Rabu, 30 November 2016

Arthur - Cerpen by Aula Nurul

Arthur
Oleh Aula Nurul M (Cerpen yang ditulis sekitar dibawah tahun 2014-an)

“Hei, kapan giliranmu?” tanya Arthur si pohon yang berusia 18 tahun, “kurasa sebentar lagi giliranmu lalu giliranku.”

“Mereka sudah menebang pohon yang di sebelah barat, kurasa sebentar lagi memang giliran kita,” jawab si pohon satunya yang masih sangat kecil, “kau enak sudah bisa hidup 18 tahun, Aku baru 5 tahun dan nyawaku harus begitu saja melayang!” dia tampak kesal.

Sudah 3 bulan belakangan ini, hutan di datangi tamu tak di undang yang membuat penghuninya kalang kabut tapi tidak bisa lari. Mereka datang tanpa sebuah undangan seperti jalangkung.

“Hei, Arthur!” sebuah pohon tua berusia sekitar 87 tahun memanggil dengan suara serak, “apakah mereka akan kemari esok?”

“Aku tidak tahu, kau tanya saja pada mereka yang tidak berperasaan itu,” Arthur menghela nafas, “Hei kau,” Arthur memanggil pohon kecil yang berada di bawahnya, “mengapa kau tidur di siang hari seperti ini?”

“Aku ingin menunggu ajalku saja, bukankah kita akan sama-sama di bantai dan di jual?” pohon kecil itu terlihat sedih, “Aku harus berpisah dengan kalian, Aku tidak terlalu sedih tapi, Aku sedih karena para manusia yang tidak bersalah juga akan terkena imbasnya.”

“Tidak bersalah bagaimana?” si pohon tua bicara dengan suara paraunya, “mereka juga tidak bisa menghentikan, biarkan saja mereka merasakan amarah alam. Apa peduli kita jika mereka tidak peduli sama sekali?”

Satu per satu pohon di hutan sebelah barat mulai hilang tanpa jejak. Para penghuni hutan kehilanga habitat mereka dan persediaan makananpun menjadi kacau bahkan para semut pun menjadi korbannya.

Tidak ada berita baik atau buruk, yang ada hanya berita duka setiap jam nya. Arthur, si pohon yang biasanya ceria pun menjadi ketakutan dan serba salah. Dia tidak tahu harus berbuat apa yang dia tahu, hidupnya akan terancam juga.

**

Hari mulai menjadi gelap, matahari sudah melambai-lambai dan di bawah rembulan, Arthur berdoa pada Tuhan agar besok tidak akan menjadi lebih buruk dari hari ini.

“Tuhan, jika memang mereka senang dengan kepergian kami maka, kami pun akan senang setelah kepergian mereka,” doa Arthur.

“Bicara apa Kau ini nak,” kata si pohon tua yang mendengar doa Arthur, “apa maksudmu mereka pergi?”

“Jika kita di bantai, mereka sama saja membantai diri mereka sendiri. Bukankah bencana alam dapat dihindari karena kita? Kalau tidak ada kita, siapa yang bisa membantu mencegahnya?”

“Benar Kau nak, para manusia tidak berperasaan itu bodoh sekali.”

Perlahan mata Arthur mulai mengantuk dan dia tertidur lelap. Dalam mimpinya, Arthur bertemu malaikat cantik yang mengajaknya berjalan-jalan di langit. Langit sangat indah, lebih tenang, lebih damai, dan terasa begitu menyenangkan, berbeda dengan keadaan hutan belakangan ini.

“Nantinya kau akan tinggal disini, harusnya kau senang,” malaikat itu tersenyum pada Arthur, “benarkan ucapanku?”

“Tapi, kurasa para manusia masih membutuhkanku walaupun.....” dia terhenti sejenak, “yah, tempat ini menyenangkan tapi, Aku merasa mereka masih membutuhkanku...”

“Kau bersungguh-sungguh?”

“Entahlah tapi, mereka juga tidak menginginkanku kokoh di atas tanah itu.”

**

Mentari pagi menyinari, Arthur terbangun dan dia sudah melihat pemandangan tak menyenangkan. Dari jarak 100m terlihat penebangan liar terjadi lagi, para burung beterbangan takut, para gajah pun berlarian, dan para binatang-binatang lainnya shock mendalam.

“Mereka bisa lari tapi kita tidak,” kata pepohonan kecil, “Arthur, kami takut,” pohon-pohon itu melihat Arthur dengan wajah memelas, “lakukanlah sesuatu!”

“Untuk apa kalian sedih? Kita dapat ke surga dan disana, tidak ada yang mengganggu kita!” si pohon tua sudah bosan dengan keadaan hutan yang makin memburuk.

“Aku punya ide!” Arthur bersemangat.

**

Di televisi puluhan stasiun televisi menayangkan berita heboh, ratusan binatang buas menyerang kota, burung-burung hutan beterbangan ke kota, dan hewan-hawan lainnya merusak kota. Semua itu menjadi berita paling heboh dan meresahkan warga.

Kejadian yang aneh tersebut menyebabkan tanda tanya besar dan akhirnya, terkuaklah penebangan hutan secara liar. Polisi menangkap semua penebang liar dan sebagian hutan terselamatkan.

“Arthur, idemu sangat bagus.”

“Tentu tapi, kasihan teman-teman kita yang sudah ke surga,” Arthur terlihat sedih, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain ini untuk mereka,”

“Sudahlah Arthur, sekarang, tugas kita menjaga hutan ini untuk para manusia yang masih peduli pada kita, oke?” mereka tersenyum pada Arthur, Arthur menghela nafas sejenak dan dia berteriak senang, “nah gitu dong!”

“Tanpa kita, banyak bencana yang akan timbul. Setidaknya, kita pahlawan di alam.” Wajah ceria Arthur kembali lagi.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...