Sabtu, 06 Agustus 2011

Inspirasi menulis

Inspirasi  menulis

Mereka-lah inspirasiku
Saya tidak tahu dari mana hati saya tergerak untuk menulis. Semua itu berjalan begitu saja dalam keseharian saya. Ya saya menyukai tangan saya bergerak di atas keyboard sehari-harinya dan saya nyaman akan hal itu tapi ketika saya mengingat yang lalu, saya tahu dari mana saya menyukai menulis.
Seseorang memiliki hobby melukis, berenang, bermain bola, ataupun sebagainya pasti memiliki alasan tersendiri pada awal terbentuk hobby itu. Hal itu tidak berbeda jauh dari saya tapi hobby saya sendiri berasal dari amarah saya, kekesalan, dan pelampiasan kepada orang terdekat. Semua berawal dari sana, namun seterusnya saya merasakan perbedaan dalam menulis.

Ketika itu saya masih duduk di bangku SMP kelas 1, saya marah dengan sahabat saya, saya kesal sampai ada air mata yang keluar dari salah satu di antara kami saat di kelas. Ketika saya pulang hati saya tergerak untuk curhat namun tidak seorangpun yang menyadari, yang berarti itu bukan pada buku harian. Menulis cerpen, ya saya menulis cerpen tentang kemarahan, keributan, dan pertengkaran. Pada dasarnya cerpen saya tidak ada kaitanya dengan cerita saya tapi satu hal yang saya rasakan, ketenangan batin. Hati saya tenang ketika semuanya saya lampiaskan oleh kalimat-kalimat dalam cerita itu.

Berawal dari pelampiasan ketika saya marah tapi ada seorang teman saya yang mengatakan ceritasaya bagus dan unik hanya saya tata bahasanya yang masih berantakan. Saya baca lagi cerita itu. Saya lihat dari awal sampai akhir, pikir saya itu biasa saja, tidak ada yang bagus. Akan tetapi otak-otak iseng saya berjalan untuk membuat satu buah cerpen lagi dan saya berhasil walaupun masih sama, semuanya berantakan.

Kelas 1 SMP belum banyak saya belajar tapi ketika duduk di kelas 2, saya mulai belajar banyak dari sana. “Coba sih liat cerpennya” kata Mutiara teman sebangku saya waktu itu. Dia membacanya lalu teman-teman saya yang lain ikut tertarik. Mereka membaca dan bukan hanya membaca tapi banyak masukan atau kritikan dari mereka. Yah, dari sana awal saya benar-benar memberikan hati saya untuk menulis sebuah cerita.

Sakit memang ketika ada kritikan pedas dari beberapa teman saya “Berantakan!”, “Tulisannya ngaco! Nggak jelas!”, “Ini cerita nggak jelas, nggak bisa di cerna, nggak ngerti untuk di baca!”. Ya, itulah kritikan-kritikan dari teman-teman saya saat itu tapi semua itu menjadikan saya ingin menantang mereka, saya terus menulis dan saya berharap agar suatu saat nanti kritikan itu akan berharga sekali bagi hidup saya.

Bukan hanya teman saya saat itu tapi wali kelas saya dan guru sastra saya juga memberikan dukungan besar. Saya cukup banyak belajar dari mereka dan seperti yang tidak akan saya lupakan, kritikan itu adalah pembelajaran secara langsung yang sangat berguna sekali. Cukup membuat hati saya yakin untuk mendalami hobby saya ini dan semua dukungan begitu membuat saya senang.

Boleh saya akui, saya tidak tahu awalnya mendapat insirapi dari mana untuk menulis karena saya memulai itu berkat orang yang mendukung saya. Ketika kita bertanya pada orang mengapa dia suka bermain bola, ada saja jawaban karena ingin menjadi seperti salah satu pemain bola yang mereka gemari. Itu bertolak belakang dengan saya saat itu karena jujur saya tidak menyukai satu-pun penulis buku. Yang saya tahu, saya suka membaca dan ada dorongan dari orang terdekat saya untuk menulis.

Banyak hal yang saya pelajari saat baru-barunya mendalami dunia ini, saya tahu bagaimana tulisan yang di sukai orang di sekitar saya dan saya menjadi lebih tegar dengan datangnya berbagai kritian. Belajar memang sulit tapi bagi diri saya, untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan, belajarlah dari pengalaman walaupun itu sangat menyakitkan.

Ide-ide yang muncul, ide-ide yang keluar dari otak saya tidak jauh dari kehidupan orang di sekeliling saya. Semua itu menjadikan saya tahu bagaimana interaksi orang di sekitar saya dalam menghadapi masalah di kehidupan ini, besar maupun kecil. Ketika saya memandang mereka, memperhatikan, tiba-tiba ada ide sendiri yang mucul, dan terkadang di otak saya sudah membuat cerita sendiri dengan suatu ending.

Perjalanan itu sulit, perjalan itu penuh rintangan, dan perjalanan itu tidak akan mudah semudah membalikkan telapak tangan. Ya usaha saya untuk belajar menulis terkadang membuat saya bimbang, apa hasil yang akan saya dapat tapi hati saya mengatakan, setidaknya ada kelegaan tersendiri dan bisa curhat colongan serta bisa melampiaskan kekesalan. Hal itu yang masih saya ingat sampai detik ini.
Menulis, mencetaknya pada lembaran kertas, membagikannya pada teman-teman saya, dan saya mendapat hadiah berbagai masukan ataupun kritikan. Itu dan itu yang terus saya lakukan. Kadang ada yang bilang pada saya untuk mencoba memberikan naskah saya kepada penerbit tapi jujur ketika itu saya belum berani. Pikir  saya, cerpen yang saya buat hanya isneg-iseng dan untuk menghibur hati saya ataupun hati teman-teman saya.

Masih sama sampai saya hampir lulus dari SMP, dukungan itu masih mengalir di hidup saya. Teman satu kelas, kelas lain, begitupun beberapa guru yang mengenal saya. Itu membuat saya berpikir dan terus berpikir, bagaimana saya untuk memberikannya kepada penebit akan karya saya.  Maju-mundur untuk mencari cara tapi akhirnya saya mencari di internet tentang itu semua. Saya pelajari pelan-pelan.

Ketika itu saya mendapat beberapa alamat penerbit, untuk mencobanya saya menghubungi salah satu penerbit untuk menanyakan kejelasannya dan saya mengirim dua buah novel saya kesana. Sedikit ragu memang tapi saya yakin, itu keputusan saya dan saya tidak akan pernah menyesal.

Menunggu sekitar satu bulan, saya menanyakan sampai mana karya saya, lalu menunggu lagi sampai suatu hari saya keatangan seseorang pak pos dan dia memberikan sebuah kiriman pos yang tertera dari penerbit itu. Saya sudah dapat menduganya, apa isi dalam map itu. Kaki saya lemas dan langsung duduk, ingin rasanya saya menangis tapi saya kuatkan hati saya untuk membuka isinya. Bukan hanya novel saya yang di kembalikan tapi di dalamnya ada surat lampiran pengembalian naskah.

Hati saya mulai tenang setidaknya naskah saya di kembalikan bahkan ada surat lampirannya tapi jujur saya jadi takut untuk mencoba mengirimkannya kembali kepada penerbit. Saya takut akan adanya penolakan lagi dari penerbit karena rasanya menyakitkan, lebih menyakitkan ketika kita ribut dengan sahabat kita.

Namun, apakah pernah mendengar J.K Rowling penulis novel harry Poter? Yah dia berkali-kali mendapat kata penolakan dari penerbit, berkali-kali dia juga mencoba tapi dia tidak menyerah sampai akhirnya novel dia yang pertama trbit. Bukan hanya itu bahkan novel miliknya banyak yang menggemari dan di jadikan sebuah film yang snagat fantastik sekali. Dia sendiri tidak pernah menyangka akan menjadi seperti itu dan berarti semua usahanya selama ini tidak sia-sia begitu saja karena hasilnya, dia bisa menjadi seorang penulis terkenal.
Mengingat J.K Rowlillng, saya ingin seperti dia yang tidak menyerah. Hasil kedepannya adalah takdir dan setidaknya saya tidak berhenti untuk berusaha. Melekatkan satu niat bahwa saya tidak akan menyerah dan terus berusaha, itu yang ingin saya lakukan dan semoga niat itu benar-benar melekat pada hati saya.

Inspirasi saya menulis adalah dukungan dari teman yang membuat saya untuk terus belajar menulis dan kritikan ataupun saran adalah pembelajaran yang sangat berarti bagi saya. Penolakan sendiri memang sempat menjatuhkan saya sehingga saya takut untuk mencoba tapi pelan-pelan saya mencoba memberanikan diri untuk menawarkannya lagi. Yang terpenting bagi diri saya, setidaknya ketika saya menulis, itu membuat hati tenang dan terhibur dengan sendirinya.


Nama : Aula Nurul Ma’rifah
Sekolah : SMA N 13 BandarLampung
Fb : Aula Nurul Ma’rifah
Tugas FLP lampung yg gk sempet atau gk jadi di kumpul

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...