Senin, 14 Oktober 2013

Novel - Belum Selesai - Belum ada judul juga :D hihi

“Ken!” Deska menelfon Ken, “gue di jendela kamar elo, buka!”

Ken membukakan jendela kamarnya untuk Deska sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ngapain lo?” tanya Ken santai, “cewek malem-malem bigini masih keluyuran.”

“Ambilin gue minum gih,” kata Deska setelah masuk ke kamar Ken, “ambilin!”

Dia melihat wajah Deska yang tampak kesal tapi tetap lucu dan tetap cerewet. Ken ke dapur untuk mengambil segelas air mineral untuk Deska yang tidak lain saudara kembarnya.

“Ken,....” Bunda mengejutkan Ken, “jus untuk siapa?”

Oh iya, kenapa gua buatin jus? Air putih mah cukup.” Ucap Ken dalam hati, “oh... em... buat iseng-iseng,” lalu Ken langsung ngeloyor ke kamar.

Tidak lupa dan tidak akan terlupakan janji Ken pada saudara kembarnya. Dia berjanji akan membiarkan saudara kembarnya pada jalan sendiri, pilihannya sendiri, dan apapun yang membuat Deska tenang.

“Ih baek deh sodara kembar gue ini. Lama-lama makin manis aja,” Deska mencubit Ken seolah-oleh Ken siswa TK yang berusia 5 tahun, “gue nginep di sini ya? Ya Ken, ya ya ya? Please....” pinta Deska dalam arti lain.

“Rumah ini kan rumah lo juga, kenapa izin? O... Gue ngerti, maksudnya jangan sampe bunda tau?”

“Bunda? Hidih, tante aja kali jangan bunda, mit amit deh gue.” Ucap Deska kesal mengingat saudara kembarnya sudah mulai dekat dengan ibu tiri mereka.

Satu tahun lalu, Deska dan Ayahnya masih tinggal di Semarang kecuali Ken. Ken tinggal di Bandung karena dia sudah yakin sekolah di sebuah SMU di Bandung.

Deska dan Ayahnya, mereka pindah setelah Ayah mereka menikah lagi namun, Deska tidak mau satu rumah dengan ibu tiri mereka. Deska tetap memilih tinggal di Semarang bersama neneknya namun, pada bulan ke-4 pernikahan ayah mereka, Deska menyusul ke Bandung.

Deska memang di Bandung tapi dia masih marah pada Ayahnya yang telah menikah lagi. Dia tidak ingin satu rumah dengan ibu tirinya walaupun jujur, dia merindukan satu rumah dengan Ayah dan saudara kembarnya. Deska memilih untuk nge-kost saja dari pada harus satu rumah dengan seorang ibu tiri.

“Ckck, udah ngerjain tugas Kimia lo?” tanya Ken, mengingat mereka satu sekolah dan satu kelas, “udah apa belum!”

“Belum lah, gue ke sini kan kangen sama elo, kangen sama Papa tapi males liat tampang tante itu, dih.” Deska benar-benar tidak suka dengan ibu tirinya, “ngerjain sekarang aja, kita kerjasama, oke-oke?”

**

Deska mengomel-ngomel di halte bis karena semua bis penuh, “sial! Bisa telat gue!”

Sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan Deska. Deska tahu betul kalau seseorang di balik helm itu adalah siswa yang satu sekolah dengannya, sudah terlihat dari seragam yang di kenakan.

“Yhaha ketinggalan bis, jakil aja non,” goda Zero, “Mau tumpangan? Ooo, tidak bisa, maaf, motor gue haram hukumnya ngeboncengin cewek yang pernah buat gue kecebur di kolam ikan sekolah,”

Mata Deska melotot sampai mau keluar memandangi Zero, “Sial!” batinnya dalam hati, “siapa juga yang butuh tumpangan dari elo?”

“Serius nggak butuh tumpangan?” tanya Zero lagi, “bener?”

“Em... eh dari pada gue telat,”

**

Kelas riuh, gaduh dan sudah tampak seperti suara ibu-ibu yang berebut obral alat rumah tangga. Namun, mereka bukan ibu-ibu. Mereka siswa SMU, mereka siswa kelas XI IPA 4.

Seperti kebanyakan kelas dan kebiasaaan para siswa pada umumnya. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk buru-buru mencontek tugas teman dari pada nanti akan mendapat nilai kecil.

Ini aneh namun pada kenyataannya inilah fakta yang tidak bisa di hindari. Tidak ada kata sepakat sebelum ini untuk beramai-ramai mengerjakan tugas di pagi hari namun, kesepakatan itu selalu dan selalu terjadi tanpa ucapan melainkan tindakan. Buset dah.

OMG! Ckck, nyalin masal” ucap Deska dalam hati, “ada apa yak?” tanyanya pada seisi kelas namun tidak ada yang mempedulikan Deska, “sibuk semua,”

“Udah ngerjain tugas Kimia lo Ka?” (Deska, di panggil dengan dua huruf akhir) tanya seorang siswa bernama Neon, siswa yang mendapat peringkat di kelas dan cukup baik serta ramah, “Ka, udah tugasnya?” tanyanya lagi.

“Udah,” jawab Deska, “eh gue udah belum sih ngerjain tugas Kimia? Kan tadi melem yang ngerjain tugasnya Ken terus gue malah molor dah,” dia tertawa-tawa kecil mengingat banyaknya tugas kimia dan dia tidak bisa membayangkan bagaimana lelahnya Ken mengerjakan dua tugas sekaligus.

Udara pagi masih jernih dan Neon mengajak Deska untuk berbincang luar kelas dari pada di dalam kelas yang ribut.

Kelas XI IPA 4 memang kelas yang paling rajin untuk hadir di pagi, bahkan amat pagi hari. Sebenarnya bukan karena tidak ingin terlambat atau memang ingin rajin tapi, demi mengerjakan sebuah tugas yang belum di kerjakan.

“Siswi baru di tahun ajaran baru, siswi baru yang baru dateng pendiem, kalem  tapi setelah satu bulan berlalu cerewet,” kata Neon saat mereka berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kantin sekolah, “lo tau itu siapa?”

Sial! Ini anak nyindir gue,” gerutu Deska dalam hati, “haha itu kan gue, bagi gue itu sebuah pujian,”

Kantin sepi, hanya ada beberapa siswa yang sarapan di kantin karena tidak sempat sarapan di rumah.

Neon memesan nasi goreng sedangkan Deska hanya memesan segelas minuman dingin saja. Deska memang tidak sempat sarapan karena dia menginap di rumahnya bukan di tempat kostnya. Dia tidak mau bertemu ibu tirinya di meja makan atau memakan masakan ibu tirinya. Dia keluar rumah melalui jendela kamar Ken tanpa ada seorang pun yang tahu kalau semalam dia menginap di rumah.

“Makan Ka,” Neon menyuruh Deska memakan nasi goreng yang di pesan. Deska heran ternyata nasi goreng itu bukan untuk di makan oleh Neon melainkan untuknya, benar-bener membuat Deska merara aneh, “Lo itu belum sarapan, tampang lo ceria tapi suram gitu,”

“Hah? Emang ada tampang ceria tapi suram? Aneh-aneh aja loh elo ini, nggak nyambung dah, sumpah aja,”

“Di sambungin pake tali, kalo gak ada tali pake lem,” suara Neon datar lalu dia memberikan isyarat agar Deska memakan makanan yang di pesannya, “nanti kita ujian Kimia kan kalo itu perut bunyi bisa ngeganggu seisi kelas,”

Kepala Deska pusing mendengar setiap ucapan Neon karena semua ucapan Neon itu seolah-oleh tidak mau di kalahkan. Kadang, Deska harus diam agar Neon juga diam.

Ketika Deska menjadi siswa baru di SMU ini, dia tidak memiliki seorang teman atau kenalan seorang pun. Hanya Ken yang di kenalnya tapi, dia tidak mau seisi sekolah tahu kalau dia saudara kembar Ken. Dia ingin seisi sekolah mengetahuinya tanpa dia bicara apa-apa atau Ken yang memberitahu.

Kelas XI IPA 4 adalah kelas yang tergolong cuek dan saling acuh satu sama lain kecuali saat ujian barulah kompak. Deska agak sedih dengan keadaan kelas yang seperti itu apalagi dia juga tidak bisa langsung akrab dengan Ken karena itu akan menimbulkan banyak pertanyaan.

Neon, cowok satu ini adalah teman pertama Deska saat menjadi siswa baru. Mereka berkenalan karena kebetulan, Deska satu bangku dengan Neon. Bukan tidak ada yang menawari Deska untuk duduk di bangku lain tapi, Deska ingat kata Ken. Di kelas ada 3 bangku kosong, 2 bangku di huni 2 playboy kelas kacangan dan satu bangku di huni oleh siswa cerdas tapi sedikit pemilih dalam hal berteman.

Awalnya ada dua cowok yang merayu Deska untuk duduk satu bangku dengan mereka tapi, dengan senyum manis nan memikat, Deska menolaknya secara halus. Mereka agak kecewa tapi akhirnya mereka hanya bisa tersenyum lalu berkenalan dengan Deska dengan alasan siswa baru harus kenalan.

Ada beberapa siswi juga yang tidak menyukai Deska karena di anggap sok manis dan sok cantik bahkan ada yang bilang senyum palsu.

Neon menjitak kepala Deska, “Ka, makan dulu lo itu, ngelamun mah gak ada abisnya,” katanya yang melihat Deska melamun, “Bel 5 menit lagi, jarak dari sini ke kalas 3 menit tapi kalo sama ngobrol bisa sampe 5 menit lebih,”

“Udah kenyang,” kata Deska mengeluh kekenyangan padahal dia baru makan sedikit, “eh, lo yang mesen makanan berarti elo yang bayar kan?”

“Iya,” jawab Neon singkat.

**

Kelas hening dan dengan tenangnya semua siswa melongo pasrah melihat soal-soal Uji Blok Kimia yang tampak seperti monster mematikan.

Tidak ada yang ribut, mengeluh, atau sedih. Mereka hanya bisa manatap lembar soal yang penuh dan memandangi lembar jawaban yang kosong, bersih, dan tanpa noda tinta pena sedikitpun.

Berarti hasilnya ini terus di kaliin lagi sama hasil ini baru nanti di akarin,” ucap Deska dalam hati, dia sudah menyelesaikan 4 dari 8 soal yang di ujikan,”

Deska memang tergolong siswa yang pintar hanya saja, dia sedikit malas apalagi kalau sudah berhubungan dengan catat mencatat rumus atau teori. Dia pasti akan mengeluh kalau tangannya bisa-bisa keram karena harus menulis tangan.

“Ka, lo udah belum?” bisik salah seorang siswi bernama Triska namun Deska hanya memandang sejenak lalu menggeleng, “seriusan belum?”

“Udah 5 soal sekarang, belum semua, lumayan mudah kok soalnya, tuh Neon aja udah selesai,” ucap Deska sedikit dengan nada yang terdengar guru lalu dia di tegur, “maaf Bu,” kata Deska.

Suasana hening kembali apalagi guru yang mengawas sangat di kenal killer. Tidak ada yang berani mencontek buku cetak, buku catatan, apalagi kawan kecuali ada kesempatan.

Waktu masih tersisa 25 menit dan dia sudah menyelesaikan semua soal itu. Di pandangnya Ken yang baru mengerjakan 5 soal sambil menguap ngantuk.

Aduh, semaleman kan Ken nulisin tugas gue sampe hampir nggak tidur sama sekali. Kasian, nah gue malah enak-enakan tidur,” ucap Deska dalam hati lalu dia ingat kalau dia belum menulis namanya dalam lembar jawaban.

Deska mengambil lembar jawaban Ken diam-diam dan menukarnya dengan lembar jawabannya. Dia telah menuliskan nama Ken dengan tebal dan untungnya lembar jawaban Ken juga belum di tulis nama.

Ken bingung tapi dia senang-senang saja toh tidak ada bedanya karena sebenarnya dia bisa mengerjakan hanya saja dia susah memerangi rasa kantuk yang menyerang.

Aneh, ada hubungan apa mereka?” batin Neon sambil memandangi Deska lalu Neon beranjak dari bangkunya sambil menggelengkan kepalanya dan keluar dari kelas.

Setelah Neon keluar, beberapa saat kemudian para siswa keluar satu persatu termasuk Deska dan Ken.

“Ken, sorry ya gara-gara semalem jadi lo ngantuk gini. Maaf,” ucap Deska lirih di depan kelas.

Para siswa yang sudah selesai mengerjakan soal ulanga diizinkan keluar kelas namun, hanya duduk di depan kelas, bukan ke kantin atau ke tempat lain.

“Tau mah yang pinter iya jadi batu idup tadi nggak mau ngasih tau,” ucap Triska agak sewot, “mau naik kelas sendiri begitulah.”

Ini anak nyindir gue? Dih, ampun dah, cuma begini doang diributin,” Deska berpura-pura tersenyum, “yaa maaf sih Tris, kan yang ngawas susah, coba lo tadi nanya Neon aja, kan duduknya deketan sama Neon.”

“Hehe,” Triska tersenyum sinis, sepertinya dia juga tidak menyukai Neon.

Di kelas, banyak siswa yang kesal pada Neon karena di kenal sebagai cowok yang pelit saat ujian. Memang, wajah Neon memperlihatkan keramahan tapi, bagi seisi kelas itu adalah wajah yang benar-benar menghanyutkan.

Awalnya, banyak siswi di kelas yang menyukai Neon karena selain tampan, dia juga suka tersenyum. Namun, semakin lama, mereka kesal karena Neon pelit sekali dimintai jawaban.

Berarti kalo gue pelit waktu ulangan bakalan dijauhin kayak Neon? Aduh, gue nggak mau di jauhin tapi, gue juga nggak mau kerjaan gue yang susah-susah gue mikirnya di copast gitu aja,” Keluh Deska dalam hati, “eh Neon-Neon, tadi lo cepet banget sih ngerjainnya, otak lo terbuat dari apa yak?” tanya Deska mengalihkan perhatian.

“Lo lebih cepet dari gue geh Ka, ya karena lo ngerjain 2 kali jadi agak lama.” Ucap Neon karena dia tahu kalau Deska juga mengerjakan soal ujian milik Ken.

***
“Papa,” Deska terkejut ketika Ayahnya menunggu di ruang tamu tempatnya nge-kost, “ada apa Pa?” dia duduk di samping Ayahnya.

Ayahnya meminta Deska untuk tinggal bersama namun, Deska masih saja menolak. “Yaudah, Deska mau tinggal sama Papa tapi, istri baru Papa harus keluar, gimana?” dia memberi penawaran pada Ayahnya, “nggak mau ya sudah, Deska juga nggak maksa Papa tuh.”

Ayahnya mencoba merayu Deska, dia terus mengatakan pada Deska, memberi Deska pengertian bahwa ibu tirinya itu baik dan tidak akan menganggu. Namun, Deska masih pada pendiriannya.

“Deska nggak ngelarang Papa nikah lagi, Deska ngasih izin tapi Deska tetep nggak setuju untuk nerima wanita itu di hati Deska. TITIK! Kalau Papa mau Deska pulang kerumah, kumpul sama Papa, sama Ken, wanita itu harus nggak ada disana, TITIK!”nadanya meninggi dan langsung pergi meninggalkan ayahnya.

Deska memang amat sangat tidak menyukai wanita yang sudah menikah dengan Ayahnya. Dia benar-benar tidak menyukainya apalagi wanita itu adalah sahabat dekat ibunya. Bagi Deska, itu sebuah penghianatan yang besar.

“Sial! Tiap hari aja kalo gini mah Papa bilang ABC sama gue! Terus aja! Udah gue bilang kalo mau wanita itu nikah sama Papa, yaudah, yang penting jangan usik ketenangan gue!” Deska membanting-banting bantal dan boneka di kamarnya, “gue nggak suka karena tante itu penghianat!”

**

“Nunggu bis neng...” seseorang bicara pada Deska di halte tapi pandangan Deska malah ke handphonenya tanpa ingin tahu itu siapa, “mau bareng nggak?”

Suara bising kendaraan bermotor membuat suara itu tidak jelas namun, dapat kupastikan kalau itu adalah Zero. Pasti itu Zero! Pasti!

“Nah kan ngelamun, cepet gih!” cowok itu menjitak kepala Deska dan Deska langsung memandang

 LANJUTANNYA MANA?
Sabar, gue belum dapet ide untuk melanjutkan :) hihi sedang mencari ide :D 

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...