Minggu, 27 Desember 2015

3 Desember

Dimulai dari pagi yang gue ikut mata kuliah manajemen investasi. Berhubung semalem gue tidurnya terlalu larut, alhasil gue agak ngantuk akut di ruangan. Untung gue selalu suka duduk paling depan jadi walaupun ngantuk tetep gak bisa tidur beneran. Dan tentu saja, seenggaknya ada yang masuk ke otak.

Okee kamudian, karena jam selanjutnya masih lama. Tadi selesai manajemen investasi kan masih jam 11 tuh, ehhh mata kuliah berikutnya jam 1 siang. Alhasil lama kan kalo gue duduk melulu dikampus. Yasudah, gue otw ke sekret LPM Raden Intan Lampung. Disana, gue ngobrol kemudian gue duduk cantik didepan layar komputer yang memang ada disekret. Nah, gue ngetik cerpen. Judulnya belum ada sih tapi isinya ada tokoh cewek namanya Alera. Tokoh lain namanya Nev, dll.

Ehh gak kerasa waktu udah menunjukkan pukul 12. Harus makan, sholat, dll. Yaudah makan dulu. Kemudian tiba-tiba udah jam 1 kurang 5 menit. Yaudah langsung otw ruangan kuliah. Ternyata. Karena dosennya ada keperluan mendesak, jam kuliah diundur jadi jam 3 sore. Iya. Jam 3 sore dan digabung sama anak kelas F. Hei, 2 kelas jadi 1? Ramainyaaa.

Tapi ada yang bilang gue seneng karena ‘kata mereka’ iyaaa ‘kata mereka’ lohh ada yang gue suka disitu. Gue mah terserah apa kata mereka deh. Tapi sejujurnya, gue lebih suka jam 1 aja soalnya lelah loh jam 3 itu. Harusnya kan waktu segitu lamanya bisa gue pake untuk bobo cantik dirumah.

Kemudian, balik lagi lah gue ke gedung PKM alias ke lantai 2nya tempat sekret LPM. Disana gue ngobrol-ngobrol sih. Ngajak kawan sekelas gue juga sii Annisa. Sambil nunggu jam 3 hihi.

NEXT – jam 3

Gue masuk ruangan. Duduk paling depan biar gak ngantuk. Ehh kata Yunda alias Ike, duduk samping dia aja karena ada si cowok XXX itu loh yang gosipnya gue suka sama dia. Aduh. Langsung deh gue nolak. Alesannya, gue lebih suka duduk depan. Lalu, gue gak mau dikira cewek apalah atuh kok pengen deket-deket cowok yang itu tuhh seolah gue lebay banget kan ^^

Duduklah gue. Si cowok itu belum masuk sih. Mungkin dia telat. Atau dia gak masuk. Tapi tadi siang sih gue liat dia masuk (loh loh?) cuman liat hei jangan lebay. Oke?

Duduk manis. Kebetulan ada kelompok yang presentasi. Gue nanya. Dan gue juga ngasih tanggapan. Eh, iseng kan yaa serius entah iseng atau refleks, gue nengok ke samping. Ehh entah gue baper atau gue yang salah menilai, itu anak lagi ngeliatin gue yang ngomong. Haha. Otomatislah gue salah tingkah. Jleb. Langsung bibir gue seolah membeku gitu.

Kemudian dosennya jelasin ini dan itu. Gue khusuk dengerin dengan tenang. Biar masuk otak gitu. Sekalipun gak masuk siapa tau inget dikit ehh nanti juga masuk otak. Gitu sih.

Kemudian tetiba, dosennya ngumumin ada beberapa nilai UTS yang udah dikoreksi. Gue dag dig dug merasa UTS kemaren jawaban gue mengerikan. Yaudah dan yaudahlah gue pasrah. Yang penting udah ngerjain sepenuh hati.

Tetiba dosennya nyebutin nama gue, nilainya bagus. Oke. Gue senengnya wow banget rasanya. Terbang loohhh terbang. Jeda beberapa detik. Dosennya nyebutin lagi satu nama. Hei. Itu nama cowok XXX. Aduhh, sengaja bener rasanya Pak Dosen ini. Malunya gue udah paham seperti disengaja dan rasanya emang sengaja atau kebetulan kah?

Oke dan itu diulang 2 kali.

Kemudian jeda beberapa menit. Bahas materi lagi. Kemudian mau penutup kan karena udah selesai. Ehh tetiba dosennya bilang ke gue kalau nyari entahlah jodoh atau apa tadi itu yang pinter. Gue langsung nyengir udah paham maksud dosennya kemana. Terus ngomong apalagi gitu. Kemudian dibilang lagi kalau pinter itu blablabla. Jelaslah tujuannya ke siapa. Ehh langsung bilang ‘contohnya si XXX’

JLEB.

Rasanya gue itu entah malu atau apa. Mungkin muka gue udah macem udang rebus kali yaa. Gue cuman senyum aja sama pak dosennya. Iya. Senyum malu gitu hihi.

Oke. Kemudian pulang.

Di tangga. Kawan-kawan gue heboh cia-cie-cia-cie. Gue yaampun entahlah, entah malu atau apa. Gue juga kurang paham dengan tingkah gue sendiri.

Kemudian gue cerita lah sama nyokap. Ehh nyokap gue malah ikut gangguin pula. O_o bisa gitu. Adek gue yang denger juga cuman diem aja. Gak belain gue atau apa kali. Unik emang.

Entahlah kenapa bisa gue digosipin begitu. Ehh, yakin gosip? Entahlah haha yang jelas gue klarifikasiin lagi kalau aaaaa entahlah. Gue heran. Ini bukan salah siapa-siapa kenapa ada berita gini. Simpel kata, udah salah gue aja deh ^^

Seriusan. Salah gue aja. Bukan salah kawan-kawan gue atau siapapun apalagi salah artis idola gue. Jelas, si artis gak tau apa-apalah. Hoho.

Sekian.


Puisi, 27 Desember 2015 "Saat Kelas Menulis Puisi FLP Lampung"

Judul : Kamu


kamu tahu
aku tahu
hanya saja,
tidak ada alasan
kenapa kamu harus percaya,
ucapanku
kenapa aku harus percaya,
ucapanmu
bukan tentang kita,
tapi kamu
titik

melepas bukan berarti terlepas
hanya saja,
aku lelah
titik

kamu tahu
dan,
aku tahu itu

bukan tentang kita,
tapi kamu
titik

Aneh - (Cerpen Lama-Jadul Banget haha)

Aneh

Aku sudah menyiapkan sebuah hadiah manis untuk tunanganku, Crisi dan kuharap ketika aku tiba di Bali, dia akan menyambutku dengan senyuman.

Menurut jam tanganku, beberapa menit lagi aku akan tiba di Bandara namun, ada yang membuatku merasa aneh dengan beberapa pramugari yang berkeliaran dengan wajah masam. Ada apa dengan mereka?

“Maaf nona, kau merasakan keanehan tidak?” Tanyaku pada seorang wanita muda yang tepat duduk di sampingku. “Bukankah raut wajah mereka sangat aneh, mereka terlihat panic.”

“Mereka juga tadi berbisik, mencari seorang dokter.” Jelasnya, dia memberikan kartu nama, tertulis, namanya Anida. “Saya merasa ada yang mengganggu pikiran saya tiba-tiba, ini aneh.”

Aku memandang Anida lalu memejamkan mataku. Entahlah, aku tidak bias beristirahat atau berpura-pura tidak melihat kepanikan beberapa orang.

“Maaf mengganggu semua penumpang, apakah ada yang mengerti cara mengendalikan pesawat?” Tanya seorang pramugari melalui pengeras suara. “Ini darurat, pilot dan beberapa orang yang bekerja pada pesawat ini tewas.” Jelasnya dan seluruh penumpang panik. “Radio atau alat komunikasi lainnya tidak ada yang bisa berfungsi sama sekali.”

Aku beranjak dari tempatku duduk dan meminta penjelasan tapi, tidak ada yang bisa menjelaskannya padaku satu pun.

Seorang pria menghampiriku yang terus berteriak meminta penjelasan. Dia menunjukkan tanda pengenalnya, seorang polisi. Baiklah, ada seorang polisi di sini, mungkin ini akan lebih baik.

“Bagaimana keadaan pilot dan co pilot?” Tanya polisi itu kepada seorang pramugari, dia menunjukkan jalan agar kami mengikutinya.

Astaga! Tinggal pilotnya saja yang masih bernafas itu pun terlihat sangat kacau. Ada yang terjadi? Apa dia sakit? Atau dia tiba-tiba terkana serangan jantung? Mengapa harus saat aku yang menumpangi pesawat ini.

“Apa sudah menghubungi…..” seorang polisi yang bernama Hadi itu mulai panic, pembicaraannya di potong.

“Tidak, kami tidak bisa menghubungi siapapun,” Katanya memperjelas. “Ini sebuah kesengajaan.”

“Baiklah, berapa menit lagi kita sampai?” Tanya Hadi, pramugari itu menggeleng bahwa itu sia-sia saja. “Baiklah, berapa lama lagi tuan ini bisa mengendalikan pesawat?” Tanyanya lagi, pramugari itu diam.

Para penumpang panic. Mereka sangat takut dengan apa yang terjadi. Bukan mereka tapi, aku juga takut. Bagaimana tidak, Crisi akan menungguku di hari ulang tahunnya dan dia pasti kecewa, dia akan khawatir, dia akan sedih jika aku tidak bisa tiba di Bali dengan keadaan selamat.

Aku kembali pada tempat dudukku semula. Nona cantik yang semula terlihat ramah itu mendadak menangis dan aku berusaha menenangkannya.

“Baik, kita aka mati, mati!” Dia bicara sambil menundukkan kepalanya. “Aku harus berdoa pada Tuhan agar aku masuk surga.”

“Pesawat akan mendarat darurat.” Kata sebuah suara, aku tidak ingin memperhatikan siapa yang bicara, entah dia manusia atau malaikat dari neraka. “Mungkin akan sedikit terjadi kecelakaan, kita akan mendarat di sebuah hutan.”

“Ini sebuah pembunuhan!” Anida berteriak sendiri. “Aku hanya gadis biasa! Aku bukan seorang anak  pengusaha atau pejabat harusnya aku tidak mati seperti ini!”

Kami mengenakan sabuk pengaman dengan benar dan tentu saja, jantungku berdetak tidak karuan. Ini seperti perasaan menuju neraka. Benar saja, ini seperti mimpi yang tidak pernah kubayangkan dalam kenyataan.

Pesawat berhasil mendarat di sebuah hutan, di padang rumput yang sedikit gersang. Aku cukup senang melihat dari jendela bahwa kami berhasil mendarat tapi, pilot tewas.

“Aaaa!” Teriak seisi pesawat ketika ledakan terjadi di bagian belakang. OMG! Aku melepas sabuk pengamanku dan segera keluar pesawat dengan beberapa penumpang lain.

Lari-kami harus berlari tapi, tubuh kami terluka akibat sedikit ledakan itu. Lari, kami harus lari bagaimana pun itu. DOOR! Ledakan terjadi lagi.

Aku tidak terlalu  bodoh untuk mengenali ledakan itu. Itu sebuah bom kecil. Ini benar-benar membuatku tidak percaya.

Lari! Kami berlari sejauh mungkin dan BUM, pesawat meledak!

“Aku selamat.” Kataku dalam hati. “Baiklah, aku selamat dari pesawat itu tapi, aku dimana, kami dimana?”

Seorang wanita berteriak histeris! Dia kehilangan adiknya dan kekasihnya. Dia terus berteriak dan menangis! Mereka tentu saja tidak selamar, pesawat itu meledak dengan begitu rapi.

“Saya polisi!” Kata Hadi, dia mengeluarkan senjatanya. “Kecelakaan ini sudah terencana namun, salah sasaran.” Lanjutnya. “Harusnya yang di ledakkannya adalah seorang anak yang ingin berlibur tapi, dia tidak menumpangi pesawat ini.”

“Jadi kami tidak lebih penting dari anak itu! Hah!” Semuanya berteriak pada Hadi. “Baiklah, kau gila!” Seorang wanita menampar keras wajah Hadi

Hadi menghitung jumlah penumpang yang selamat. 21 manusia, 21 orang, masih tersisa 21 orang. Baiklah, ini cukup bagus.

Gersang, kering, dan tidak ada minuman atau makanan. Ada pepohonan yang kira-kira berjarak beberapa ratus meter dari sini. Kami berjalan perlahan.

Ini musim kemarau dan tentu saja hutan pun sedang miskin. Oke, baiklah, aku harus berusaha bertahan hidup sampai bantuan datang.

“Bukankah itu jambu?” Tanya seorang penumpang lalu aku melirik, ya, itu hambu biji. Dia berlari lalu memanjat pohon itu dan memakannya. Kami lapar dan kami benar-benar lapar.

“Kita disini untuk hidup, kita memiliki tujuan dan kita harus bekerja sama!” Kataku menjelaskan. “Apapaun kecuali yang beracun, kita harus mengisi perut kita dan jangan mengeluh!”

“Aku ingin hidup! Aku ingin pulang! Aku harus merawat Ayahku yang sakit! Aku harus ….” Anida duduk, menangis dan menangis.

Kami bertahan hidup untuk hari ini. Kami tidak bisa tidur malam dan kami berkumpul membuat sebuah lingkaran. Untung saat aku SMU, aku mengikuti kegiatan pramuka dan aku bisa menghidupkan api dnegan batu. Baiklah, ini sudah membantu.

Ada seorang Ibu yang menangis, seorang anak yang meminta makan, seorang remaja yang terus marah-marah pada Hadi, dan kami semua terus saling menyalahkan atau pasrah.

“Kau tidak menyalahkanku?” Tanya Hadi padaku.

“Kekasihku akan khawatir dan akan marah jika besok aku tidak ada di Bali.” Aku tersenyum padanya. “Lebih baik aku memikirkan bagaimana kita bisa kembali dari pada terus menyalahkanmu.”

Senyumku begitu terpaksa dan amat terpaksa. Baiklah, ini masih bisa menghiburku sedikit. Apa? Ini apa dan apa, semua ini apa? Itulah pertanyaan pada otakku yang tercatat tapi, aku tidak berani bicara. Sudah banyak penumpang yang mewkiliku berbicara.

Baiklah, ada hal baik yang kudapat. Ternyata ada salah seorang dari kami yang pecinta alam, dia berarti sudah mengerti bagaimana keadaan hutan-hutan di Negara ini. Kuharap tempat ini tidak jauh berbeda.

Matahari di atas tersenyum seakan menyemangati kami tapi, itu matahari, dia memang selalu tersenyum tiap pagi.

Kami berjalan kembali, mencari jalan keluar. Tentu saja, kami harus berjalan. Alat komunikasi pesawat sudah terbakar dan akan bodoh jika kami menggunakan handphone. Bodoh sekali.

“Paman, aku haus.” Kata seorang anak kecil, dia sendiri, dia naik pesawat sendiri tanpa kedua orang tuanya.  Hebat sekali dia hanya saja, nasibnya kurang beruntung kali ini. “Paman,” Dia memandang Hadi. Gadis itu masih kecil, rasanya dari tinggi dan gaya bicaranya, umurnya masih 9 tahun.

Ada sebuah pohon kelapa disana, akan paman ambilkan.” Kata Hadi.

“Ini pisau kecil, siapa tahu membantumu.” Kata seorang remaja laki-laki. “Kau bertanya mengapa aku bisa membawa senjata ini dalam pesawat?” Tanya remaja itu pada Hadi, Hadi diam. “Baiklah, aku lebih pintar untuk melakukan kenakalan tapi, ini berguna untuk saat ini.” Dia meberikan pisau kecil itu pada Hadi.

Aku di bawah pohon kelapa. Melihat Hadi mengambil buah kelapa itu dan PLAK! Buah kelapa itu menjatuhi kepalaku. Seketika aku pingsan.

“Tuan.” Seorang wanita memanggilku, aku tersadar. Dimana aku? Aku merasa seperti mimpi, aku di pesawat. “Tuan, anda baik-baik saja? Mengapa Anda berteriak?” Tanya wanita yang di sampingku.

“Kau malaikat?” Tanyaku,

“Anda tertidur dalam pesawat ini dan mungkin Anda bermimpi.” Jelasnya, aku melihat sekeliling dan memukul wajahku. Sakit! Hah! Aku bermimpi dan pesawat ini baik-baik saja. Baiklah, kami selamat dan itu hanya mimpi.


Crisi menjempurku di Bandara, dia langsung memelukku seolah sudah satu abad tak bertemu. Aku mencium keningnya dan berjanji tidak akan pergi jauh-jauh darinya.

Senin, 30 November 2015

Catatan RF

Karena bukan seperti ini.
Atau seperti itu.


Hal ini lebih seperti terombang-ambing.
Dimana aku menyakini satu ucapan tapi disatu sisi, ada pikiran lain yang menyatakan dengan lantang jika itu 'mustahil'

Entahlah.
Entah seperti apa.
Seperti mengambang.
Bukan mengambang antara hidup dan mati.
Aku masih hidup.
Masih bernafas.
Ini bukan tentang mati atau hidupnya seseorang atau tentang mati-hidupku.

Ini lebih pada suatu ucapan yang aku yakin 'benar'
tapi kenyataannya
aku bahkan tidak tahu apakah itu benar atau justru lebih buruk dari sekedar salah.

Terkadang logikaku tidak bisa mencerna.
Sekalipun aku mencerna semua teori dengan baik tapi tetap saja, tentang hal ini, aku tidak bisa mencernanya.
Sekalipun aku mencerna seluruh argumen orang, tapi tetap saja, tentang hal ini, aku tidak bisa mencernanya.
Sama sekali tidak bisa.
Seperti terombang-ambing.
Antara .... entahlah.

Memilih?
Aku tidak memiliki pilihan, tidak diberi pilihan, dan ini memang bukan mengenai pilihan.

Entahlah.
Hal satu ini sulit dicerna.
Apalagi dicerna otak.
Di cerna hati? itu lebih menyulitkan.

Jadi ini bukan tentang A atau B atau C bahkan seterusnya.
Ini tenang, entahlah.
Aku sendiri bingung bagaimana menuliskannya.






By: catatan RF.

Mike - Cerpen oleh Aula Nurul M

Mike
(Cerpen oleh Aula Nurul M)

Aku hanya ingin semuanya nggak ada yang berubah. Aku hanya ingin segala sesuatu sama dengan sebelumnya. Aku hanya ingin ketenanganku nggak terusik sedikit pun. Namun, tenang bukan berarti nggak ada masalah karena jutaan masalah mulai datang padaku.
“Jika kamu melakukan kesalahan, aku nggak menjamin nyawamu akan berharga di tempat ini,” Mike memandangku dengan sejuta perang, “apa yang ada pada otakmu itu sebaiknya kamu buang jauh-jauh,”
Tanganku mulai sedikit gemetar. Aku menahan segala takut yang ada. “apa pun yang terjadi, aku nggak akan pernah berlari padamu. Aku nggak akan pernah berdiri di jalan yang telah kamu buat,”
“Aku anggap ini sebagai pilihanmu,” kemudian Mike menghilang dari pandanganku dalam beberapa detik.
**
Sel-sel di dalam tubuhku mulai terasa berantakan. Ada sesuatu yang berubah demikian drastis pada tubuhku. Bukan hanya sakit yang terasa namun lebih dari itu.
“Seharusnya kamu menerima tawaran Mike, itu akan menguntungkanmu,” seorang berpakaian serba putih bicara empat mata denganku di sebuah ruangan yang mengerikan, “kini, kamu nggak bisa berbuat apapun lagi,”
“Mengapa kalian nggak membunuhku saja? Hah! Mengapa?”
“Apakah kamu begitu bodoh?”
**
Tiga titik di pergelangan tanganku sudah benar-benar ada. Jika tiga titik ini hilang maka nyawaku pun akan hilang. Entahlah pilihanku ini salah atau benar-benar salah yang jelas, aku tetap nggak ingin berlari pada Mike demi menyelamatkan nyawaku.
Jika aku tetap diam di tempat ini dan nggak memberikan data pada mereka maka, tiga titik ini akan hilang perlahan. Aku benar-benar nggak habis pikir mengapa selalu ada orang-orang yang di posisikan seperti diriku ini. Menurutku, itu sudah melanggar hak kehidupan.
“Rea, ngapain kamu bengong disini?” Kevin bertanya padaku, aku diam, “Rea?”
“Aku hanya sedang memikirkan seseorang,” jawabku sekenanya.
Aku nggak bisa mengatakan pada Kevin kalau kedatanganku untuk menghancurkan keluarganya. Aku juga nggak bisa megatakan kalau aku bukan manusia. Jika aku mengatakannya, aku yakin kepalanya akan sakit sekali.
“Oh ya, ibuku membuat makanan untukmu. Ayo,”
Entahlah, agak membingungkan tapi aku menyukai kehidupan para manusia. Mereka memiliki sesuatu yang benar-benar nggak pernah kutemui.
“Bagaimana, apakah makanan itu cukup baik?” tanya Ibunya Kevin, “apakah kamu menyukainya?”
“Ya, tentu,”
**
Hilang, sisa dua titik lagi karena aku nggak pernah memberikan sedikit pun informasi mengenai keluarga ini atau pun tentang manusia-manusia lainnya.
Aku nggak ingin mereka memanfaatkanku untuk menghancurkan kehidupan manusia.
“Rea,” tiba-tiba Mike muncul di depan mataku, “sudah beberapa bulan kita nggak bertemu. Terakhir kali aku bertemu denganmu ketika kamu menolak untuk disisiku,”
“Apakah kamu ingin aku menyesal?”
“Pikiranku bicara lain,”
Aku memandangnya penuh tanya kemudian kakiku melangkah menjauh darinya. Aku nggak ingin melihat wajahnya lagi.
Bagiku, Mike nggak jahat. Ia baik. Ia dapat berbincang denganku secara baik. Namun, peraturan tetap peraturan. Aku ditakdirkan sebagai mata-mata. Jika aku ingin menghentikan takdirku, jalan satu-satunya aku harus di sisi Mike.
**
Kevin mengajakku jalan-jalan berkeliling kota. Ia mengatakan ada baiknya sesekali mengamati keadaan kota.
“Selama beberapa bulan ini kupikir kita berteman dengan baik, bukankah begitu?” wajah Kevin terlihat senang ketika ia berbicara padaku sekarang, “kupikir, akan lebih baik jika kita bukan sekedar berteman,”
“Aku mengerti ucapanmu tapi, apakah kamu tahu siapa aku?” tanyaku, ia tersenyum kecil, “aku hanya nggak ingin kamu terluka,”
“Bukankah cinta itu butuh sebuah pengorbanan?”
“Tentu tapi bukan dengan kehidupanmu. Apa yang kamu ketahui tentangku, nggak seperti apa yang kamu ketahui,”
**
Titik itu tersisa satu dan mulai memudar. Aku ketakutan tapi aku nggak bisa berbuat apa pun.
“Rea,” Mike memegang tanganku, “sebentar lagi hilang,” ucapnya kemudian ia menunjukkan pergelangan tangannya yang memiliki titik dengan jumlah yang sama denganku, “aku berkorban untukmu. Aku melompat ke jurang yang cukup dalam,”
“Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu bodoh?”
“Kamu tahu, kupikir dulu kamu berteman denganku agar suatu hari nanti aku bisa merubah takdirmu,” jelasnya perlahan, “namun setelah penolakan itu, aku menyadari kamu berbeda,” lanjutnya, “dan kini, aku hanya ingin mencoba berkorban untukmu,”
Aku benar-benar yakin kalau Mike sudah melakukan hal terbodoh dalam hidupnya. Jika sudah seperti ini, ia nggak bisa kembali lagi. Ia harus meneruskan atau ia berhenti, itu saja.
“Kamu mencintai Kevin?” tanyanya, aku nggak menjawab, “kupikir kamu mencintainya karena sikapmu menunjukkan kalau kamu melindunginya,”
“Disini, manusia melindungi bukan sekedar karena cinta. Mereka melakukannya ada peduli sesama manusia. Hal itu berbeda dengan kehidupan kita,” jelasku, “sebentar lagi aku mati dan kamu pun begitu. Apakah kamu bodoh?”
Mike menggenggam tanganku erat kemudian memelukku, “hanya ada satu hal yang bisa membuat kita selamat,” jelasnya, aku menggeleng. Benar, ada satu hal tapi itu terlalu menakutkan, “menjadi pemberontak itu nggak terlalu menyeramkan,”
“Kita akan mati jika gagal,”
“Dan kita akan mati jika nggak mencobanya,” jelasnya, “kita hanya perlu mencoba,” kemudian aku tersenyum ringan. Aku benar-benar yakin kalau hatiku nggak salah telah menuliskan namanya sejak ribuan tahun lalu. Aku hanya mencintainya dan nggak pernah berubah. Penolakanku hanya sebuah pengakuan kalau aku nggak pernah memanfaatkannya, “apakah kamu ingin mencobanya?”
“Kita harus mencobanya bersama-sama,”

TAMAT



Naira - CERPEN oleh Aula Nurul M

‘Entah apa yang terjadi, ini seperti mimpi’

Naira memandang sekeliling, masih tak ada yang berbeda dengan suasana sekolah padahal ia tahu betul seharusnya ada yang berbeda.

“Otak lu baik-baik aja Ra?” Olin ingin memastikan, “bentar, jangan bilang karena Elang? Aduh, udah lagi,”

**

Jarum jam dikelas bagaikan surga dimata Venus. Ia tak henti-hentinya memandang jarum jam itu. Ini bukan karena ia tak betah akan pelajaran yang berlangsung tapi ia ingin menyelesaikan sesuatu.

“Naira?” bisik teman akrabnya, “2 menit lagi selesai,”

Setelah bel tepat berbunyi, kaki Venus langsung tancap gas ke kelas Naira, pacarnya. Namun, ia tak mendapati Naira disana. Ia mendapati Naira duduk di pinggir lapangan bersama Elang. Venus tak cemburu, ia hanya takut Naira kembali pada sisi Elang.

“Kamu marah? Apa kamu marah? Kamu benar-benar marah?” tanya Naira datar, “sepertinya ada yang janggal disini,” ia memandang Venus dan Elang bergantian, “beberapa hari ini..., sudahlah, lupakan.”

**

Olin menyikut Naira setelah Naira selesai menempelkan pengumuman dimading. Tentu saja, Naira tak terima sekalipun Olin merupakan teman baiknya di sekolah.

“Baiklah, akan kita akhiri disini atau setelah pulang sekolah?” Naira menawari, “tapi, apa yang akan kamu dapatkan? Hah?!”

“Apa?” Olin balik tak terima, “sadar diri, pacar lo siapa tapi masih deketin Elang,”

Sekian kalinya Naira lelah mendengar Olin bicara seperti itu. Tak ingin memperpanjang masalah, Naira pergi darisana. Ia mencari-cari Venus yang sudah pasti ada dibelakang sekolah.

**

Jika sebagian orang mendapatkan cinta dengan jalan yang suci, tidak bagi Venus, selagi hal kejam bisa ditempuh mengapa tidak. Seperti itulah jalan pikiran Venus dan seperti itulah ia mendapatkan Naira.

“Tapi belakangan, Naira menyadari sesuatu,” curhatnya pada kakak perempuannya, “apa ini sudah salah sejak awal?”

“Tanyakan pada hati kecilmu,”

Venus menghubungi Naira, kali ini suara Naira lembut. Ia merasa Naira sudah tidak marah lagi padanya.

“Mimpi di sore hari itu mengerikan, benar-benar mengerikan,” celoteh Naira, “aku merasa kamu sedang menyiapkan kejutan,”

Klik, Venus menutup teleponnya. Ia tahu kemana arah pembicaraan Naira namun ia tak ingin membahasnya lebih jauh lagi.

‘apa berbohong hal baik?’


Bersambung...... 








Minggu, 22 November 2015

Untuk Kamu-kamu-dan-kamu

Ini tentang kamu.
Bukan tentang aku.
Atau tentang dia.
Iya.
Ini tentang kamu.



LPM.


Lembaga Pers Mahasiswa.


Tentang UKM yang sempet tidur.
Tentang UKM yang sempet menghilang.


Alasannya?
Banyak faktor.
Faktor yang jelas tidak dapat saya katakan disini.
Yang pasti, bukan karena faktor cinta *abaikan*


Tapi kini UKM ini berjalan lagi.
Dengan orang-orang yang punya semangat juang tinggi.
Dengan orang-orang yang punya tujuan yang sama.
Dengan orang-orang yang baik seperti gue *ups*
Daan dengan orang-orang yang berpikir idealis.


LPM itu sesuatu.
Sesuatu yang apa hayo?
Pokoknya yang namanya pers itu bagi anak-anak LPM sesuatu sekali. Cetar.


Tau gak sih kalau LPM >> Garda Idealisme Mahasiswa?
Hmm..., udah tau atau baru tau?
Mau tau lebih lanjut?
Yuk kenalan sama anak-anak LPM.

Anak LPM ramah kok.
Anak LPM juga baik.
Kita bukan organisasi yang mihak sana atau mihak sini.
LPM itu independen.
Oke.
Sekali lagi.
Independen.


Hmm...,
dua hari ini alias sabtu-minggu, kami, LPM, ngadain Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar. Tau gak kegiatannya apa aja? Gak tau? atau gak mau tau? Mau tau kan pastinya? Kegiatannya menyenangkan. Semua tentang jurnalistik dan prakteknya. Maka dari itu sampe malem kegiatannya.

Lalu, apa yang di dapet dari PJMTD? Dapet temen? oke. Anggaplah dapet temen baru. Jelas! Dapet ilmu? Lebih jelas lagi.

Cumannn dapet itu aja? Heei, tentu tidak. Tentu nggak. Tentu lebih. Satu, kamu akan tahu dasar-dasar jurnalistik, kamu akan tahu apa itu jurnalistik, kamu akan tahu gimana jadi jurnalis yang cetar, kamu akan tahu bagaimana menjadi jurnalis yang baik, dan tentu lebih banyak lagi.

Jadi, untuk seluruh peserta PJMTD, dari sudut pandang gue sih baik-baik aja. Mereka senenng-seneng aja. Mereka gak ngeluh walaupun dikerjain waktu turun ke lapangan nyari berita. Mereka gak ngeluh saat post tes. Mereka gak ngeluh saat dicoret-coret pipinya karena salah jawab pertanyaan. Hmm ^^ artinya mereka gak terbebani dengan ini.

Sekalipun lelah.
Sekalipun hari sabtu sampai malam.
Sekalipun malem minggunya terganggu (bagi yang punya pacar)
Sekalipun waktu tidurnya terganggu.
Tapi akhirnya, semua baik-baik aja.
Gak ada yang perlu dicemaskan.

Kini, kalian, para peserta PJMTD yang akan bergabung dengan keluarga besar LPM >> gue cuman mau bilang 'kalian wow sekali'. Banyak hal yang mau gue ungkapin tapi berhubung bisa panjang ini tulisan >> next time yaa gaes.

Yang jelas, selamat bergabung dengan keluarga besar LPM.
Kita harus memegang tangan bersama-sama. Eratkan. Erat. Jangan dilepas. Membangun LPM lebih baik lagi.

'sayang kalian semua deh'


-Catatan hari ini, 22 november 2015-



Sabtu, 21 November 2015

19 November 2015 - Diary aja kok ^^

Ini mungkin sesuatu yang entahlah unik banget.

Dimulai dari pagi. Berhubung gue baru berobat karena biasalah mungkin pancaroba otomatis gue minum obat. Otomatis gue lemes. Sebenernya gue niatnya gak mau masuk kuliah dulu alias izin lah hari ini. Tapi berhubung hari ini ujian, ya gue masuk. Sebenernya ujian susulan juga gpp cuman terkadang kalau ujian susulan harus nyari waktu yang tepat untuk ngedep dosennya. Itulah yang gak gue mau ^^

Eh ternyata dan ternyata. Dosen yang ngajar ada keperluan mendadak. Ujian batal. Lalu gue ke tempat kawan gue yang namanya Umi Sofiatun. Dengan kepala gue yang masih puzing-puzing otomatis gue tiduran aja tapi namanya gue itu gak bisa bobo nyaman kalau bukan dirumah sendiri. Alhasil, cuman tiduran-tiduran doang aja. Jujur puzing dan lemesnya itu gak nahan tapi lebih pusing waktu gue drop sampe dirawat di RS selama 10 harian pada bulan april kemaren ^^

Kemudian siangnya, ada jam lagi nih. Eh diundur jamnya dan digabung sama anak kelas laen. Ya udah oke aja. Walaupun grrr temen-temen gue itu wow resehnya dibilang gue senenglah, ngerasa beruntunglah. Yaa gue mah nyengir-nyengir aja daripada ngelak dibilan apakali. Biarkan mereka senang.

Next.

Kemudian tibalah pukul 15:00 alias jamnya. Gue itu lagi di gedung PKM untuk nyerahin berkas pendaftaran titipan temen. Lalu gue cepet-cepet kan tuh dalam keadaan puzing. Ehh wow nya ketemu rombongan anak F alias cowok yang dibilang sih katanya gue naksir dia. Mereka bilang gue naksir dia. Mereka loh yang bilang. Gue? mau tau? mau tau banget? kepo sih.

Karena gue rada bingung harus buru-buru juga biar cepet bisa duduk, gue bilang dong ke rombongan anak F yang  disitu "misi-misi" ehh ada kawan sekelas gue si Jati. Yaudah gue manggil tuh anak biar bareng ke lokal. Ehh si Jati malah ngeloyor ke toilet. Bener-bener ini anak. Alhasil gue sendirian.

Sampe lokal, yaa begitu. Udah rame. Beruntungnya, dosennya belum dateng.

Next.

Kemudian, gue duduk manis. Ehh ada si cowok XXX alias yang kata anak E dan F juga beberapa kawan gue bilang 'Aula alias Lala suka sama si cowok XXX'. Gue mah nyengir-nyengir aja. Kalo marah nanti gue darah tinggi. Kalo gue keliatan bahagia seolah nanti gue nge-fans berat sama orangnya padahal kan gue nge-fansnya sama boyband Korea alias sii Big-Bang hihi ^^

Tapi sejujurnya, gue salah tingkah juga.

Ya gimana nggak sih. 3 kawan gue si cewek rempong yang duduknya dibelakang gue itu rusuhnya. Sampe gue dicubit-cubit sama mereka. Si Widya bilang "La, depan lo noh."
Tadi itu duduknya kan berbentuk U kebetulan dia pas didepan gue dan kebetulan dia yang menghadap ke tempat dosen ngomong, gue yang ngadep lurus tepat depan dia padahal kan emang posisinya gitu tapi dasar comelnya cewek-cewek rempong ini jadilah gue malu.

Bukan cuman disitu. Si Anggun lagi manggilin gue dari belakang, "La, biasa aja. Jangan lebay. Jangan salah tingkah." Hello! Gue itu udah biasa aja tapi mereka yang buat gue gak bisa biasa alias karena nahan malu atas kelakuan kawan-kawan gue. Ehh temen gue yang cowok juga ikut-ikutan alias si Sandi sama Khuzain yang ikutan nge-godain cie-cia-cie-cie. Ckck tabah yaa gue.

Gak sampe disitu gaes. Mungkin cobaan orang lagi sakit kali yaah.

Gak cuman mereka tapi diujung sana, 4 temen gue yang cewek ikut cie-cie dari jauh yang jelas buat gue malu setengah mati seolah gue sukanya kebangetan sama cowok itu. Oke-oke. Amanlah kalau yang gosipin cuman kelas gue. Ehh, ternyata bukan. Selain anak kelas gue yang hebohnya memalukan sampe dosennya mungkin heran, untung aja saat itu materi belum dimulai sih.

Anak kelas F itu bener-bener luar biasa. Dikelas gue yang mulutnya horor alias comel, eh dikelas F malah yang cie-cie para mahluk laki-lakinya. Ckck. Daebak!

Pertama, si Kukuh atau siapalah tadi itu anak F yang apakali manggil-manggil si cowok XXX dengan ngomong apalah tadi itu yang intinya nyindir gue. Bukan cuman sekali deh tapi keg nya beberapa kali. Dan nambah lagi, cowok yang duduknya diujung -entahnamanyasiapa- juga ikutan cie-cie manggilin itu cowok. Ya kan gue paham loh itu sengaja nyindir gue. Maluuu hei.

Gak sampe disitu, cowok yang pakaiannya serba merah alias si Rama atau siapalah tadi yang jelas dibarisan dia itu juga ikutan. Kemudian beberapa cowok lagi dikelas F yang ikut cie-cie-cie atau sekedar ngeliatin gue sambil seolah bilang 'udahlah La, kita udah tau'. Yaa otomatis gue jadi salah tingkah loh. Jadi malunya gak nahan. Seriusan aja. Entah mungkin muka gue jadi pucet malu atau apalah tadi itu.

Dan oke, jujur, tadi gue waktu mau ngasih argumen untuk kelompok yang presentasi malah gue kacau. Salah tingkah. Ya gimana enggak sih. Orang gue mau ngomong eh malah di cie-cie-cie segala. Ya kan nggak ada hubungannya sih. Apa hubungan materi sama cie-cie-cie. Alhasil argumen gue kacau amburadul sampe dosennya juga bingung tapi sepertinya dosennya memahami deh kalau otak gue lagi dapet gangguan dari luar wkwk.

Dibilang gue salah tingkah, iya. Kenapa? Ya All! Semua orang disitu berada menyudutkan gue seolah-olah gue suka kebangetan sama cowok yang namanya XXX. Iya atau nggaknya urusan gue. Berasa artis deh di cie-cie-cie gitu haha. Yang jelas sebenernya gue udah biasa aja asal mereka gak rusuh. Bayangkan sih hampir 70an mahasiswa disana dan 80% nya cie-cie-cie atau sekedar ngeliatin dengan tatapan yang gue paham lagi menyudutkan gue atau sekedar manggil nama gue dan cowok itu. Hello! Gue gak marah kok. Hanya saja, gue malu hei malunya gak nahan. Gue gak perlu marah karena mungkin hal seperti ini jadi sesuatu yang bakal jadi kenangan dimasa kuliah. Cumaaaan yaa gak gini juga kali.

Bukannya apa. Gue gak enak sama cowok itu dikira apakali kok gue malah diem aja atau malah senyum, nyengir saat mereka ngomongin gue begitu. Gue takutnya dia mikir, 'ini cewek gak malu apa?' atau dia mikir 'aneh sih' alias jadi ilfil gitu ke gue. Aduhh padahal kan gue gak ada niat. Gue mah kalau di gosipin mana pernah marah. Gue senang-seneng aja selagi gosip itu sesuatu yang wajar. Contohnya saat beberapa waktu lalu ada yang gosipin gue, entahlah, deket sama orang tapi gue nyengir aja, anggep itu sesuatu yang dapat dikenang semasa gue hidup. Gitu. Tapi heei, ini masalahnya 70 orang lebih di dalem ruangan dan kebanyakan ngeliatin gue seolah-olah gue sukanya kabangetan sama cowok XXX. Wow banget sih.

Malu hei malu.

Tapi gue juga gak bisa marah. Gue mah orangnya jujur. Kalau hal itu gak ganggu kehidupan gue yaa gue cukup senyum-nyengir entah apa yang mereka pikirkan.

Herannya, mereka gak pernah nanya sih 'iya' atau 'gak' kebenaran atas argumen mereka yang seinget gue udah dari jaman semester lalu-lalu. Gosip yang cukup melekat lama. Wow kan berasa artis gue

Tapi yaa buat apasih mungkin bagi mereka nanya. Mungkin bagi mereka-mereka-mereka-mereka itu hal semacam ini bisa membuat warna dalam hidup mereka. Mungkin loh. Kalau warna dihidup gue? Jelas. Dengan malunya gue yaampun.


Next.

Pulangnya, gue buru-buru karena harus jemput adek gue sekolah.

Sebelum jemput, gue nganterin kawan gue dulu si Dewi Tradena yang kost-annya gak jauh dari kampus. Dewi Tradena cerita kalau tadi ada cowok dikelas yang waktu gue lagi berpendapat bilang kalau gue ngomongnya sedikit muter-muter karena salah tingkah. Yap! Gue akuin iya. Bukan dia ajasih yang ngomong tapi kawan-kawan sekelas gue juga ngomong kalau gak biasa-biasanya gue begitu. Yaiyalah. Gimana sih, gue ngomong aja mereka pandangannya sambil bisik 'cie, liatin geh depan elo'

Pokoknya wow banget lah hari ini.

Kemudian temen gue cerita kalau sepertinya si cowok itu entahlah, entah sedikit terganggu atau sedikit malu atau entahlah. Yang jelas, gue malu. Gue ngaku malu. Sengaku-ngakunya.

Kalau suruh milih sih, gue mau juga digosipin sama G-Dragon biar masuk berita internasional gitu. Wkwk. Mimpi ya? Iyasih hihi ^^

Eh entah kenapa, tiba dirumah pukul 17:30 sore tiba-tiba demam gue hilang dadakan gitu walaupun puzingnya masih sedikit. Daebak banget. Kali ini gue ucapin makasih sebanyak-banyaknya buat mereka yang bilang itu karena mungkin dilain sisi termasuk obat kali yaa biar gue gak banyak pikiran. Jujur walaupun malu tapi seenggaknya gue tau kalau mereka semua perhatian sama gue makannya sampe bilang gitu. Sampe gue yang salah ngomong aja diperhatiin loh. Bahkan temen sekelas gue ada yang bilang tadi dia merhatiin ekspresi gue berubah atau gak waktu dikongek. Yaampun, kalian terlalu perhatian sama gue sampe segitunya. Berasa istimewa loh gue :*

Tau gini, mending gue di kongek begitu dari minggu lalu biar gak perlu ke dokter gitu. Biar gak minum obat dan dengerin dokternya berceramah. Dan irit dana juga ^^


Sembuh loh gue :* Thanks yaa


Jadi inget kejadian waktu gue demam tinggi beberapa hari ehh dibawa maen sama sohib-sohib gue kemudian tiba-tiba demamnya ilang padahal sempet kelupaan gak minum obat. Daebak!

Artinya, hal tadi secara gak langsung sih cukup membuat gue lebih rileks. Berhubung kemaren gue banyak pikiran eh tiba-tiba ada hal yang kata gue cukup entahlah, sedikit membuat gue senyum. Unik. Menarik. Mungkin kekanakan banget cie-cie-cie itu seperti anak SD tapi jujur, hal ini mungkin yang akan gue kangenin suatu hari nanti di masa-masa kuliah. Masa dimana saat saling ngejek, saat saling ngongek, dan lain-lainnya.

Tapi diluar itu. Mian. Maaf. Sorry. Untuk cowok yang namanya XXX (sensor). Gue gak ada maksud kok buat lo mungkin terusik. Gue gak marah bukan artinya gue pengen buat lo bete tapi yaa gue gak bisa marah sama temen-temen gue sendiri toh mereka gak ganggu hidup gue sih ^^ Maaf. Kalau misal lo merasa terusik yaa bilang aja sama temen-temen sekelas lo untuk berhenti bilang begitu ^^

Kamis, 19 November 2015

Jenis-Jenis Wakalah

> Wakil bil Kusoomah : mengambil alih beragam perselisihan/kasus atas nama principal)

> Wakil bil Taqazi al Dayn : penerimaan uang

> Wakil bil Qabaza al Dayan : kepemilikan utang

> Wakil bil Bai' : keagenan untuk perdagangan

> Wakil bil Shira : Keagenan untuk pembelian


Keagenan atau pendelegasian wewenang diperbolehkan oleh naskah syariah. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah mendelegasikan pekerjaan pembelian seekor kambing untuknya kepada seorang sahabat atas nama 'Urwah al Barqi'. Selain itu, Kalifah Saleh keempat, Hadrat Ali, dan beberapa sahabat A.S mendelegasikan bisnisnya ke orang-orang lain pula.

Subjek keagenan atau tindakan yang dilakukan oleh agen seharusnya diketahui/didefiniskan. Jika keagenan adalah untuk pembelian barang, marga, jenis, kualitas, dan beberapa atribut penting lain dari komoditas yang akan dibeli haruslah disebutkan. Keagenan tidaklah diperbolehkan untuk tindakan yang dilarang dalam syariah atau tindakan yang melanggar aturan, seperti mencuri, perebutkan kuasa atas properti, atau pelaksanaan bisnis yang berbasiskan riba.


















sumber : Buku UNDERSTANDING Islamic Finance oleh Muhammad Ayub, Penerbit GPU 

Jumat, 30 Oktober 2015

Pelaku Pasar Uang

PELAKU PASAR UANG
Beberapa pelaku utama yang terlibat dalam kegiatan pasar uang, antara lain bank-bank komersial, pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, perusahaan-perusahaan pemerintah,  future market exchange, brokers dan dealers, serta bank sentral.
A.                 Bank-Bank Komersial
Ada tiga peran bank komersial di pasar uang (Cook dan LaRoche, 1998). Pertama, bank komersial menjadi lembaga perantara dari unit surplus kepada unit defisit yang membutuhkan dana untuk membiayai investasi atau kresit dan unutk memenuhi ketentuan kewajiban giro minimum yang harus mereka pelihara pada bank sentral. Kedua, bank-bank komersial di pasar uang adalah sebagai dealer di pasar over the counter interest ratedevatives yang tumbuh pesar dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di negara-negara yang telah maju pasar uangnya, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Ketiga, bank komersial pada pasar uang adalah pemberi jasa free base income.
B.                 Pemerintah
Pemerintah pusar dan daerah di banyak negara membutuhkan dana telangga (bridgingfunds) yang besar untuk membiayai proyek-proyek pemerintah karena adanya perbedaan waktu antar pemerintah dari pajak maupun pemerintah lainnya dengan pengeluaran yang harus dilakukan. Di Jepang misalnya, pemerintah menerbitkan surat-surat berharga jangka pendek dan obligasi guna pembiayaan sementara dari proyek-proyek pemerintah.
C.                 Perusahaan-Perusahaan
Perusahaan-perusahaan nonfinansial institution dan non blank financial business menghimpun dana dari pasar uang dengan menerbitkan surat-surat berharga jangka pendek berupa unsecured promisorry notes
D.                 Government-sponsores Enterprises dan Short term Investment Pools
Goverment sponsores enterprises adalah perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak pada bidang keuangan (financial intermediaries) yang terkait dengan pemerintah federal
E.                  Money Market Mutual Funds (MMFs)
MMFs umumnya beroperasi dalam bentuk perusahaan-perusahaan broker dan kelompok reksadana (mutual funds group). Mereka membeli surat-surat berharga jangka pendek dari pasar uang dan kemudian menjual kembali kepada individu-individu, perusahaan, dan penanaman modal institusi (indtitusional investor) berupa share. MMFs mulai berkembang sejak awal 1980-an dan 1990-an, sejalan dengan maraknya perkembangan industri reksadana di Amerika Serikat.
Individu-individu adalah investor utama dari MMFs ini. Perusahaan-perusahaan brokers dan mutual funs group adalah kelompok-kelompok yang utama dalam menyediakan jasa money market mutual funs. Sejak diperkenankannya perbankan di Amerika Serikat untuk melakukan kegiatan reksadana. Dalam tahun 1980an peranan perbankan dalam usaha ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.
F.                  Money Market Funds
Money Market Funds (MMF) adalah sejenis perusahaan reksadana yang diatur dalam undang-undang Pemerintah Amerika Serikat  tempat perusahaan-perusahaan tersebut melakukan kegiatan investasi para surat-surat berharga yang beresiko rendah (US Securities and exchange commision, 2003). Risiko investasi masa MMF lebih rendah dibandingkan dengan resiko melakukan investasi pada perusahaan reksadana. MMF biasanya melakukan investasi pada surat-surat berharga milik pemerintah, certifikate of deposits, commercial paper, dan surat0surat berharga lainnya yang liquid dan aman.
G.                 Short Tems Investment Funds (STIFs)
STIFs dikelola oleh bank trust department untuk mengelola berbagan account kemudian dana yang ada tersebut digunakan untuk membeli surat-surat bergarga pasar uang. Portofolio dari STIFs di Amerika Serikat diatur oleh comproller of the currenct yang mensyaratkan bahwa sekurang-kurangnya 80% dari portfolio investasi yang dilakukan harus pada surat-surat berharga yang jatuh tempo tidak lebih dari 91 hari, serta minimal 20%dari nilai funds assetharus berbentuk kas, dan asset lainnya yang jatuh tempo sehari berikutnya.
H.                 Local Goverment Investment Pools (LGIPs)
LGIPs adalah investment pools yang dibentuk oleh negara-negara bagian di Amerika Serikat sehingga memungkinkan pemerintah daerah atau lokal untuk membeli piranti-piranti pasar uang dalam jumlah besar. Tujuan investasi adalah untuk mengoptimalkan dana itu sementara. Dana pemerintah daerah tadi biasanya dikelola oleh stare treasure’s office. Dana yang diinvestasikan tadi harus bersifat jangka pendek, biasanya satu hari.
I.                    Future Exchanges
Ada dua bentuk future exchange yang dikenal secara umum, yaitu money market future contract dari future options. Money market future contract adalah persetujuan untuk membeli atau menjual surat-surat berharga piranti-piranti pasar uang pada tingkat harga dan tanggal tertentu yang telah disepakati. Piranti money market future contrac yang secara aktif diperdagangkan adalah treasury bills berjangka waktu tiga minggu dan deposito eurodollar berjangka waktu tiga bulan. Sementara money market future options memberikan hak kepada pemegangnya (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual money market future contract pada harga tertentu dan sebelum tanggal tertentu.
J.                    Dealers dan Brokers
Dealers menggunakan piranti repo untuk membiayai inventori mereka berupa surat-surat berharga (securities) yang mereka miliki. Para dealer juga berfungsi sebagai perantara diantara pelaku dalam pasar repo’s, dengan memberikan pinjaman kepada yang membutuhkan dan melakukan pinjaman dari pihak yang memiliki surplus dana.
Sementara itu brokers dalam kegiatannya mempertemukan pembeli dan penjual untuk jasa itu brokers mendapat jasa (rokers free).
K.                 Bank Sentral
Bank sentral merupakan pelaku pasar utama pada pasar uang mengingat salah satu tugas utamanya adalah menjaga stabilitas moneter dan harga melalui pengendalian jumlah liquid dipasar.


Pengertian Pasar Uang

Sesuai dengan namanya, pasar uang adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-dana atau surat-surat berharga yang mempunyai jangka waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun dan dapat disalurkan melalui lembaga-lembaga perbankan. Pasar uang sering juga disebut pasar kredit jangka pendek.

BAB 2 - Penguntit Special "NOVEL"

BAB 2

Seseorang membangunkanku dari tidur nyenyakku. Apakah Aku terlambat bangun? Biasanya tidak ada yang membangunkanku kecuali Aku terlambat bangun dan tentu saja, Firas yang membangunkanku karena setiap pagi dia menjemputku untuk ke sekolah bersama. Bahkan, kami pernah terlambat ke sekolah dan itu karena Aku terlambat bangun apalagi Firas harus membangunkanku lalu menungguku mandi, sarapan, barulah ke sekolah.

“Aku terlambat lagi ya, maaf,” kubuka mataku perlahan, “harusnya kamu ke sekolah duluan, Aku bisa naik bis,”

“Dania,” suaranya seperti suara wanita, “sudah setengah tujuh pagi, Firas menunggumu di depan,”

“Mom? Sejak kapan Mom yang membangunkanku tidur?” kataku singut, “Aku tidak suka Mom yang membangunkanku. Apakah Papa tidak menjelaskan itu pada Mom?” lalu Aku bergegas mandi tanpa memberikan senyum pada Mom.

Aku sudah membuat perjanjian dengan Mom sebelum Mom menikah dengan Papa. Aku meminta Mom tidak mengurusi urusan pribadiku, tidak mencampuri kegiatanku, tidak melakukan hal-hal yang tidak kusukai, dan jangan mengaturku. Tapi, pagi ini Aku tidak suka sama sekali. Ini untuk pertamakalinya Mom membangunkan tidurku di pagi hari, bukan Papa.

“Maaf,” kata Mom setelah Aku keluar dari kamar mandi, “tapi, bukan hal yang baik jika Firas masuk ke kamarmu begitu saja dan membangunkanmu. Bagaimanapun dia anak laki-laki,”

“Apa masalahnya? Dia pacarku, Papa saja tidak pernah bermasalah tentang hal itu,”

“Karena Papa tidak ingin membuatmu kesal tapi, Papa juga khawatir. Mulai hari ini, tidak ada anak laki-laki yang bisa masuk ke kamarmu begitu saja,”

“Dia tidak pernah melakukan apa-apa padaku, dia menjagaku, dan bahkan saat di Paris, hal seperti ini tidak pernah diributkan Mama,” kataku kesal, “Firas anak yang baik, dia-men-ja-ga-ku, jangan mencoba membuat peraturan untukku, Mom bukan Ibu kandungku,”

Aku meminta Mom keluar dari kamarku, Aku ingin memakai seragamku dan Aku sudah kesal dengan tindakan Mom yang keterlaluan.

Di meja makan, Papa menyapaku tapi, Aku hanya diam lalu mencium Papa tanpa sarapan sedikitpun. Aku terbiasa sarapan tapi, kalau suasananya seperti ini ada baiknya Aku tidak sarapan sama sekali. Kalaupun magh-ku akan kambuh, peduli amat, Aku kesal.

Kau tahu, ibu tiri bukanlah ibu kandung jadi wajar jika Aku tidak mau mengikuti apa kata Mom. Mama saja tidak pernah membuat peraturan yang membuatku kesal tapi, Mom yang tidak ada hubungan darah denganku bisa-bisanya membuat peraturan seperti itu.

“Kita terlambat 30 menit ke sekolah dan kamu belum sarapan,”

“Aku tahu, Aku bisa ke UKS jika perutku sakit,” jelasku, “kamu tau apa yang tidak kusukai dari Mom? Tidak membuat kepalaku sakit,”

“Mom benar, tidak baik anak laki-laki datang pagi-pagi lalu masuk ke kamar seorang gadis untuk membangunkannya,” Firas berusaha membela Mom, “lagi pula, Aku selalu ingin tertawa setiap datang kerumahmu dan kamu masih tertidur, saat tidur, kamu benar-benar lucu,”

“Apakah ini pengalihan perhatian? Bagaimanapun, Aku tidak suka ada peraturan baru dirumah,”

Firas tersenyum kemudian tertawa kecil. Dia benar-benar bisa menempatkan dirinya dengan baik bahkan, dia tetap membela Mom dalam keadaan seperti ini dengan tidak mengecilkanku.

Sebelum ke kelas, kami harus berlari 10 kali lapangan dan Aku baik-baik saja, tidak pingsan walaupun belum sarapan. Aku terbiasa olahraga, Aku memang senang berlari, senang melompat dari tebing yang tinggi, senang melakukan hal-hal ekstrim jadi, lari 10 kali lapangan bukanlah masalah.

“Kamu lelah?”

“Harusnya pertanyaan itu yang kulontarkan padamu. Walaupun kamu lebih gila dalam hal olahraga tapi, kamu belum sarapan, kasihan lambungmu,”

“Bicara soal olahraga, bagaimana kalau akhir pecan nanti kamu menemaniku panjat tebing? Maksudku bukan hanya menemani tapi, ikut bermain,”

“Tidak untuk satu itu, Aku takut ketinggian,” katanya tersenyum, “naik pesawat tidak masalah tapi tidak dengan panjat tebing dan melompat, kamu saja,”

Kuakui, Firas memang begitu takut dengan tebing. Kau tahu bukan kalau sesempurna-sempurnanya seseorang, ada pula kekurangannya. Namun di bidang lain, Firas dapat melakukannya dengan baik bahkan lebih baik dari siapapun di sekolah ini.

‘Mama kira akan sulit bagimu mendapatkan anak laki-laki yang mencintaimu dengan tulus tapi, masih ada yang mencintaimu seperti Faris’ ucap Mama ketika Aku ke Paris bersama Firas.

‘Maksud Mama? Bukankah ini sudah sewajarnya?’

‘Kamu terlalu sempurna bagi anak laki-laki. Kamu cantik, sexi, cukup cerdas, kamu bisa melakukan kegiatan anak laki-laki seperti memanjat tebing atau bermain bola kaki, dan masih banyak kesempurnaanmu’

‘Mama memujiku?’

‘Tidak. Bagi Mama itu kekuranganmu karena akan banyak anak laki-laki yang menyukaimu hanya karena kesempurnaan itu bukan karena cinta. Namun, berbeda dengan Firas, dia benar-benar mencintaimu karena dia sama sempurnanya dengan dirimu,’

Apakah ucapan Mama ketika Aku dan Firas ke Paris benar? Penjelasan Mama benar tapi, apakah itu kekuranganku? Apakah itu juga kekurangan Firas?

Kukira, apa yang bisa kulakukan akan membuat orang menyukaiku dengan tulus hati tapi, kesempurnaan itu menjadi kekurangan besar dalam hidupku. Apakah hal itu yang membuat orang yang kusuka tidak memandangku sama sekali? Jika benar, apa yang harus kulakukan?

“Beib, sudah bel istirahat, kamu lapar kan?”

“Kalau kamu mentraktirku makan maka Aku akan lapar,”

“Aku ada latihan basket. Maafkan Aku,” dia mencium keningku, “kamu harus makan atau kamu akan sakit, ingat tadi pagi kamu belum sarapan,” lalu Firas keluar kelas.

Aku tidak dapat mencegahnya latihan karena dia tetap akan pergi walaupun kularang. Padahal, teman satu timnya saja tidak latihan kecuali sepulang sekolah nanti. Aku ingin menemaninya latihan tapi, dia pasti mengusirku karena dia ingin Aku makan, menjaga kesehatanku.

Aku memesan nasi ayam di kantin dan Aku duduk dengan Caroline karena hanya bangku ini yang tersisa. Walaupun Aku tidak ingin tapi, tidak ada pilihan lain.

“Firas kemana Dan?”

“Seperti biasa, mengejar sesuatu yang misterius,” jelasku, “kamu sudah hampir selesai makan ya? Kurasa Aku akan makan sendirian disini setelah kamu pergi,”

Caroline mengerti maksudku. Para siswi tidak ada yang ingin duduk di meja kantin yang sama denganku, mereka sedikit menjaga jarak denganku. Apakah mereka marah karena Aku pacaran dengan Firas? Kurasa mereka cemburu.

“Apakah kecemburuan mereka sebesar itu? Aku hanya berpacaran dengan Firas, itu hal yang wajar,”

“Tidak. Jujur, bukan karena hal itu mereka menjaga jarak denganmu,” beritahu Caroline, “kamu cantik, siswi tercantik di sekolah ini bahkan lebih cantik dari seorang model remaja, mereka canggung jika harus duduk denganmu,”

Aku tersenyum dan tidak bisa bicara apapun setelah Caroline menjelaskannya. Apa yang Caroline katakan rasanya benar padahal, Aku ingin mereka memperlakukanku seperti siswi lainnya.

“Hei Car,” sapa Volan pada Caroline, “kamu sudah selesai makan?” Caroline mengangguk pelan dan seperti biasa, Volan tidak menanyakanku sama sekali, “padahal Aku baru memesan makanan, Aku lebih senang jika makan ditemani kamu,”

Baiklah, Aku disini hanya jadi patung pendengar saja. Jika Volan menyukai Caroline, yasudah toh Aku sudah tidak punya harapan lagi. Aku sudah punya Firas yang mencintaiku dengan tulus dan Volan, terlalu jauh berharap padanya.

Dia menyukai Caroline, setiap pagi dia menjemput Caroline walaupun Caroline sering sekali menolak ajakannya ke sekolah bersama. Di sekolah mereka memang terlihat biasa saja tapi, Aku sering sekali melihat Volan di depan rumah Caroline.

“Lan, Aku ke kelas duluan ya. Oh iya, kamu makan bareng Dania aja, kasian Dania kalau sendirian,” lalu Caroline pergi seolah memberikan sumbangan teman makan padaku. Apakah Aku patut di kasihani oleh Caroline sehingga dia memberikanku sumbangan seperti ini?

Volan memakan perlahan mie ayam yang di pesannya tanpa bicara denganku. Kurasa dia agak kesal karena di tinggal Caroline begitu saja.

“Sejak kapan kamu menyukai Caroline? Aku melihatmu setiap hari di depan rumahnya,”

“Aku lupa sejak kapan,” jawabnya lalu menghentikan makan, “apakah Firas sedang latihan basket?” Aku mengangguk kecil, “dia begitu giat latihan padahal Aku saja tidak terlalu memaksakan diri,”

“Mungkin itu rasa tanggung jawabnya sebagai kapten,” jelasku, “mengapa kamu menyukai Caroline? Bukankah adik kelas kita yang seorang model itu meyukaimu? Dia lebih cantik dari Caroline,”

Volan tertawa kecil, “kamu ini lucu, apakah cinta hanya di pandang dari wajah?” tanyanya, Aku langsung diam, merasa salah bertanya, “Aku hanya bergurau, Aku tahu kamu cantik dan Firas tampan, jangan tersinggung dengan ucapanku,”

Aku tidak tersinggung dengan ucapannya hanya saja, berarti dia tidak memandangku sama sekali karena hal ini? Lalu apa yang di lihatnya dar Caroline? Caroline berkulit sawo matang tapi kulitnya kurang sehat alias tidak begitu lembut karena dia tidak pernah melakukan perawatan di salon, bentuk tubuhnya juga biasa saja, dan kegiatannya pun biasa saja.

“Tadi kamu mengatakan mengenai wajah. Kalau Aku berpacaran dengan Firas karena hal itu, kami sudah pacaran sejak baru kenal tapi, kami tidak pacaran dengan cepat bukan?” kataku lirih karena beberapa siswa-siswi memandangi kami, “kamu mau tahu tidak, Aku berpacaran dengan Firas karena dia bisa bermain basket,”

“Itu bukan suatu kelebihan Dan, bukan,” Volan melanjutkan makan, “anak-anak memandangi kearah kita. Rasanya, Aku tidak pantas duduk disini, dengan siswi secantik dirimu,” Aku tertawa kecil, “apakah ada yang salah dengan ucapanku? Kamu cantik dan Aku ataupun yang lain merasa tidak pantas duduk di dekatmu. Hal itu akan menunjukkan perbedaan besar.

**

Mom di dapur ketika Aku pulang larut malam. Kurasa Mom membuat kue untuk Papa, bukan untukku karena Aku sedang tidak ingin menyentuh makanan Mom.

“Nak Firas,” sapa Papa pada Firas, “apakah kalian dari makan malam?”

“Iya Om,” jelas Firas, “dan tadi Dania menemani saya latihan sebentar, maaf Om,”

“Tidak masalah,” kata Papa, “duduklah,” Papa menyuruh kami duduk, “Dania, apakah kamu marah dengan Ibumu?”

“Kalau yang Papa maksud adalah Mom, Aku tidak marah hanya sedikit tidak suka dengan tindakan Mom, itu saja, sudahlah, jangan di bahas,”

Aku ke kamarku sedangkan Firas berbincang dengan Papa. Aku mengganti seragam sekolahku karena sejak pulang sekolah tadi, Aku hanya menemani Firas latihan tanpa mengganti pakaian.

Di kamarku, ada sekotak coklat dari Mom sebagai permintaan maafnya tapi, Mom tetap membuat peraturan itu. Aku tidak suka dengan tindakan Mom, maka kusingkirkan coklat itu.

Ketika Aku ingin menyingkirkan coklat itu, di atas meja belajarku ada sebuah kotak besar. Itu dari Mama, Mama mengitimkan gaun rancangannya untukku dan gaun itu begitu indah.

Setelah mandi, Aku mengenakan gaun itu dan segera ke ruang tengah. Aku yakin Firas masih berbincang dengan Papa.

“Hei,” kataku memamerkan gaun biruku, “apakah gaun ini cantik?”

“Sangat cantik, apakah Mama kamu membuatkannya lagi untukmu?” Aku mengangguk, “kudengar ini rancangan pertama Mama kamu di bulan ini,”

Papa tidak merespon gaun yang kukenakan. Rasanya Papa masih sulit melihatku menerima hadiah-hadiah dari Mama.

“Pa, ayolah, Mama adalah Ibu kandungku, apakah Aku salah?” tanyaku pada Papa, “Aku tidak ada niat lain, Aku senang dengan pemberian Papa tapi, tetap saja Aku lebih suka dengan pemberian Ibu kandungku karena kami sama-sama wanita,”

“Maafkan Papa tidak bisa membelikan gaun seperti itu,” kata Papa, “gaun itu sangat cantik,”

Ayolah Pa. Papa dan Mama tidak ada bedanya. Aku menyayangi kalian, setidaknya Aku masih disini dan tidak menetap di Paris,”

Papa menarik nafas sejenak lalu menepuk pundak Firas dan meninggalkanku bersama Firas. Aku tidak pernah berpikir tentang materi pada Papa, Papa sudah cukup menyayangiku jadi, Aku tidak meminta lebih. Aku tidak ingin Papa merasa tersaingi oleh Mama karena sebenarnya mereka satu hanya saja mereka terpisah.

Aku pernah berniat pindah ke Paris dan menetap disana setelah liburan kemarin. Hal itu kulakukan karena Mama yang memintanya apalagi Firas juga bersedia melanjutkan pendidikan disana jika Aku disana. Tapi, kalau Aku ke Paris mendadak, Papa akan mengira kalau Aku pindah karena Mama memberikan fasilitas yang lebih di bandingkan Papa.

“Hei cantik, duduklah, jangan terus berdiri dan memamerkan gaun yang indah itu,” lalu Aku duduk di samping Firas dan bersandar di bahunya, “itu hal yang wajar bagi seorang laki-laki, sangat wajar,”

“Maksudmu?”

“Walaupun mereka berpisah tapi, bagaimanapun seorang laki-laki, maksudku seorang Ayah akan berusaha mencari nafkah untuk keluarganya, terutama untuk anaknya. Mungkin Ayahmu merasa kalau Mama kamu lebih mampu,”

‘Tapi, tidak seperti itu. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, kamu tahu itu bukan?”

Perceraian memang buruk tapi lebih buruk jika membahas hak asuh anak dan membagi kasih sayang. Kau pernah merasakannya? Maksudku merasakan rasa sakit yang aneh ketika kedua orang tuamu tidak berkelahi tapi membuatmu bimbang. Seperti yang Aku alami sekarang, seperti itulah..

“Kamu lihat Aku,” pinta Firas, “ada Aku disini, kamu harus tetap tersenyum. Aku tahu, sebentar lagi air matamu menetes tapi, hentikanlah. Dunia masih ingin melihatmu tersenyum,”

Kedua bola mata Firas menandakan keseriusan, dia memberikanku semangat dan melupakan rasa bimbang yang sesak. Mereka berdua orang tuaku jadi, Aku tidak mungkin meninggalkan salah satunya dengan penuh.

I love you,” lalu kami berciuman dan berhenti ketika Mom datang dengan wajah yang tidak kusuka. Mom menyuruhku masuk ke kamar dan sepertinya Firas juga kesal tapi, dia berusaha tetap tersenyum, “sayang, Aku lupa. Mama kamu juga mengirimkan sebuah hadiah untukku, itu juga rancangannya. Bagaimana kalau kita kenakan untuk menghadiri ulang tahun Volan minggu depan?”

“Benarkah? Apakah tidak terlalu mewah? Tapi, baiklah, Aku mencintaimu, sampai bertemu besok pagi,” kucium kedua pipinya lalu dia meninggalkan rumahku setelah berpamitan dengan Mom.

Aku tidak tahu mengapa Mom melarangku berciuman dengan Firas. Apa Mom tidak suka karena takut gaya hidupku akan seperti orang barat? Aku tidak seperti itu, Aku tidak pernah mabuk sama sekali, Aku tidak pernah datang ke diskotik sekalipun karena Firas juga melarangnya. Apa yang salah? Kurasa, Aku lebih nyaman di Paris dengan Mama.

Paris kota yang indah. Setiap hari Aku bisa menemani Mama merancang pakaian, bisa berjalan-jalan di kota yang begitu indah, dan tidak ada yang membuat peraturan yang kubenci. Firas anak yang baik, dia hanya menciumku, tidak lebih, dan dia anak yang bertanggung jawab apalagi dia anak dari pengusaha terkenal. Aku yakin, Firas tidak akan membuat tindakan bodoh untuk mencoreng nama baik keluarga dan perusahaan.

“Mom, cukup membuatku kesal. Mom bukan Mama. Mom hanya istri Papa, itu saja,”

“Tapi Dania,”

“Mom, Mom baru 1 tahun mengenalku dan Mom baru beberapa bulan mengenal Firas. Dia anak yang baik, Papa saja percaya padanya jadi, untuk apa Mom seperti ini?” Aku memandang Mom kesal, “jangan ganggu Aku sampai Aku tenang. Jangan bangunkan Aku besok pagi, biarkan Papa yang membangunkanku atau alaram, atau kalau Firas mau, biarkan dia membangunkanku, jangan ganggu dia Mom,”

“Apakah pantas anak laki-laki berani berciuman di rumah gadisnya sendiri?”

“Apa masalahnya?” lalu Aku menghilang dari hadapan Mom. Jika seperti ini, lama-lama Mom bisa mengatur hidupku dan bertindak seperti Ibu tiri layaknya. Menyebalkan sekali.

**

Lalala….lala….lalalalaaaa
Dering handphoneku terdengar, kuangkat, dari Firas.

“Beib, kamu sudah bangun?”

“Tentu apalagi pagi-pagi kamu menelefon, apakah kamu mengkhawatirkanku? Atau kamu merindukanku?”

“Aku tidak pernah tidak mengkhawatirkanmu barang sedetikpun,” katanya sedikit serak dan terbatuk-batuk, “bisakah kamu ke sekolah sendiri hari ini? Maafkan Aku, Aku tidak rela gadis yang kusayang naik angkutan umum tapi, Aku benar-benar tidak bisa,”

Aku tertawa kecil, “baiklah, Aku mengerti. Kamu belum ke dokter kan?” dia mengiyakannya, “dokter keluargamu tidak memeriksa?” tanyaku padahal, seperti biasa, Firas tidak pernah mau bicara kalau dia sakit, dia akan diam saja, “nanti sepulang sekolah, Aku akan kesana, membawamu kerumah sakit, titik!” lalu kututup telefonnya.

Dia sakit karena lelah, lelah berlatih setiap hari. Aku tidak tahu ada apa dengan kepalanya sehingga mati-matian berlatih padahal, Aku yakin tim sekolah kami pasti menang.

“Dania,” Mom masuk dan meminta maaf padaku, “apakah hari ini Firas tidak menjemputmu?”

“Apakah Mom menguping pembicaraan kami?” Aku berbalik tanya, “Aku akan naik angkutan umum atau taxi,” jelasku, “seandainya Papa mengizinkanku membeli mobil dengan uang Mama pasti Aku tidak perlu mencari angkutan umum,”

“Papa akan membelikannya untukmu,” kata Papa tiba-tiba masuk dan Aku terkejut. Ucapanku barusan tidaklah serius, Aku hanya terbawa emosi karena masih kesal dengan Mom, “Papa rasa uang tabungan Papa cukup,”

Aku mendekat ke Papa, “Aku hanya becanda. Jangan membelikannya untukku Pa. Aku lebih senang di jemput Firas,” jelasku, “kalau Papa membelikannya maka Firas tidak akan menjemputku lagi, Aku mohon Pa,” lalu Papa tersenyum dan mengajak Mom keluar kamarku.

Papa pasti tahu kalau ini hanya emosi sesaatku. Mom benar-benar menyebalkan. Belakangan ini Mom ingin merubahku dan Aku tidak suka bahkan Mom sering mengingatkanku untuk tidak pulang larut malam. Kurasa Mom pelupa, Aku sudah sering mengatakan kalau Aku pulang larut malam karena pergi dengan Firas dan kami tidak melakukan tindakan jauh seperti yang ada di pikiran Mom.

Mom menganggapku seperti anak kecil atau justru menganggapku sebagai wanita murahan? Mom tidak sadar kalau anggapannya seperti itu bisa menimbulkan amarah Mama karena Mama memang selalu mengkhawatirkanku. Aku masih waras, Aku sadar nama baik Papa dan Mama ada di tanganku jadi, Aku tidak akan melakukan tindakan bodoh. Aku gadis berpendidikan, dari keluarga yang berpendidikan, begitupun dengan pacarku.

“Hei Dan,” sapa Caroline ketika Aku keluar rumah, “Firas tidak menjemputmu?”

“Dia sakit jadi, Aku lebih baik naik angkutan umum,”

“Oke, kita berangkat bersama saja,” ajak Caroline.

“Hei,” Volan memanggil kami, “apakah kalian tidak melihatku disini? Dania, kamu mau ke sekolah bersamaku?” tawari Volan, Aku terkejut, “ayolah Caroline, ada Dania, bagaimana?” Caroline melihatku, sejenak dia tersenyum tapi tetap menolak.

Aku menunggu angkutan umum di pinggir jalan bersama Caroline. Seandainya Caroline tidak menolak tawaran Volan, kami tidak harus berdiri disini.

**

‘Bagi Mama, dia anak laki-laki yang baik untukmu. Mama memang belum mengenalnya cukup lama tapi, kedatangannya ke Paris bersamamu dan sikap baiknya pada Mama, Mama sudah dapat menilainya’

‘Aku tahu, dia memang anak yang baik. Papa juga mengatakan seperti itu walaupun, Aku kurang yakin dengan ucapan Papa.’

Bangku sebelahku kosong, tidak ada Firas dan Aku merasa sendiri, kesepian. Anak-anak tidak ada yang mengajakku berbincang atau bergosip, hanya ada beberapa siswa nakal yang menggodaku saja, itupun ada batasnya.

Di sekolah ini, yah, mereka memang sudah seperti ini sejak Aku baru masuk. Aku juga pernah mendapatkan ancaman dari kakak kelas yang centil karena pacarnya melirikku tapi, Aku tidak salah bukan dalam hal ini? Kau tahu, Aku korbannya bukan penjahatnya.

“Dania,” seseorang memanggilku, “Dania, tunggu!” Aku berbalik arah, melihat siapa seseorang yang memanggilku, “apakah kamu ingin pulang?”

“Tentu saja, bel pulang sudah berbunyi,” jelasku datar. Ada apa Volan memanggilku? Ini hal yang aneh dan tidak wajar bahkan otakku rasanya di penuhi banyak pertanyaan, “apakah kamu pulang bersama Caroline?” tanyanya lagi, Aku menggeleng. Sudah kutebak, ini tentang Caroline lagi.

“Kurasa Caroline masih di dalam kelasnya, kamu bisa menemuinya,” kataku sambil melihat jarum jam di tanganku, “baiklah, Aku harus segera membawa Firas ke dokter,” lalu Aku melangkahkan kakiku.

Kembali lagi Aku harus menunggu angkutan umum bersama beberapa siswi lainnya. Kuharap, Aku tidak akan kehabisan nafas karena penuh sesak atau menemui anak laki-laki dari sekolah lain yang nakal.

“Dania,” Volan membuka kaca mobilnya dan memanggilku, “rumah Firas searah dengan jalan kerumahku, masuklah,”

“Tidak, tidak perlu,”

“Ayolah, Firas tidak akan marah hanya karena kamu menumpang. Bukankah itu juga demi kamu sampai kerumahnya?” lalu Aku ikut dengan Volan.

Kurasa Volan gagal mengajak Caroline pulang bersama jadi dia memberi tumpangan untukku. Volan cukup kaya, keluarganya memiliki bisnis property dan dia satu-satunya pewaris tapi tetap saja dia kalah dengan Firas.

Aku tidak tahu mengapa Aku begitu menyukainya sejak duduk di bangku SMP. Dia tidak setampan Firas, dia juga tidak sekaya Firas, dan dia tidak memandangku sama sekali tapi, Aku masih menyukainya sampai detik ini.

Apakah ini yang dinamakan cinta tanpa alasan? Tapi, cinta juga butuh suatu alasan, menurutku seperti itu. Kau tahu jika orang beranggapan cinta tidak butuh alasan tapi, bagaimanapun sebenarnya itulah sebuah alasan bukan?

“Apakah Firas benar-benar sakit parah?”

“Aku tidak tahu. Semalam dia baik-baik saja, Aku cukup mengkhawatirkannya karena kegiatannya akhir-akhir ini,” jelasku, “kamu satu tim bukan dengannya? Mengapa hanya dia yang berlatih keras?”

“Bukankah kamu mengatakan kalau itu tanggung jawabnya sebagai kapten?” dia mengembalikan pertanyaanku, “mungkin dia ingin melakukan hal yang penting setelah turnamen nanti,”

Sepanjang jalan, yang kami bicarakan hanya tentang Firas, tidak lebih. Aku tidak dapat membahas hal lain karena kami tidak punya pembahasan lain selain itu atau dia tidak menginginkan pembicaraan lain.

Aku menyukainya sudah beberapa tahun lalu bahkan, dulu Aku pernah menguntitnya dan kurasa dia tahu tapi, Aku tidak memiliki ruang di hatinya sama sekali. Tidak pernah dan tidak akan pernah.

“Sudah sampai, apa kamu ingin Aku menemanimu masuk?”

“Tidak perlu, Aku sudah terbiasa sendiri kesana, terimakasih atas tumpangannya,” kataku menyungingkan senyum manis dan Volan pergi dari pandanganku.

Rumah Firas begitu megah, seperti istana dan memiliki banyak penjaga di sekitar rumah. Wajar saja, saat kecil, Firas pernah di culik jadi kedua orang tuanya masih takut hal itu terulang kembali padahal Firas sekadang sudah besar.

“Nona,” sapa pelayan yang ada dirumah Firas ketika Aku hendak masuk.

“Firas masih tertidur di kamarnya?” tanyaku, dia mengangguk dan Aku langsung berjalan kearah kamar Firas yang ada di lantai dua.

Sebagai pacar yang baik, Aku harus merawatnya dalam keadaan seperti ini. Aku sudah izin pada Papa kalau hari ini Aku akan merawat Firas yang sedang sakit. Papa menyetujuinya kecuali Mom yang hanya diam saja tidak bicara.

Kamar Firas kosong, tidak ada Firas, apakah dia ada di kamar mandi? “Firas, apakah kamu bersembunyi dariku?” tanyaku, tidak ada yang menjawab dan Aku menunggunya.

Sudah 5 menit Aku menunggu, Firas tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali, “apakah kamu sudah lama disini?” tiba-tiba Firas memelukku dari belakang, “Aku bosan di kamar jadi, Aku berkeliling rumah,” jelasnya dan Aku langsung memeluknya, “ada apa? Apakah kamu begitu khawatir?”

“Tubuh kamu panas, kamu demam,” kataku, “kunci mobilmu ada di laci bukan?” kulepas pelukanku lalu Aku mengambil kunci mobilnya, “ayolah, hari ini Aku jadi supir, Aku akan mengantarkanmu ke dokter,”

“Rumah ini memiliki beberapa supir, kamu tidak perlu melakukannya,” katanya, “tapi, Aku tahu kamu hanya ingin bersamaku,”

Dokter mengatakan Firas baik-baik saja, tidak ada hal buruk yang terjadi kecuali hanya demam karena lelah. Firas diminta untuk beristirahat dirumah dua sampai tiga hari dan jangan ada yang mengganggunya.

“Inilah yang tidak kusukai dari dokter, Aku bosan tertidur,” Firas berusaha manja padaku, “padahal, Aku suka jika setiap hari menghabiskan waktu bersama bidadari cantik,”

“Apakah Aku harus menginap dirumahmu agar kamu tidak mengeluh?”

“Jangan, kalau kamu dirumahku, Aku tahu kamu akan repot dan belajarmu terganggu,” katanya, “Aku menginginkan seorang pacar yang peduli pada pendidikannya, bukankah kamu masa depanku?”

**

Aku terpaksa bangun pagi untuk membuat sarapan karena Aku masih tidak ingin menyentuh masakan Mom.

Kemarin malam, Aku sempat beradu mulut dengan Mom dan Caroline melerai kami. Oke, Caroline tetangga yang baik dan dia selalu di pihak Mom jadi Aku kalah, Aku harus mengakuinya semalam Aku kalah.

“Masakanmu benar-benar membuat Papa ingin terus makan,”

“Mama yang mengajarkanku masak setiap Aku pulang ke Paris tapi, tetap saja masakanku tidak seenak buatan Mama,” jelasku, Papa tersenyum, “yah, kuharap suatu hari nanti masakanku akan seenak buatan Mama,”

“Tentu, kamu memang memiliki bakat seperti Ibumu,” kata Papa, Mom hanya diam tanpa bicara padaku karena Aku yakin Mom tahu, jika Mom bicara maka suasana hatiku akan memburuk.

Aku mengirim pesan pada Caroline kalau pagi ini Aku akan menunggu angkutan umum padanya tapi, ternyata Caroline sedang ke Bandung karena neneknya sakit. Baiklah, jadi Aku sendiri, sendirian saja.

“Mom, Aku berangkat,” kataku lalu menutup pintu.

Di depan rumah ada sebuah mobil yang sangat kukenali, yang jelas bukan mobil Firas. Kemarin Firas menawarkan kalau akan ada supir yang mengantar jemputku tapi, Aku menolaknya.

“Dania,” sapa Volan yang duduk di depan gerbang rumah Caroline, “kamu baru keluar?”

“Ya, oh iya, percuma kamu menunggu Caroline, dia di Bandung dan tidak sekolah hari ini,” beritahuku, “apakah dia tidak memberitahumu?”

Volan tersenyum dan bangun, “Aku tahu, dia sudah memberitahuku tapi, Aku sudah terbiasa datang kesini, bagaimana kalau kita berangkat bersama?” tawarinya, Aku benar-benar terkejut, “kenapa kamu diam saja? Apakah kamu malu karena harus ke sekolah dengan siswa yang biasa-biasa saja?”

“Maksudmu?”

“Aku tahu, kamu lebih cocok satu mobil dengan Firas, Aku mengerti tapi, kita teman bukan?” Aku mengangguk pelan, “kurasa Firas tidak akan cemburu hanya karena hal ini, bagaimanapun Aku kalah jauh darinya,”

Aku menerima tawaran Volan. Dia benar, Firas tidak akan cemburu tapi, dia salah mengenai rasa malu. Aku tidak malu berangkat dengan siapapun jika dia temanku. Aku hanya heran saja karena ini pertamakalinya Volan menawariku berangkat ke sekolah bersama.

“Dania, bukankah ibu kandungmu seorang perancang pakaian terkenal?”

“Iya, ada apa? Apakah kamu ingin membeli pakaian rancangan Ibuku?” tanyaku, dia menggeleng.

Volan merogoh sakunya dan mengeluarkan lollipop rasa coklat lalu di berikan padaku, “mengapa kamu tidak tinggal di Paris? Kukira semua anak akan memilih tinggal bersama Ibu mereka setelah adanya perceraian,”

“Saat itu Mama kembali ke Paris dan Mama menyetujui permintaan Papa untuk merawatku. Tapi, Aku pernah ke Paris dan tinggal satu tahun dengan Mama.  Menyenangkan tinggal bersama Ibu kandung tapi, Papa sakit karena Mama membawaku dan akhirnya Aku kembali lagi,” jelasku rinci, “tapi, Aku masih bisa menetap di Paris. Aku masih memiliki kewarganegaraan ganda sesuai dengan usiaku,”

“Kurasa Ayahmu tidak bisa hidup tanpamu,”

Aku tersenyum tidak bisa menjelaskan mengapa Papa tidak bisa jauh dariku karena Aku sendiri tidak tahu. Yang Aku tahu, Papa akan lemah tanpaku. Kalau Mama, Mama sama lemahnya bahkan sempat pingsan beberapa kali saat harus berpisah denganku ketika kecil tapi, Mama tenang setelah Papa membiarkanku ke Paris setiap ada libur sekolah.

“Volan, apakah kamu benar-benar menyukai Caroline?” tanyaku, Volan hanya tersenyum, “tapi, dia tidak meresponmu sama sekali,”

“Dia?”

“Baiklah, Aku tahu mungkin kamu tersinggung, Aku tidak akan membahas Caroline,”

Di sekolah, beberapa siswa melihat kearahku karena datang bersama Volan. Volan cuek saja dan dia langsung ke kantin karena belum sarapan.

“Boleh Aku ikut denganmu ke kantin? Aku tidak memiliki teman berbincang di kelas, mereka menjaga jarak dariku,” jelasku, “ayolah, Aku hanya duduk saja di kantin, kamu cukup makan dengan baik,”

“Cepatlah, kakimu itu terlalu lambat melangkah,” katanya, Aku tersenyum.

Apakah dengan ini Aku bisa lebih dekat dengan Volan? Apakah Aku bisa berbincang dengannya seperti seorang teman lalu nantinya akan menjadi lebih? Kuharap seperti itu.

Volan memesan bubur ayam dengan sambal yang cukup banyak padahal, ini masih pagi. Dia bisa sakit perut kalau memakannya.

“Aku sudah terbiasa makan-makanan sepedas ini, jangan tunjukkan wajah terkejut seperti itu,” katanya, “keterkejutanmu seperti kekhawatiran, itu mengerikan,” tambahnya, “yah, Aku tahu, kamu gadis yang penuh perhatian pada sesama manusia tapi, tetap saja ini bukan jalur yang seharusnya,”

“Di sekolah ini, mereka temanku tapi mereka bukan seorang teman. Tidak ada yang bisa memperlakukanku seperti seorang teman, mereka hanya tersenyum, menyapa, dan kalau ada yang tidak suka yaa memandang sinis,”

Bubur ayam yang di pesan Volan di lahapnya perlahan. Dia makan dengan gaya yang santai dan cuek, tidak tenang. Mungkin ini yang kusuka darinya tapi, kebanyakan cowok di dunia ini menggunakan cara makan seperti ini bahkan lebih buruk.

“Dania, kamu merasa sepi tidak memiliki teman di sekolah ini?”

“Ya, bukankah itu begitu jelas. Saat Aku menemani Firas latihan basket, kamu dan yang lainnya pun hanya menyapaku sebatas sopan santun saja,” jelasku, “di luar sekolah ini, Aku memiliki banyak teman yang memperlakukanku layaknya teman tapi, Aku juga iri dengan siswa lain yang bisa bergosip pagi-pagi di kelas,”

“Kalau begitu, ayo kita berteman, Aku akan berusaha memperlakukanmu layaknya teman, Aku tidak akan menghindarimu seperti mereka,” ucap Volan, Aku langsung tersenyum cerah, “tapi, kamu tidak malu memiliki teman yang biasa saja seperti ini?”

“Tidak, tentu tidak sama sekali,”

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...