Selasa, 21 Juni 2011

Novel - Cinta -




Cinta
Oleh
Aula Nurul M

Nama penulis: Aula nurul m.
Lahir: B Lampung 25 Juni 1995



Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu kerena libur panjang selama kurang lebih dua minggu akan menemani hari-hariku. Aku senang karena dengan itu, aku akan menenangkan diriku dan hatiku yang selama ini telah tersakiti oleh seseorang yang sangat aku cintai. Walaupun kejadian saat aku mengetahui pacarku menduakanku dan sudah berakhir hubungan cinta di antara kami tepatnya empat bulan lalu, tetapi sakit itu masih berbekas dihatiku. Aku tidak mengetahui apakah dengan menenangkan diriku, aku dapat melupakan semuanya atau semua justru menjadi lebih parah. Tetapi mencoba juga tidak salah, siapa tahu semua menjadi lebih baik.
     Aku mulai menyiapkan barang-barang yang akan aku persiapkan untuk berlibur. Aku juga memutuskan untuk berlibur di desa yang dimana nenekku tinggal. Aku ingin jauh dari keramaian. Setelah semua siap, aku berangkat dengan membawa hati yang terluka. “Oma!!!” sahutku berteriak. “Kok bawa barang banyak banget, apa mau menginap? Tidak biasa-biasanya kamu menginap disini bahkan tidak pernah” jawab nenekku. Aku tahu bahwa dari kecil tidak pernah sekalipun menginap tempat nenek dan kalau kesana hanya sebentar atau terkadang juga nenek yang kuajak kerumahku. Jujur aku memang kurang suka dengan suasana pedesaan.
     Setibanya disana aku beristirahat karena terlalu lelah, mungkin besok aku akan berkeliling desa untuk merasakan suasana alam pedesaan. Ketika aku keliling desa, aku bertemu dengan banyak penduduk desa. Aku melihat beberapa orang sedang berbincang dan ternyata cara berbicara mereka berbeda denganku kerena mereka menggunakan bahasa daerah yang tidak aku mengerti. Aku bertanya kepada salah seorang penduduk tentang tempat yang sangat sepi tapi menyenangkan dan mereka menjawab dengan bahasa daerah. Aku tidak mengerti dan aku bingung. Aku pusing tetapi itu lebih baik dari pada aku di tempatku yang membuat hatiku sakit karena melihat mantan pacarku setiap hari.
     Tiba-tiba aku ditarik oleh seseorang yang tidak dikenal. Dia mengajakku ke tempat yang indah sekali yang membuatku melupakan sakit hatiku. Dia membawaku ke sebuah Air terjun yang suasananya masih seperti di hutan. Jujur aku terkejut bahwa ada tempat seindah ini yang tidak sekalipun aku ketahui. Karena terlalu terpesonanya aku, sampai aku lupa siapa yang menarik tanganku tadi. Aku terbawa dalam indahnya alam yang begitu alami.
“Maaf sebelumnya, kamu anak desa sini ya? Kamu kenapa narik aku tadi?”
“Biasa aja dong bicaranya, aku bukan anak desa sini kok. “
“Oh….. pantes cara bicaranya beda sama cara berpakaiannya.”
“O… iya, aku tidak pernah melihat kamu sebelumnya. Pasti loe juga bukan anak sini kan dan cara berpakaian sama dandan loe itu beda”
“Ya…. Memang bukanlah. Kalo loe dari mana?”
“Gue dari Bandung dan gue ke Lampung tempat Oma gue, tiap liburan pasti gue kesini. Nah… lo sendiri?”
“Gue sih masih dari  Lampung aja tepatnya di Bandarlampung dan gak dipedesaan yang terpencil ini.”
“Oh.……. yah sampe’ lupa, kenalin gue Haikal dan loe?”
“Gue Lala, kayaknya ngobrolnya nanti legi deh soalnya gue mau nikmatin pemandangan yang indah ini.”
     Jujur aku ingin sekali menghabiskan waktu hari ini untuk menikmati keindahan dan kesejukan yang membuat hatiku sedikit membaik. Aku ingin melepas semuanya yang membuat hatiku sakit.
Sorry…. Kamu kesini kan tempat Oma kamu, yang dimana yah?”
“Rumah yang serba hijau karena warna catnya gue yang milih, secara warna kesukaan gue.”
“Oh… rumah yang itu.”
“Emang rumah Oma loe yang mana?”
“Sampingnya.”
“Lumayan bagus dan kayaknya cuma dua rumah itu deh yang bagus”
“Loe kesini sendiri atau sama keluarga?”
“Ya….sendiri lah. Kalo loe?”
“Kali ini gue ngajak sahabat gue, namanya Raka. Dia satu sekolah sama gue.”
“Oh…… Gitu yah.”
“Loe kan gak pernah nginep tempat Oma loe dan jarak rumah loe jauh dari sini”
“Kok tau?”
“Ada deh. Memang alesannya apa?”
“Ya, sih jujur gue gak pernah nginep kecuali sekarang tapi gak apa-apa lah dari pada nginep disini. Walaupun tengah malem gue mau pulang, yah pulang aja walaupun jarak dari rumah kesini kurang lebih 4-5 jam-lah. Capek gak masalah bagi gue yang penting gak nginep”
“Oh…. Sorry sekali lagi, bukannya nyinggung yah. Tadi saat loe keliling desa, banyak banget yang ngeliatin loe dan kayaknya gak baik buat loe.”
“Gak pernah ngeliat orang cantik kali.”
“Mungkin, secara gue akuin loe cantik benget tapi mungkin juga cara berpakaian loe yang terbuka dan orang bisa berpikir negatif. Itukan berbahaya buat loe.”
“Ya ……. Kata loe ada benernya juga sih, tapi baju gue gak ada yang tertutup.”
“Uduh udah sore nih, gue balik dulu yah.”
(Tiba tiba Haikal memakaikan jaketnya kepadaku)
“Pake’ yah biar loe aman. Loe bawa jaket gak.”
“Bawa sih tapi cuma satu dan gak mungkin gue pake.”
“Sebaiknya kalo loe keluar pake aja dan loe kembaliin jaket gue terserah semau loe. Kalo loe keluar gak mau pake’ pakaian yang agak tertutup, loe ajak gue aja pasti aman.”
Akhirnya aku pulang kerumah nenek dengan jaket yang dipinjami Haikal. Mungkin yang dia katakana ada benarnya juga, di desa dengan di kota pasti banyak perbedaannya. Aku terus berjalan menuju rumah nenekku didampingi Haikal karena tujuan kami sangat dekat. Dari satu desa cuma satu orang yang bisa aku ajak ngobrol yang nyambung. Ketika tiba dan hendak masuk kerumah tujuan masing-masing aku bertanya, “Mau nanya nih, gak ada orang lain yang ngobrolnya bisa nyambung selain loe”. “Ada, Raka temen gue dan kalo cewek Eva, Liza sama Sila. Mereka bukan anak sini juga kok. Oh ya, ada anak sini, temen gue sih dan dia pernah cerita tentang cucu dari Oma loe, mungkin loe kerena dia ngeliat sesekali karena tuh anak gak pernah nginep. Jujur gue kasih tau dia suka sama loe karena tadi dia gue perhatiin ngeliatin loe terus, itu dia lagi duduk didepan rumahnya” (Sambil menunjukkan rumah yang berada didepan rumah nenek Lala beserta orangnya) jawab Haikal dan memberitahu yang tidak aku tanyakan.
     Malam hari aku, Haikal, Raka, Eva, Liza, Dan Sila kumpul bareng sambil berkenalan. Ternyata benar mereka nyambung semua dan sejalan dengan pemikiranku. Setelah aku banyak mengobrol, ternyata ada salah seorang yang tempat tinggalnya tidak jauh dari tempat tinggalku hanya berbeda jalan saja. Banyak banget yang kami bicarain sampai seperti sudah teman lama. Tiba-tiba orang yang Haikal bilang bahwa ia suka padaku datang. Semua mata hanya tertuju padanya karena semua telah mengetahui bahwa dia menyukaiku. Dia memperkenalkan diri dan akhirnya aku tahu bahwa dia bernama Ardi. Nama yang lumayan bagus dan orangnya lumayan tampan tetapi sayangnya dia anak desa dan lebih tampan Haikal, Raka, mantan pacarku dan teman-temanku, tetapi lumayanlah buat anak yang tinggal didesa terpencil. Memang semuanya tahu dan akupun begitu bahwa ia menyukaiku, tetapi umurku lebih tua dari dia dua tahun. Memang umur bukan masalah tapi aku tidak ada tertariknya sedikitpun karena aku sedikit mulai menaruh perasaan pada Haikal. Memang baru satu hari aku bertemu dia tetapi dia sangat memperhatikanku, apalagi saat Haikal memberikan jaketnya kepadaku dan tatapan matanya yang tajam membuat jantungku berdetak lebih cepat. Apakah ini yang namanya cinta pada pandangan pertama? Aku tidak tahu lagi.
     Setiap hari saat aku masih di desa, aku pergi keliling desa bersama Haikal atau bersama yang lain dan yang jelas Haikal ada. Tetapi hari ini berbeda, aku pergi dengan Raka, Haikal tidak pergi menemaniku seperti biasanya dan aku khawatir sekali. “Tenang aja, Haikal gak apa-apa kok” ucap Raka. Aku khawatir, tetapi ini saat yang tepat untuk menanyakan tentang Haikal kepada yang lain.
 “Raka, loe kan sahabat Haikal dan persahabatan loe sama dia itu lama banget. Boleh nggak gue nanya tentang Haikal. Dia orangnya gimana sih sebenernya? Gue harap loe jawab jujur sama gue karna ……” tanyaku kepada Raka dan sebelum aku melanjutkan ucapanku Raka memotongnya.
 “Loe suka sama Haikal?. Jujur gue kasih tau kalo selama ini Haikal itu bohong sama loe. Dia bilang nggak pernah ngeliat loe dan dia bilang ngeliat loe baru kali ini. Sebenernya pertama kali Haikal ngeliat loe saat liburan empat tahun lalu. Memang Haikal jarang ngeliat loe karena loe jarang nginep disini dan kalo loe kesini cuma sebentar. Haikal kalo liburan selalu kesini karena dia mau ngeliat loe…….”
“Apa yang loe bilang itu bisa gue percaya”
“Tanya aja sama yang lain, kalo perlu tanya semua temen-temen gue atau ortu Haikal kalo masih gak percaya karena gue tuh anak yang selalu jujur.”
“Oke! Gue percaya dan apa lagi yang loe tau tentang Haikal?”
“Kalo dia liburan kesini dan loe gak kesini, pasti dia ke rumah Oma loe untuk ngeliat foto yang ada dirumah nenek loe. Satu lagi yang perlu loe tau kalo Haikal ngasih tau sama Ortunya kalo dia suka sama loe. Terus kita berdua pernah  ke sekolah loe beberapa kali dan yang terakhir kita ngeliat kalo loe pulang dianterin sama cowok yang kayaknya dia itu pacar loe. Haikal patah hati dan semenjak itu dia gak pernah kesekolah loe lagi. Walaupun dia Cuma dua kali kesekolah loe, tapi itu suatu pengorbanan besar karena jarak sekolah loe sama rumah dia jauh banget dan semenjak itu dia sering banget mainin cewek. Semenjak dia patah hati, dia tuh jadi playboy yang gak punya hati. Tapi sekarang saat loe nginep di sini dan ngobrol sama loe, dia berubah, dia juga masih berharap sama loe”
“Berubah, berubah apa?”
“Kemarin Haikal nelpon semua ceweknya dan semuanya diputusin kerena loe. Dia juga jelasin dengan jujur kenapa dia mutusin dia orang. Gue kagum banget sama yang dilakuin Haikal dan kayaknya dia cinta mati sama loe. Mungkin nanti dia akan nembak loe dan kalo loe tolak, uduh….. bisa-bisa dia bunuh diri.”
“Jujur yah semenjak gue ketemu Haikal, gue ngerasa ada yang beda dan gue nyaman dideket dia. Gue mau kalo Haikal itu jadi milik gue seutuhnya, tapi sayangnya gue belum kenal lama dan gue harap loe nggak ngasih tau soal ini sama Haikal. Gue mau loe jadi mata-mata dan dia berubah seutuhnya 100%. Kalo dai nembak gue, gue gak akan nolak atau nerima, dan kalo gue terima seutuhnya kalo dia bener-bener nggak jadi playboy.”
***
 Sepulang dari keliling desa hatiku campur aduk dan tidak tahu harus berprilaku seperti apa. Aku memang menaruh perasaan kepada Haikal dan sepertinya Haikal lebih dari itu, tetapi sayangnya dia playboy. Aku bingung sekali harus berprilaku apa kepada Haikal saat aku bertemu dengannya atau sekedar bertatap muka saja.tetapi aku tidak bisa menghindar dari haikal. Jika Haikal menatapku, aku tidak bisa menghindar dari tatapannya yang membuat hatiku meleleh. Walaupun aku baru disakiti oleh mantan pacarku, semua itu tidak terasa dan awal aku bertemu Niko yang tidak lain mantan pacarku, berbeda saat aku bertemu Haikal. Aku ingin memiliki Haikal seutuhnya dan jika aku tidak memilikinya, rasanya aku ingin mati. Baru kali ini aku tidak sanggup menahan perasaanku dan jika aku memikirkan Haikal, sekujur tubuhku menjadi kaku karena aku takut kehilangan dia walaupun dia bukan milikku.
     Keesokan harinya aku pergi ke Air terjun bersama Haikal, banyak yang kami bicarakan tetapi mengenai kemarin tetap aku rahasiakan. Ketika kami pulang, di tengah jalan Haikan mengatakan sesuatu yang mengejutkan hatiku. Dia mengajakku nanti malam bertemu di sini, tepat pukul tujuh malam. Aku tidak bisa menolaknya dan aku berkata pada Haikal bahwa aku akan datang tepat waktu. Aku senang sekali karena aku tahu apa yang akan terjadi nanti dan sudah kukira sebelumnya. Karena aku tahu apa yang dimaksud Haikal, maka aku tidak akan berpenampilan biasa-biasa saja tetapi luar biasa dan aku harap penampilanku tidak mengecewakan Haikal.
     Setelah aku menyiapkan penampilanku, diriku dan setelah selesai, aku segera menuju ke Air terjun. Saat aku berjalan ke tujuanku di mana Haikal menungguku, semua orang melihatku dengan tatapan mata yang tak kusuka. Tetapi semua itu tidak kupikirkan dan bukan jadi masalah karena yang kutahu Haikal menungguku. Jantungku berdetak lebih cepat dan hatiku memintaku untuk segera menemui Haikal dengan cepat. Aku sudah tahu apa yang akan dikatakan Haikal kepadaku tetapi yang kurasakan tetap saja seperti ini. Dari rumah nenek dan disepenjang perjalanan aku tidak bisa tenang sedikitpun. Mungkin aku tidak tenang karena aku sangat mencintai Haikal, tetapi aku baru mengenal Haikal kurang dari dua minggu dan besok aku harus pulang karena tiga hari lagi aku masuk sekolah.
“Huh…. Capek! Akhirnya sampai juga” Ucapku saat tiba.
(Suasana sepi dan tidak ada seorangpun disitu, aku takut jika Haikal tidak datang. Tiba-tiba suasana menjadi berbeda. Banyak lampu yang menerangi dan suasana menjadi sangat baik)
Maaf aku membuat kamu terkejut.”
“Haikal!”
“La, entah kamu tahu atau tidak dengan maksud aku meminta kamu kesini tetapi ada hal penting yang harus aku bicarain.”
“Sssss……aku sudah tahu” (Sambil menutup bibir Haikal dengan jari telunjuk)
“Jadi kamu sudah mengetahui jika aku mencintaimu sejak lama.”
“Yah……. Aku mengetahui dari Raka dan mengenai seseorang yang kamu liat bersamaku saat kamu kesekolahku adalah Niko yang tidak lain adalah pacarku saat itu, tetapi hubungan kita berdua sudah berakhir empat bulan lalu karena aku tahu dia menduakanku dan aku tidak pernah sadar bahwa ada seseorang yang mencintaiku dengan tulus sejak lama. Tetapi sakit itu hilang saat kamu hadir dalam hatiku dan mencuri hatiku. Aku tahu kamu ingin memilikiku dan kamu menjadi playboy karena patah hati. Maaf karena semua itu salahku dan yang perlu kamu tahu bahwa aku juga memiliki perasaan yang sama.”
“Kamu tahu itu dari Raka pastinya tetapi aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku sangat menginginkanmu untuk menjadi milikku. Hatiku tidak bisa berbohong. Aku ingin memilikimu walaupun aku harus mengorbankan apapun tetapi kalau kamu tidak ingin bersamaku, aku lebih bahagia jika kamu bersama orang lain dan membuat hatimu bahagia. Aku tidak ingin memaksakan perasaanku kepadamu karena jika aku paksakan tidak akan menjadi lebih baik bahkan menjadi sangat-sangat buruk. Satu yang tetap aku harap, aku ingin memilikimu!”
“Aku tahu.”
“Aku ingin memiliki hatimu!”
“Aku juga, tapi aku melihat perubahan kamu.”
“Perubahan apa?”
“Hatiku sudah menjadi milikmu, tapi diriku belum percaya seutuhnya. Aku mau selama satu tahun kita nggak berhubungan, berkomunikasi atau apapun itu tapi kamu nggak sama cwek lain dan gak playboy lagi. Aku mau kamu berubah sepenuhnya”
“Oke! Kalo itu mau kamu, aku aku lakukan” ( Dengan nada marah disertai rasa kecewa, Haikal pergi begitu saja meninggalkan Lala).
     Aku sebenarnya berat hati untuk mengatakan semua itu, ditambah lagi raut wajah Haikal yang membuatku sedih. Haikal pergi dengan sejuta rasa kecewa, penyesalan dan dia sepertinya marah dengan keputusanku. Ini semua tidak salah menurutku karena aku ingin Haikal mencintaiku dengan tulus dan dia berubah hanya untukku. Entah kenapa aku gelisah sekali saat berada disana. Haikal pergi begitu saja meninggalkan aku dengan penuh rasa kecewa. Kekecewaannya membuat hatiku sakit dan hatiku tidak bisa tenang kerena dihantui rasa takut akan kehilangan Haikal. Jiwaku, hatiku, diriku, dan perasaanku tidak tenang serta dihantui perasaan akan kehilangan Haikal.
     Ketika aku ingin pulang dan meninggalkan desa, semua ada untuk melihatku pergi kecuali Haikal. Aku sedih sekali, apa Haikal masih marah? Oh…… jangan sampai dia membenciku. Tiba-tiba saat aku mulai meninggalkan desa, Haikal lari dengan tergesa-gesa. “Baik-baik ya…dijalan, gue gak marah kok” ucap Haikal kepadaku yang membuat hatiku tenang. Akhirnya dia dapat mengerti, aku lega sekali. Haikal dan yang lain pulang dua hari lagi, sbenarnya aku masih ingin didesa. Aku yang awalnya tidak ingin menginap didesa tempat nenekku tinggal, sejak aku mengenal Haikal menjadi berbeda. Aku merasa bahwa didesa udaranya lebih sejuk. Bukan hanya karena itu, tetapi karena aku bertemu Haikal juga.
     Ketika tiba dirumah, wajahku masih dihiasi perasaan senang. Baru beberapa hari aku bisa suka sama Haikal, apa ini cinta? Mama menanyakan tentang kegiranganku yang berlebihan. Aku bilang bahwa didesa tempat nenek sejuk dan tidak ada polusi, mama percaya dan aku lega. Aku tidak mau jawab yang jujur kerana aku mengenal Haikal baru beberapa hari, bisa-bisa diketawain sama mama.
    Aku terus saja kepikiran Haikal, sampai-sampai aku sakit dan hati pertamaku masuk sekolah tidak dapat kunikmati kerena aku sakit. Walaupun sakit aku tetap senang walaupun sebelumnya hatiku terasa sakit karena Niko yang brengsek. Tetapi ada satu yang masih aku khawatirkan, bagaimana bila Haikal masih Playboy? oh……jangan. Aku harap jangan dan jika benar Raka pasti memberitahuku. Sekarang lebih baik aku memikirkan kesehatanku dahulu dan yang penting aku sudah bisa melupakan Niko.
     Saat aku masuk sekolah, aku senang tetapi harus malihat Niko setiap hari karena kami satu kelas. Andai saja Haikal sekolah disini dan satu kelas denganku, pasti aku akan senang sekali. Aku benci banget dengan Niko dengan sikapnya belakangan ini yang mempuatku mau muntah. Niko memintaku untuk memaafkannya dan kembali padanya. Aku menerima jika dia hanya menjadi temanku dan sudah aku maafkan, tetapi untuk kembali padanya tidak mungkin. Aku tidak ingin merasakan sakit yang lebih dari yang lalu dan aku tidak mencintainya lagi karena sudah ada Haikal dihatiku.
    Setiap hari Niko merayuku dengan rayuan yang membosankan. Aku sudah tidak tahan dengan Niko. Aku merasa bahwa aku sedang berada dineraka yang membuat fikiranku panas, apalagi sudah tiga bulan tidak melihat Haikal dan berkomunikasi dengannya. Aku ingin bertemu dengan Haikal secepat mungkin dan memastikan dia sudah berubah seutuhnya. Aku ingin memiliki hati Haikal seutuhnya dan tidak dibagi dengan orang lain.
     Dalam dua minggu ini sekolahku mulai mempersiapkan untuk perayaan hari ulang tahun sekolah dan tidak ada proses belajar mengajar karena semua murid juga akan mempersiapkan segalanya agar menjadi pesta yang meriah. Karena tidak ada proses belajar mengajar, aku meminta izin untuk tidak masuk sekolah selama satu minggu dengan alasan yang meyakinkan. Aku mempergunakan waktu itu untuk pergi ke Bandung untuk melihat Haikal dan mengetahui perubahan Haikal. Aku berharap Haikal berubah sepenuhnya dan aku akan mengajaknya untuk menemaniku disaat hari perayaan ulang tahun sekolahku. Aku harap dia mau datang untuk menemaniku agar Niko tahu bahwa sudah ada yang memiliki hatiku dan dia tidak memintaku untuk kembali padanya.  
     Perjalanan yang begitu jauh sangat melelahkan, hari pertamaku di Bandung aku pergunakan untuk beristirahat disebuah hotel dan hari kedua baru aku melihat keadaan Haikal.  Saat itu aku mencari letak sekolah Haikal dan setelah aku mengetahuinya, aku segera menuju kesana. Aku menunggu sampai waktu pulang sekolah. Aku melihat Haikal! Dia baik-baik saja dan selebihnya aku tidak tahu.  Aku tidak langsung menemui Haikal, aku hanya melihatnya dari kejauhan dan ia tidak akan tahu bahwa aku ada disana karena aku menyamar dengan penyamaran yang menurutku sudah total. Aku mengikuti kemana ia pergi, sampai aku melihat sesuatu yang membuatku senang. Aku melihat ada seorang wanita yang berkata kepada Haikal “Aku nggak mau kamu ninggalin aku karena orang lain, aku mau kamu jadi milik aku dan aku nggak mau kamu pergi dari aku”. “Aku gak akan bisa sama kamu lagi dan aku mau berubah, aku udah mencintai orang lain dan kamu gak bisa maksaain aku. Aku mau barubah, gak seperti dulu lagi” Ucap Haikal dengan nada marah. Aku tidak menyangka bahwa Haikal benar-benar mau berubah untuk aku, dia tidak mengingkari perkataannya terhadapku. Aku tidak percaya tetapi semua inilah yang aku harapkan.
Setelah aku mendengar semua itu, aku pergi menuju hotel dimana tempat aku menginap. Aku sangat senang dengan apa yang telah aku lihat dan aku dengar. Aku tidak menyangka bahwa Haikal benar-benar mau berubah untukku. Baru hari kedua aku di Bandung, aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Untuk hari ketiga, mungkin aku hanya melihatnya saja dan tidak akan menemuinya. Saat hari ketiga aku kesekolahnya, tidak ada hal yang mengejutkan. Semua biasa-biasa saja layaknya siswa pulang sekolah. Saat sore hari aku melihat Haikal pergi bersama teman-temannya termasuk Raka. Ternyata yang aku dapat hanya kegiatan anak remaja yang biasa-biasa saja dan tidak lebih. Haikal bermain balapan motor bersama teman-temannya dan itu adalah hal yang sangat biasa bagi anak remaja sekarang ini.
***
Hari keempat aku kesekolah Haikal dan setelah bel pulang sekolah aku menemui Raka tanpa sepengetahuan Haikal. Aku ingin mengetahui perubahan Haikal.
“Raka!” ucapku memanggilnya.
“Lala! kapan kesini?” jawab Raka.
“Udah semua itu bukan urusan loe yang penting jangan sampai Haikal tahu kalau aku disini”
“Kenapa?”
“Ada satu alasan tersendiri yang harus gue rahasiakan”
“Rahasia apa rahasia”
“Langsung aja deh, dari tadi Cuma basa-basi aja”
“Ya udah, memang ada apa?”
“Haikal udah berubah apa belum?”
“Setahu gue Haikal berubah total 100%. Bayangin aja, dia nolak seseorang yang ada disekolah padahal cantik banget”
“Serius!?”
“Kapan gue pernah bohong sama loe?”
“Ya memang loe nggak pernah bohong”
“Ada yang penting lagi apa nggak, soalnya Haikal mau pergi sama gue”
“Ke mana?”
“Yang jelas nggak buat loe sedih kok, itu Haikal” ucap Raka sambil menunjuk Haikal yang keluar dari gerbang.
“Raka! Gue pergi dulu” ucapku langsung pergi.
Aku sebenarnya masih ingin menanyakan banyak hal tentang Haikal kepada Raka tetapi kerena takut Haikal melihatku, aku langsung pergi. Aku percaya dengan ucapan Raka dan aku harap aku bisa menemui Raka lagi. Aku ingin mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang Haikal selama ia di Bandung. Saat aku berada di hotel dan ingin tidur, aku teringat Haikal. Aku langsung menghubungi Raka dan menanyakan keberadaan mereka saat itu. Waktu baru menunjukkan pukul 21:00 WIB dan setelah aku mengetahui keberadaan mereka, dengan cepatnya aku menuju ke tempat mereka berada. Saat aku tiba, ternyata Haikal sedang balapan motor dengan seseorang yang tidak aku tahu siapa dia. Aku berharap Haikal menang. “Haikal!” ucapku memanggilnya dan ia melihatku. Mungkin ia terkejut dan ini memang kejutan untuknya. Ini saatnya aku bertemu dengannya.
“Haikal! Menang ya!” ucapku mendukungnya.
“Katanya nggak mau Haikal tau, tapi…….” Ucap Raka menyindirku.
“Berisik sih”
“Iya-iya”
“Haikal! Menang buat aku ya!”
“Hu….hu” suara sorak gembira karena Haikal menang diiringi tepukan yang meriah.
“Rasain tuh orang, Haikal kok dilawan” Ucap Raka menyindir lawan Haikal.
“Memang siapa lawannya Haikal?” Tanyaku kepada Raka.
“Nggak kenal tuh”
“Selamet ya!” ucapku kepada Haikal memberi ucapan selamat.
“Kapan kamu kesini?”
“Udah beberapa hari ini aku disini dan aku melihat perubahan kamu yang membuat aku senang”
“Siapa lawan kamu? Katanya Raka kalian nggak ada yang kenal”
“Memang, katanya dia nggak suka sama aku dan karena itu dia nantangin aku”
“Ada apa kamu ke sini?”
“Ada deh, nanti juga tau”
“Ya udah kita pergi aja dari sini ke tempat lain yang lebih seru”
“Ya udah pergi aja, tinggalin aja gue sendiri di sini” sindir Raka.
“Kita Cuma mau berdua aja tanpa orang lain” ucap Haikal.
“Ya udah gue ngerti” jawab Raka.
Aku senang sekali karena dapat menemui Haikal karena sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Sebelum kami pergi, Haikal mengenalkan aku kepada teman-temanya yang lain. Mereka hanya tersenyum seperti sudah mengetahui siapa aku. Aku hanya bersikap biasa saja walaupun hatiku bertanya-tanya. Tanpa membuang waktu kami langsung pergi tetapi terhalang.
“Tunggu!” ucap seseorang yang menjadi lawan Haikal.
“Ganggu aja sih” ucap Haikal”
“Siapa sih Dia?” Tanyaku.
“Nggak tau”
“Gue….” Jawab lawan Haikal sambil membuka helmnya.
“Apa!”aku terheran.
“Siapa dia? Kamu kenal?” tanya Haikal.
Aku tidak mempedulikan pertanyaan Haikal karena aku masih terkejut dengan apa yang aku lihat. Aku tidak menyangka dengan yang terjadi. Semua ini diluar pikiranku. Aku tidak menyangka bahwa yang menjadi lawan Hikal dalam pertandingan tadi adalah Niko.
“Niko! Ngapain kamu kesini? Apa lagi?” tanyaku.
“Aku kesini nggak ada tujuan lain kecuali mau ngambil hati kamu lagi”
“Maksud kamu?”
“Aku tau kamu suka sama dia dan itu sebabnya kamu ninggalin terus ngelupain aku”
“Aku nggak ninggalin kamu tanpa sebab! Kamu udah duain aku, apa aku harus disisi kamu setelah apa yang kamu lakuin ke aku”
“Aku minta maaf kalau aku salah”
“Maaf! Terlambat untuk kamu ucapkan. Berbulan-bulan kamu hanya diam dan baru beberapa minggu ini kamu mencoba minta maaf. Memang aku udah maafin kamu dan kamu dengar itu, tapi aku nggak akan kembali ke pelukan kamu”
“Tapi….”
“Dia mantan pacar kamu?”tanya Haikal.
“Iya, tapi aku udah ngelupain dia kok” jawabku
“Niko! Asal kamu tau aja kalau dihatiku nggak akan ada kamu sampai kapanpun”
Aku dan Haikal langsung pergi tanpa mempedulikan Niko yang terus memintaku untuk kembali padanya. Dalam benakku, aku masih bingung. Niko sebelumnya menjalin hubungan denganku dan semua itu telah berakhir karena penghianatannya kepadaku. Semua itu terbukti jalas bahwa ia sudah tidak mencintaiku lagi, tetapi yang telah Niko lakukan mengubah jalan pikiranku. Hanya karena cinta seseorang dapat mengejar cintanya kemanapun dan itu yang terjadi kepada Niko. Niko terus saja mengejarku walaupun ia sudah mengetahui bahwa aku pergi untuk menemui orang yang aku cintai. “Ehm……ngelamunin apa?” tanya Haikal tanpa sadar kami telah sampai tujuan. “Ngelamunin kamu, abis kangen sih” jawabku.
Aku terkejut dengan tempat yang dituju kami. Semua seperti telah dipersiapkan sebelumnya. Semua begitu mengesankan, indah dan semua itu membuat hatiku begitu senang. Baru keli ini aku menemukan tempat yang indah, ditambah beberapa hiasan yang telah disiapkan, dan terlihat bintang dilangit yang sangat indah. Aku heran dengan semua ini, semua seperti sudah dipersiapkan sebelumnya. Tetapi yang manjadi pertanyaan, siapa yang mempersiapkan semua ini? Tidak mungkin Haikal karena baru beberapa jam aku bertemu dengannya.
“Boleh aku tahu sesuatu?” tanyaku pada Haikal.
“Apa?”
“Kapan kamu mempersiapkan semua ini? Nggak mungkin dalam waktu beberapa jam, pastinya satu hari atau lebih”
“Kemarin aku mempersiapkan semuanya”
“Dari mana kamu bisa tau? Bukannya baru tadi kita ketemu dan kalau Raka yang ngasih tau, dia juga baru tadi siang ketemu aku”
“Kemarin aku lihat kamu didepan sekolah aku dan tadi siang juga”
“Kenapa kamu diam aja”
“Kejutan”
“Terus Raka juga pasti ngasih tau semuanya sama kamu”
“Tadinya dia nggak mau sih, tapi aku terus maksa dia dan akhirnya…….”
“Apa?”
“Kamu takut kalau aku suka sama orang lain”
“Ehm……ya udahlah”
Aku senang karena malam ini aku dapat menikmati indahnya malam penuh bintang bersama Haikal. Aku berharap agar malam menjadi lebih lama. Aku berharap aku bisa lebih lama dengan Haikal tanpa ada yang mengganggu. Tanpa sadar aku tertidur dipelukan Haikal saat itu dan ketika aku terbangun dari tidurku, aku sangat senang sekali. Aku senang karena Haikal menjagaku. Tidak ada satupun nyamuk yang hinggap dikulitku karena tidak ada bekasnya. Aku tidak menyangka bahwa Haikal akan menjagaku dari gigitan nyamuk sekalipun.
Aku terbangun dengan sambutan senyuman Haikal yang bahagia. Haikal manatapku seolah tidak ingin aku pergi jauh darinya. Aku tidak bisa menolak tatapan matanya yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. Tiba-tiba Haikal memegang tanganku.
“La, apa hati kamu udah sepenuhnya milik aku?” tanya Haikal kepadaku.
Saat itu aku hanya menatapnya dan ingin mengatakan bahwa hatiku sepenuhnya milik Haikal tetapi aku masih terdiam. Aku diam bukan karena ragu tetapi aku bibirku tidak bisa bergerak. Aku langsung memeluk Haikal sebagai tanda bahwa sepenuhnya hatiku miliknya. Aku tidak bisa berkata apapun karena aku tahu bahwa ucapan bukan sepenuhnya jawaban.
“Jadi,…… kamu…….” Ucap Haikal dan aku langsung menutup bibirnya dengan jari telunjukku.
Aku tidak ingin ada kata-kata, hanya dengan pembuktian. Saat itu aku dan Haikal diam tanpa kata dan hanya hati yang bicara. Aku tidak ingin pelukan ini berakhir dan ingin terus seperti ini.
“Ehm…. Sorry kalo ngeganggu” ucap Raka.
Aku terkejut dengan kehadiran Raka, apalagi ia bersama Eva. Aku tidak tahu megapa Raka bisa bersama Eva. Aku sangat terkejut dengan kehadiran mereka dan aku langsung melepas pelukanku terhadap Haikal.
“Kok dilepas sih, lanjutin aja. Gue sama Eva gak ngeliat kok”
“Kok kalian bisa bareng sih” ucapku heran.
“Belum tau ya” ucap Raka.
“Haikal, apa sih maksud Raka”
“Mereka udah jadian”
“Kok gak bilang sih”
“Loe gak nanya” jawab Eva.
“Ya udah sih yang penting loe sama Haikal……” lanjut Raka.
“Ya udah deh”
Aku tidak menyangka bahwa Raka dan Eva telah menjalin subungan saat sebelum aku bertemu mereka didesa. Semua itu tidak terlihat tetapi bukan masalah yang penting semua bahagia. Saat itu juga aku meminta Haikal untuk menemaniku saat pesta ulang tahun sekolahku.
“Haikal, aku boleh minta satu hal” tanyaku kepada Haikal didepan Raka dan Eva.
“Apa aja boleh kok asal kamu buat kamu bahagia” jawab Haikal.
“Sekolah aku akan merayakan ulang tahun ke….berapa ya? Taulah yang penting kamu maukan nemenin aku nanti?” pintaku.
“Gimana ya….”
Plese”
“Ya udah, kapan?”
“Satu Minggu lagi sih kalo gak salah”
“Ups sorry, gue ke hotel dulu ganti baju terus nanti malem jemput gue karna ada yang mau gue omongin”
“Kita juga kan” ucap Eva.
“Iya, iyalah. Jelas-jelas gue ngomong sama semuanya”
Aku pergi menuju hotel diantar oleh Haikal. Aku senang sekali. Hari ke lima aku di Bandung aku mendapatkan apa yang aku mau bahkan lebih. Mungkin waktuku hanya satu minggu tetapi apa salahnya jika aku menambah waktuku karna disekolah tidak balajar juga.
Malam itu aku dijemput oleh Haikal. Ada Raka dan Eva juga yang menemani Haikal. Kami ingin mengenang saat masih didesa. Aku membicarakan semua yang aku rasakan saat aku pergi dari desa termasuk saat aku sakit karena kepikiran Haikal.
“Jujur ya, sebenernya dari awal aku ketemu sama Haikal……..” ucapku.
“Kita udah tau kali” sela Raka.
“Oh…. ya Va, kalian jadian kok gak bilang-bilang sih”
“Gak udah dibahaslah”
“Kenapa”
“Gak apa-apa sih tapi susah dijelasin soalnya panjang”
“Selama kamu disana inget sama aku terus gak?” tanya Haikal.
“Ya gitu deh. Kangen benget apa lagi gak bisa ketemu terus gak bisa komunikasi”
“Jadi kangen banget nih ceritanya” Sindir Eva.
“Ya…. Kayak yang loe liat sendiri”
“Oh ya, Haikal sorry ya jaket loe belum gue kembaliin karna cuma itu yang bisa buat gue inget terus sama loe”
Banyak hal yang kami bicarakan dan sehingga teringat saat kami didasa dimana banyak kenangan yang tersimpan. Aku ingin mengulagi semua hal yang terjadi didesa saat itu yang membuat aku bisa merubah kesedihanku yang lalu, melupakan kenangan yang teramat sakit untuk dikenang. Aku ingin Haikal dan aku terus bersama untuk selamanya tanpa adanya masalah yang besar.
“Ehm……” ucap seseorang kepada kami dan itu adalah Niko.
“Mau apa lagi loe!” seru Haikal.
“Gak usah jawab loe juga tau”
“Apa maksud loe!”
(saat itu Haikal langsung memukul muka Niko dan Niko membalasnya)
“Elo!................ esst……” ucap Haikal dan memukulli Niko kembali.
“Apa?! Loe takut gue ngerebut orang yang loe sayang?”
“Haikal” ucapku sambil melerai tetapi tidak berhasil.
Saat itu aku bingung sekali. aku tidak tahu harus berbuat apa lagi karena aku dan yang lain melerai tetap saja tidak diperdulikan Haikal dan mereka terus saja berkelahi. Aku bingung dan seketika aku langsung menampar keduanya dan pergi.
“Haikal, Niko, Kalian……” uacapku dan pergi.
Haikal dan Niko mengejarku dan aku tidak bisa lagi lari dari mereka.
“La kenapa loe pergi?” tanya Niko.
“Apa loe nanya-nanya sama dia!” seru Haikal.
“Apa urusan loe!” lanjut Niko.
“Udah!” seruku.
“Maafin aku” Ucap Haikal dan Nikopun mengatakannya.
“Haikal, kamu bisa gak sih nyelesain masalah jangan pake’ kekerasan”
“Dia yang Mulai”.
“Gue yang mulai, loe juga yang salah” .
“Udah kalian diem semua! Niko! Berapa kali aku bilang kalo aku gak akan mau balik lagi sama kamu”
“Aku udah berubah dan aku gak akan duain kamu lagi. Aku yakin bahwa masih ada sedikit rasa cinta untuk aku dan aku akan membuatnya lebih banyak”
“Gak! Sedikitpun nggak ada rasa cinta buat kamu. Semua itu udah hilang saat kamu duain aku” ucapku dan pergi meninggalkan Niko sambil menarik tangan Haikal.
Aku pergi tanpa peduli dengan keadaan Niko yang penuh dengan memar tetapi sebelum aku benar-benar pergi, Niko mengucapkan bahwa ia akan membalas semua perbuatan Haikal. Menurutku itu hanya ancaman yang tidak penting. Aku pergi membawa Haikal menuju rumahnya. Ketika tiba dirumah Haikal, aku bertemu dangan kedua orang tuanya dan memberiku beberapa pertanyaan.
“Kenapa dengan Haikal?” tanya ibunya Haikal.
“Iya, kenapa sampai biru-biru” Tanya ayahnya Haikal.
“Tadi Haikal bekelahi, terus jadinya seperti yang Om sama Tante lihat sekarang.”
“Ya udah bawa kedalam.” Ucap ayahnya Haikal dan pergi.
Aku membawa Haikal ke dalam dan membersihkan luka memar Haikal dan sedikit darah. Haikal diminta Ibunya untuk beristirahat dikamar dan memintaku untuk berbicara sebentar.
“Ada apa Tante?”
“Nggak, cuma mau nanya kerena apa Haikal berkelahi.”
“Itu semua salah saya.”
“Kenapa?”
“Tadi mantan pacar saya berkelahi dengan Haikal kerena memiliki masalah.”
“Ooo… masalah anak muda.”
“Maaf ya tante, Haikal jadi mamar-memar karena aku.”
“Kamu pasti Lala.”
“Kok tante bisa tau tau.”
“Haikal pernah cerita tentang kamu dan baru kali ini Haikal sserius dengan perempuan.”
“Memang tadinya Haikal gak pernah serius sama pacarnya yang dulu?”
“Seperti kamu ketahui bahwa Haikal playboy dan tante senang karena kamu bisa merubah Haikal.”
“Tante aku boleh minta izin gak?”
“Izin apa?”
“Ngajak Haikal untuk nemenin aku ke pesta ulang tahun sekolahku”
“Boleh, cuma Haikal aja?”
“Rencananya mau ngajak Eva sama Raka tapi gak tau mereka setuju apa nggak.”
“Setuju kok” ucap seseorang dan ternyata itu Eva bersama dangan Raka.
“Kok kalian berdua bisa disini?”
“Tadi saat Haikal sama Niko berantem, kami langsung ke sini dan memberitahu keluarga Haikal.”
“Jadi Tante udah tau.”
“Tante sudah mengetahui semuanya saat mereka tiba.”
“Tante, kita sudah melihat keadaan Haikal dan kita mau pamit” Ucap Raka.
“Bareng dong”
“Kamu disini aja, banyak yang mau tyante tanyakan ke kamu” ucap ibunya Haikal.
“Ada yang mau PDKT sama calon mertua” sindir Eva dan mereka pergi.
“Malam ini kamu menginap disini”
“Tapi…..”
“Itu lebih baik dari pada dihotel dan Haikal masih membutuhkan kamu sekarang.”
“Ya udah”
“Tante sudah siapin kamar buat kamu” (sambil mengajakku ke kamar yang telah disediakan)
“Makasih tante”
“Sama-sama, kamu istirahat dulu aja”
“Ya udah aku istirahat dulu” ucapku sambil menutup pintu kamar.
Aku tidak menyangka bahwa orang tua Haikal sudah mengetahui semuanya dan mereka mendukung hubunganku dengan Haikal. Dalam tidurku, aku berharap agar dapat bermimpi indah. Aku ingin mimpiku adalah mimpi tentang kebahagiaanku dan aku berharap itu bisa terwujud.
Dalam pikiranku juga masih terlintas perkelahian antara Niko dan Haikal. Entah dari mena Niko bisa mengetahui keberadaan kami. Mungkin itu suatu kebetulan tetapi sudah beberapa kali Niko menemui Haikal. Entahlah, semua ini begitu membingungkan. Akhihirya tanpa berpikir lagi, aku terlelap tidur.
Pagi hari sang surya membangunkanku dengan sinarnya. Aku terbangun dari tidurku yang begitu nyenyak. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Aku membukanya.
“Kamu pasti tidak bawa baju ganti kan. Ini ada baju milik kakaknya Haikal dan menurut tante pas jika kamu pakai” ucap ibunya Haikal.
“Makasih” ucapku sambil menerima pakaian itu.
“Sehabis kamu mandi, tante tunggu di bawah untuk makan pagi.”
Aku bergegas untuk menuju kamar mandi yang ada didalam kamar itu. Aku berharap keadaan Haikal akan lebih baik dari yang sebelumnya. Saat itu aku merasa senang dan bingung. Ini pertama kalinya aku makan pagi dengan keluarga Haikal.mudah-mudahan cerahnya pagi akan menggambarkan susana yang amat baik. Setelah aku selesai, aku berjaln menuju ruang makan. Tampak semua telah duduk dikursi kecuali Haikal. Langkahku terhenti sebelum aku duduk karena tidak ada Haikal. Pikirku Haikal masih kurang enak badan atau lebih parah. Perasaan campur aduk ada dalam pikiranku dan membuatku bertanya-tanya yang terjadi.
“Duduk dong, kok berdiri aja” ucap ayahnya Haikal kepadaku.
“Iya. Om” jawabku dengan ragu.
“Mikirin Haikal ya? Dia masih tidur. Kalo mau bangunin, ke kamarnya aja” ucap ibunya Haikal.”
“Kayaknya Haikal butuh istirahat dulu” ucapku dan duduk.
Aku senang karena tidak terjadi apa-apa terhadp Haikal. Tiba-tiba suara ketukan berbunyi sambil berteriak menyebut nama Haikal. Kedengarannya ada dua orang yang berteriak-teriak. Aku merasa mengenal suara itu.
“Hai, La. Kita udah siap nih” ucap Raka.
“Siap?” tanyaku heran.
“Iya, ketempat loe” lanjut Eva.
“Bukannya besok?”
“Sekarang lebih baik kan” ucap Haikal tiba-tiba.
“Haikal! Katanya…..”
“Ehm….. tante bahong sedikit gak salah kan?”
“Ya udah deh kalo maunya sekarang, untung di gue juga.”
“Sarapan dulu ya.”
Aku tidak menyangka bahwa kepulanganku satu hari lebih cepat dari yang akua rencanakan. Satu lagi yang membuatku heran, Haikal terlihat lebih sehat dan tidak ada tanda-tanda kekesalan diwajahnya. Semua ini adalah kejutan yang tidak pernah aku duga sebelumnya.  
Saat diperjalanan aku merasa sangat senang karena yang telah terjadi diluar dugaanku. Semua ini adalah hal yang membuatku sangat senang walaupun ada yang tidak menyanangkan. Mungkin semua ini pertanda untuk hubunganku dengan Haikal.
“La memang loe sama Niko putusnya gara-gara apaan?” tanya Eva.
“Kenapa harus bahas dia sih?”
“Jawab aja, gue gak marah kok. Lagian loe udah gak ada rasa sama Niko” ucap Haikal.
“Udah, tinggal ngomong aja susah” ucap Raka.
“Kaya’nya kalian udah tau deh. Yah, Niko udah duain gue dan gue gak mungkin balikan lagi sama dia. Gue udah nyoba banyak hal untuk ngelupain dia, termasuk pergi ke desa tapi ada untungnya juga sih.”
“Jadi loe kedesa cuma mau ngelupain Niko?”
“Ya kurang lebih kaya’ gitu tapi gue juga mau cari suasana lain.”
“Tapi benerkan kalo loe sepenuhnya udah ngelupain Niko?”
“Bener banget, gak ada nama Niko di hati gue kecuali……”
“Ya gue-lah” ucap Haikal.
“Ngarep loe”
“Tapi bener kan?”
“Gak perlu di Tanya, semua juga tau apa jawabannya.”
Sesampainya di rumahku. Orang tuaku menyambut kedatangan kami dnegan hangat. Untuk beberapa hari ini, mungkin Haikal, Eva, dan Raka akan tiggal di rumahku. Entah bagaimana terkejutnya Niko saat aku mengajak Haikal untuk menemaniku dalam pesta ulang tahun sekolah.
***
Pagi itu suasana sangat cerah dan begitu menggairahkan. Eva masih tertidur di sampingku dan dengan Haikal mungkin sama. Aku bergegas untuk ke sekolah. Memanng di sekolahku masih sibuk dengan perencanaan acara ulang tahun sekolahku. Ada yang latihan manari, dan banyak yang lainnya. Niko belum terlihat sama sekali di sekolah, mungkin ia belum pulang karena mengira aku masih di sana. Aku bahagia karena tidak melihat wajah Niko yang menyebalkan.
Semua sahabat dan teman baikku menanyakan semuanya. Tentang pengalamanku bersama Haikal tetapi mereka tidak tahu bahwa di sana ada Niko. Jika mereka mengetahuinya, pasti mereka akan terkejut. Mereka sedikit membicarakan tentang Niko yang beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Aku diam merahasiakan semuanya, namun mereka akhirnya mengetahui segalanya. Aku sulit untuk menyembunyikan kejadian beberapa waktu lalu tetapi, biarlah.
Haikal, Raka, dan Eva mungkin sedang membicarakan aku di rumah. Bukannya terlalu besar kepala tetapi wajar karena aku patut di bicarakan. Seindah langit biru hari ini karena tidak ada Niko dan segalanya yang membuatku terus berpikir.
Tepat pukul 15:30, Haikal menjemputku di depan gerbang sekolah. Perhatiannya memang membuat hatiku luluh di buatnya. Aku ingin terus seperti ini dan tiada henti. Namun rasanya tidak mungkin karena Haikal di sini hanya untuk sementara. Walaupun dia jauh di mata, namun di hatiku sangatlah dekat. Cinta yang ku rajut tidak akan hilang hanyakarena jarak yang memisahkan karena cinta datangnya dari hati, bukan dari pandangan.
“Aduh, yang tambah lengket nih” sindir Eva ketika aku di rumah.
“Cape’ nih” ucapku.
“Capek kenapa?”
“Ya capeklah. Udah pergi ke luar kota terus sampe’ di rumah, besiknya sekolah dan harus nyiapin acara Ultah sekolah gue lagi.”
“Capek-capek tapi seneng kan?” sindir Raka.
“Iya-Iya gue ngaku.”
Aku bahagia sekali karena rumahku menjadi ramai karena ada semua yang aku sayangi, terlebih Haikal.
Tepat pukul 19:30. Kami sekeluarga makan malam dan makan malam kali ini sangat berbeda karena ada Haikal. Saat makan, Haikal menyupkan makanan ke dalam mulutku. Jujur aku sangat senag dan sepertinya kedua orang tuaku juga sangat menyukai Haikal.
“Duh yang di suapin” sindir Raka.
“Kanapa loe? Sering banget nyindir gue. Kalo ngiri bilang, nanti biar Eva nyuapin makanan ke loe.”
“Sapa yang ngiri.”
“Ngiri juga gak apa-apa kok” ucap Haikal.
“Jadi kamu ngiri?” Tanya Eva sambil menyindir.
“Gak kok.”
“Nih….” Ucap Eva lalu memasukkan makanan dengan paksa ke dalam mulut Raka.
Saat itu suasana sangat menyenangkan dan menggembirakan. Seusai makan malam, aku dan Haikal pergi keluar rumah. Aku yang mengajak Haikal untuk merasakan suasana malam di lingkunganku. Raka dan Eva pergi entah ke mana dan aku tidak peduli itu.
Saat aku bersama Haikal, ia memperlakukanku sangat istimewa. Sempat aku hampir tertabrak mobil dan Haikal menarikku. Haikal menjagaku melebihi dirinya sendiri. Entah cinta ini sejati atau tidak kerena aku merasakan kehangatan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku harap Haikal tidak akan menyakiti hatiku seperti kejadian yang lalu karena sejujurnya aku sudah sangat mencintai Haikal dan sulit untukku menerima goresan luka lagi.
Malam telah larut dan aku tidur di kamarku bersama Eva. Tampak dari wajah Eva kegembiraan. Bukan hanya Eva tetapi akupun sangat gembira.
Pagi itu matahari menyinariku. Ada yang berbisik kepadaku. Matahari saja sudah mengganggu, apa lagi ada yang berbisik. Siapa yang membuat matahari itu masuk ke kamarku? Entahlah, namun bisikan itu semakin terdengar. Samara-samar bisikan itu di telingaku. Aku sulit mendengarkannya karena rasa kantuk itu begitu tajam. “I….” hanya kata itu yang sempat aku dengar.
“I love…..”
“I love you”
“Aku sayang kamu…..”
Semua seakan jelas dan aku mengenal suara itu. Haikal berbisik kepadaku dan Eva……... Dimana Eva? Dia tidak ada. Haikal berbisik di telingaku dan memberikan senyuman hangat untukku. Rasa kantukku seakan hilang begitu saja. Aku langsung memeluk Haikal ketika aku tahu bahwa yang berbisik adalah Haikal.
Pagi itu Haikal mengantarku ke sekolah. Masih seperti kemarin, Niko tidak terlihat. Kanapa harus memikirkan Niko? Bukankah dia bukan siapa-siapaku?
Saat aku berjalan di koridor sekohah, aku melihat Niko. Ia menghampiriku dan menarikku. Aku berusaha pergi dari hadapan Niko, namun semua sia-sia.
“Kamu mau pergi lagi? Terus aja menghindar karena itu akan buat kamu…..” ucap Niko.
“Aku gak akan menghindar, tapi apa mau kamu……”
“Aku mau kamu maafin aku!”
“Maafin kamu! Cuma orang bego yang mau ngelakuin itu…..”
“Tapi………”
“Aku udah maafin kamu tapi hubungan kita hany sebatas teman. Gak lebih!”
“Gara-gara cowok itu?”
“Bukan cuma gara-gara Haikal tapi semuanya salah kamu. Seandainya kamu gak selingkuh, mungkin sekarang kita masih kaya’ dulu.”
“Maafin aku.”
“Maaf? Maaf kamu bilang? Cuma itu? Gak akan.”
“Tapi Aku lebih baik dari Haikal.”
“Iya! Lebih baik dari keburukannya.”
“Tapi….”
“Gak pake’ tapi-tapi. Yang jelas aku udah jadi milik orang lain!” ucapku lalu pergi meninggalkan Niko yang sedang marah.
Kenapa Niko harus muncul lagi di hadapanku. Aku bosan setiap kata yang terucap dari bibirnya kepadaku karena ucapannya hanyalah kebohongan besar. Kalaupun ucapannya benar, sudah tidak ada lagi nama Niko di hatiku sekecil apapun itu.
Niko belum mengetahui bahwa Haikal bersamaku sekarang. Aku tidak ingin memberi tahu Niko karena itu akan menjadi kejutan besar untuknya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana raut wajah Niko saat ia mengetahui sebenarnya.
Haikal mengajakku makan malam hanya berdua. Aku sangat senang dan semuanya bagaikan mimpi walaupun ini adalah kenyataan. Makan malam bersamanya begitu mengesankan di hatiku. Aku berharap hubungan ini tidak akan hancur sampai pada akhirnya hanya maut yang memisahkan. Walaupun cinta ini begitu singkat dan cepat, cinta tetaplah cinta dan tidak akan menjadi dusta belaka.
Aku yakin pilihan kali ini adalah yang terbaik karena hatiku tidak bias membohongi jalan pikiranku. Kali ini aku yakin bahwa Haikal adalah seseorang yang dapat mengerti aku dan memahami aku sepenuhnya.
Dua hari lagi tepat hari di mana acara ulang tahun sekolahku. Semua di sekoalah telah siap dan tinggal menunggu hari.  Malam yang begitu indah dengan di hiasi bintang-bintang dan di terangi bulan. Semakin membuat malam begitu hangat.
Aku menyiapkan menampilanku agar terlihat anggun. Aku menggunakan gaun hitam yang cocok dengan warna kulitku. Haikal pun berpenampilan sangat rapi yang membuatku terpesona. Eva menggunakan gaun Biru karena ia sangat menyukai warna itu dan Raka penampilannya berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Saat aku tiba di malam puncak. Semua memandangku dan Haikal. Aku merasa semua begitu mengesankan. Tetapi aku tidak melihat Niko. Biarlah, yang penting acara ini aku nikmati.
Untuk pembukaan, akan di tampilkan seorang siswa yang akan menyanyikan lagfu cinptaannya sendiri. Lagu ini mengisahkan tentang kahidupannya sendiri. Lagu ini berjudul ‘Maafkan aku Cinta’. Dari judul lagunya saja sudah membuat semua yang hadir terbawa. Aku penasaran dengan isi dari lagu itu sendiri.
Oh tidak! …………..
Ternyata Niko yang akan menyanyikan lagu untuk pembukaan. Aku terkejut. Niko masih belum melihat aku dan Haikal. Ia terus menyanyi. Semua yang hadir terharu dan terbawa dalam kata-kata yang Niko nyanyikan.      
Saat pertengahan Niko menyanyikan lagu yang ia bawakan, ai sadar ketika itu aku hadir bersama Haikal. Perlahan kedua mata Niko memerah dan ia mulai meneteskan air matanya. Memang lagu itu membuat semua orang sedih dan membuat semua yang hadir ikut meneteskan air mata.
Aku tahu air mata Niko menetes karena ia melihatku bersama dengan Haikal. Baru kali ini aku melihat Niko meneteskan air mata kerenaku. Selama ini aku yang meneteskan air mata karenanya, namuan kali ini berbeda. ‘Maaf hanya untukmu’ sepenggal kata yang terdapat dalam syair lagu yang Niko nyanyikan. Ia berjalan ke arahku. Semua diam dan mengetahui apa yang Niko pikirkan.
Perlahan Niko berjalan dan menatapku dengan menyanyikan lagu yang ia ciptakan. Setelah ia selesai dengan lagu ciptaannya. Niko memelukku degan erat dan aku merasakan kesedihannya yang meneteskan air mata di pelukku. Haikal tidak berkata apa-apa. Ia terdiam dan tidak melakukan apapun untuk melepaskan pelukan Niko dariku.
Aku terkejut saat Niko memelukku tetapi aku yakin Niko tidak main-main atau berdusta tentang perasaannya kali ini. Namun semua terlambat dan aku sulit menerimanya kembali karena ada seseorang yang istimewa dalam hatiku.
Haikal masih terdiam tanpa kata. Aku heran dengan sikapnya. Apa yang ada dalam benak Haikal sehingga membiarkan Niko memelukku. Apakah Haikal tidak sepenuhnya mencintaiku? Pikiranku kabur dan tidak bisa berpikir jernih untuk semua ini.
Aku mengambil langkah sendiri. Aku berusaha melepaskan pelukan Niko tetapi pelukan Niko begitu erat. Aku hanya memandang Niko dengan sejuta teka-teki. Aku ingin tahu tujuan Niko melakukan semua ini. Memang tujuannya adalah untuk mendapatkan hatiku kembali, tetapi aku merasa ada alasan lain yang tersemubunyi. Hatiku mengatakan bahwa Niko melakukan semua ini untuk membuat Haikal marah.
Acara kembali di lanjutkan. Aku masih memandang mata Niko dan tidak berfikir ada Haikal di sampingku. Haikal masih menggenggam tanganku tetapi aku juga masih bertatapan dengan Niko. Semua ini penuh teka-teki yang membuatku bingung kerena Haikal membiarkan semua ini terjadi.
Pandanganku aku lepas dari Niko. Niko berjalan perlahan meninggalkanku tanpa sepatah katapun. Aku sangat bingung harus berkata apa lagi. Tidak ada satu katapun dalam benakku untuk mengucapkan satu kata lagi dari bibirku.
Haikal melepas genggaman tangannya. Ia seolah ingin pergi dariku. Apa ini? Aku heran dengan sikap Haikal yang seperti ini. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal dan ketidak pastian yang terpikir dari hatiku.
“Haikal……”
“La….aku……”
Aku memeluk tubuh Haikal yang ingin meninggalkanku. Aku tidak sanggup dengan semua ini. Aku ingin terus bersama Haikal. Tetapi apa ini? Apa jawaban dari semua ini?
“Kenapa kamu diam saat Niko meluk aku? Kenapa kamu diam saat Niko mengungkapkan perasaannya kepadaku dengan tindakannya? Kenapa kamu diam dengan perlakuan Niko sama aku? Kanapa? Kenapa kamu diam? Jawab! Jawab aku!” ucapku.
“Kamu mau tau?”
“Jelasin sama aku. Aku gak mau kamu diam seperti ini.”
“Kamu bilang kamu sayang sama aku. Kamu bilang kamu sudah melupakan Niko. Kamu bilang cuma aku. Kamu bilang tidak ada Niko di hati kamu. Kamu bilang…….”
“Apa maksud kamu?”
“Aku diam saat Niko menyanyikan sebuah lagu untuk kamu karena itu hak dia. Aku diam saat Niko menyanyi di hadapan kamu.”
“Kanapa kamu juga diam saat Niko meluk aku?”
“Awalnya aku mau marah tapi kamu diam. Aku merasa kamu yang menginginkan semua ini. Aku mau kamu jujur walaupun sakit buat aku.”
“Aku sudah jujur!”
“Tapi kenapa kamu menikmati pelukan Niko?”
“Itu……..”
“Karena kamu masih mencintai dia kan? Aku terima kalau kamu jujur dari awal tapi kamu sudah membawa aku terlalu jauh.”
“Haikal perlu kamu ketahui. Di hati aku cuma ada nama kamu.”
“Apa buktinya?”
“Aku diam saat Niko meluk aku karena kamu juga membiarkan aku. Aku merasa kamu hanya bermain dalam cinta ini karena kamu diam saat itu.”
“Aku diam bukan berarti aku merelakan kamu. Aku hanya ingin Niko setidaknya mengungkapkan perasaannya sehingga membuat hatinya lega, tapi…….”
“Tapi apa!?”
“Kamu juga tidak menolak kan?”
“Jujur aku sayang sama kamu. Apa perlu bukti? Apa semua bukan bukti……”
“Aku tidak perlu bukti. Aku cuma butuh kejujuran kamu.”
“Aku sudah jujur. Apa kurang pengorbanan aku untuk pergi ke tempat kamu, ngajak kamu ke sini…dan…..”
“Jujur?”
“Menurut kamu apa? Apa yang harus aku jelaskan sama kamu supaya kamu mau percaya sama aku?”
Haikal memelukku erat. Aku merasakan kepedihan Haikal yang tidak terlahat dari matanya, namun hatiku selalu benar. Haikal begitu sakit dengan semua kejadian ini. Aku merasa sangat bersalah. Haikal kecewa kapadaku dan diriku sempat di hinggapi ketakutan luar biasa.
Niko tidak terlihat. Ia menghilang begitu saja. Mungkin Niko sedang merenungi semuanya di tempat kasukaan dia. Saat Niko tersedih, biasanya ia di lapangan basket untuk mencurahkan isi hatinya. Aku sebenarnya tidak tega dengan Niko. Tetapi jujur bahwa tidak ada Niko di hatiku dan hanya Haikal yang teristimewa dalam hatiku.
Masih sedikit terlihat rasa kekecewaan dari wajah Haikal. Walaupun aku menjelaskan sebenarnya, namun Haikal terlihat lesu. Cintaku adalah ketulusan, bukan dusta yang menyelimuti.
Malam itu Haikal masih dingin terhadapku walaupun semua sudah terbukti. Aku tahu ini salahku. Aku tahu Haikal kecewa. Aku ingin membuat senyuman di wajah Haikal, namun ia tidak ingin bicara apa-apa padaku. Senyumnya yang selalu ia berikan padaku sudah hilang.
Raka yang sangat dekat dengan Haikalpun tidak bisa membantuku. Eva, ia hanya bisa menenagkanku saja, tidak lebih. Semua menjadi dingin. Setiap Raka berbicara kepada Haikal, Haikal tidak memberikan jawaban kepada Raka.
Tiga hari lagi Haikal pulang dan ia masih bersikap dingin padaku. Hatiku hancur. Di sekolahpun Niko bersikap dingin kepadaku dan tidak ingin berbicara kepadaku. Memang sejujurnya aku tidak mencintai Niko tetapi aku tidak ingin ia memusuhiku seperti ini.
Aku melihat Haikal sedang duduk di taman rumahku. Ia hanya terdiam. Entah apa yang ada dalam benaknya. Aku tidak ingin menggaggunya. Ia masih saja kecewa kepadaku. Aku tidak tahan dengan semua ini. Aku hanya dapat memandanginya dari jendela kamarku. Aku ingin memeluk Haikal dengan erat tetapi semua ini membuatku sangat bingung untuk berbuat apapun.
“La, loe sayang sama Haikal?” Tanya Eva.
“Jujur gue sayang banget sama Haikal tapi sikap dia buat gue bingung.”
“Bicara sama dia sebelum loe nyesel.”
“Tapi…….”
“Loe gak mau kan Haikal pergi dari loe selamanya?”
“Selamanya?”
“Selamanya. Kalo loe gak bicara sama dia.”
Aku tidak memiliki pikiran lain. Aku berjalan perlahan mendekati Haikal yang duduk sendiri. Saat aku duduk di sampingnya, ia hanya melirikku tanpa berkata apapun. Aku tidak tahu harus di mulai dari mana. Aku diam dan mencari kata yang dapat aku katakan, namun aku sulit untuk berpikir jika keadaanku seperti ini. Aku memberanikan diri untuk mengambil segala keyakinan dan mengatakan apa yang ada dalam benakku.
“Kamu marah?” tanyaku.
Haikal hanya memandangku dengan tajam. Ia mengobarkan api yang membara.
“Haikal. Please bicara sama aku.”
“Haikal. Aku mohon.”
Haikal masih saja terdiam membisu dan membuat hatiku terluka.
“Kalau kamu marah, bilang. Aku tidak mau kamu seperti ini sama aku. Haikal bicara sama aku.”
“Kamu mau aku bicara?”
“Aku mohon.”
“Aku tahu kamu sayag sama aku tapi jarak….”
“Apa jarak berarti dalam cinta?”
“Tapi itu terbukti…..”
“Terbukti apa…….”
“Kamu menjadikan aku hanya karena jadi pelarian untuk kamu.”
“Itu awalnya……tapi jujur sekarang aku sayang sama kamu.”
“Aku tahu semua itu tapi kamu sempat tidak mengatakan sejujurnya dari awal. Aku benci sama orang yang tidak jujur.”
“Aku ngaku kalau aku salah tapi aku benar-benar sayang sama kamu.”
“Sayang?”
“Aku rela ngelakuin apa aja, yang penting kamu percaya sama aku.”
“Aku gak butuh pengorbanan dari kamu. Aku cuma butuh kamu jujur.”
“Oke! Aku jujur sama kamu. Aku awalnya cuma mau kamu jadi pelarian aku. Aku memang sayang banget sama Niko tapi itu dulu. Aku sepenuhnya sayang sama kamu. Kalau aku gak sayang, kenapa aku mau pergi ke Bandung cuma mau ketemu kamu? Kenapa? Ini udah jelas kalau aku sayang sama kamu."
“Tapi kenapa kamu diam saja saat Niko……”
“Saat Niko meluk aku?”
“Kenapa?”
“Aku diam karena kamu juga diam aja. Aku mau kamu ngelepasin pelukan Niko dari aku tapi justru kamu yang ngelepasin tangan kamu dari aku. Berapa kali aku harus jelasin sama kamu?”
“Cuma itu?” lalu Haikal pergi.
Haikal mengemasi pakainnya dan barang-barang yang ia bawa. Aku heran dnegan yang ia lakukan karena ia pergi dengan membiarkan aku dalam teka-teki yang tidak aku mengerti.
Raka dan Eva pun ikut berkemas. Mereka diam karena masalah ini mereka pikir adalah salahku. Aku hanya meneteskan air mataku yang tidak sanggup lagi aku tahan. Aku merasakan sakit melebihi saat Niko menduakanku. Jujur aku sudah melupakan Niko sepenuhnya tetapi Haikal tidak mempercayaiku. Cinta memang memvbutuhkan kepercayaan, tetapi semua ini tidak membuktikannya.
Haikal melihat air mataku menetes, namun ia tidak mengusapnya. Ia hanya memandangku dengan tajam yang membuatku takut untuk berkata. Kedua orang tuaku hanya diam melihat semua ini, karena semua ini masalah hati dan kepercayaan.
Haikal pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun padaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi? Mungkin Haikal sadar bahwa awalnya aku membohonginya. Dahulu aku sangat mencintai Niko, namun semua telah sirna. Haikal tetap pada pendiriannya untuk pergi meninggalkanku.
Haikal pergi meninggalkanku dengan kesedihan. Aku yang salah atas semua ini. Aku membuatnya kecewa padaku, padahal aku tahu bahwa sebenarnya Haikal sangat mencintaiku melebihi dirinya sendiri.
Pagi ini aku tetap berangkat sekolah walaupun hatiku sedang hancur. Aku sangat sedih karena hari ini aku hanya berpikir tentang Haikal. Di dalam kelas Niko tidak seperti biasanya. Ia diam memandangku tetapi tidak berkata sepatah katapun. Pandangan Niko membuatku seoalah bersalah kepada semua yang telah terjadi. Walaupun aku tidak memiliki perasaan lagi kepada Niko, aku masih ingin ia menjadi teman baikku.
Niko tidak memberikan senyumannya kepadaku seperti biasanya. Itu Niko lakukan mungkin karena kejadian kemarin. Ini tidak seperti biasanya. Ia acuh kepadaku. Aku merasa ia bukan temanku tetapi ia memusuhku. Bukan salahku jika aku menolak cintanya tetapi hatiku yang memilih bahwa bukan dia yang terbaik.
“Niko, boleh minjem buku catatan kamu?” tanyaku.
“Ini.” jawab Niko sambil memberikan buku catatannya tetapi memberikan pandangan mata yang tidak aku suka.
Aku heran dengan sikap Niko seperti ini karena jujur aku ingin ia menjadi temanku. Haikal marah padaku, Niko juga, siapa lagi? Hidupku begitu hancur seakan ini adalah mimpi buruk yang berujung pada kematian.
Tidak ada kabar dari Haikal. Raka dan Eva selalu diam saat aku bertanya. Kedua orang tua Haikal juga tidak memberi jawaban untuk pertanyaan. Semua tersembunyi. Semua diam seakan menyembunyikan sesuatu.
Siang itu tepat saat pulang sekolah, aku menemui Niko. Aku ingin mengetahui apa yang dia inginkan. Semua sikap Niko yang berbeda padaku seakan aku memiliki musuh dan aku merasa Niko membenciku. Aku tidak ingin ada yang memusuhiku.
“Apa yang kamu mau?” Tanya Niko padaku.
“Aku mau kamu jujur sama aku.”
“Apa maksud kamu?”
“Kenapa sikap kamu dingin sama aku?”
“Kenapa?”
“Tolong jelasin sama aku.”
“Aku berusaha deketin kamu salah, aku jauhin salah, mau kamu apa?”
“Mau aku?”
“Kamu bilang kalau kamu milik Haikal tapi saat aku jauh dari kamu, kamu bilang aku salah. Apa mau kamu?”
“Aku mau kamu jadi teman aku. Selama ini memang aku tidak suka dengan sikap kamu tapi aku juga tidak ingin memiliki musuh.”
“Kamu tadinya menginginkan ini kan?”
“Awalnya iya. Aku mau kamu jauh dari aku tapi aku sadar bahwa kamu bisa jadi teman aku.”
“Maaf, aku ingin tidak mengenalmu lagi.”
“Maksud kamu?”
“Aku mau kita tidak saling kenal.” Ucap Niko lalu pergi tanpa kata lagi.
Aku seketika sangat terkejut. Niko yang selama ini melakukan segala usaha untuk mendapatkan aku kembali, kali ini ia menunjukkan sikap kebenciannya. Sikap Niko sedikit membuatku berpikir bahwa dari awala akulah yang membuat ini terjadi.
Dalam benakku sedikit ada rasa keingintahuan yang sangat besar. Aku ingin mengetahui alsan Niko menduakanku karena dengan sikap Niko terhadapku, aku ingin mengetahuinya.
Malam itu aku mengajak Niko mekan malam. Semua dingin tanpa kata-kata. Aku hanya memandang Niko. Niko pun tidak mengucapkan sepatah katapun padaku. Aku akhirnya memulai pembicaraan.
“Niko, aku sadar aku yang salah. Aku boleh tau satu hal mengenai……..”
“Apa?”
“Apa alasan kamu duain aku?”
“Kamu masih belum sadar?”
“Apa salah aku?”
“Kamu yang buat aku melakukan semua itu.”
“Aku?”
“Ya kamu.”
“Tapi salah aku apa?”
“Waktu kamu untuk aku selalu terbatas, kamu juga selalu ngatur kahidupan aku, aku merasa kamu terlalu mengikat aku.”
“Aku……..”
“Mau bicara apa lagi?”
“Itu alasan kamu?”
“Banyak. Bukan hanya itu.”
“Apa lagi?”
“Sebelum kamu pacaran sama aku, kamu pernah pacaran sama beberapa orang. Kamu ninggalin mereka walaupun sebenernya mereka juga udah mau ninggalin kamu. Kamu tau apa alasannya?”
“Apa?”
“Sifat kamu.”
“Tapi………”
“Aku juga tau kalau sekarang kamu ada masalah dengan Haikal dan itu sendiri salah kamu. Aku memang ingin kembali sama kamu tapi aku lebih bahagia jika kamu juga bahagia tetapi kamu juga menyakiti Haikal. Aku tahu apa yang di rasakan Haikal karena aku mengalaminya sendiri.”
“Maafin aku kalau aku salah sama kamu tapi………”
“Aku akan maafin kamu tetapi kamu harus berubah. Memang aku tahu kamu tidak mencintai aku lagi tetapi aku mau kamu menghargai arti cinta.”
“Menghargai?”
“Kamu hargai perasaan Haikal. Aku tahu Haikal sangat mencintai kamu tetapi kamu belum bisa menghargai perasaan Haikal yang sangat mencintai kamu.”
“Jadi kamu?”
“Aku rela kamu pergi dari aku dan mencintai orang lain karena di lain pihak aku juga salah. Aku ingin hubungan kita sebatas teman tetapi untuk saat ini aku tidak bisa.”
“Aku udah minta maaf tapi kamu……..”
“Coba pahamilah arti cinta.”
Dalam pertemuanku dengan Niko membuatku bertanya-tanya. Salahku? Apa salahku?
Niko memintaku untuk menghargai cinta, memahami dan semua kesalahanku. Sikap aku salah, apa yang salah? aku tidak bisa mengerti semua ini.
Jika aku mengingat masa laluku, aku mulai sadar semua ini salahku. Dari awal aku mengenal cinta sampai saat ini, aku belum bisa memahami cintaku sendiri. Aku belum bisa memahami perasaan Haikal padaku. Niko yang selama ini sangat mencintaiku sangat membenci sifatku. Mungkin sifatku salah tetapi aku heran dengan semua. Semua menyalahkanku.
Sejenak aku berfikir untuk menenagkan situasi ini. Untuk mantan kekasihku yang sebelum-sebelumnya, aku meninggalkan mereka karena sifat mereka mulai dingin padaku. Aku ingat ucapan Niko bahwa sifatku yang terlalu banyak aturanlah yang membuat hidupku sendiri hancur. Niko tidak salah menduakanku karena sifatkulah yang membuat ia melakukan itu. Memang salahku tetapi meninggalkanku dengan cara menduakanku sangat membuatku sakit.
Kali ini suasana di kelas sangat gaduh. Walau semua tertawa, aku hanya dapat memandang tawa teman-temanku. Aku masih sangat kecewa dengan diriku sendiri. Aku sadar sifatku selama ini salah dan menghancurkan cintaku sendiri. Semua menyalahkanku atas kejadian yang lalu tetapi dengan itu aku sadar akan sifatku yang harus aku rubah.
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Semua terdiam karena seorang guru masuk ke dalam kelas kami.
“Anak-anak, Ibu akan memperkenalkan muris baru di kelas ini.”
“Cewek apa cowok Bu?” Tanya seorang temaanku di kelas.
“Kalau cewek, cantik gak?”
“Cowok ya Bu. Soalnya bosen sama cowok-cowok di kelas ini.”
“Murid barunya laki-laki.”
Murid baru itu masuk ke dalam kelas. Aku tidak melihat wajahnya atau memandangnya karena aku sangat tidak ingin melakukan apapun. Semua masalahku membuatku tidak ingin melakukan apapun.
Murid baru itu perkenalkan dirinya.
“Sebelum gue memperkenalkan nama gue, gue mau…..”
Aku merasa mengenal surara itu tetapi biarlah karena suara itu bisa saja sama.
“Gue ke sekolah ini karena ada seseorang yang buat gue ke sekolah ini. tadinya gue ada masalah sama dia dan gue sadar setelah mantan pacarnya menjelaskan semuanya sama gue. Gue tau dia masih sedih dan kecewa sama gue tapi……... itu masalah gue, yang jelas gue ke sini ada hal yang sangat berharga dalam hidup gue.”
“Kayaknya gue pernah liat, di mana ya?” ucap seorag temnku.
“O… iya-iya. Gue inget. Dia yang ada di pesta Ulang tahun sekolah.” Lanjut temanku yang lain.
“Bukannya dia Haikal, pacarnya Lala?”
“O…iya! Dia kan Haikal.”
“Berarti Niko……”
Aku langsung memandang siswa baru itu. Benar bahwa siswa baru itu adalah Haikal. Ia kembali padaku. Aku sangat bahagia tetapi perkataannya mengenai mantan pacarku…….. aku langsung memeluk Haikal dengan erat. Haikal meminta maaf padaku.
“Haikal, maafin aku juga yang awalnya gak jujur sama kamu.”
“Aku tau. Niko udah jelasin semuanya.”
“Niko?” Tanya ku heran.
“Aku gak akan ngelepasin cinta aku.” Ucap Haikal.
Semua ini kejutan yang sangat membahagian untuk diriku. Aku senag Haikal kembali padaku dan memaafkanku atas ketidak jujuranku sebelumnya.
Niko perlahan meninggalkan kelas tetapi Haikal memanggilnya dan memeluk erat Niko sebagai teman. Aku bahagia karena Haikal dan Niko dapat menjadi teman, begitu pun denganku. Niko memafkanku dan menjadai temnku. Haikal pun telah memahami semua sifatku dan aku ingin merubah sifatku yang membuat semua cintaku begitu rumit walaupun pada akhirny kebahagiaan.
Persahabatan, cinta, kejujuran, menghargai, dan memahami sangatlah berbeda tetapi memiliki satu pandangan yang sama untuk kebahagiaan. Mungkin hubunganku dan Niko lebih baik sebatas teman dan dengan cintaku, aku harus mengahargai cinta itu sendiri. Aku sadar bahwa menghargai cinta adalah kunci membuat cinta itu abadi selamnya. Aku ingin cintaku dan Haikal abadi karena aku yakin bahwa aku akan mengahargai dan memahami cinta yang aku jalani.
Menghargai cinta adalah seseuatu yang indah karena menghargai cinta adalah arti untuk mengerti cinta itu. Cinta itu sesuatu yang indah tetapi akan menjadi buruk jika cinta tidak di hargai. Aku yakin cinta yang aku jalani akan abadi karena aku sadar akan kesalahanku dan aku ingin menghargai cintaku dan Haikal. Selama aku dapat menghargai cinta, aku yakin cinta itu akan abadi.

Selesai pada bulan Juli 2009

Ini entah novel atau apa tapi tulisan ini adalah awal kalinya aku menulis dan masih beratakan

Yang punya saran silahkan kirim komentar dan kritik ke
niki_nawa@yahoo.com

karangan ini hanya fiktif belaka jika ada kesamaan tokoh-kejadian-tempat ya maklumi saja. hihi

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...