedang dialaminya.

Soal capek gak capek dengerin keluh kesah dia?
Pernah capek.
Tapi biasa aja karena gue juga suka cerita keluh kesah gue yang kadang males gue ceritain ke orang lain yang kadang cuma sekilas dengerin untuk basa-basi aslinya gak dengerin.

Dia ganggu waktu gue gak?
Menurut gue gak kok.
Justru dari apa yang diceritain, apa yang di alami, dll menjadi salah satu pembelajaran buat gue bahwa banyak orang diluar sana yang hidupnya tampak bahagia tapi tak sebahagia kelihatannya.

Tentang pemikiran dia yang aneh?
Dia sadar cara berpikirnya kadang salah.
Gue cuma mengingatkan setiap dia mengeluarkan argumen aneh dan bersikap aneh, agar dia mencoba berpikir ulang.
Lalu, gue didengerin gak?
Kadang didengerin, kadang gak di dengerin.
Gak semudah itu agar dia mau mendengarkan orang karena apa yang dialaminya kadang entahlah, bisa dibilang berat.

Kok dia percaya sama guee?
Yap jawabannya simpel.
Karena saya juga percaya sama dia dan saya yakin mungkin akan ada pelangi setelah hujan.

Lalu soal gue banyak tau mengenai dia lebih dari kalian?
Entahlah. Aku tak mau berkomentar.
Yang jelas, manusia ada sisi negatif dan positifnya.
Soal negatifnya dia, cukup apa yang kalian tahu.
Soal apa yang saya tahu, anggap saja sama dan kalau berbeda, saya tak akan berkomentar lebih jauh.

Kok gue gak muak dan masih berteman dengan jalan pikiran nya yng mungkin mementingkan diri sendiri dan berpikiran agak berbelok?
Ah. Kalian gak tau.
Dia gak mementingkan diri sendiri.
Dia bahkan berpikir panjang. Bahkan dia pernah sejatuh-jatuhnya dan kalian gak tau gimana rasa sakit dia terjatuh sedalam itu. Jatuh yang mungkin bagi kalian (temen-temennya) gak pernah terbayangkan.
Larinya kemana? Memang larinya gak ke saya tapi saya orang pertama yang mengetahuinya.

Dia mengulurkan tangan agar saya menguatkan hatinya. Menguatkan kesadarannya. Dia butuh kekuatan. Apakah mungkin saya mengabaikannya?
Dan kalian tahu, saya hampir menangis saat tahu apa yang terjadi. Kalian bayangkan, saat dia punya keluarga, punya saudara, punya temen2 yang lain tapi orang pertama yang dikabari adalah saya. Orang pertama yang tahu hari itu dia hampir jatuh seolah tertipu pada jurang yang terlihat dangkal tapi dalam. Dia jatuh? Yap. Jatuh. Banget. Tapi gak sampai dasar jurang dia terjatuh hingga bisa berusaha naik ke permukaan untuk mencoba bangkit.
Lalu saya mengabaikannya? Cuek? Gak peduli? Gak mungkinnn. Saya gak sekejam itu dan hati nurani saya tentu akan berusaha membuatnya berpikir positif tentang makna hidup bahwa akan ada pelangi setelah hujan.

Dia berhasil bangkit. Iyaa bangkit perlahan tanpa orang tau gimana perjuangannya.
Bagaimana dia bisa bangkit lagi. Bagaimana dia bisa tersenyum lagi. Itu sulit untuk orang sepertinya dengan cara jatuh yang seperti itu. Itu sangat susah bahkan saya gak membayangkan dia bisa sekuat itu. Yap. Kalian melihat hidup dia sesempurna itu dan senyaman itu (kelihatannya). Tapi, ada beberapa hal yang gak terbayangkan (gak mau saya sebutin apa). Tapi, dia mulai berhasil dan berhasil bangkittt.

Dia menjalani hidup walaupun dengan pemikiran yang serba mau sendiri, apapun diselesaikan sendiri, dan kalian sempat berpikir dia asik dengan dunianya tanpa butuh teman padahal, dia menjalani hidup dengan sangat sulitt walaupun orang melihatnya se-bahagia itu. Dan aku menemukan sesuatu, orang yang terlihat sempurna, tersenyum, tampak bahagia, tampak baik-baik saja terkadang gak seperti itu.


Memang..., Keliatannya dia cuek seperti gak pernah punya masalah ataupun pikiran berat karena semuanya tampak bahagia. Dia memang terkadang seperti hidup semau caranya berpikir. Tapi cobalah, pahami. Dia tidak seperti itu sepenuhnya.

Dia ingin berubah menjadi lebih baik. Tapi itu gak semudah kelihatannya.

Kalian bahkan tahu, dia cukup cerdas (tenang) untuk menyelesaikan banyak hal. Dalam hal pekerjaan, dia mampu mengerjakan semuanya dengan cukup baik. Dalam berteman, dia mampu berkomunikasi dengan siapa saja walaupun dia tidak terbuka dalam banyak hal. Tapi,kelebihannya seperti itu kadang belum bisa mengubah cara pikirnya dan cara pandangnya ketika terjatuh.


Dia tampak sempurna. Bahkan, kalau boleh dibilang sekilas, nih orang enak yaa damai hidupnya gak pusing sama orang disekitar. Tapi, kalian yang sedikit mengenal, kadang seperti asing dengannya dan gak suka dengan cara pikir dia (penilaianku). Dia juga pernah berkata hanya tak cocok di keramaian sejenis itu sehingga lebih suka sunyi dan maen game. Soal cara pikir? Dia pun tahu salah hanya saja untuk mengubahnya menjadi lebih baik butuh proses.


Bahkan saya tahu bagaimana proses dia ingin berubah. Susah. Bagi kita yang gak tahu keliatannya mudah tp ketika tahu lebih dalam, gak semudah itu untuknya.....
Dia hanya butuh orang-orang disekitarnya untuk menguatkan tekad dia. Menguatkan keyakinan bahwa dia akan bisa bangkit dan benar-benar bangkit dari cara pikir dia yang salah.

Kemudian ada yang berpikir, kenapa saya masih berteman baik? Kenapa saya masih selalu mengingatkan dia? Kenapa saya masih menanyakan perkembangan dan keadaan dia? Kenapa saya masih mendengarkan dia?
Alasannya. Karena saya adalah sahabatnya dan memiliki hati nurani sebagai sahabatnya. Dan, karena saya manusia yang diciptakan Tuhan setidaknya untuk membawa kebaikan bukan justru mengabaikan orang yang butuh penguat tekad ketika orang tersebut merupakan salah satu orang terdekat saya.

Selain itu, karena dia gak se-egois yang kalian pikirkan.
Karena dia masih bisa mendengarkan saya dalam hal (masalah) yang gakpernah dibaginya dengan orang lain. Karena dia menganggap saya penting bahkan hal yang gak mau dia bicarakan dgn siapapun, dia bicakan pada saya. Jadi, kenapa saya harus mengabaikannya? Tidak ada alasan.

Kemudian ada yang berpikir, 'gimana kalau lo jodoh sama dia?' hmm. Jodoh gak ada yang tau. Tapi kalian tahu, persahabatan gak semudah itu untuk dicampuri urusan cinta. Bahkan gue pernah berkata langsung kalau kecil kemungkinan itu terjadi, dan dia membenarkan itu. Kenapa? Karena dia tahu hati saya mau nya gimana bahkan dia kadang menjadi salah satu tempat pendapat tentang hati saya dan dia pun begitu. Pokoknya,sangat kecil kemungkinan itu terjadi tapi saya gak bisa jelasin apa alasan lebih jauhnya.

Pertanyaan lain muncul, 'kalau lo yang berhasil merubah dia seluruhnya dan dia datang dgn niat lain gimana?' hmmm... Masalahnya, kecil kemungkinan itu terjadi. Udah jelas kan? Kecil kemungkinan. Titik.
Saya tahu, dia tipe orang yang tidak akan mencampur adukkan hal seperti itu.
Karena dia pun tahu, hati saya akan bergerak pada orang lain.
Dan karena saya tahu, hatinya mungkin akan menuju tempat lain juga.
Dan alasan terbesarnya, hanya kami yang sama-sama tahu.

Gimana kalau Allah udah menggarisikan?
Ah, Allah tahu yang terbaik untuk umatnya. Kenapa saya harus risau?


Lalu gimana misal lo udah punya calon nih, lo kan sering banget vc-telfonan tuh sama dia, jelas calon lo bakal cemburu kalau lo dikit2 nanyain dia merhatiin segitunya.
Gue bukan perhatian. Tapi peduli. Kalau gue rasa dia sudah bisa merubah sesuatu yang tersulit dalam hidupnya, tentu saya akan mengurangi semua itu dengan sendirinya tapi kami akan tetap bersahabat.

Soal misal gue punya calon (padahal belum ya) haha misal, gimana?
Yap. Gue sempet berpikir ini. Gue cuma pengen membantu dia berubah karena proses dia berubah gak secepat dan gak semudah yang dibayangkan karena.... sudahlah, hanya saya, dia, dan Allah yang tahu.
Kalau sampai aku udah sama orang lain dan dia belum berubah, yaudah, tetep diingetin. Loh, calonnya? Kalau aku yakin sama calon aku. Bahkan mungkin ke jenjang lain, Aku akan menjelaskan alasannya. Aku rasa akan dapat pengertian dan mau gak mau alasannya saya ceritakan.

Kok gitu? Segitunya? Lo ada rasa?
Tidak. Saya tegaskan tidak sama sekali.
Bahkan kalian tahu hati saya pernah untuk siapa dan sekarang, walaupun gak untuk siapapun tapi hampir gak mungkin sama dia (alasannya sulit dijelaskan)

Lalu kenapa masih sepeduli itu?
Bukannya dia orang yang cuek gitu bahkan dengan dirinya sendiri seperti gak dipikirkan bagaimana nanti dan bagaimana orang terdekatnya nanti menghadapinya kalau masih begitu, apalagi suka nya menyendiri,maen game,dll
Hm... sejujurnya dia gak gitu. Ketika kalian mengenalnya lebih jauh, dia gak secuek itu terutama tentang dirinya sendiri. Dia suka menyendiri karena........ sudahlah. Soal game? yaelah, cowok kalo nge-game kadang gakbisa diganggu tapi mungkin untuk mengisi waktu luang dia aja daripada mikirin lelahnya dia menjalani hidup.

Lalu untuk saya sendiri, alasannya simpel
Sebagai sahabat, saya punya tanggungjawab kalau dia berpikir salah.
Bahkan dulu dia yg pernah berpikir banyak teman itu gak penting, teman itu dateng kalau ada maunya aja terus nanti juga lupa. Soal itu, dia gak gitu lagi bahkan mulai berubah karena masih ada orang-orang tulus muka bumi ini.

Beberapa berpikir sikap-sifat-tindakan dia salah, mungkin benar karena manusia itu gak sempurna.

Bagi saya, dia baikk. Kalian merasa dia memang ramah juga kan? Dia gak pernah memiliki masalah degan siapapun. Gak suka buat keributan. Caranya menyampaikan pendapat bagus. Mandiri. Bertanggungjawab atas kewajibannya. Gak pernah cari masalah dengan teman.Gak pernah ngerepotin kalian juga kan?
Hanya beberapa hal yang mungkin membuat kalian tidak ingin mencoba membantunya menghadapi masalahnya. Saya tahu, bukan kalian tidak ingin membantunya tapi kalian ragu darimana memulainya. Bagaimana caranya karena kalian tahu apa yang terjadi sedikit rumit sehingga kalian gak yakin dan takut salah bersikap.
Saya juga awalnya gitu. Perlahan aja biarkan mengalir asal jangan memaksanya berubah secepat itu karena gak semudah itu untuknya.
Dia sulit untuk berbicara dengan kalian tentang banyak hal yang rumit?
Entahlah, saya juga bingung bagaimana dia bisa membicarakan banyak hal dengan saya bahkan kalau ditulis, gak cukup 100 halaman menuliskannya.

Intinya, bagi saya, dia cukup kuat menghadapi masalahnya. Bertarung dengan musuh itu lebih mudah daripada bertarung dengan diri sendiri.

Ada sisi baik yang luar biasa dari dirinya.
Bahkan saya sempat heran, dia sebaik ini dengan sisi buruk dia yang gitu.
Yap. Manusia gak ada yang sempurna.
Tapi orang berubah boleh kan?






*spoiler bahan novel*
Cerita novelnya gimana?
Tunggu aja kisahnya haha
Kalau sempet dibuat


yakin nih bahan novel bukan curhatan?
Haha

Minggu, 05 Mei 2019

Mianne

Kamu senyum lepas banget.
Untuk aku atau dia?
Semoga untuk dia.
Karena saya takut kalau itu buat saya, pada akhirnya, saya menyakiti hati kamu.
Mianne

Sama aja

Gelas yang pecah sulit di perbaiki lagi.
Ketika aku mau memperbaikinya, kamu menggagalkannya.

Jadi, gausah bertopeng-topeng lagi mau beraikap baik karena kita sama-sama terluka atau hanya satu yang terluka, satunya menganggap keberhasilan membuat orang terluka (?)

Hati yang luka, akan sangat sulit dikembalikan seperti semula.

Jangan cari saya.

Saya juga malas cari kamu.

Orang nanya, 'lo kok sekarang beda banget?'

Well, ini gue. Iya gue yang kembali pada sikap sulig mempercayai orang lagi.


Orang nanya lagi 'lo kok sekarang sama orang susah senyum lagi?'


Hm, aku sekarang senyum kalo lagi bahagia aja, lagi tenang, kalau lagi (tahu) dibohongin orang atau dimanfaatkan orang, gak mau lagi senyum atau sok baik. Malesss.


Orang nanya lagi, 'dulu lo aktif-ramah-kreatif-baik tapi kalo marah mulutnya pedes banget nyelekittt, terus berubah jadi baikk kalau marah gak pedes lagi ngomongnya.... Tapi belakangan, lo agak mulai sensitif lagi dan mulai gak aktif lagi. Kenapa?


Jawabannya, karena kehilangan sedikit rasionalitas saja. Manusia banyak yang ikhlas dalam segala hal tapi banyak juga manusia yang selalu melakukan segala sesuatu karena berkepentingan. Hal tersebut tidak salah hanya saja, kadang seseorang yang ikhlas akan mengabaikan semua ke-ikhlasannya dan menjadi lebih kejam dari yang berkepentingan. Contoh, misal duduk bareng berjam-jam tapi gak ngobrol.


Ada yang nanya, 'kan awalnya lo juga yang sama orang percaya aja. Salah lo sendiri cepet percaya'


Jawabannya >> iya gue juga salah. (sesimpel itu mengakui)


Nanya lagi, 'jadi sekarang lo mulai kyk dulu lagi, hampir gak percaya sama banyak orang dan gak mudah bantuin orang ketika lagi repot?'


Jawabannya: mungkin. Aku seperti dulu. Hanya percaya pada orang-orang terrrdekat. Kalau ada yang datang padahal tadinya gak pernah ngobrol tau-tau bicara blablabla dan baiknya kebangetan, aku tak akan begitu saja percaya. Mana tau ada udang dibalik batu.


Nanya lagi 'terua kalo ktmu org baru, dia baik, lo nya jutek?'


Jawabannya : yaa gak dong. Baikk juga tapi tak akan mudahh percaya gitu aja



Nanya lagi 'jd lo skrg udah berpikir normal?'


Yapp, mungkin









*april mop*
Ehh ini bulan mei 😁😎

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...