Sabtu, 06 Agustus 2011

Esai


 Catatan gua : ini bukan tulisan gua (aulanurul) ini gua dapet dari beberapa pencarian di google


Pengertian Esai
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan. 

Tipe-tipe Esai
Ada enam tipe esai, yaitu :
• Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
• Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.
• Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
• Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.
• Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
• Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

Ciri-ciri Esai
1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4. Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
5. Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.
6. Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.

Kegiatan Mandiri 1
Bacalah dalam hati contoh esai di bawah ini !
Membumikan Visi Keadilan Sosial Agama
Oleh Ahmad Fuad Fanani

Banyak orang yang berpandangan bahwa agama itu tidak perlu didiskusikan dan diwacanakan, tetapi lebih pas dan tepat untuk diamalkan. Tidak heran bahwa diskusi agama sering sepi dari peminat karena dianggap tidak menarik dan mengubah keadaan, dan belum tentu mendatangkan pahala.

Jika kita kaji, kemunculan ekstrimisme keagamaan dan fanatisme yang mengarah kepada tindakan kekerasan, serta mengancam perdamaian dan demokrasi, adalah salah satu implikasi dari agama yang tidak pernah didiskusikan dan tidak menjadi wacana publik. Sebab, pemahaman keagamaan yang diterima masyarakat menjadi statis, monolitik, mengarah kepada klaim kebenaran, dan tidak muncul berbagai alternatif penafsiran. Padahal sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, pengetahuan tentang agama juga mengalami evolusi agar dia tidak menjadi beku dan ketinggalan zaman.
Pada dasarnya semua agama mengajarkan keadilan, keluhuran, dan larangan berbuat kejahatan. Namun, jurang antara agama, idealisme agama, dan pemeluknya yang gagal memahami pesan dasar agamanya memang terjadi di banyak agama. Tidak heran jika agama seringkali menjadi tertuduh atas berbagai konflik sosial, politik, dan kemanusiaan yang terjadi.
Di samping itu, ada satu hal yang menjadi unsur utama dan pertama, dalam kehidupan dan keberagamaan kita, namun jarang sekali dihayati dan diimplementasikan, yaitu keadilan sosial yang sesungguhnya menjadi inti dari ajaran semua agama. Keadilan sosial ini memang dengan mudah kita temukan dalam kitab-kitab suci semua agama. Namun, dalam kehidupan nyata ajaran tentang keadilan sosial ini jarang dibumikan dalam praktik kehidupan. Bahkan, dalam sistem pemerintahan dan model kekuasaan di hampir semua agama pun jarang sekali yang menjadikan keadilan sosial sebagai ruh perjuangan dan dasar gerak dalam menjalankan kekuasaan. Para agamawan pun, meski banyak juga yang fasih dan gemar menyuarakan keadilan sosial sebagai wirid harian dan tema utama ceramahnya, masih banyak yang belum bisa mentransformasikan soal itu dalam kehidupan sehari-hari guna membentuk moralitas publik yang menjunjung tegaknya kesejahteraan rakyat kecil dan prinsip keadilan.
Hal lain yang menyebabkan agama dan kaum agamawan gagal menjawab tantangan kemanusiaan dan peradaban adalah kita tidak membaca dan belajar dari sejarah. Akibat dari tidak membaca sejarah maka, usaha dalam membina dan membangun bangsa ini bisa gagal. Dalam soal lautan kemiskinan yang terbentang luas selama berabad-abad, hingga kini belum banyak para agamawan yang berpikir untuk mencari jalan keluarnya. Pembangunan yang tidak mengacu pada prinsip keadilan sosialpun masih banyak dipertahankan dan menjadi proyek kesayangan para pejabat.
Dan di atas itu semua, masalah kepemimpinan bangsa ini masih memprihatinkan, yang diurus hanya kekuasaan, dan politik masih banyak dijadikan sebagai profesi dan mata pencaharian para politisi. Rahim bangsa ini masih kikir melahirkan pemimpin yang kreatif. Meski keadaan begitu parah dan memprihatinkan, agama melarang kita berputus asa dan larut dalam kesedihan. Maka kita harus berbuat sebaik-baiknya, seserius-seriusnya, dan semaksimalnya.
Pada keadaan seperti itu, semestinya para agamawan berfungsi dan berdiri paling depan dalam menggelorakan semangat keadilan sosial dalam melindungi kaum miskin , membela rakyat kecil, dan memprotes pemerintah yang korup dan mengejar kepentingan politiknya sendiri. Agama harus mampu menjawab persoalan nyata yang dihadapi rakyat, misalnya mengapa masih banyak yang tidak bisa makan dan tidak bisa sekolah? Maka, jangan sampai para agamawan justru menjadi pelegitimasi rezim dan pemberi stempel terhadap kebijakan yang dikeluarkan orang kaya, negara, dan kelompok masyarakat yang merugikan rakyat kecil.
Para agamawan harus siap dan rela jika menjadi tidak populer, tidak berlimpah materi, jauh dari kekuasaan, serta kuat menahan diri terhadap segala godaan yang kerap datang merayu dan menggoyahkan iman. Perselingkuhan antara politisi, pengusaha, dan agamawan akan membuat masyarakat awam skeptis dan sinis terhadap peran luhur agama. Agamawan justru harus berani mengingatkan penguasa dan pengusaha yang batil.
Farish Noor dalam artikelnya menyatakan, kemenangan sebuah agama dan agamawan bukanlah terletak pada bagaimana menampilkan agama yang murni dan yang lainnya dianggap salah, namun justru pada komitmennya untuk menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan sosial, prularisme, dan hak-hak kaum minoritas dan kesetaraan jender.

Oleh karenanya, persoalan agama dan keadilan sosial jangan hanya dijadikan wacana saja, tetapi harus dibumikan dalam kehidupan nyata. Agama dan kaum agamawan harus betul-betul mendukung suasana yang kondusif bagi tegaknya keadilan sosial. Kolusi penguasa-pengusaha yang merugikan kehidupan rakyat jelata harus tak jemu dikecam oleh pemuka agama.

Jangan sampai ada tokoh agama dan pengikutnya merasa paling peduli dan teguh menegakkan keadilan sosial serta menentang kezaliman, padahal mereka sendiri berbuat zalim dengan tidak menghargai pemeluk agama lain dan gemar menghakimi keyakinan orang lain. Agama harus betul-betul peduli pada orang yang menderita dan tegas pemihakannya terhadap nasib orang-orang yang papa dan yang termarjinalkan.
Kompas, Rabu 29 November 2006, dengan perubahan seperlunya.

Essay yang baik dan sistematis?

gimana cara membuat essay yang baik dan sistematis

menurut wikipedia:
Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai berikut:

1. Menentukan tema atau topik
2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas
4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.
7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh.
saya kurang mengerti di point kedua, tolong dong anda berikan contoh menulis essay yang benar, lengkap dan sistematis (yang kurang lebih 1000 kata)
kemudian jikalau ada kutipan dari buku, bagaimana saya menuliskannya dan apakah memakai daftar pustaka?? klo ada di mana saya letakkan daftar pustaka, apakah di halaman yang sama atau di halaman yang berbeda

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak

2. membuat garis besar ide-ide yang akan kita bahas
Misal saudara mau buat essay dengan tema: Keterlibatan Tuhan terhadap Kaum Miskin
garis besar ide-idenya:
1. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Budaya Timur Tengah
2. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Kisah Kitab Suci
3. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Jeritan Mereka yang Termarjinalkan.etc
kalau ada kutipan dari buku, diakhir kata/kalimat yang dikutip biasanya diberi catatan kaki (Inset, reference, footnote, insert, kalau sudah keluar angka pada halaman paling bawah, tulis nama pengarang, judul buku (ditulis miring), penerbit, kota terbit, tahun. halaman dari kata/kalimat yang saudara tadi kutip.
jika mau diberi daftar pustaka, silakan lihat catatan kaki yang sudah saudara buat.
Pembuatan daftar pustaka biasanya dibuat pada halaman yang paling belakang, diurutkan sesuai dengan abjad. misal:
Anan, Bandirto.1976. Zamrud Katulistiwa. Merapi. Yogyakarta.
Sudibyo, Bambang (Nama di balik).1980. Era Orde Baru (judul buku dibuat miring). Kanisius. Yogyakarta

. Mengenai Esai Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar sendiri dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek. Menulis esai tidak sama dengan menulis karya tulis lain seperti makalah, opini, atau feature. Dalam menulis esai, penulis dituntut kreativitasnya tersendiri karena ia harus mampu mengungkapkan pemikiran mendalamnya terhadap suatu masalah tanpa bersikap kaku pada pembaca.  Sebuah esai ilmiah harus berisi argumen dan analisis yang jelas serta data-data yang akurat dan kredibel, tetapi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca. Sehingga secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, sekaligus enak dibaca.

2. Langkah Membuat Esai . Dalam menyusun sebuah esai ilmiah yang baik, penulis sebaiknya mengikuti langkah menulis esai sebagai berikut : 1. Memilih Topik Memilih topik adalah hal pertama yang dilakukan oleh penulis. Penulis juga hendaknya menentukan apakah akan membuat esai yang merupakan tinjauan umum masalah atau tinjauan/analisis topil secara khusus. Jika ingin menganalisis topic secara khusus, topik sebaiknya dipersempit dan harus spesifik. Topik esai yang penulis sukai akan membuat esai menjadi lebih berkarakter dan kuat. 2. Membuat Outline Outline akan membantu penulis dalam meletakkan ide-ide tentang topik dalam naskah. Esai akan menjadi lebih terorganisir, fokus, dan sistematis.

3. Menuliskan Tesis Pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya

4. Menuliskan Paragraf Pembuka, Tubuh Esai, dan Kesimpulan Sebagai pembuka dari esai, paragraf pertama sebaiknya dimulai dengan menarik perhatian pembaca. Bisa dengan memberikan suatu informasi nyata atau data yang bisa menjadi ilustrasi untuk poin penulis selanjutnya. Penulis bisa memulai dengan anekdot untuk menggugah rasa minat baca. Pada akhir paragraf pembuka, penulis menuliskan pernyataan tesisnya. Pada bagian tubuh esai ini, penulis menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi secara lengkap untuk topik yang telah dipilih. Masing-masing ide penting yang penulis tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis. Kesimpulan merupakan rangkuman poin-poin yang telah penulis kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat, tetapi jangan jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas.

5. Editing Penulis hendaknya membaca ulang tulisannya dan meneliti apakah tata bahasa yang digunakan sudah tepat dan apakah kalimat satu dengan yang lain padu atau mengalir dengan lancar. Jika ada yang kurang, penulis bisa merevisi esainya. Pengeditan akan menyempurnakan bahasa esai.

1. Mengenai Esai
Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar sendiri dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.
Menulis esai tidak sama dengan menulis karya tulis lain seperti makalah, opini, atau feature. Dalam menulis esai, penulis dituntut kreativitasnya tersendiri karena ia harus mampu mengungkapkan pemikiran mendalamnya terhadap suatu masalah tanpa bersikap kaku pada pembaca.  Sebuah esai ilmiah harus berisi argumen dan analisis yang jelas serta data-data yang akurat dan kredibel, tetapi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca. Sehingga secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, sekaligus enak dibaca.
2. Langkah Membuat Esai

. Dalam menyusun sebuah esai ilmiah yang baik, penulis sebaiknya mengikuti langkah menulis esai sebagai berikut :
1. Memilih Topik
Memilih topik adalah hal pertama yang dilakukan oleh penulis. Penulis juga hendaknya menentukan apakah akan membuat esai yang merupakan tinjauan umum masalah atau tinjauan/analisis topil secara khusus. Jika ingin menganalisis topic secara khusus, topik sebaiknya dipersempit dan harus spesifik. Topik esai yang penulis sukai akan membuat esai menjadi lebih berkarakter dan kuat.
2. Membuat Outline
Outline akan membantu penulis dalam meletakkan ide-ide tentang topik dalam naskah. Esai akan menjadi lebih terorganisir, fokus, dan sistematis.
3. Menuliskan Tesis
Pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya
4. Menuliskan Paragraf Pembuka, Tubuh Esai, dan Kesimpulan
Sebagai pembuka dari esai, paragraf pertama sebaiknya dimulai dengan menarik perhatian pembaca. Bisa dengan memberikan suatu informasi nyata atau data yang bisa menjadi ilustrasi untuk poin penulis selanjutnya. Penulis bisa memulai dengan anekdot untuk menggugah rasa minat baca. Pada akhir paragraf pembuka, penulis menuliskan pernyataan tesisnya.
Pada bagian tubuh esai ini, penulis menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi secara lengkap untuk topik yang telah dipilih. Masing-masing ide penting yang penulis tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis.
Kesimpulan merupakan rangkuman poin-poin yang telah penulis kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat, tetapi jangan jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas.
5. Editing
Penulis hendaknya membaca ulang tulisannya dan meneliti apakah tata bahasa yang digunakan sudah tepat dan apakah kalimat satu dengan yang lain padu atau mengalir dengan lancar. Jika ada yang kurang, penulis bisa merevisi esainya. Pengeditan akan menyempurnakan bahasa esai.
gimana cara membuat essay yang baik dan sistematis
menurut wikipedia:
Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai berikut:

1. Menentukan tema atau topik
2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas
4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.
7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh.

saya kurang mengerti di point kedua, tolong dong anda berikan contoh menulis essay yang benar, lengkap dan sistematis (yang kurang lebih 1000 kata)

kemudian jikalau ada kutipan dari buku, bagaimana saya menuliskannya dan apakah memakai daftar pustaka?? klo ada di mana saya letakkan daftar pustaka, apakah di halaman yang sama atau di halaman yang berbeda
2. membuat garis besar ide-ide yang akan kita bahas

Misal saudara mau buat essay dengan tema: Keterlibatan Tuhan terhadap Kaum Miskin

garis besar ide-idenya:
1. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Budaya Timur Tengah
2. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Kisah Kitab Suci
3. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Jeritan Mereka yang Termarjinalkan.etc

kalau ada kutipan dari buku, diakhir kata/kalimat yang dikutip biasanya diberi catatan kaki (Inset, reference, footnote, insert, kalau sudah keluar angka pada halaman paling bawah, tulis nama pengarang, judul buku (ditulis miring), penerbit, kota terbit, tahun. halaman dari kata/kalimat yang saudara tadi kutip.
jika mau diberi daftar pustaka, silakan lihat catatan kaki yang sudah saudara buat.
Pembuatan daftar pustaka biasanya dibuat pada halaman yang paling belakang, diurutkan sesuai dengan abjad. misal:
Anan, Bandirto.1976. Zamrud Katulistiwa. Merapi. Yogyakarta.
Sudibyo, Bambang (Nama di balik).1980. Era Orde Baru (judul buku dibuat miring). Kanisius. Yogyakarta
Struktur sebuah esay terdiri dari 3 tiga bagian:
1. Pengantar/Pengenalan (5% dari total essay)Biasanya 1 - 2 paragraf yang berisikan satu atau lebih hal-hal berikut ini: definisi masalah, pembatasan asumsi, istilah-istilah teknis yang digunakan dan tujuan penulisan, yang bisa menjelaskan secara seksama sebuah dalil yang kita ungkapkan.
2. Pembahasan/Argumentasi (85%-90% dari total esay)Bagian utama dari sebuah esay yang ditujukan untuk mengungkapkan bukti-bukti dalam bentuk: (a) logika penalaran pribadi, (b) teori-teori yang ada, atau (c) secara empiris melalui penelitian, yang relevan dengan masalah yang kita bahas. Dalam bagian ini kita memerlukan contoh-contoh, logika, teori, hasil penelitian yang masuk akal dan relevan dengan pernyataan-pernyataan yang tegas.Lebih baik lagi seandainya kita menyisipkan teknik devil's advocate atau kontra argumentasi dalam setiap pernyataan-pernyataan yang kita buat sehingga esay kita menjadi sulit untuk diserang.Dalam hal ini kita juga perlu mengumpulkan banyak bacaan dari topik yang dibahas dengan tentunya harus mencantumkan referensi-referensi. Hindari plagiarisme!Seandainya kita tidak bisa mendapatkan contoh-contoh dari teori, media, internet atau sumber-sumber yang lain, masukkan contoh-contoh dari pengalaman pribadi atau contoh praktis.
3. Penuntup/Kesimpulan (5%-10% dari total esay)Panjangnya penutup atau kesimpulan tergantung dari bagaimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita ungkapan dalam bagian definisi masalah pada bagian pembukaan. Jawaban-jawaban ini sebenarnya berkaitan dengan bukti-bukti yang kita bahas pada bagian argumentasi/pembahasan yang masih dalam kerangka tujuan penulisan. Lebih baik lagi, kalau ada penekanan terhadap argumentasi yang paling kuat yang paling dikuasai pada bagian pembahasan.
Panduan Dasar Menulis Esai
Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang terus menerus. Berikut ini
panduan dasar dalam menulis sebuah esai.
Struktur Sebuah Esai
Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf:
1. Paragraf pertama: Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut tesisnya. Tesis ini harus
dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca
diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan tesis tersebut dalam beberapa sub topik.
2. Paragraf kedua sampai kelima: Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat
pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing-
masing sub topik.
3. Paragraf kelima (terakhir): Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis dan sub topik yang telah
dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca


Langkah-langkah membuat Esai
1. Memilih Topik
Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap
untuk menuju langkah berikutnya.
Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika
hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis
khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai
contoh, bila topik tentang “Indonesia” adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran
umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik
ini menjadi “Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi Politik di Indonesia. Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda
bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.
Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik
yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter.
2. Tentukan Tujuan
Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda
percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu?
Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya.

3. Tuliskan Minat Anda
Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang
anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling
anda. Adakah hal-hal yang menarik di sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang
menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di
kepala.
4. Evaluasi Potensial Topik
Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus
mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan.
Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih.

Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan kasus
dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah yang anda tulis.

5. Membuat Outline
Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang
terorganisir.
1. Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas
2. Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya
3. Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:
• Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik
• Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca
• Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut
4. Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi
yang mendukung ide utama

6. Menuliskan Tesis
Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah
menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin
penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:
• Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia
• Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang
panjang untuk memberantasnya, dst.

7. Menuliskan Tubuh Esai
Bgian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan
memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada
outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda.

Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:
• Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: “Pemberantasan korupsi di
Indonesia”, anda dapat menuliskan: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang
lama”
• Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.
• Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan
atau diskusi
• Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.
• Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan kesimpulan.


8. Menulis Paragraf Pertama
• Mulailah dengan menarik perhatian pembaca.
• Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca anda,
namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda buat.
• Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam
membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda harus menggunakannya
dengan tepat dan hati-hati.
• Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin anda.
• Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda.
• Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.

9. Menuliskan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada
pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas)
yang menggambarkan pendapat dan perasaan anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk
menutup esai anda.

10. Memberikah Sentuhan Akhir
• Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di
tengah. Namun, urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda menjelaskan suatu proses, anda harus bertahan
pada urutan yang anda buat.
• Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya
• Teliti tulisan. Anda dapat merevisi hasil tulisan anda, memperkuat poin yang lemah. Baca dan baca kembali naskah anda.
• Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal?
• Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan bebearpa kata dan frase
untuk menghubungkannya. Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya
• Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.
Menulis Esai: Dasar
Menulis sebuah esai atau makalah, tanpa mempedulikan topiknya, adalah sebuah proses:
Dan juga Action itu lebih penting. Lihat Action
* Bangun dan definisikan topikmu
Tuliskan tema atau topik utama esaimu dalam satu atau dua kalimat paling banyak.
* Tentukan pembaca esaimu
Apakah yang membaca esaimu adalah dosen yang memberi nilai atau asisten dosen?
Teman sekelasmu yang akan memberikan kritikan? Sekelompok profesional untuk review?
Sekelompok profesional untuk review?
Ingatlah akan pembaca ini selama kamu menulis esai
* Rencanakan kurun waktu
Buat suatu kurun waktu penulisan esai, dan antisipasi adanya perkembangan topik esaimu dan revisi. Seringkali suatu esai yang sempurna adalah esai yang direvisi setelah selesai dibuat.
* Kumpulkan bahan-bahan
Orang: dosen, asisten dosen, pustakawan, ahli dalam bidang, profesional
Referensi: buku teks, rekomendasi kerja, web site, majalah, buku harian, laporan profesional
* Riset: baca, wanwancara, eksperimen, kumpul data-data, dll. dan catat selengkap mungkin. Gunakan kartu indek atau word processing.
* Organisasi catatanmu dengan menulis dahulu di kertas lain:
fokus pada bebas menulis, petaan, and/atau garis besarnya.
* Buatlah esai pertamamu (rough draft)
Tentukan bagaimana kamu mengembangkan argumentasi: Gunakan logika yang baik dalam argumentasi untuk membantu mengembangkan tema dan/atau mendukung tema. Apakah kamu akan membuat perbandingan atau definisi? Apakah kamu akan mengfritik atau menjelaskan? Lihat definisi istilah-istilah esai di situs Pedoman Belajar.

Paragraf pertama
* Kenalkan topikmu!
* Beritahukan pandanganmu kepada pembaca!
* Rangsang pembaca menyelesaikan membaca esaimu!
* Fokuskan pada tiga poin untuk kemudian
Paragraf pertama biasanya paling sulit dikerjakan. Bila kamu menemui masalah, biarkanlah dan usahakan untuk menulisnya ulang nanti, bahkan setelah kamu selesai mengerjakan paragraf terakhir. Akan tetapi perlu diingat bahwa paragraf pertamalah yang menarik perhatian pembaca ke topik dan pendapatmu, serta penting untuk membuat mereka membaca esaimu sampai selesai.he first paragraph is often the most difficult to write.

Isi Esai
* Bangunlah alur isi esai dari satu paragraf ke paragraf yang lainnya
o Kalimat transisi, klausa, atau kata-kata pada awal paragraf menghubungkan ide pikiran ke ide lainnya.
(Lihatlah kata & frasa transisi)
o Kalimat-kalimat pokok, juga terdapat pada awal setiap paragraf, menjelaskan ide yang termuat di dalamnya sesuai dengan konteks esai keseluruhan.
o Hindari satu atau dua paragraf yang mungkin menunjukkan kurang dikembangkannya poinmu.
* Tulis dengan kalimat-kalimat aktif
o "Panitia Akademis memutuskan ..." bukan "Telah diputuskan oleh ..."
o Hindari pemakaian kata kerja "menjadi" untuk presentasi yang jelas, dinamis dan efektif.
(Hindari pemakaian kata kerja "menjadi" dan presentasimu efektif, jelas dan dinamis.)
o Menghindari "menjadi" berarti penggunaan kalimat pasif akan berkurang.
* Gunakan kutipan untuk mendukung pandanganmu
o Kutiplah dan jelaskan secara tepat setiap ungkapan yang dipakai.
o Gunakan kutipan dengan gaya blok atau indented secara terpisah karena mereka dapat merusak alur isi esaimu.
* Buktikan setiap poin pendapatmu secara berkesinambungan dari awal sampai akhir esai
o Jangan meninggalkan fokus utama esaimu.
o Jangan langsung meringkas pada isi esaimu. Tunggu sampai pada paragraf kesimpulan.
Kesimpulan
* Baca paragraf pertama dan isi esaimu dulu
* Ringkas, kemudian simpulkan argumentasimu
* Tinjau kembali (sekali lagi) pada paragraf pertama sekaligus isi esai. Apakah paragraf terakhir:
o menyatakan ulang tema utama secara singkat?
o merefleksikan keberhasilan dan pentingnya argumentasi yang ada pada isi esai?
o menyimpulkan isi esai secara logika?
* Edit/tulis ulang paragraf pertama
Hal ini dapat membuat isi dan kesimpulan esaimu lebih baik.

Ambil satu atau dua hari libur!

Baca kembali esaimu dengan pikiran yang segar dan pensil yang runcing
Edit, koreksi dan tulis ulang bila diperlukan
Kumpulkan esaimu
Rayakan pekerjaan yang telah kamu selesaikan dengan baik (kamu harus percaya ini!).
Kalimat terakhir di atas ini sangat penting.

Pembukaan Pikiran Mengenai Gaya Elektrostatik dalam Sudut Pandang Fisika Kuantum “

Semenjak SD kita telah disuguhkan mengenai pengetahuan yang berhubungan dengan keberadaan antithesis yang saling berinteraksi dalam ranah gaya. Seperti halnya magnet berkutub selatan saling tarik menarik dengan magnet berkutub utara. Benda bermuatan listrik positif saling tarik menarik dengan benda bermuatan negatif. Dan sayangnya pemahaman kita akan hal-hal ini sangatlah dogmatis yang dalam artian kita memahaminya “tanpa tedeng aling-aling” dengan pertanyaan mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Semenjak era fisika kuantum  membahana dalam dunia post-modern ini, pemahaman mengenai hal tersebut makin terbuka, walaupun tidak dibahas secara gamblang dan hanya sambil lalu saja, tanpa memperhatikan sendi-sendi utama mengapa hal tersebut terjadi.
Dalam pemahaman fisika kuantum yang dimulai semenjak Prof. Hideki Yukawa menemukan keberadaan kuanta pembawa gaya yang sering disebut sebagai “Meson”, gaya dipahami sebagai hasil interaksi dari partikel kuanta pembawa medan tersebut saling dipertukarkan antar benda tersebut. Jika kita berangkat dari pemahaman ini apakah interaksi gaya elektrostatik juga dapat ditelaah dengan pemahaman ini?
Gaya elektrostatik yang diperkenalkan oleh Coulomb menunjukkan bagaimana 2 buah benda yang saling berlawanan muatan tarik menarik dan 2 buah benda yang memiliki muatan yang sama akan saling tolak menolak. Coulomb juga menunjukkan bahwa hukum kuadrat kebalikan ternyata mempengaruhi dalam interaksi gaya elektrostatik.
Sekarang yang menjadi  pertanyaannya adalah “Meson” macam apakah yang mempengaruhi interaksi ini? Dalam buku “Fisika Modern” karangan John Gribbin secara implisit menunjukkan bahwa setiap “kelompok” partikel tertentu akan berinteraksi dengan “Meson tertentu”.
Bagaimana kita mengetahui Keberadaan Meson tersebut. Untuk mengetahuinya akan saya tuliskan dalam esai selanjutnya!!
Source: http://islam-download.net/contoh-contoh/contoh-esai-singkat.html#ixzz1H1JfRWJM
alam esai tersebut beliau mengatakan bahwa nyaris tidak ada sastra cirebon ditemukan dalam bentuk penerbitan media massa maupun buku. Kalau pun ada, hanya dalam satu kolom kecil di suatu koran yang dimuat terbatas dan dicetak sederhana. Karya sastra cirebon ibaratnya hanya ditulis dan didokumentasikan di rumah penulisnya, tanpa mengetahui bagaimana harus diterbitkan.
Karya sastra yang dilahirkan pengarang sulit untuk dipublikasikan di media massa. Penerbit pun terbentur dengan kecilnya pangsa pasar. Hal ini berbeda dengan karya sastra sunda dan karya sastra jawa yang banyak dibahas dimana-mana, bahkan banyak media massa yang berbahasa tersebut, seperti Mangle, Galura, Sipatahuan, Kujang Giwangkara.
Dukungan secara akademis pun cukup signifikan. Beberapa perguruan tinggi pun membuka jurusan Bahasa dan Sastra Sunda yakni Unpad dan UPI, sementara jurusan Bahasa dan Sastra Jawa antara lain di UGM, UNY, dan UNS. Namun siapa yang peduli pada perkembangan sastra cirebon, yang jelas berbeda dengan sastra sunda maupun jawa, ujarnya di dalam esainya.
Menyikapi kalimat yang sedikit sinis terhadap sastra sunda dan sastra jawa, hal ini berarti Supali ingin sedikit menggelitik pemerintah agar sedikit peduli terhadap sastra cirebon yang terpinggirkan. Mungkin lama-lama sastra cirebon akan punah dan hilang ditelan zaman dan bangsa Indonesia akan kehilangan sebuah budaya.
Supali memberikan sebuah analogi yang tepat dalam sebuah Drama Tarling Abdul Ajib khas Cirebon yang berjudul Nasib Baridin, yang cintanya ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya karena kemiskinan. Padahal sebagai pribadi, Baridin tergolong orang yang ulet dan tulus cintanya. Diam-diam, gadis yang ditaksirnya, Suratminah seperti memberikan harapan. Sampai-sampai ajian Kemat Jaran Guyang pun dilakukan untuk menaklukan gadis itu.
Lalu, Supali memberikan gambaran wilayah Cirebon dan perkembangan sastra dan budayanya yang kembang-kempis dalam esai.
Nah, dalam esai sastra, kita sebagai penulis boleh berpendapat sesubjektif mungkin asal disertai data dan fakta yang masuk akal sehingga pembaca merasa yakin dengan apa yang kita ungkapkan.
Dalam sebuah esai pun kita boleh memberikan solusi terbaik mengenai masalah yang dibahas, sehingga esai tidak hanya berupa kritik atau keluhan saja tentang fenomena yang terjadi dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.
Indonesia itu seperti Serigala.

dan PHOENIX itu seperti gerombolan Serigala.

Imperialis, demen berperang, keras, ditempa oleh peperangan.

Di masa lalu tidak ada yang meragukan bahwa Indonesia adalah serigala terkuat dan semua tunduk kepada serigala ini.

Tidak peduli pandangan apa yang kita miliki terhadap serigala, tetap saja serigala memancing rasa kagum dan segan. Meski orang mengatai yang bukan-bukan soal serigala (makhluk keji, licik, atau kadang dikibuli kancil/rusa, atau bahkan penjahat kelamin), tapi bangsa Mongol yang menguasai seperempat lahan dunia pun berasal dari Serigala Kelabu.
Menjelang paruh terakhir versi V1 ini, semangat serigala dalam diri eIndonesia mulai mereda. Memang sepertinya kutukan besi adalah kutukan tampuk dan kesenangan.
Dinasti mongol yang liar dan memukau dunia pun bisa surut karena korupsi, ketamakan, dan kelewat enak bersanding di takhta.
Serigala generasi berikutnya yang lapar adalah Serbia dalam PHOENIX, tapi apa daya serigala ini kala dikelilingi serigala tua yang sudah kembung dan kekenyangan?
Mungkinkah serigala tua ini sebenernya Rusa?
Cara kita memandang game ini sudah keburu terlalu praktis, darah dihindari dan diplomasi dipentingkan. Memang diplomasi baru bisa berjalan kalau taring kita tajam, tapi semua melihat bahwa taring kita sudah tidak tajam lagi seperti dahulu.
Bahkan bangsa rusa pun berani mengangkat kepala dan menyepak kita tepat di muka,
Bangsa-bangsa kecil mulai bermekaran tapi pongah, padahal tidak lebih dari rusa (ataukah sebenarnya mereka calon serigala masa depan* siapa yang tahu)?
Dalam era akhir V1 ini, semoga kita semua sudi berpikir sejenak. Apa yang membuat bangsa kita begini gila dan bangsa kita yang pernah menjelajahi semua penjuru bumi ini, kecuali eropa barat, telah pelajari.
Ingatlah kata-kata seekor serigala tua ini, yang mengutip pujangga besar:

"Apakah tiga kebutuhan agar sebuah negara bertahan hidup?
1. makanan, 2. senjata, 3. semangat bangsa."

Jika salah satu disingkirkan, maka yang MASIH bisa disingkirkan dahulu adalah:
MAKANAN.

Jika salah satu lagi dipaksa disingkirkan, maka yang MASIH bisa disingkirkan adalah
SENJATA.

Tapi sebuah negara tanpa semangat juang adalah negara marmut, negara tikus.
Dan tikus lebih rendah dari rusa.
Rusa pun lebih rendah dari serigala.

Ingatlah bahwa kita dahulu adalah serigala. Ingatlah serigala dalam hati kita.
Kita bukan macan atau singa.
Kita serigala.
Sebab hanya serigala yang saling membantu dan memperhatikan dalam kelompoknya,
sementara macan dan singa semuanya egois.

Ingatlah akan semangat serigala.
Serigala yang selalu menawan hati dunia.
Hidup eIndonesia
Deskripsi Esai, Panduan Menulis, Tips dan Trik, dan Langkah Membuat Esai


Apakah Esai itu?

Sebuah esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.

Apa yang membedakan esai dan bukan esai? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan dengan merujuk pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada, tetapi pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada sering kali masih tidak lengkap dan kadang bertolak belakang sehingga masih mengandung kekurangan juga. Misal mengenai ukuran esai, ada yang menyatakan bebas, sedang, dan dapat dibaca sekali duduk; mengenai isi esai, ada yang menyatakan berupa analisis, penafsiran dan uraian (sastra, budaya, filsafat, ilmu); dan demikian juga mengenai gaya dan metode esai ada yang menyatakan bebas dan ada yang menyatakan teratur.

Penjelasan mengenai esai dapat lebih "aman dan mudah dimengerti" jika ditempuh dengan cara meminjam pembagian model penalaran ala Edward de Bono. Menurut De Bono, penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama, model penalaran vertikal (memusatkan perhatian dan mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan) dan kedua model penalaran lateral (membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan dan pengaruh).

Dari pembagian model penalaran ini, esai cenderung lebih mengamalkan penalaran lateral karena esai cenderung tidak analitis dan acak, melainkan dapat melompat-lompat dan provokatif. Sebab, esai menurut makna asal katanya adalah sebuah upaya atau percobaan yang tidak harus menjawab suatu persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut Francis Bacon, esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang sebuah makanan yang mengenyangkan

Sejarah Esai
Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang filsuf Perancis, Montaigne, menulis sebuah buku yang mencantumkan beberapa anekdot dan observasinya. Buku pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul Essais yang berarti attempts atau usaha. Montaigne menulis beberapa cerita dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya diterbitkan berdasarkan pendapat pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne, bertujuan mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.

Lalu bagaimana pengertian esai menurut Montaigne? Montaigne menuliskan sikap dan pandangannya mengenai esai melalui deskripsi-deskripsinya yang tersirat, sahaja, rendah hati tetapi jernih dalam sebuah kata pengantar bukunya: "Pembaca, ini sebuah buku yang jujur. Anda diperingatkan semenjak awal bahwa dalam buku ini telah saya tetapkan suatu tujuan yang bersifat kekeluargaan dan pribadi. Tidak terpikir oleh saya bahwa buku ini harus bermanfaat untuk anda atau harus memuliakan diri saya. Maksud itu berada di luar kemampuan saya. Buku ini saya persembahkan kepada para kerabat dan handai taulan agar dapat mereka manfaatkan secara pribadi sehingga ketika saya tidak lagi berada di tengah-tengah mereka (suatu hal yang pasti segera mereka alami), dapatlah mereka temukan di dalamnya beberapa sifat dari kebiasaan dan rasa humor saya, dan mudah-mudahan, dengan cara itu, pengetahuan yang telah mereka peroleh tentang diri saya tetap awet dan selalu hidup" (dari "To The Reader").

Kemudian, pada tahun 1600-an, Sir Francis Bacon menjadi Esais Inggris pertama. Bukunya berjudul Essay. Bentuk, panjang, kejelasan, dan ritme kalimat dari esai ini menjadi standar bagi esais-esais sesudahnya. Ada beberapa esai yang formal, dan ada beberapa esai lain yang bersifat informal. Bentuk esai informal lebih mudah ditulis karena lebih bersifat personal, jenaka, dengan bentuk yang bergaya, struktur yang tidak terlalu formal, dan bertutur. Bentuk esai formal lebih sering dipergunakan oleh para pelajar, mahasiswa dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Formal esai dibedakan dari tujuannya yang lebih serius, berbobot, logis dan lebih panjang.

Di Indonesia bentuk esai dipopulerkan oleh HB Jassin melalui tinjauan-tinjauannya mengenai karya-karya sastra Indonesia yang kemudian dibukukan (sebanyak empat jilid) dengan judul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (1985), tapi Jassin tidak bisa menerangjelaskan rumusan esai.


Tipe Esai

Esai Deskriptif
Esai deskriptif biasanya bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau benda. Bentuk esai ini mencakup rincian nyata untuk membawa pembaca pada visualisasi dari sebuah subyek. Rincian pendukung disajikan dalam urutan tertentu (kiri ke kanan, atas ke bawah, dekat ke jauh, arah jarum jam, dll). Pola pergerakan ini mencerminkan urutan rincian yang dirasakan melalui penginderaan.
Esai ekspositori
Esai ini menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan. Urutan penjelasannya sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai ekspositori yang dibuat. Esai proses akan menyajikan urutan yang bersifat kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan akan menjelaskan dengan contoh-contoh; esai perbandingan atau klasifikasi akan menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak penting, atau sebaliknya); esai sebab-akibat mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan meramalkan akibat, atau sebaliknya, mulai dengan akibat dan mencari sebabnya.
Esai naratif
Menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur. Kejadian yang diceritakan biasanya disajikan sesuai urutan waktu. Esai persuasif bersuaha mengubah perilaku pembaca atau memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu emosi atau tampak emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan urutan kepentingannya.
Esai dokumentatif
Memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau otoritas tertentu. Esai ini mengikuti panduan dari MLA, APA, atau panduan Turabian.
Panduan Dasar Menulis Esai

Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai.
Struktur Sebuah Esai

Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf:
1.            Paragraf Pertama
Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut tesisnya. Tesis ini harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan tesis tersebut dalam beberapa sub topik.
2.            Paragraf Kedua sampai kelima
Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik.
3.            Paragraf Kelima (terakhir)
Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis dan sub topik yang telah dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca
Langkah-langkah membuat Esai
1. Tentukan topik
2. Buatlah outline atau garis besar ide-ide anda
3. Tuliskan tesis anda dalam kalimat yang singkat dan jelas
4. Tuliskan tubuh tesis anda:
·              Mulailah dengan poin-poin penting
·              kemudian buatlah beberapa sub topik
·              Kembangkan sub topik yang telah anda buat

5. Buatlah paragraf pertama (pendahuluan)
6. Tuliskan kesimpulan
7. Berikan sentuhan terakhir


Memilih Topik
Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap untuk menuju langkah berikutnya.
Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang "Indonesia" adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik ini menjadi "Kekayaan Budaya Indonesia" atau "Situasi Politik di Indonesia". Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.
Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter.
·              Tntukan Tujuan
Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya.
·              Tuliskan Minat Anda
Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala.
·              Evaluasi Potensial Topik
Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih.
Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah yang anda tulis.
Membuat Outline
Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir.
1.            Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas
2.            Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya
3.            Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:
o                                      Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik
o                                      Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca
o                                      Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut
4.            Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama
Menuliskan Tesis

Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:
·              Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia
·              Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst.
Menuliskan Tubuh Esai
Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda.

Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:
1.            Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: "Pemberantasan korupsi di Indonesia", anda dapat menuliskan: "Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama".
2.            Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.
3.            Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi.
4.            Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.
Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan kesimpulan.
Menulis Paragraf Pertama
1.            Mulailah dengan menarik perhatian pembaca.
o                                      Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca anda, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda buat.
o                                      Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda harus menggunakannya dengan tepat dan hati-hati.
o                                      Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin anda.
2.            Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda.
3.            Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.
Menuliskan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk menutup esai anda.
Memberikah Sentuhan Akhir
1.            Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda menjelaskan suatu proses, anda harus bertahan pada urutan yang anda buat.
2.            Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya
3.            Teliti tulisan. Anda dapat merevisi hasil tulisan anda, memperkuat poin yang lemah. Baca dan baca kembali naskah anda.
4.            Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal?
5.            Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan bebearpa kata dan frase untuk menghubungkannya. Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya.
6.            Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.
Dikirim oleh Admin
Tanggal 2008-10-30
Jam 20:19:08



Kolaborasi Gaya Hidup Remaja, Sastra, Media dan Internet
Sastra bagi remaja perkotaan bukanlah sastra yang terwakili oleh para sastrawan dari generasi Putu Wijaya sampai Linda Christanty sekalipun. Sastra bagi remaja perkotaan juga bukanlah sastra koran, majalah sastra seperti Horison, maupun jurnal-jurnal kebudayaan yang memuat cerpen, puisi, dan esai-esai serius. Sastra remaja perkotaan adalah sastra pergaulan yang terekspresikan dalam medium-medium baru yang melekat pada gaya hidup mereka. Sastra remaja perkotaan saat ini adalah sesuatu yang sama sekali terlepas dari mata rantai sejarah sastra sebelumnya. Sejarah sastra yang saya maksud adalah sejarah sastra resmi versi para kritikus, teoritisi, akademisi dan para sastrawan sendiri. Sejarah sastra resmi ini sama halnya dengan sejarah pada umumnya yang berpihak pada kepentingan kekuasaan tertentu dengan muatan subjektivitas yang juga kental di dalam historiografi-nya. Dalam konteks remaja perkotaan secara riil, sebenarnya apa yang disebut mainstream sastra itu bahkan tidak eksis. Ada gap yang sangat jauh antara sastra dan kehidupan riil remaja perkotaan sekarang.

Medium-medium ekspresi kesusasteraan dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang kurang lebih merupakan sebuah dekonstruksi terhadap medium ekspresi sebelumnya yang terjadi sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Pretensi menulis sebuah karya sastra tidak lagi dilandasi oleh motivasi mimpi-mimpi besar, ide-ide pemberontakan, maupun pemikiran-pemikiran jenial untuk mengubah dunia. Remaja perkotaan sekarang cukup menulis di blog mereka tentang hal-hal personal keseharian yang remeh-temeh, mengirim sms romantis pada pacarnya, atau menciptakan syair lagu cinta yang juga sederhana saja. Itulah medium-medium ekspresi sastra remaja perkotaan sekarang. Di sisi lain para penulis generasi “tua” tetap asyik dengan mimpi-mimpi, keyakinan, arogansi, dan ide-ide besar untuk melahirkan sebuah magnum opus dalam “sejarah” kepenulisan mereka. Tanpa sadar, gap yang ada semakin curam dan dalam, mengingatkan kita pada kritik-kritik berpuluh tahun silam tentang ivory tower-nya para sastrawan dan seniman secara keseluruhan.

Tentu masalahnya memang tak bisa dilepaskan dari “nilai-nilai, kriteria, teori-teori” tentang apa yang disebut dan dianggap sebagai “sastra”. Hal ini pun adalah persoalan lama yang terus menggantung tanpa penyelesaian. Bagi sejumlah sastrawan, sebut misalnya Seno Gumira Ajidarma, Sapardi Djoko Damono, atau Budi Darma, apa yang disebut dan dianggap sebagai “kriteria dan nilai-nilai” sastra adalah relatif dan subjektif. Pandangan ini memberi ruang kebebasan yang luas untuk menganggap dan menyebut apa itu karya sastra. Di lain pihak, masih banyak sastrawan dan kritikus yang berpegang pada teori-teori baku yang entah apa atau entah yang mana untuk mengategorisasikan sebuah karya sebagai “sastra”. Pandangan inilah yang kemudian mungkin membuat buku-buku semacam ensiklopedi sastra Indonesia tidak pernah lengkap dan utuh. Di buku-buku itu pastilah tidak pernah ada nama Agni Amorita Dewi misalnya, penulis cerpen remaja generasi tahun 80-an yang kerap mengisi lembar cerpen di berbagai majalah remaja dan pernah pula menjadi pemenang lomba cerber Femina. Di buku-buku itu pastilah tidak akan ada nama Raditya Dika atau Aditya Mulya, dua novelis muda masa kini yang penggemarnya menyebar di kalangan remaja perkotaan seluruh Indonesia. Dan di buku-buku itu juga tidak pernah ada nama FX Rudy Gunawan, penulis cerpen, esai, dan novel yang karya-karyanya juga kerap dimuat di sastra koran (non-Kompas) dan puluhan bukunya telah diterbitkan.
Ini adalah sebuah stagnansi yang ironis. Generasi remaja sekarang merasa tidak ada perlunya membaca karya sastra adiluhung yang tidak connect dengan kehidupan riil mereka. Telah terjadi sebuah perubahan paradigma yang tidak pernah diantisipasi oleh para sastrawan. Program sastra masuk sekolah mungkin merupakan sebuah upaya yang pernah dilakukan untuk menjembatani gap atau mencairkan stagnansi ini. Tapi karena frame yang dibawa adalah “mindset lama” dan yang dilakukan dengan “cara lama” pula, maka bisa dikatakan upaya ini kurang membuahkan hasil. Sejumlah SMA yang didatangi mungkin jadi lebih mengenal sastrawan-sastrawan dan karya-karyanya, tapi hanya sebatas itulah hasilnya. Padahal yang dibutuhkan sekarang adalah menciptakan generasi baru pecinta sastra dan menumbuhkan iklim atau atmosfir yang subur bagi lahirnya generasi penulis sastra yang baru, segar, dan sama sekali berbeda.
Dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang, film dan musiklah yang paling populer sebagai bagian dari kehidupan kesenian dan kebudayaan mereka. Ini terbukti dari suksesnya novel-novel adaptasi film yang digagas dan diterbitkan oleh penerbit spesialis novel remaja, GagasMedia. Hampir semua novel adaptasi film-film nasional terjual puluhan ribu kopi dalam hitungan bulan saja. Genre novel ini telah berhasil menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan berkat kolaborasi antara dunia film dan dunia sastra. Kolaborasi berarti sebuah persinggungan yang nyata dengan kehidupan. Kolaborasi menjadi sebuah pola untuk mencairkan stagnansi dan melahirkan karya yang “membumi”. Sebuah contoh kolaborasi ideal dari dunia musik adalah grup rock gaek Santana yang berkolaborasi dengan penyanyi remaja popular dalam tiga album terakhir mereka yang dirilis beberapa tahun belakangan. Kesadaran Santana sebagai grup yang melegenda untuk tetap tune in dengan perkembangan zaman sungguh sebuah kerendahan hati yang patut diteladani di dunia sastra kita.
Sastra seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan karena sastra seharusnya menjadi bagian dari kehidupan nyata termasuk kehidupan sehari-hari dengan segala tetek-bengek persoalannya yang mungkin cengeng, menyebalkan, dan tidak mutu. Tapi atas dasar apa seseorang berhak men-judge seperti itu terhadap kenyataan hidup yang nyata? Atas dasar apa seseorang atau sejumlah orang berhak menghakimi sebuah karya? Tiada satu dasar pun yang bisa membenarkan sikap-sikap seperti itu. Sebaliknya, justru pengikisan terhadap sikap-sikap seperti inilah yang akan mampu mengintegrasikan sastra dalam gaya hidup remaja perkotaan.

Gaya Hidup Remaja dan Media

Semua jenis media, baik itu Internet, televisi, film, musik, maupun majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup kita masa kini. Kebanyakan media menginformasikan tentang gaya hidup remaja kota, yang notabene meniru gaya hidup modern. Maka, tidak heran jika kita digiring menjadi sangat konsumtif.
Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Kita sebagai remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera. Kita juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya hidup, gaya bicara, penampilan, dan lain-lain. Imbasnya banyak kita jumpai teman-teman dengan berbagai atributnya yang sebenarnya mereka hanya meniru-niru saja. Sadar tidak sih kalau saat ini banyak sekali sinetron remaja yang menawarkan life style baru? Para bintang muda yang digandrungi ternyata mampu mengubah style remaja.
Pada masa remaja pengaruh idola memang sangat kuat. Idola atau tokoh akan mengendalikan hidup kita yang mungkin tanpa kita sadari. Nah, di sinilah media
Namun, apakah benar bahwa media sedemikian buruk pengaruhnya bagi remaja? Sebenarnya tidak seratus persen demikian. Hal ini menjadi tantangan bagi kita untuk memilah-milah atau selektif terhadap pesan yang disampaikan oleh media. Karena, tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan media mutlak diperlukan. Karena, pada suatu sisi media memungkinkan kita untuk tahu beragam informasi, berita, penemuan, dan hal-hal baru. Atau bisa disimpulkan bahwa sebenarnya hadirnya media berpengaruh positif dan juga negatif.
Keberadaan media memang tidak lepas dari kepentingan pasar. Dengan demikian, kalau kita tidak selektif terhadap pesan media, kita akan menjadi korban media. tidak salah memang ketika kita membeli sebuah produk berdasarkan informasi dari media. Namun, yang perlu diingat, seberapa perlu produk yang kita beli itu bagi diri kita. Apakah kita memang membutuhkan produk itu ataukah karena kita terpengaruh oleh iming-iming yang disampaikan oleh media.
Remaja : Jangan memaksakan diri
tidak ada salahnya memang untuk tampil menarik seperti yang banyak diiklankan di media, dengan sebagian produk yang ditawarkan untuk membantu mewujudkan impian itu. Juga merupakan sesuatu yang wajar untuk pergi berbelanja membeli barang-barang kesukaan. Namun, yang mesti kita ingat, jangan memaksakan diri. Kalau kita ikuti perkembangan mode pakaian, misalnya, kalau tidak pantas, ya tidak usah dibeli, sebaiknya kita sesuaikan dengan diri kita. Singkatnya sih tidak harus mengikuti tren yang ada, tetapi yang penting nyaman di tubuh kita. Pokoknya yang penting kita percaya diri, nyaman dengan diri sendiri, menerima apa adanya, love yourself. Bahkan, akan lebih oke lagi kalau kita bisa menunjukkan kelebihan-kelebihan kita yang lain.

Nah, jelaskan? Media memang punya dampak positif dan negatif. Kita harus arif menyikapinya. Cara gampang adalah mengenali diri kita sendiri dan mengenali apa yang menurut kita sangat penting. Mengenali apa yang kita sukai, apa yang bisa kita toleransi dari orang lain dan hal-hal yang membuat kita merasa mantap. Kalau setelah kita renungkan semua berbeda dari apa yang benar versi media, itu artinya kita harus segera ambil strategi. So, jangan menelan secara mentah-mentah apa yang diinformasikan media sehingga tidak begitu saja menjadi korban media.
Analisa Terhadap Citizen Jurnalism pada Media Blog, Antara Blogger, Jurnalisme dan Jurnalis
Bloggers vs journalists is over. Begitulah deklarasi Jay Rosen sejak Januari 2005 silam. Rosen adalah professor jurnalisme di New York University sekaligus penulis hal-ihwal cakrawala baru jurnalisme.
"Persoalannya sekarang bukan lagi apakah blog dapat menjadi jurnalisme. Kadang-kadang bisa. Persoalannya sekarang bukan lagi apakah blogger adalah jurnalis. Kadang-kadang begitu."
Hampir senada dengan itu adalah ujaran Enda Nasution lewat karangan Apakah Blogger = Jurnalis? Enda memutuskan, "Tidak semua blogger adalah jurnalis dan tidak semua jurnalis adalah blogger." Tapi ujaran Jay Rosen dan Enda Nasution bukan vonis atas perdebatan soal ini.
Bahkan, sampai Desember 2007 lalu, masih ada ada tulisan yang memojokkan blogger (citizen journalist). Bekas koresponden NBC, David Hazinski, lewat tulisannya di The Atlanta Journal-Constitution menggambarkan tren ketergantungan stasiun televisi pada laporan warga, citizen journalism. Misalnya, video kiriman non-profesional seperti dalam program iReports di CNN. Di Indonesia ada I Witness di Metro TV.
Hazinski juga professor jurnalisme tapi di University of Georgia. Menurut dia, perbedaan antara jurnalis dan warga kebanyakan yang merekam berita di telepon selulernya terletak pada pendidikan, keterampilan dan standar. "Informasi tanpa standar jurnalistik disebut gosip," simpulnya.
Robert Cox, presiden Media Bloggers Association, mengatakan, blogger cenderung sengaja provokatif dan kadang-kadang hiperbolis. Padahal, setumpuk pasal bisa menjerat mereka, mulai dari soal fitnah, pelanggaran hak cipta hingga privasi.
Di Indonesia, Roy Suryo tentu saja juru bicara paling lantang dari kubu pelawan/penentang blogger, meski kemudian mengenalkan pemilahan antara blogger baik dan buruk. Sebaliknya, ada deklarasi bahwa semua orang bisa menjadi jurnalis.
Pengacara Washington, Scott Gant, membeber argumennya lewat buku berjudul; We’re All Journalists Now tahun 2007 lalu. Sub judulnya, The Transformation of the Press and Reshaping of the Law in the Internet Age.
Gagasan dasarnya, kebebasan pers kini bukan cuma monopoli media tradisional tapi juga siapapun yang menggunakan telepon seluler, kamera video dan peranti lunak blogging serta teknologi lain untuk mengabarkan berita dan pendapatnya kepada dunia.
Menurut Ann Cooper, judul yang mungkin lebih akurat untuk buku itu, meski kurang seksi, adalah We Can All Be Journalists, If and When We Choose to Be. Ann Cooper mengajar di Columbia’s Graduate School of Journalism. Ia juga reporter koran, majalah serta National Public Radio sekaligus direktur eksekutif Komite Perlindungan Jurnalis (Committee to Protect Journalists).
Lewat Ann Cooper inilah, snapshot perdebatan dua kubu di atas saya baca. Sebelum sampai pada anjuran, Cooper mengilustrasikan soal trend jurnalis media tradisional yang juga ngeblog (entah berisi opini maupun berita) di Amerika Serikat. Antara lain, para jurnalis koran The New York Times di nytimes.com dan koran The Washington Post di washingtonpost.com.
Di Indonesia, tidak susah mencari contohnya. Tidak semua blog jurnalis media cetak, misalnya, melulu berisi posting ulang berita mereka yang sudah termuat di medianya. Ada banyak juga yang berisi berita sensitif sehingga tak termuat, unprinted stories.
Baiklah, tujuan Ann Cooper menghadirkan perdebatan ini memang bukan untuk melanggengkannya tapi coba mencari jalan tengah. Ia sepakat pada gagasan Jay Rosen dari tahun 2005 silam. Yakni, soal perlunya perkawinan antara hal-hal yang terbaik dari kedua kubu demi jurnalisme yang lebih bermutu.
Rosen via Cooper menyebut-nyebut istilah hybrid dalam proses itu, saya meminjamnya secara serampangan sebagai hibrida. Maka, seperti jagung hibrida yang besar dan unggul, jurnalisme yang mengawinkan sisi terbaik dari dua kubu itu niscaya bisa menjadi jurnalisme hibrida yang berkualiteit, berkualitas.
"Tapi (jurnalisme) hibrida itu mensyaratkan kolaborasi tulus antara praktisi lama dan baru yang serius tentang upaya memantapkan jurnalisme dan misinya melayani publik," tulis Ann Cooper.

Menurut dia, (awak) media tradisional mesti menanggalkan beberapa sikap dan asumsi yang tak lagi relevan, sedangkan (awak) media baru perlu menyerap standar jurnalistik yang dapat mendatangkan kredibilitas dan kepercayaan dalam jurnalisme baru ini.
Bagaimana model ideal kerjasama itu? Bagaimana yang sudah terjadi di Amerika Serikat? Adakah ia juga sudah terjadi di Indonesia? Saya akan senang menerima masukan soal ini.
Esai Resensi Buku untuk Kompas, Pustakaloka, 23 November 2002
MENIMBANG PERJALANAN SEORANG "INTELEKTUAL BEBAS"
Agung Ayu Ratih
Ada sejumlah pertanyaan yang mengganggu benak saya ketika menghadiri Soedjatmoko
Memorial Lecture untuk memperingati 80 tahun kelahiran Soedjatmoko pada 30
September 2002 yang lalu. Pertanyaan awal dipicu oleh pernyataan menggugah dalam
Orasi Kemanusiaan yang disampaikan Dr. Karlina Leksono-Supelli, "Hari ini, 30
September 2002, kita mengenang seorang humanis di atas ingatan pedih peristiwa tiga
puluh tujuh tahun lalu. Peristiwa yang menyebabkan lebih dari lima ratus ribu orang
dibunuh dan ratusan ribu lainnya dipenjara; sementara anggota keluarga, kerabat, serta
teman mereka cerai-berai menjalani kehidupan sehari-hari dalam ketakutan yang sunyi,
tercerabut dari lingkungan sosialnya, dan kehilangan kesempatan wajar mencari nafkah".
Bagaimana seorang humanis seperti Soedjatmoko melihat tragedi kemanusiaan yang
mengikuti kudeta gagal G30S 1965?
Pertanyaan berikutnya berkaitan dengan peluncuran dua buku mengenai Soedjatmoko
yang menyertai acara tersebut di atas. Buku pertama, Pergumulan Seorang Intelektual,
merupakan biografi yang ditulis berdasarkan skripsi M. Nursam, lulusan jurusan Sejarah
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, sedangkan buku kedua, Surat-surat Pribadi
Soedjatmoko kepada Presiden (Jenderal) Soeharto, berisi 29 pucuk surat yang
dilayangkan almarhum semasa Soedjatmoko menjadi Duta Besar AS antara 1968-1971.
Kalau penjelasan di kulit belakang buku pertama menyatakan bahwa Soedjatmoko
termasuk dalam kategori intelektual "yang bertugas memberikan penjelasan tentang dunia
kepada masyarakatnya", mengapa buku yang mengiringi biografi ini justru ulasan
seorang dubes tentang politik dunia kepada atasannya?
Lewat esai-esai yang ditulis orang lain maupun Soedjatmoko sendiri, ia dikenal sebagai
pemikir yang konsisten memperjuangkan otonomi dan kebebasan manusia. Soedjatmoko
sendiri ingin disebut sebagai "intelektual yang bebas". Di sisi lain, Soedjatmoko
menghabiskan sebagian hidupnya untuk melayani pemerintahan yang tak segan-seganEsai Resensi Buku untuk Kompas, Pustakaloka, 23 November 2002
MENIMBANG PERJALANAN SEORANG "INTELEKTUAL BEBAS"
Agung Ayu Ratih
Ada sejumlah pertanyaan yang mengganggu benak saya ketika menghadiri Soedjatmoko
Memorial Lecture untuk memperingati 80 tahun kelahiran Soedjatmoko pada 30
September 2002 yang lalu. Pertanyaan awal dipicu oleh pernyataan menggugah dalam
Orasi Kemanusiaan yang disampaikan Dr. Karlina Leksono-Supelli, "Hari ini, 30
September 2002, kita mengenang seorang humanis di atas ingatan pedih peristiwa tiga
puluh tujuh tahun lalu. Peristiwa yang menyebabkan lebih dari lima ratus ribu orang
dibunuh dan ratusan ribu lainnya dipenjara; sementara anggota keluarga, kerabat, serta
teman mereka cerai-berai menjalani kehidupan sehari-hari dalam ketakutan yang sunyi,
tercerabut dari lingkungan sosialnya, dan kehilangan kesempatan wajar mencari nafkah".
Bagaimana seorang humanis seperti Soedjatmoko melihat tragedi kemanusiaan yang
mengikuti kudeta gagal G30S 1965?
Pertanyaan berikutnya berkaitan dengan peluncuran dua buku mengenai Soedjatmoko
yang menyertai acara tersebut di atas. Buku pertama, Pergumulan Seorang Intelektual,
merupakan biografi yang ditulis berdasarkan skripsi M. Nursam, lulusan jurusan Sejarah
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, sedangkan buku kedua, Surat-surat Pribadi
Soedjatmoko kepada Presiden (Jenderal) Soeharto, berisi 29 pucuk surat yang
dilayangkan almarhum semasa Soedjatmoko menjadi Duta Besar AS antara 1968-1971.
Kalau penjelasan di kulit belakang buku pertama menyatakan bahwa Soedjatmoko
termasuk dalam kategori intelektual "yang bertugas memberikan penjelasan tentang dunia
kepada masyarakatnya", mengapa buku yang mengiringi biografi ini justru ulasan
seorang dubes tentang politik dunia kepada atasannya?
Lewat esai-esai yang ditulis orang lain maupun Soedjatmoko sendiri, ia dikenal sebagai
pemikir yang konsisten memperjuangkan otonomi dan kebebasan manusia. Soedjatmoko
sendiri ingin disebut sebagai "intelektual yang bebas". Di sisi lain, Soedjatmoko
menghabiskan sebagian hidupnya untuk melayani pemerintahan yang tak segan-segan
memasung kebebasan asasi warga negeri ini atas nama keamanan dan ketertiban umum.
Jadi, apa yang dimaksud Soedjatmoko dengan "intelektual yang bebas"? Atau, lebih jauh
lagi, apa sebenarnya yang terkandung dalam pemikiran Soedjatmoko tentang otonomi
dan kebebasan manusia?
Mereka Semesta Soedjatmoko
Ada harapan besar pertanyaan-pertanyaan di atas akan beroleh jawab dari buku
Pergumulan Seorang Intelektual. Biografi tentang Soedjatmoko sudah sepantasnya
menyajikan gambaran lebih utuh tentang dunia yang menghidupi dan dihidupi sang
intelektual, tentang pelbagai hubungan personal dan sosial yang mungkin berpengaruh

 Catatan gua : ini bukan tulisan gua (aulanurul) ini gua dapet dari beberapa pencarian di google

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...