Kamis, 15 Oktober 2015

TUGAS EKONOMI PEMBANGUNAN - Pengaruh Dualisme (Konsep, Pengaruh, dan Analisisnya)

KONSEP DUALISME
Dualisme merupakan suatu konsep yang sering dibicarakan dalam ekonomi pembangunan terutama kalau kita membicarakan kondisi sosial-ekonomi NSB. Konsep ini menunjukkan adanya perbedaan antara bangsa-bangsa kaya dan miskin, dan perbedaan antara berbagai golongan masyarakat yang terus meningkat. Konsep dualisme mempunyai 4 unsur pokok yaitu :
1. Dua keadaan yang berbeda di mana sebagian bersifat "superior" dan lainnya bersifat "inferior" yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama. Misalnya hidup berdampingannya antara metoda produksi moderen dan tradisional pada sektor perkotaan dan pedesaan, antara orang kaya berpendidikan tinggi dengan orang miskin yang tidak berpendidikan sama sekali, antara negara-negara industri yang kuat dan kaya dengan negara-negara lemah. Semua itu merupakan penjelmaan dari keadaan yang dualistis.
2. Kenyataan hidup berdampingan itu bersifat kronis dan bukan transisional. Keadaan tersebut bukan fenomena yang sementara, yang karena waktu, perbedaan antara keadaan yang superior dengan inferior itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan kata lain, hidup berdampingannya antara kemakmuran dan kemiskinan secara internasional bukanlah suatu fenomena yang sederhana yang bisa hilang karena proses waktu semata.
3. Derajat superioritas atau inferioritas itu tidak menunjukkan kecenderungan yang menurun, bahkan terus meningkat. Misalnya, perbedaan produktivitas antara industri-industri di negara maju dengan di NSB tampak semakin jauh dari tahun ke tahun.
4. Keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukkan bahwa keberadaan unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali dalam mengangkat derajat unsur inferior. Bahkan kenyataannya, unsur yang superior tersebut sering kali justru menyebabkan timbulnya kondisi keterbelakangan (underdevelopment).
Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka dualisme dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu :
a. Dualisme Sosial
Dikemukakan oleh profesor Boeke, yang mengatakan bahwa di dalam suatu masyarakat mungkin terdapat dua sistem sosial yang sangat berbeda. Kedua-duanya wujud secara berdampingan dimana yang satu tidak dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya. Sistem sosial yang satu modern sedang yang lainnya tradisional. Sistem sosial yang lebih modern ini terutama berasal dari negara-negara barat.

b. Dualisme Teknologi
Dalam menelaah mengenai dualisme di negara berkembang dua ahli ekonomi yaitu Higgins dan Myint telah melakukan suatu studi tentang dualisme ini. Higgins menekankan kepada adanya dualisme di bidang teknologi. Yang dimasud dengan dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana di dalam sesuatu bidang kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik memproduksi dan organisasi produksi yang sangat berbeda sekali coraknya, dan mengakibatkan perbedaan yang besar sekali dalam tingkat produktivitas.

c. Dualisme Finansial
Sedang Myint lebih banyak menyoroti masalah lembaga keuangan di negara berkembang. Analisa Myint mengenai pasar yang yang melahirkan adanya dualisme finansiil. Pengertian itu dapat dijelaskan dalam dua golongan yaitu : a) adanya pasar uang yang memiliki organisasi yang sempurna (organized money market), b) adanya pasar uang yang tidak terorganisir sama sekali (unorganization money market).
Untuk pasar uang yang pertama meliputi Bank-bank komersiil dan Badan-badan keuangan lainnya. Hal ini terutama terdapat dikota-kota besar dan pusat-pusat perdagangan. Sedang pasar uang jenis yang kedua adalah bentuk pasar uang yang bukan berbentuk institusional terdiri dari tuan-tuan tanah, pedagang-pedagang perantara. Biasanya pasar uang jenis ini sangat menonjol untuk daerah pedesaan yang terkenal dengan renternir dan sistem ijon. Adanya kebutuhan yang mendesak akan uang mengakibatkan cara tersebut yang mudah dijangkau oleh masyarakat di pedesaan.
d. Dualisme Regional
Pada tahun 1960 an banyak orang mulai membicarakan mengenai masalah dualisme regional. Yang dimaksud dengan dualisme regional ini adalah ketidakseimbangan tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu negara. Akibat dari ketidakseimbangan dalam pembangunan mengakibatkan adanya jurang perbedaan tingkat kesejahteraan antar berbagai daerah dan selanjutnya menimbulkan masalah sosial dan politik. Sebagai contoh misal dualisme antara kota dengan desa, dualisme antara Pemerintahan Pusat dengan Pemerintahan Daerah.
Adanya berbagai macam tersebut jelas kurang menguntungkan bagi pembangunan, sebab akibat yang dapat ditimbulkan dapat berupa ada perbedaan yang menyolok antara golongan kaya dan miskin dimana perbedaan ini semakin lama semakin melebar dengan distribusi pembagian pemerataan pendapatan menjadi timpang. Di samping itu kemajuan di bidang teknologi juga akan memberikan pengaruh terhadap tingkat kesempatan kerja yang ada. Dualisme teknologi melahirkan akibat buruh terhadap lajunya pembangunan dan kaharmonisan proses pembangunan.


PENGARUH DUALISME DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Dualisme terkait sekali dengan adanya dua kekuatan berbeda yang hidup berdampingan dalam waktu yang sama. Dalam uraian diatas telah dijelaskan mengenai beberapa jenis dualisme yang berkembang dalam Negara Sedang Berkembang (NSB). Mulai dari sistem sosial, ekologis, teknologi, finansial sampai regional, semuanya di pengaruhi oleh sistem dualisme ini.
Akibat adanya dua unsur yang berbeda, tidak dapat dipungkiri bahwa dualisme ini memberikan efek yang negatif dalam perekonomian yang perkembangannya masih belum begitu tinggi. Seperti halnya pada negara yang sedang berkembang. Sebagian besar kegiatan-kegiatan ekonomi pada negara berkembang masih dilaksanakan dengan menggunakan teknik-teknik yang sederhana dan tradisional. Konsep tradisional ini tentunya akan membawa dua dampak yang mendasar dalam sistem perekonomian serta sistem sosial yang ada pada masyarakat. Pertama, dengan sistem yang masih tradisional produktivitas yang dihasilkan akan rendah. Kedua, terbatasnya usaha yang menuju ke arah pembaharuan atau perubahan. Adanya sikap takut akan pembaharuan, akan mengakibatkan produktivitas yang rendah tidak akan mengalami perubahan dari masa ke masa. Hal ini akan membawa dampak yang kurang baik terhadap mekanisme pasar, atau yang biasa kita sebut dengan ketidak sempurnaan pasar.
Dalam pasar yang sempurna, faktor-faktor produksi memiliki mobilitas yang tinggi dan dapat saling menggantikan satu sama lain. Hal ini tidak terjadi di negara yang memiliki ketidaksempurnaan pasar. Adanya sektor tradisional dan sektor modern menyebabkan adanya perbedaan tingkat upah yang diterima oleh setiap individu. Penguasaan teknologi menjadi dasar dalam menghitung upah setiap orang dan pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam bekerja akan menjadi penentu upah bagi masing-masing individu.
Selain itu, ketidaksempurnaan pasar sering kali disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai keadaan pasar. Para pekerja tidak menyadari tentang adanya kesempatan kerja yang lebih baik di sektor atau di daerah lain. Para petani tidak mengetahui adanya cara untuk meningkatkan produksi dan para pengusaha tidak menyadari kemungkinan untuk mengembangkan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Adanya kuasa monopoli dalam perdagangan di sektor tradisional merupakan salah satu contoh ketidaksempurnaan pasar di negara miskin.
Dalam suatu pasar yang sempurna, para pelaku ekonomi dianggap rasional. Artinya, setiap orang akan berusaha mencapai tingkat kepuasan maksimum. Pengamatan yang dilakukan di NSB menunjukkan hasil yang sebaliknya, yaitu masyarakat tidak berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dan tidak responsif pada rangsangan baik yang terjadi dalam pasar. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa sikap masyarakat terhadap perkembangan pasar merupakan salah satu faktor yang menimbulkan ketidaksempurnaan pasar di NSB.
Pengaruh ketidaksempurnaan pasar terhadap tingkat produksi dalam suatu masyarakat dapat ditunjukkan dengan menggunakan kurva kemungkinan produksi (produstion possibillities curve), yaitu seperti pada gambar 1.1
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzvaDMQlQzf5AGVB0x7OxUOzaLwvjJt7FnlwD5u7-q2Hm7hoyFqPBkELEbuj8QCpRZZVQx_QdcO8Z7q9ChbAQqkRoHf8FqAKg2_UF1C0llqO_XZ9yVK4m6wwsqte4LQIBk-BcdngY9X18/s1600/mn.jpg

Gambar I.I

Kurva AB adalah kurva kemungkinan produksi negara yang tingkat pembangunannya relatif rendah, sedangkan kurva PQ menggambarkan kurva kemungkinan produksi suatu negara yang sudah maju. Kurva kemungkinan produksi ini menunjukkan kemampuan maksimum suatu negara untuk menghasilkan barang industri, barang pertanian atau kombinasi dari golongan barang tersebut. Apabila gabungan barang industri dan barang pertanian ditunjukkan dalam oleh salah satu titik pada kurva tersebut, maka keadaan itu berarti bahwa sumber daya di negara tersebut digunakan secara penuh (full employment). Negara yang lebih maju kemampuan memproduksinya lebih besar daripada negara yang lebih miskin. Oleh karenanya kurva kemungkinan produksinya (PQ) adalah lebih jauh dari titik O jika dibandingkan dengan kurva kemungkinan produksi dari negara yang lebih miskin (AB).
Walaupun kemampuan negara yang relatif miskin dalam memproduksi barang pertanian dan barang industri lebih terbatas, negara yang seperti itu sering kali tidak mampu mencapai batas produksi maksimalnya. Salah satu sebabnya yang penting adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Pada umumnya tingkat produksi yang dicapai dalam negara yang relatif miskin adalah pada titik dibawah kurva kemungkinan produksi AB, misalnya pada titik M. Apabila tingkat produksi seperti yang ditunjukkan oleh titik M, maka keadaan tersebut menunjukka bahwa walaupun tidak dilakukan perbaikan dalam teknologi, akan tetapi apabila dilakukan perbaikan dalam bidang institusional dan organisasi produksi, jumlah produksi dapat diperbesar lagi. Berarti tingkat produksi yang baru akan ditunjukkan oleh titik-titik yang terletak lebih dekat dari kurva AB atau pada kurva itu. Keadaan yang baru ini misalnya adalah seperti yang ditunjukkan oleh titik N1atau N2 yang berarti bahwa tingkat produksi nasional telah bertambah tinggi. Titik N1meunjukkan bahwa tingkat produksi barang pertanian menjadi lebih tinggi, sedangkan titik N1 menggambarkan bahwa pertambahan produksi yang terjadi di sektor industri.
Negara miskin, selain kemampuannya dalam memproduksi produk pertanian dan produk industri yang masih relatif terbatas, juga seringkali tidak mampu mencapai batas produksi yang maksimal. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Di samping adanya beberapa pengaruh negatif dari adanya dualisme sosial terhadap pembangunan, selanjutnya sering dinyatakan pula bahwa adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang digunakan dapat menimbulkan dua keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat pembangunan ekonomi.
·   Pertama, dualisme teknologi terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor modern, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing akan dibawah ke luar negeri.
·   Kedua, dualisme teknologiakan membawa tiga dampak negatif, yaitu: membatasi kemampuan sektor modern dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi kemampuan sektor pertanian untuk berkembang, memperburuk masalah pengangguran.
Jika hambatan hambatan-hambatan yang ditimbulkannya terhadap perkembangan kesempatan kerja dan perkembangan sektor pertanian, dan terdapatnya kemungkinan untuk mempercepat perkembangan produksi diposisikan sederajat, kemudian perbandingan efek positif dan negatif yang ditimbulkan, maka dualisme teknologi tidaklah salah dan tidak memperkukuh kemiskinan yang ada di NSB (negara sedang berkembang). Tanpa adanya sektor modern, NSB mungkin akan mengelami pertumbuhan yang lebih lambat daripada yang telah dicapainya pada masa lalu.


ANALISIS KONSEP DUALISME TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI
Seperti tertulis diatas, dualisme sendiri sudah jelas menunjukkan adanya perbedaan antara bangsa-bangsa kaya dan miskin, dan perbedaan antar golongan masyarakat yang terus meningkat.
Dalam 4 unsur pokok konsep dualisme, terdapat dua keadaan yang berbeda dimana sebagian besifat superior dan yang lain inferior dan bisa hidup berdampingan dalam waktu dan ruang yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa kenyataan hidup berdampingannya antara kemakmuran dan kemiskinan secara internasional bukan sesuatu yang dalam hilang karena proses waktu semata. Dapat kita lihat pada kenyataannya sendiri perbedaan produktivitas industri-industri di negara maju dengan di negara sedang berkembang tampak semakin jauh dari tahun ketahun. Hal ini karena adanya keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior yang menunjukkan keberadaan unsur superior hanya berpengaruh kecil atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali dalam mengangkat derajat unsur inferior.
Lalu, bagaimanakah efeknya terhadap negara sedang berkembang? Jelas tidak dapat dipungkiri bahwa akan memberikan efek negatif dalam perekonomian yang perkembangannya masih belum begitu tinggi. Di negara sedang berkembang sendiri, sebagian besar kegiatan ekonominya masih menggunakan teknik yang sederhana atau dalam kata lain tradisional.
Dengan menggunakan teknik-teknik yang tradisional atau sangat sederhana menyebabkan produktivitas rendah, dan pola pikir tradisional menyebabkan usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau pembaharuan sangat terbatas. Kemudian, adanya keterbatasan usaha yang menuju ke arah pembaharuan yang mana keterbatasan ini timbul akibat adanya sikap takut akan pembaharuan yang mengakibatkan produktivitas tidak akan mengalami perubahan (peningkatan) dimasa yang akan datang atau tidak akan mengalami perubahan yang berarti dari masa ke masa.
Kemudian, apa yang akan terjadi? Tentu akan berdampak kurang atau bahkan tidak baik terhadap mekanisme pasar atau ketidaksempurnaan pasar. Jika dalam pasar yang sempurna faktor-faktor produksi memiliki mobilitas tinggi dan saling menguntungkan satu sama lain, ini tak akan terjadi di negara yang memiliki ketidaksempurnaan pasar.
Dikarenakan adanya sektor tradisional dan sektor modern menyebabkan adanya perbedaan tingkat upah yang diterima tiap-tiap individu dimana penguasaan teknologi menjadi dasar dalam menghitung upah setiap orang. Dan, pendidikan serta keterampilan seseorang dalam bekerja akan menjadi penentu upah bagi tiap-tiap individu. Ditambah lagi, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai keadaan sehingga para pekerja tidak menyadari adanya kesempatan kerja yang lebih baik di sektor atau di daerah lain. Dan, orang-orang yang bekerja disektor pertanian tidak mengetahui cara untuk meningkatkan produksi serta tidak menyadari kemungkinan untuk mengembangkan pasar dalam maupun luar negeri.
Dapat dikatakan dalam hal ini, sikap masyarakat terhadap perkembangan pasar merupakan salah satu faktor yang menimbulkan ketidaksempurnaan pasar di negara sedang berkembang (NSB). Akibat dari berbagai macam keadaan yang menimbulkan ketidaksempurnaan pasar menyebabkan sumberdaya-sumberdaya yang terdapat di negara sedang berkembang (NSB) tidak dapat digunakan secara efisien.
Tentu hal tersebut tidak saja menimbulkan pengangguran pada berbagai sumberdaya, tetapi juga mengakibatkan penggunaan sumberdaya tersebut tidak selalu diarahkan kepada sektor dan kegiatan yang potensi pekembangannya relatif lebih baik.
Disamping itu, terdapat juga pengaruh dualisme dalam tingkat teknologi dimana dualisme teknologi ini terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor modern yangmana sebagian besar keuntungannya akan dibawa ke luar negeri. Dalam hal ini juga, dapat membatasi kemampuan sektor modern dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi kemampuan sektor pertanian, dan memperburuk masalah pengangguran. Sehingga, meskipun prinsipnya pembangunan itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, namun realitasnya manfaat pembangunan seringkali hanya dinikmati oleh segolongan kecil penduduk negara sedang berkembang (NSB). Hal ini dapat menyebabkan adanya jurang tingkat pendapatan semakin bertambah dan pembangunan belum sanggung menciptakan kesempatan kerja yang seimbang dengan pertambahan tenaga kerja, sehingga tingkat pengangguran semakin buruk.
Jika hambatan-hambatan yang ditimbulkannya terhadap perkembangan kesempatan kerja dan perkembangan sektor pertanian, dan terdapatnya kemungkinan untuk mempercepat perkembangan produksi diposisikan sederajat, kemungkinan perbandingan efek positif dan negatif yang ditimbulkan, maka dualisme ini tidaklah salah dan tidak memperkukuh kemiskinan di NSB (negara sedang berkembang). Tanpa adanya sektor modern, NSB mungkin akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat daripada yang telah dicapainya pada masa lalu.











Sumber Bacaan :
-          BAB 10 ‘Masalah Dualisme Pembangunan’ Rowland B. F. Pasaribu
-          http://Kusumarini-endah.blogspot.co.id/ dengan judul ‘Dualisme dalam Perekonomian’ , post November 2013
-          http://mosok-kita.blogspot.co.id/ dengan judul ‘Masalah Dualisme Pembangunan’, post Desmber 2014




*) maaf kalau analisisnya sedikit muter-muter




Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...