Sabtu, 06 Agustus 2011

Essai - Aku dan Menulis


Banyak orang yang berpandangan bahwa menulis itu mudah, hanya saja untuk memulainya yang sulit. Tidak heran bahwa diskusi atau pembicaraan tentang menulis sering sepi dari peminat karena di anggap tidak menarik dan kurang menyenangkan, belum tentu mendatangkan keuntungan tersendiri.

Jika kita lihat perkembangan sekarang, ya memang kebanyakan orang kurang meminati menulis karena selain melelahkan, otak juga harus berpikir keras ketika mencari ide. Pemahaman seperti itu menjadi sisi tersendiri yang akan pembuat seseorang itu tidak ada minat menulis. Padahal menulis sendiri merupakan pengetahuan yang luas karena dari menulis, berbagai hal dapat terpelajari, apapun itu karena ketika kita menulis dan memasukkan kalimat-kalimat ilmiah atau politik dan sebagainya, kita-pun akan memperlajari makna setiap kalimat itu.

Di samping itu, ada satu hal yang menjadi unsur pertama dan utama, dalam kehidupan dan dunia menulis, namun jarang sekali orang yang menyadari akan hal itu, yaitu ketenangan batin ketika kita menulis rangkaian kata-kata. Ketenangan itu akan di rasakan ketika seseorang menulis dan merasakan kenyamanan serta melanjutkan tulisannya sampai hatinya lega.

Dalam soal menulis yang sebenarnya terbentang luas di depan kita, hingga kini belum banyak orang yang berpikir bahwa ada peluang besar untuk membuat satu karya tulisan. Keinginan untuk menulis mungkin ada pada setiap individu, mereka ingin bisa tapi kemauan untuk memulai belum berkembang pada diri mereka.

Ketika seseorang mendapatkan ide, dia menulis-nya langsung sebelum ide itu hilang dan ketika dia mulai menulis, hatinya tergerak untuk terus menyelesaikannya. Itu terjadi jika dalam hati ada kemauan kuat untuk menyelesaikan tulisan itu.

Di Indonesia sendiri belum belum banyak penulis yang bisa mengalahkan pasaran karena kebanyakan buku di pasaran adalah buku-buku terjemahan. Seharusnya masyarakat Indonesia bepikir mengapa lebih banyak buku terjemahan di banding produk lokal. Semua itu terjadi karena seperti di atas, belum ada-nya kemauan dalam hati walaupun kesempatan besar ada di depan mata.

Kesempatan untuk membuat sebuah karya tulis yang baik, dapat membawa kita pada sebuah kebanggan tersendiri atau dapt menjadi penulis. Namun belajar menulis atau gemar menulis sama saja harus gemar membaca terlebih dahulu karena menulis dan membaca tidak dapat dipisahkan. Bukankah sangat mudah untuk menulis tapi hanya saja semua itu tergantung pada individu masing-masing.

Ketika kita di hadapkan pada satu hal yaitu kita bisa menulis tapi saat itu kita menghadapi kebuntuan menulis. Hal itu sangat menyebalkan dan seringkali membuat kesal sehingga amarah-pun keluar. Tapi jalan keluar pasti ada, seharusnya mencari bagaimana membuat suasana hati tenang, bukan ketenangan tempat yang di maksud tapi ketenangan hati yang paling utama karena ketika hati tenang semua ide akan berjalan dengan sendirinya.

Tantangan-tantangan dalam menulis pasti ada, baik itu kritikan, atau saran yang membuat kita berhenti menulis. Acuhkan saja semua itu, anggap angin lewat karena semua itu tidak akan menguntungkan melainkan akan membuat kita sedikit sesak. Wajar saja ada kritikan untuk tulisan kita karena tulisan tanpa kritikan sama saja bohong tapi akan lebih baik jika kritikan itu harus di pelajari. Satu hal yang harus di ingat, jangan berhenti menulis ketika seseorang menghentikan untuk menulis.

Ketika seseorang berhasil menulis, membuat sebuah cerita, membuat sebuah karangan atau sejenisnya yang dapat di baca masyarakat banyak, hal pertama yang ingin dilakukan adalah mengirimkannya pada penerbit. Jangan takut atau malu untuk mengirimkannya, mencoba sudah lebih baik dari pada tidak sama sekali dan untuk diterima atau di tolak adalah urusan terakhir. Memang menyakitkan ketika menerima surat penolakan tapi jika kita sama sekali tidak mengirimkannya, kita tidak akan tahu apakah bagus atau tidaknya tulisan kita tersebut.

Oleh karenanya sekarang ini lumayan banyak orang yang menulis akan tetapi belum menyelesaikan tulisan itu, belum berani mempublikasikannya, dan belum siap menerima penolakan ketika mengirimkannya penerbit. Hal itu seharusnya di buang jauh-jauh dari pola pikir kita karena itu akan membuat kita terpuruk .

Jangan sampai ada keinginan menulis tetapi belum ada kemauan untuk memulai, memiliki karya tapi tidak berani untuk mempublikasikannya, mencoba mengirimkan penerbit tetapi takut jika ada penolakan dari penerbit. Kita seharusnya betul-betul melihat peluang besar dimana produk lokal belum bisa mengalahkan produk luar dan juga membuat agar produk dalam negri mengalahkan buku-buku terjemahan serta membuat agar bangsa ini mengetahui bahwa menulis juga menjadi sebuah ilmu yang besar.




Nama      : Aula Nurul Ma’rifah
Sekolah   : SMA N 13 BandarLampung
Tugas FLP Lampung

*) maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata, kalimat ataupun paragraf karena jujur saya sendiri belum terlalu mengerti tentang menulis essai yang baik dan benar

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...