Jumat, 30 Oktober 2015

Pelaku Pasar Uang

PELAKU PASAR UANG
Beberapa pelaku utama yang terlibat dalam kegiatan pasar uang, antara lain bank-bank komersial, pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, perusahaan-perusahaan pemerintah,  future market exchange, brokers dan dealers, serta bank sentral.
A.                 Bank-Bank Komersial
Ada tiga peran bank komersial di pasar uang (Cook dan LaRoche, 1998). Pertama, bank komersial menjadi lembaga perantara dari unit surplus kepada unit defisit yang membutuhkan dana untuk membiayai investasi atau kresit dan unutk memenuhi ketentuan kewajiban giro minimum yang harus mereka pelihara pada bank sentral. Kedua, bank-bank komersial di pasar uang adalah sebagai dealer di pasar over the counter interest ratedevatives yang tumbuh pesar dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di negara-negara yang telah maju pasar uangnya, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Ketiga, bank komersial pada pasar uang adalah pemberi jasa free base income.
B.                 Pemerintah
Pemerintah pusar dan daerah di banyak negara membutuhkan dana telangga (bridgingfunds) yang besar untuk membiayai proyek-proyek pemerintah karena adanya perbedaan waktu antar pemerintah dari pajak maupun pemerintah lainnya dengan pengeluaran yang harus dilakukan. Di Jepang misalnya, pemerintah menerbitkan surat-surat berharga jangka pendek dan obligasi guna pembiayaan sementara dari proyek-proyek pemerintah.
C.                 Perusahaan-Perusahaan
Perusahaan-perusahaan nonfinansial institution dan non blank financial business menghimpun dana dari pasar uang dengan menerbitkan surat-surat berharga jangka pendek berupa unsecured promisorry notes
D.                 Government-sponsores Enterprises dan Short term Investment Pools
Goverment sponsores enterprises adalah perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak pada bidang keuangan (financial intermediaries) yang terkait dengan pemerintah federal
E.                  Money Market Mutual Funds (MMFs)
MMFs umumnya beroperasi dalam bentuk perusahaan-perusahaan broker dan kelompok reksadana (mutual funds group). Mereka membeli surat-surat berharga jangka pendek dari pasar uang dan kemudian menjual kembali kepada individu-individu, perusahaan, dan penanaman modal institusi (indtitusional investor) berupa share. MMFs mulai berkembang sejak awal 1980-an dan 1990-an, sejalan dengan maraknya perkembangan industri reksadana di Amerika Serikat.
Individu-individu adalah investor utama dari MMFs ini. Perusahaan-perusahaan brokers dan mutual funs group adalah kelompok-kelompok yang utama dalam menyediakan jasa money market mutual funs. Sejak diperkenankannya perbankan di Amerika Serikat untuk melakukan kegiatan reksadana. Dalam tahun 1980an peranan perbankan dalam usaha ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.
F.                  Money Market Funds
Money Market Funds (MMF) adalah sejenis perusahaan reksadana yang diatur dalam undang-undang Pemerintah Amerika Serikat  tempat perusahaan-perusahaan tersebut melakukan kegiatan investasi para surat-surat berharga yang beresiko rendah (US Securities and exchange commision, 2003). Risiko investasi masa MMF lebih rendah dibandingkan dengan resiko melakukan investasi pada perusahaan reksadana. MMF biasanya melakukan investasi pada surat-surat berharga milik pemerintah, certifikate of deposits, commercial paper, dan surat0surat berharga lainnya yang liquid dan aman.
G.                 Short Tems Investment Funds (STIFs)
STIFs dikelola oleh bank trust department untuk mengelola berbagan account kemudian dana yang ada tersebut digunakan untuk membeli surat-surat bergarga pasar uang. Portofolio dari STIFs di Amerika Serikat diatur oleh comproller of the currenct yang mensyaratkan bahwa sekurang-kurangnya 80% dari portfolio investasi yang dilakukan harus pada surat-surat berharga yang jatuh tempo tidak lebih dari 91 hari, serta minimal 20%dari nilai funds assetharus berbentuk kas, dan asset lainnya yang jatuh tempo sehari berikutnya.
H.                 Local Goverment Investment Pools (LGIPs)
LGIPs adalah investment pools yang dibentuk oleh negara-negara bagian di Amerika Serikat sehingga memungkinkan pemerintah daerah atau lokal untuk membeli piranti-piranti pasar uang dalam jumlah besar. Tujuan investasi adalah untuk mengoptimalkan dana itu sementara. Dana pemerintah daerah tadi biasanya dikelola oleh stare treasure’s office. Dana yang diinvestasikan tadi harus bersifat jangka pendek, biasanya satu hari.
I.                    Future Exchanges
Ada dua bentuk future exchange yang dikenal secara umum, yaitu money market future contract dari future options. Money market future contract adalah persetujuan untuk membeli atau menjual surat-surat berharga piranti-piranti pasar uang pada tingkat harga dan tanggal tertentu yang telah disepakati. Piranti money market future contrac yang secara aktif diperdagangkan adalah treasury bills berjangka waktu tiga minggu dan deposito eurodollar berjangka waktu tiga bulan. Sementara money market future options memberikan hak kepada pemegangnya (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual money market future contract pada harga tertentu dan sebelum tanggal tertentu.
J.                    Dealers dan Brokers
Dealers menggunakan piranti repo untuk membiayai inventori mereka berupa surat-surat berharga (securities) yang mereka miliki. Para dealer juga berfungsi sebagai perantara diantara pelaku dalam pasar repo’s, dengan memberikan pinjaman kepada yang membutuhkan dan melakukan pinjaman dari pihak yang memiliki surplus dana.
Sementara itu brokers dalam kegiatannya mempertemukan pembeli dan penjual untuk jasa itu brokers mendapat jasa (rokers free).
K.                 Bank Sentral
Bank sentral merupakan pelaku pasar utama pada pasar uang mengingat salah satu tugas utamanya adalah menjaga stabilitas moneter dan harga melalui pengendalian jumlah liquid dipasar.


Pengertian Pasar Uang

Sesuai dengan namanya, pasar uang adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-dana atau surat-surat berharga yang mempunyai jangka waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun dan dapat disalurkan melalui lembaga-lembaga perbankan. Pasar uang sering juga disebut pasar kredit jangka pendek.

BAB 2 - Penguntit Special "NOVEL"

BAB 2

Seseorang membangunkanku dari tidur nyenyakku. Apakah Aku terlambat bangun? Biasanya tidak ada yang membangunkanku kecuali Aku terlambat bangun dan tentu saja, Firas yang membangunkanku karena setiap pagi dia menjemputku untuk ke sekolah bersama. Bahkan, kami pernah terlambat ke sekolah dan itu karena Aku terlambat bangun apalagi Firas harus membangunkanku lalu menungguku mandi, sarapan, barulah ke sekolah.

“Aku terlambat lagi ya, maaf,” kubuka mataku perlahan, “harusnya kamu ke sekolah duluan, Aku bisa naik bis,”

“Dania,” suaranya seperti suara wanita, “sudah setengah tujuh pagi, Firas menunggumu di depan,”

“Mom? Sejak kapan Mom yang membangunkanku tidur?” kataku singut, “Aku tidak suka Mom yang membangunkanku. Apakah Papa tidak menjelaskan itu pada Mom?” lalu Aku bergegas mandi tanpa memberikan senyum pada Mom.

Aku sudah membuat perjanjian dengan Mom sebelum Mom menikah dengan Papa. Aku meminta Mom tidak mengurusi urusan pribadiku, tidak mencampuri kegiatanku, tidak melakukan hal-hal yang tidak kusukai, dan jangan mengaturku. Tapi, pagi ini Aku tidak suka sama sekali. Ini untuk pertamakalinya Mom membangunkan tidurku di pagi hari, bukan Papa.

“Maaf,” kata Mom setelah Aku keluar dari kamar mandi, “tapi, bukan hal yang baik jika Firas masuk ke kamarmu begitu saja dan membangunkanmu. Bagaimanapun dia anak laki-laki,”

“Apa masalahnya? Dia pacarku, Papa saja tidak pernah bermasalah tentang hal itu,”

“Karena Papa tidak ingin membuatmu kesal tapi, Papa juga khawatir. Mulai hari ini, tidak ada anak laki-laki yang bisa masuk ke kamarmu begitu saja,”

“Dia tidak pernah melakukan apa-apa padaku, dia menjagaku, dan bahkan saat di Paris, hal seperti ini tidak pernah diributkan Mama,” kataku kesal, “Firas anak yang baik, dia-men-ja-ga-ku, jangan mencoba membuat peraturan untukku, Mom bukan Ibu kandungku,”

Aku meminta Mom keluar dari kamarku, Aku ingin memakai seragamku dan Aku sudah kesal dengan tindakan Mom yang keterlaluan.

Di meja makan, Papa menyapaku tapi, Aku hanya diam lalu mencium Papa tanpa sarapan sedikitpun. Aku terbiasa sarapan tapi, kalau suasananya seperti ini ada baiknya Aku tidak sarapan sama sekali. Kalaupun magh-ku akan kambuh, peduli amat, Aku kesal.

Kau tahu, ibu tiri bukanlah ibu kandung jadi wajar jika Aku tidak mau mengikuti apa kata Mom. Mama saja tidak pernah membuat peraturan yang membuatku kesal tapi, Mom yang tidak ada hubungan darah denganku bisa-bisanya membuat peraturan seperti itu.

“Kita terlambat 30 menit ke sekolah dan kamu belum sarapan,”

“Aku tahu, Aku bisa ke UKS jika perutku sakit,” jelasku, “kamu tau apa yang tidak kusukai dari Mom? Tidak membuat kepalaku sakit,”

“Mom benar, tidak baik anak laki-laki datang pagi-pagi lalu masuk ke kamar seorang gadis untuk membangunkannya,” Firas berusaha membela Mom, “lagi pula, Aku selalu ingin tertawa setiap datang kerumahmu dan kamu masih tertidur, saat tidur, kamu benar-benar lucu,”

“Apakah ini pengalihan perhatian? Bagaimanapun, Aku tidak suka ada peraturan baru dirumah,”

Firas tersenyum kemudian tertawa kecil. Dia benar-benar bisa menempatkan dirinya dengan baik bahkan, dia tetap membela Mom dalam keadaan seperti ini dengan tidak mengecilkanku.

Sebelum ke kelas, kami harus berlari 10 kali lapangan dan Aku baik-baik saja, tidak pingsan walaupun belum sarapan. Aku terbiasa olahraga, Aku memang senang berlari, senang melompat dari tebing yang tinggi, senang melakukan hal-hal ekstrim jadi, lari 10 kali lapangan bukanlah masalah.

“Kamu lelah?”

“Harusnya pertanyaan itu yang kulontarkan padamu. Walaupun kamu lebih gila dalam hal olahraga tapi, kamu belum sarapan, kasihan lambungmu,”

“Bicara soal olahraga, bagaimana kalau akhir pecan nanti kamu menemaniku panjat tebing? Maksudku bukan hanya menemani tapi, ikut bermain,”

“Tidak untuk satu itu, Aku takut ketinggian,” katanya tersenyum, “naik pesawat tidak masalah tapi tidak dengan panjat tebing dan melompat, kamu saja,”

Kuakui, Firas memang begitu takut dengan tebing. Kau tahu bukan kalau sesempurna-sempurnanya seseorang, ada pula kekurangannya. Namun di bidang lain, Firas dapat melakukannya dengan baik bahkan lebih baik dari siapapun di sekolah ini.

‘Mama kira akan sulit bagimu mendapatkan anak laki-laki yang mencintaimu dengan tulus tapi, masih ada yang mencintaimu seperti Faris’ ucap Mama ketika Aku ke Paris bersama Firas.

‘Maksud Mama? Bukankah ini sudah sewajarnya?’

‘Kamu terlalu sempurna bagi anak laki-laki. Kamu cantik, sexi, cukup cerdas, kamu bisa melakukan kegiatan anak laki-laki seperti memanjat tebing atau bermain bola kaki, dan masih banyak kesempurnaanmu’

‘Mama memujiku?’

‘Tidak. Bagi Mama itu kekuranganmu karena akan banyak anak laki-laki yang menyukaimu hanya karena kesempurnaan itu bukan karena cinta. Namun, berbeda dengan Firas, dia benar-benar mencintaimu karena dia sama sempurnanya dengan dirimu,’

Apakah ucapan Mama ketika Aku dan Firas ke Paris benar? Penjelasan Mama benar tapi, apakah itu kekuranganku? Apakah itu juga kekurangan Firas?

Kukira, apa yang bisa kulakukan akan membuat orang menyukaiku dengan tulus hati tapi, kesempurnaan itu menjadi kekurangan besar dalam hidupku. Apakah hal itu yang membuat orang yang kusuka tidak memandangku sama sekali? Jika benar, apa yang harus kulakukan?

“Beib, sudah bel istirahat, kamu lapar kan?”

“Kalau kamu mentraktirku makan maka Aku akan lapar,”

“Aku ada latihan basket. Maafkan Aku,” dia mencium keningku, “kamu harus makan atau kamu akan sakit, ingat tadi pagi kamu belum sarapan,” lalu Firas keluar kelas.

Aku tidak dapat mencegahnya latihan karena dia tetap akan pergi walaupun kularang. Padahal, teman satu timnya saja tidak latihan kecuali sepulang sekolah nanti. Aku ingin menemaninya latihan tapi, dia pasti mengusirku karena dia ingin Aku makan, menjaga kesehatanku.

Aku memesan nasi ayam di kantin dan Aku duduk dengan Caroline karena hanya bangku ini yang tersisa. Walaupun Aku tidak ingin tapi, tidak ada pilihan lain.

“Firas kemana Dan?”

“Seperti biasa, mengejar sesuatu yang misterius,” jelasku, “kamu sudah hampir selesai makan ya? Kurasa Aku akan makan sendirian disini setelah kamu pergi,”

Caroline mengerti maksudku. Para siswi tidak ada yang ingin duduk di meja kantin yang sama denganku, mereka sedikit menjaga jarak denganku. Apakah mereka marah karena Aku pacaran dengan Firas? Kurasa mereka cemburu.

“Apakah kecemburuan mereka sebesar itu? Aku hanya berpacaran dengan Firas, itu hal yang wajar,”

“Tidak. Jujur, bukan karena hal itu mereka menjaga jarak denganmu,” beritahu Caroline, “kamu cantik, siswi tercantik di sekolah ini bahkan lebih cantik dari seorang model remaja, mereka canggung jika harus duduk denganmu,”

Aku tersenyum dan tidak bisa bicara apapun setelah Caroline menjelaskannya. Apa yang Caroline katakan rasanya benar padahal, Aku ingin mereka memperlakukanku seperti siswi lainnya.

“Hei Car,” sapa Volan pada Caroline, “kamu sudah selesai makan?” Caroline mengangguk pelan dan seperti biasa, Volan tidak menanyakanku sama sekali, “padahal Aku baru memesan makanan, Aku lebih senang jika makan ditemani kamu,”

Baiklah, Aku disini hanya jadi patung pendengar saja. Jika Volan menyukai Caroline, yasudah toh Aku sudah tidak punya harapan lagi. Aku sudah punya Firas yang mencintaiku dengan tulus dan Volan, terlalu jauh berharap padanya.

Dia menyukai Caroline, setiap pagi dia menjemput Caroline walaupun Caroline sering sekali menolak ajakannya ke sekolah bersama. Di sekolah mereka memang terlihat biasa saja tapi, Aku sering sekali melihat Volan di depan rumah Caroline.

“Lan, Aku ke kelas duluan ya. Oh iya, kamu makan bareng Dania aja, kasian Dania kalau sendirian,” lalu Caroline pergi seolah memberikan sumbangan teman makan padaku. Apakah Aku patut di kasihani oleh Caroline sehingga dia memberikanku sumbangan seperti ini?

Volan memakan perlahan mie ayam yang di pesannya tanpa bicara denganku. Kurasa dia agak kesal karena di tinggal Caroline begitu saja.

“Sejak kapan kamu menyukai Caroline? Aku melihatmu setiap hari di depan rumahnya,”

“Aku lupa sejak kapan,” jawabnya lalu menghentikan makan, “apakah Firas sedang latihan basket?” Aku mengangguk kecil, “dia begitu giat latihan padahal Aku saja tidak terlalu memaksakan diri,”

“Mungkin itu rasa tanggung jawabnya sebagai kapten,” jelasku, “mengapa kamu menyukai Caroline? Bukankah adik kelas kita yang seorang model itu meyukaimu? Dia lebih cantik dari Caroline,”

Volan tertawa kecil, “kamu ini lucu, apakah cinta hanya di pandang dari wajah?” tanyanya, Aku langsung diam, merasa salah bertanya, “Aku hanya bergurau, Aku tahu kamu cantik dan Firas tampan, jangan tersinggung dengan ucapanku,”

Aku tidak tersinggung dengan ucapannya hanya saja, berarti dia tidak memandangku sama sekali karena hal ini? Lalu apa yang di lihatnya dar Caroline? Caroline berkulit sawo matang tapi kulitnya kurang sehat alias tidak begitu lembut karena dia tidak pernah melakukan perawatan di salon, bentuk tubuhnya juga biasa saja, dan kegiatannya pun biasa saja.

“Tadi kamu mengatakan mengenai wajah. Kalau Aku berpacaran dengan Firas karena hal itu, kami sudah pacaran sejak baru kenal tapi, kami tidak pacaran dengan cepat bukan?” kataku lirih karena beberapa siswa-siswi memandangi kami, “kamu mau tahu tidak, Aku berpacaran dengan Firas karena dia bisa bermain basket,”

“Itu bukan suatu kelebihan Dan, bukan,” Volan melanjutkan makan, “anak-anak memandangi kearah kita. Rasanya, Aku tidak pantas duduk disini, dengan siswi secantik dirimu,” Aku tertawa kecil, “apakah ada yang salah dengan ucapanku? Kamu cantik dan Aku ataupun yang lain merasa tidak pantas duduk di dekatmu. Hal itu akan menunjukkan perbedaan besar.

**

Mom di dapur ketika Aku pulang larut malam. Kurasa Mom membuat kue untuk Papa, bukan untukku karena Aku sedang tidak ingin menyentuh makanan Mom.

“Nak Firas,” sapa Papa pada Firas, “apakah kalian dari makan malam?”

“Iya Om,” jelas Firas, “dan tadi Dania menemani saya latihan sebentar, maaf Om,”

“Tidak masalah,” kata Papa, “duduklah,” Papa menyuruh kami duduk, “Dania, apakah kamu marah dengan Ibumu?”

“Kalau yang Papa maksud adalah Mom, Aku tidak marah hanya sedikit tidak suka dengan tindakan Mom, itu saja, sudahlah, jangan di bahas,”

Aku ke kamarku sedangkan Firas berbincang dengan Papa. Aku mengganti seragam sekolahku karena sejak pulang sekolah tadi, Aku hanya menemani Firas latihan tanpa mengganti pakaian.

Di kamarku, ada sekotak coklat dari Mom sebagai permintaan maafnya tapi, Mom tetap membuat peraturan itu. Aku tidak suka dengan tindakan Mom, maka kusingkirkan coklat itu.

Ketika Aku ingin menyingkirkan coklat itu, di atas meja belajarku ada sebuah kotak besar. Itu dari Mama, Mama mengitimkan gaun rancangannya untukku dan gaun itu begitu indah.

Setelah mandi, Aku mengenakan gaun itu dan segera ke ruang tengah. Aku yakin Firas masih berbincang dengan Papa.

“Hei,” kataku memamerkan gaun biruku, “apakah gaun ini cantik?”

“Sangat cantik, apakah Mama kamu membuatkannya lagi untukmu?” Aku mengangguk, “kudengar ini rancangan pertama Mama kamu di bulan ini,”

Papa tidak merespon gaun yang kukenakan. Rasanya Papa masih sulit melihatku menerima hadiah-hadiah dari Mama.

“Pa, ayolah, Mama adalah Ibu kandungku, apakah Aku salah?” tanyaku pada Papa, “Aku tidak ada niat lain, Aku senang dengan pemberian Papa tapi, tetap saja Aku lebih suka dengan pemberian Ibu kandungku karena kami sama-sama wanita,”

“Maafkan Papa tidak bisa membelikan gaun seperti itu,” kata Papa, “gaun itu sangat cantik,”

Ayolah Pa. Papa dan Mama tidak ada bedanya. Aku menyayangi kalian, setidaknya Aku masih disini dan tidak menetap di Paris,”

Papa menarik nafas sejenak lalu menepuk pundak Firas dan meninggalkanku bersama Firas. Aku tidak pernah berpikir tentang materi pada Papa, Papa sudah cukup menyayangiku jadi, Aku tidak meminta lebih. Aku tidak ingin Papa merasa tersaingi oleh Mama karena sebenarnya mereka satu hanya saja mereka terpisah.

Aku pernah berniat pindah ke Paris dan menetap disana setelah liburan kemarin. Hal itu kulakukan karena Mama yang memintanya apalagi Firas juga bersedia melanjutkan pendidikan disana jika Aku disana. Tapi, kalau Aku ke Paris mendadak, Papa akan mengira kalau Aku pindah karena Mama memberikan fasilitas yang lebih di bandingkan Papa.

“Hei cantik, duduklah, jangan terus berdiri dan memamerkan gaun yang indah itu,” lalu Aku duduk di samping Firas dan bersandar di bahunya, “itu hal yang wajar bagi seorang laki-laki, sangat wajar,”

“Maksudmu?”

“Walaupun mereka berpisah tapi, bagaimanapun seorang laki-laki, maksudku seorang Ayah akan berusaha mencari nafkah untuk keluarganya, terutama untuk anaknya. Mungkin Ayahmu merasa kalau Mama kamu lebih mampu,”

‘Tapi, tidak seperti itu. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, kamu tahu itu bukan?”

Perceraian memang buruk tapi lebih buruk jika membahas hak asuh anak dan membagi kasih sayang. Kau pernah merasakannya? Maksudku merasakan rasa sakit yang aneh ketika kedua orang tuamu tidak berkelahi tapi membuatmu bimbang. Seperti yang Aku alami sekarang, seperti itulah..

“Kamu lihat Aku,” pinta Firas, “ada Aku disini, kamu harus tetap tersenyum. Aku tahu, sebentar lagi air matamu menetes tapi, hentikanlah. Dunia masih ingin melihatmu tersenyum,”

Kedua bola mata Firas menandakan keseriusan, dia memberikanku semangat dan melupakan rasa bimbang yang sesak. Mereka berdua orang tuaku jadi, Aku tidak mungkin meninggalkan salah satunya dengan penuh.

I love you,” lalu kami berciuman dan berhenti ketika Mom datang dengan wajah yang tidak kusuka. Mom menyuruhku masuk ke kamar dan sepertinya Firas juga kesal tapi, dia berusaha tetap tersenyum, “sayang, Aku lupa. Mama kamu juga mengirimkan sebuah hadiah untukku, itu juga rancangannya. Bagaimana kalau kita kenakan untuk menghadiri ulang tahun Volan minggu depan?”

“Benarkah? Apakah tidak terlalu mewah? Tapi, baiklah, Aku mencintaimu, sampai bertemu besok pagi,” kucium kedua pipinya lalu dia meninggalkan rumahku setelah berpamitan dengan Mom.

Aku tidak tahu mengapa Mom melarangku berciuman dengan Firas. Apa Mom tidak suka karena takut gaya hidupku akan seperti orang barat? Aku tidak seperti itu, Aku tidak pernah mabuk sama sekali, Aku tidak pernah datang ke diskotik sekalipun karena Firas juga melarangnya. Apa yang salah? Kurasa, Aku lebih nyaman di Paris dengan Mama.

Paris kota yang indah. Setiap hari Aku bisa menemani Mama merancang pakaian, bisa berjalan-jalan di kota yang begitu indah, dan tidak ada yang membuat peraturan yang kubenci. Firas anak yang baik, dia hanya menciumku, tidak lebih, dan dia anak yang bertanggung jawab apalagi dia anak dari pengusaha terkenal. Aku yakin, Firas tidak akan membuat tindakan bodoh untuk mencoreng nama baik keluarga dan perusahaan.

“Mom, cukup membuatku kesal. Mom bukan Mama. Mom hanya istri Papa, itu saja,”

“Tapi Dania,”

“Mom, Mom baru 1 tahun mengenalku dan Mom baru beberapa bulan mengenal Firas. Dia anak yang baik, Papa saja percaya padanya jadi, untuk apa Mom seperti ini?” Aku memandang Mom kesal, “jangan ganggu Aku sampai Aku tenang. Jangan bangunkan Aku besok pagi, biarkan Papa yang membangunkanku atau alaram, atau kalau Firas mau, biarkan dia membangunkanku, jangan ganggu dia Mom,”

“Apakah pantas anak laki-laki berani berciuman di rumah gadisnya sendiri?”

“Apa masalahnya?” lalu Aku menghilang dari hadapan Mom. Jika seperti ini, lama-lama Mom bisa mengatur hidupku dan bertindak seperti Ibu tiri layaknya. Menyebalkan sekali.

**

Lalala….lala….lalalalaaaa
Dering handphoneku terdengar, kuangkat, dari Firas.

“Beib, kamu sudah bangun?”

“Tentu apalagi pagi-pagi kamu menelefon, apakah kamu mengkhawatirkanku? Atau kamu merindukanku?”

“Aku tidak pernah tidak mengkhawatirkanmu barang sedetikpun,” katanya sedikit serak dan terbatuk-batuk, “bisakah kamu ke sekolah sendiri hari ini? Maafkan Aku, Aku tidak rela gadis yang kusayang naik angkutan umum tapi, Aku benar-benar tidak bisa,”

Aku tertawa kecil, “baiklah, Aku mengerti. Kamu belum ke dokter kan?” dia mengiyakannya, “dokter keluargamu tidak memeriksa?” tanyaku padahal, seperti biasa, Firas tidak pernah mau bicara kalau dia sakit, dia akan diam saja, “nanti sepulang sekolah, Aku akan kesana, membawamu kerumah sakit, titik!” lalu kututup telefonnya.

Dia sakit karena lelah, lelah berlatih setiap hari. Aku tidak tahu ada apa dengan kepalanya sehingga mati-matian berlatih padahal, Aku yakin tim sekolah kami pasti menang.

“Dania,” Mom masuk dan meminta maaf padaku, “apakah hari ini Firas tidak menjemputmu?”

“Apakah Mom menguping pembicaraan kami?” Aku berbalik tanya, “Aku akan naik angkutan umum atau taxi,” jelasku, “seandainya Papa mengizinkanku membeli mobil dengan uang Mama pasti Aku tidak perlu mencari angkutan umum,”

“Papa akan membelikannya untukmu,” kata Papa tiba-tiba masuk dan Aku terkejut. Ucapanku barusan tidaklah serius, Aku hanya terbawa emosi karena masih kesal dengan Mom, “Papa rasa uang tabungan Papa cukup,”

Aku mendekat ke Papa, “Aku hanya becanda. Jangan membelikannya untukku Pa. Aku lebih senang di jemput Firas,” jelasku, “kalau Papa membelikannya maka Firas tidak akan menjemputku lagi, Aku mohon Pa,” lalu Papa tersenyum dan mengajak Mom keluar kamarku.

Papa pasti tahu kalau ini hanya emosi sesaatku. Mom benar-benar menyebalkan. Belakangan ini Mom ingin merubahku dan Aku tidak suka bahkan Mom sering mengingatkanku untuk tidak pulang larut malam. Kurasa Mom pelupa, Aku sudah sering mengatakan kalau Aku pulang larut malam karena pergi dengan Firas dan kami tidak melakukan tindakan jauh seperti yang ada di pikiran Mom.

Mom menganggapku seperti anak kecil atau justru menganggapku sebagai wanita murahan? Mom tidak sadar kalau anggapannya seperti itu bisa menimbulkan amarah Mama karena Mama memang selalu mengkhawatirkanku. Aku masih waras, Aku sadar nama baik Papa dan Mama ada di tanganku jadi, Aku tidak akan melakukan tindakan bodoh. Aku gadis berpendidikan, dari keluarga yang berpendidikan, begitupun dengan pacarku.

“Hei Dan,” sapa Caroline ketika Aku keluar rumah, “Firas tidak menjemputmu?”

“Dia sakit jadi, Aku lebih baik naik angkutan umum,”

“Oke, kita berangkat bersama saja,” ajak Caroline.

“Hei,” Volan memanggil kami, “apakah kalian tidak melihatku disini? Dania, kamu mau ke sekolah bersamaku?” tawari Volan, Aku terkejut, “ayolah Caroline, ada Dania, bagaimana?” Caroline melihatku, sejenak dia tersenyum tapi tetap menolak.

Aku menunggu angkutan umum di pinggir jalan bersama Caroline. Seandainya Caroline tidak menolak tawaran Volan, kami tidak harus berdiri disini.

**

‘Bagi Mama, dia anak laki-laki yang baik untukmu. Mama memang belum mengenalnya cukup lama tapi, kedatangannya ke Paris bersamamu dan sikap baiknya pada Mama, Mama sudah dapat menilainya’

‘Aku tahu, dia memang anak yang baik. Papa juga mengatakan seperti itu walaupun, Aku kurang yakin dengan ucapan Papa.’

Bangku sebelahku kosong, tidak ada Firas dan Aku merasa sendiri, kesepian. Anak-anak tidak ada yang mengajakku berbincang atau bergosip, hanya ada beberapa siswa nakal yang menggodaku saja, itupun ada batasnya.

Di sekolah ini, yah, mereka memang sudah seperti ini sejak Aku baru masuk. Aku juga pernah mendapatkan ancaman dari kakak kelas yang centil karena pacarnya melirikku tapi, Aku tidak salah bukan dalam hal ini? Kau tahu, Aku korbannya bukan penjahatnya.

“Dania,” seseorang memanggilku, “Dania, tunggu!” Aku berbalik arah, melihat siapa seseorang yang memanggilku, “apakah kamu ingin pulang?”

“Tentu saja, bel pulang sudah berbunyi,” jelasku datar. Ada apa Volan memanggilku? Ini hal yang aneh dan tidak wajar bahkan otakku rasanya di penuhi banyak pertanyaan, “apakah kamu pulang bersama Caroline?” tanyanya lagi, Aku menggeleng. Sudah kutebak, ini tentang Caroline lagi.

“Kurasa Caroline masih di dalam kelasnya, kamu bisa menemuinya,” kataku sambil melihat jarum jam di tanganku, “baiklah, Aku harus segera membawa Firas ke dokter,” lalu Aku melangkahkan kakiku.

Kembali lagi Aku harus menunggu angkutan umum bersama beberapa siswi lainnya. Kuharap, Aku tidak akan kehabisan nafas karena penuh sesak atau menemui anak laki-laki dari sekolah lain yang nakal.

“Dania,” Volan membuka kaca mobilnya dan memanggilku, “rumah Firas searah dengan jalan kerumahku, masuklah,”

“Tidak, tidak perlu,”

“Ayolah, Firas tidak akan marah hanya karena kamu menumpang. Bukankah itu juga demi kamu sampai kerumahnya?” lalu Aku ikut dengan Volan.

Kurasa Volan gagal mengajak Caroline pulang bersama jadi dia memberi tumpangan untukku. Volan cukup kaya, keluarganya memiliki bisnis property dan dia satu-satunya pewaris tapi tetap saja dia kalah dengan Firas.

Aku tidak tahu mengapa Aku begitu menyukainya sejak duduk di bangku SMP. Dia tidak setampan Firas, dia juga tidak sekaya Firas, dan dia tidak memandangku sama sekali tapi, Aku masih menyukainya sampai detik ini.

Apakah ini yang dinamakan cinta tanpa alasan? Tapi, cinta juga butuh suatu alasan, menurutku seperti itu. Kau tahu jika orang beranggapan cinta tidak butuh alasan tapi, bagaimanapun sebenarnya itulah sebuah alasan bukan?

“Apakah Firas benar-benar sakit parah?”

“Aku tidak tahu. Semalam dia baik-baik saja, Aku cukup mengkhawatirkannya karena kegiatannya akhir-akhir ini,” jelasku, “kamu satu tim bukan dengannya? Mengapa hanya dia yang berlatih keras?”

“Bukankah kamu mengatakan kalau itu tanggung jawabnya sebagai kapten?” dia mengembalikan pertanyaanku, “mungkin dia ingin melakukan hal yang penting setelah turnamen nanti,”

Sepanjang jalan, yang kami bicarakan hanya tentang Firas, tidak lebih. Aku tidak dapat membahas hal lain karena kami tidak punya pembahasan lain selain itu atau dia tidak menginginkan pembicaraan lain.

Aku menyukainya sudah beberapa tahun lalu bahkan, dulu Aku pernah menguntitnya dan kurasa dia tahu tapi, Aku tidak memiliki ruang di hatinya sama sekali. Tidak pernah dan tidak akan pernah.

“Sudah sampai, apa kamu ingin Aku menemanimu masuk?”

“Tidak perlu, Aku sudah terbiasa sendiri kesana, terimakasih atas tumpangannya,” kataku menyungingkan senyum manis dan Volan pergi dari pandanganku.

Rumah Firas begitu megah, seperti istana dan memiliki banyak penjaga di sekitar rumah. Wajar saja, saat kecil, Firas pernah di culik jadi kedua orang tuanya masih takut hal itu terulang kembali padahal Firas sekadang sudah besar.

“Nona,” sapa pelayan yang ada dirumah Firas ketika Aku hendak masuk.

“Firas masih tertidur di kamarnya?” tanyaku, dia mengangguk dan Aku langsung berjalan kearah kamar Firas yang ada di lantai dua.

Sebagai pacar yang baik, Aku harus merawatnya dalam keadaan seperti ini. Aku sudah izin pada Papa kalau hari ini Aku akan merawat Firas yang sedang sakit. Papa menyetujuinya kecuali Mom yang hanya diam saja tidak bicara.

Kamar Firas kosong, tidak ada Firas, apakah dia ada di kamar mandi? “Firas, apakah kamu bersembunyi dariku?” tanyaku, tidak ada yang menjawab dan Aku menunggunya.

Sudah 5 menit Aku menunggu, Firas tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali, “apakah kamu sudah lama disini?” tiba-tiba Firas memelukku dari belakang, “Aku bosan di kamar jadi, Aku berkeliling rumah,” jelasnya dan Aku langsung memeluknya, “ada apa? Apakah kamu begitu khawatir?”

“Tubuh kamu panas, kamu demam,” kataku, “kunci mobilmu ada di laci bukan?” kulepas pelukanku lalu Aku mengambil kunci mobilnya, “ayolah, hari ini Aku jadi supir, Aku akan mengantarkanmu ke dokter,”

“Rumah ini memiliki beberapa supir, kamu tidak perlu melakukannya,” katanya, “tapi, Aku tahu kamu hanya ingin bersamaku,”

Dokter mengatakan Firas baik-baik saja, tidak ada hal buruk yang terjadi kecuali hanya demam karena lelah. Firas diminta untuk beristirahat dirumah dua sampai tiga hari dan jangan ada yang mengganggunya.

“Inilah yang tidak kusukai dari dokter, Aku bosan tertidur,” Firas berusaha manja padaku, “padahal, Aku suka jika setiap hari menghabiskan waktu bersama bidadari cantik,”

“Apakah Aku harus menginap dirumahmu agar kamu tidak mengeluh?”

“Jangan, kalau kamu dirumahku, Aku tahu kamu akan repot dan belajarmu terganggu,” katanya, “Aku menginginkan seorang pacar yang peduli pada pendidikannya, bukankah kamu masa depanku?”

**

Aku terpaksa bangun pagi untuk membuat sarapan karena Aku masih tidak ingin menyentuh masakan Mom.

Kemarin malam, Aku sempat beradu mulut dengan Mom dan Caroline melerai kami. Oke, Caroline tetangga yang baik dan dia selalu di pihak Mom jadi Aku kalah, Aku harus mengakuinya semalam Aku kalah.

“Masakanmu benar-benar membuat Papa ingin terus makan,”

“Mama yang mengajarkanku masak setiap Aku pulang ke Paris tapi, tetap saja masakanku tidak seenak buatan Mama,” jelasku, Papa tersenyum, “yah, kuharap suatu hari nanti masakanku akan seenak buatan Mama,”

“Tentu, kamu memang memiliki bakat seperti Ibumu,” kata Papa, Mom hanya diam tanpa bicara padaku karena Aku yakin Mom tahu, jika Mom bicara maka suasana hatiku akan memburuk.

Aku mengirim pesan pada Caroline kalau pagi ini Aku akan menunggu angkutan umum padanya tapi, ternyata Caroline sedang ke Bandung karena neneknya sakit. Baiklah, jadi Aku sendiri, sendirian saja.

“Mom, Aku berangkat,” kataku lalu menutup pintu.

Di depan rumah ada sebuah mobil yang sangat kukenali, yang jelas bukan mobil Firas. Kemarin Firas menawarkan kalau akan ada supir yang mengantar jemputku tapi, Aku menolaknya.

“Dania,” sapa Volan yang duduk di depan gerbang rumah Caroline, “kamu baru keluar?”

“Ya, oh iya, percuma kamu menunggu Caroline, dia di Bandung dan tidak sekolah hari ini,” beritahuku, “apakah dia tidak memberitahumu?”

Volan tersenyum dan bangun, “Aku tahu, dia sudah memberitahuku tapi, Aku sudah terbiasa datang kesini, bagaimana kalau kita berangkat bersama?” tawarinya, Aku benar-benar terkejut, “kenapa kamu diam saja? Apakah kamu malu karena harus ke sekolah dengan siswa yang biasa-biasa saja?”

“Maksudmu?”

“Aku tahu, kamu lebih cocok satu mobil dengan Firas, Aku mengerti tapi, kita teman bukan?” Aku mengangguk pelan, “kurasa Firas tidak akan cemburu hanya karena hal ini, bagaimanapun Aku kalah jauh darinya,”

Aku menerima tawaran Volan. Dia benar, Firas tidak akan cemburu tapi, dia salah mengenai rasa malu. Aku tidak malu berangkat dengan siapapun jika dia temanku. Aku hanya heran saja karena ini pertamakalinya Volan menawariku berangkat ke sekolah bersama.

“Dania, bukankah ibu kandungmu seorang perancang pakaian terkenal?”

“Iya, ada apa? Apakah kamu ingin membeli pakaian rancangan Ibuku?” tanyaku, dia menggeleng.

Volan merogoh sakunya dan mengeluarkan lollipop rasa coklat lalu di berikan padaku, “mengapa kamu tidak tinggal di Paris? Kukira semua anak akan memilih tinggal bersama Ibu mereka setelah adanya perceraian,”

“Saat itu Mama kembali ke Paris dan Mama menyetujui permintaan Papa untuk merawatku. Tapi, Aku pernah ke Paris dan tinggal satu tahun dengan Mama.  Menyenangkan tinggal bersama Ibu kandung tapi, Papa sakit karena Mama membawaku dan akhirnya Aku kembali lagi,” jelasku rinci, “tapi, Aku masih bisa menetap di Paris. Aku masih memiliki kewarganegaraan ganda sesuai dengan usiaku,”

“Kurasa Ayahmu tidak bisa hidup tanpamu,”

Aku tersenyum tidak bisa menjelaskan mengapa Papa tidak bisa jauh dariku karena Aku sendiri tidak tahu. Yang Aku tahu, Papa akan lemah tanpaku. Kalau Mama, Mama sama lemahnya bahkan sempat pingsan beberapa kali saat harus berpisah denganku ketika kecil tapi, Mama tenang setelah Papa membiarkanku ke Paris setiap ada libur sekolah.

“Volan, apakah kamu benar-benar menyukai Caroline?” tanyaku, Volan hanya tersenyum, “tapi, dia tidak meresponmu sama sekali,”

“Dia?”

“Baiklah, Aku tahu mungkin kamu tersinggung, Aku tidak akan membahas Caroline,”

Di sekolah, beberapa siswa melihat kearahku karena datang bersama Volan. Volan cuek saja dan dia langsung ke kantin karena belum sarapan.

“Boleh Aku ikut denganmu ke kantin? Aku tidak memiliki teman berbincang di kelas, mereka menjaga jarak dariku,” jelasku, “ayolah, Aku hanya duduk saja di kantin, kamu cukup makan dengan baik,”

“Cepatlah, kakimu itu terlalu lambat melangkah,” katanya, Aku tersenyum.

Apakah dengan ini Aku bisa lebih dekat dengan Volan? Apakah Aku bisa berbincang dengannya seperti seorang teman lalu nantinya akan menjadi lebih? Kuharap seperti itu.

Volan memesan bubur ayam dengan sambal yang cukup banyak padahal, ini masih pagi. Dia bisa sakit perut kalau memakannya.

“Aku sudah terbiasa makan-makanan sepedas ini, jangan tunjukkan wajah terkejut seperti itu,” katanya, “keterkejutanmu seperti kekhawatiran, itu mengerikan,” tambahnya, “yah, Aku tahu, kamu gadis yang penuh perhatian pada sesama manusia tapi, tetap saja ini bukan jalur yang seharusnya,”

“Di sekolah ini, mereka temanku tapi mereka bukan seorang teman. Tidak ada yang bisa memperlakukanku seperti seorang teman, mereka hanya tersenyum, menyapa, dan kalau ada yang tidak suka yaa memandang sinis,”

Bubur ayam yang di pesan Volan di lahapnya perlahan. Dia makan dengan gaya yang santai dan cuek, tidak tenang. Mungkin ini yang kusuka darinya tapi, kebanyakan cowok di dunia ini menggunakan cara makan seperti ini bahkan lebih buruk.

“Dania, kamu merasa sepi tidak memiliki teman di sekolah ini?”

“Ya, bukankah itu begitu jelas. Saat Aku menemani Firas latihan basket, kamu dan yang lainnya pun hanya menyapaku sebatas sopan santun saja,” jelasku, “di luar sekolah ini, Aku memiliki banyak teman yang memperlakukanku layaknya teman tapi, Aku juga iri dengan siswa lain yang bisa bergosip pagi-pagi di kelas,”

“Kalau begitu, ayo kita berteman, Aku akan berusaha memperlakukanmu layaknya teman, Aku tidak akan menghindarimu seperti mereka,” ucap Volan, Aku langsung tersenyum cerah, “tapi, kamu tidak malu memiliki teman yang biasa saja seperti ini?”

“Tidak, tentu tidak sama sekali,”

Sabtu, 24 Oktober 2015

BAB 1 - Novel "Penguntit Special"

BAB 1

Kau tahu ketika orang-orang iri padamu karena kau mendapatkan apa yang tidak mereka miliki? Jika kau mengetahuinya, apa yang akan kau lakukan?

Kebanyakan orang akan senang, akan bangga tapi, sebagian orang justru sedih. Apa yang kau miliki, belum tentu mereka miliki tapi, apakah kau sadar kalau kau tidak memiliki apa yang mereka miliki?

“Dania,” Mom tiba-tiba sudah ada di kamarku, “sudah larut malam, kamu belum istirahat sejak pulang sekolah tadi,”

Aku hanya mengangkat bahuku lalu membiarkan Mom duduk di ranjangku sambil mengusap kepalaku lembut. Kata Mom, Aku harus beristirahat atau Aku bisa sakit tapi, kurasa Aku tidak akan sakit.

Mom tersenyum padaku seolah ada makna lain di balik senyumnya, “baiklah,” Mom berdiri lalu mematikan lampu kamarku, “Mama tidak ingin melihatmu sakit,” lanjut Mom berusaha membuatku memanggilnya Mama.

“Baiklah,” kataku lirih, “Mom, bisakah lampunya dihidupkan?” lalu Mom menghidupkan lampuku. Aku tidak terbiasa memanggilnya Mama, Aku lebih suka Mom saja.

Di atas langit-langit kamarku ada bintang-bintang bergaya anak yang baru masuk taman kanak-kanak, Aku belum sempat membersihkannya ketika bermain-main dengan adik sepupuku kemarin.

**

“Pagi sayang,” Firas mencium keningku, “maafkan Aku mengenai semalam, Aku benar-benar sibuk, Aku tidak ada sedikitpun waktu untuk beristirahat,”

“Aku baik-baik saja. Aku tahu kalau kamu tidak menefon, kamu pasti sibuk,” jelasku, dia tersenyum, “tapi, bukankah pagi ini kamu juga sibuk?”

“Tidak, Aku tidak sibuk untuk pagi ini. Kita bisa ke sekolah bersama dan Aku akan belajar seperti biasanya, hari ini tidak ada jadwal latihan,”

Firas membukakan pintu mobilnya dengan senyum mengembang tapi, Aku tahu dia kelelahan. Menjelang turnamen basket, dia benar-benar terlalu memaksakan diri berlatih padahal turnamen itu masih 3 minggu lagi.

Tangan Firas memegang lembut tanganku sambil matanya fokus ke depan, menyetir. Aku tidak mengerti dengan pemikiran Firas untuk turnamen nanti yang jelas, dia terlalu memaksakan diri.

Firas memang kaptennya tapi, bukan berarti dia yang harus mati-matian berlatih sedangkan yang lain berlatih dengan waktu yang biasa saja. Itu dapat membuat kesehatannya memburuk bahkan pelajarannya terganggu.

“Aku tahu kamu sedang berpikir panjang melebihi rel, Aku tahu itu,”

“Tidakkah kamu mengerti,” Aku menghela nafas sejenak, “Aku mengkhawatirkanmu. Turnamen ini bukan segalanya, bukan sesuatu yang harus kamu kejar begitu rumit,”

Tiba-tiba Firas menghentikan mobil mendadak dan memandangku, “Aku senang kamu mengkhawatirkanku. Kuharap, akan seperti ini, selamanya,” lalu dia menyetir kembali.

Firas seorang siswa yang teladan, nilai-nilainya stabil, dia aktif dalam keorganisasian tapi, belakangan ini dia terlalu fokus pada turnamen. Aku tidak mengerti apa yang di kejarnya dalam turnamen tersebut yang jelas, bukan hanya sebuah kemenangan karena sekolah kami memang terbiasa menang.

“Bagaimana kabarmu dan Ibumu?” tanyanya, Aku  mengerti maksud pertanyaannya, “Aku tahu, kamu sulit beradaptasi dengan Ibu barumu,”

“Mom cukup baik dan Aku mengikuti saranmu,” jelasku. Aku dan Mom sebelumnya tidak pernah saling bicara atau lebih tepatnya Aku tidak ingin bicara dengan Mom. Namun, sudah 2 bulan ini hubunganku dan Mom mengalami peningkatan karena Aku sudah berusaha menerimanya sebagai istri Papa.

‘Kamu masih memanggilnya Mom? Kukira kamu memanggilnya Mama atau Ibu, mungkin,”

“Mama hanya panggilan untuk Ibu kandungku,”

Satpam sekolah menyapa kami ketika Firas membuka kaca mobilnya. Firas memang disukai semua penghuni sekolah ini, selain dia teladan, dia juga ramah, dan dia mendapat predikat siswa ter-tampan di sekolah ini.

“Dingin sekali udara di sekolah ini,” kata Firas ketika kami berjalan di koridor menuju kelas, “kurasa sebentar lagi para penggosip akan memenuhi madding sekolah kita,”

“Mereka memang terbiasa melakukan itu. Harusnya kamu senang karena mereka banyak menulis tentangmu, bukankah begitu?”

Firas mengajakku melihat madding sekolah dan disana, ada beberapa puisi ungkapan cinta untuknya. Aku tersenyum, membaca satu demi satu puisi-puisi indah yang terpajang dengan jelas.

Sebegitu tampannyakah pacarku sampai setiap hari harus ada tulisan-tulisan seperti ini? Ini cukup keren, sangat keren karena mereka pintar bisa membuat puisi seindah ini.

“Ayo,” Firas mengusap kepalaku lembut lalu mencium keningku, “mereka bodoh sekali menulis ini untukku, jelas-jelas disampingku ada kamu,”

“Mereka pintar, mereka juga keren,” Aku tertawa, “Aku saja tidak pernah menulis puisi untukmu,” lalu kami berjalan kembali menuju kelas.

Di kelas, para siswi langsung memandangi kedatangan Firas, bukan Aku. Sedangkan Aku, seperti biasa harus melihat para siswa yang dengan nakal melirik-lirikku padahal Firas sedang menggandeng tanganku.

“Kamu tahu satu hal kesamaan kita, kita sama-sama memiliki banyak penggemar di sekolah ini,” bisik Firas, “hanya saja, para cowok itu tidak ada yang berani menyatakan cinta padamu di madding sekolah,”

“Aku tidak suka di lihat seperti itu. Aku lebih suka mereka memperlakukanku sama seperti siswi lain tapi, hal itu tidak pernah kudapatkan,”

“Sudahlah, ayo duduk sebentar lagi bel,”

**

Langit-langit kamarku tinggi sekali sampai-sampai Aku harus menyingkirkan bintang-bintang kertas yang menempel dengan meminta bantuan Caroline, tetanggaku. Untung saja dia bersedia membantuku atau lebih tepatnya pasti, pasti bersedia membantu.

“Kelasmu sudah melakukan tugas praktikum dari Bu Lusiana?” tanya Caroline sambil mencoba menarik bintang-bintang yang menempel erat, “kurasa nilaimu bagus untuk praktikum itu,”

“Tentu saja, tapi akan berbalik kalau Aku melakukannya sendiri. Yah, seperti biasa, Firas melakukannya dengan baik,”

“Itulah gunanya tim atau lebih tepatnya pacar,”

Kami sudah bertetangga sejak tahun lalu dan Aku baru tau ketika Aku pindah kalau ternyata dia satu sekolah denganku. Dia siswi yang tidak terlalu popular di sekolah jadi, Aku tidak tahu tentangnya. Atau mungkin, Aku kurang berinteraksi dengan siswi kelas lain?

“Ibumu pergi?”

“Ya, Mom sedang membeli bahan makanan untuk minggu ini,” beritahuku, “jadi, kali ini tidak ada yang akan membawakan minuman untuk kita,”

“Sayang sakali padahal, Aku menyukai jus buatan Ibumu,”

“Benarkah? Aku lebih menyukai jus buatanku sendiri, rasanya lebih enak,”

“Kudengar dari Ibuku, hubunganmu dan Ibumu mulai berubah membaik,”

“Apa urusanmu menanyakan mengenai ini? Aku tidak suka membahas Mom karena yaa, Aku belum begitu mengenalnya. Kau tahu bukan, Ibu tiri tentu berbeda, bagaimana pun berbeda,”

Aku dan Caroline memang bertetangga tapi, kami tidak terlalu dekat. Mom yang dekat dengannya, bukan Aku. Mungkin karena Mom dan Caroline sama-sama orang asli sini sedangkan Aku berdarah campuran yang tentunya pemikiran kami berbeda.

Mom minggu lalu bertanya padaku mengapa Aku tidak pernah belajar bersama Caroline, tidak pernah ke sekolah bersama Caroline, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang pastinya kujawab, ‘sudah ada Firas, untuk apa?’

Mom benar, kami bertetangga, rumah kami bersebelahan, kami satu sekolah tapi, bukan artinya Aku akan akrab dengan Caroline. Hubungan kami hanya sebatas teman satu sekolah dan tetangga, tidak lebih kecuali mengenai ketidaksukaanku padanya.

Kring…kring…kring
Telefon di kamarku berdering.

“Aku akan mengangkatnya untukmu,” ucap Caroline, Aku mengangguk karena masih sibuk membereskan bintang-bintang keras yang sudah selesai di ambil dari langit-langit kamarku, “ini Ibumu, maksudku Ibu kandungmu,” beritahunya dan langsung kuambil telefon itu dari tangannya.

“Mama,” Aku bergitu senang Mama menelefonku, belakangan ini Mama sangat sibuk jadi dia jarang menghubungiku, “apakah Mama sehat-sehat saja?”

“Oh tentu sayang, bagaimana denganmu?” tanya Mama, kujawab iya, “apakah istri Papamu juga baik?” tanya Mama lagi, Mama begitu lancer berbicara bahasa Indonesia walaupun nadanya agak aneh.

“Ya, Mom baik tapi tidak sebaik Mama,” lalu kami bicara panjang lebar sekitar 1 jam lamanya, “Mama baik-baik saja bukan? Mama sudah bicara denganku hampir 1 jam.”

“Ya, tentu Mama baik-baik saja. Mama rasa anak Mama yang sibuk,” lalu Mama menutup telefonnya tanpa mengucapkan sampai bicara esok hari. Mama lucu sekali, walaupun dia sangat sibuk tapi masih menyempatkan waktunya untuk bicara denganku.

Semuanya sudah beres ketika Aku sadar Caroline sudah membereskannya padahal, Aku belum sempat berterimakasih padanya.

Kamarku ini cukup luas tapi sempit jika di bandingkan kamar yang kutempati saat mengunjungi Mama di Paris. Hanya ada 1 tempat tidur, satu meja rias, satu meja belajar, satu almari kecil, dan satu kamar mandi yang sempit. Tapi, Aku sudah memilih dan Aku tidak akan berkata seperti ini di hadapan Papa, ini akan melukainya.

Di atas meja tertinggal sebuah memo dari Caroline. Dia mengatakan kalau ada baiknya warna kamarku di ganti. Baiklah, Aku akan menggantinya nanti karena memang Aku tidak menyukai warna kamarku.

Caroline gadis yang baik dan ramah hanya saja, Aku kurang menyukainya. Aku tahu dia tidak ada salah padaku tapi, tetap saja Aku kurang menyukainya karena dia sainganku.

“Dania, Caroline sudah pulang?”

“Seperti yang Mom lihat,”

“Baiklah, apa kamu ingin makan?”

“Tidak, Aku sudah kenyang. Mama menelefonku tadi, akan ada sebuah paket untukku,”

Mom hanya tersenyum. Aku tahu Mom masih agak canggung untuk bicara denganku karena, Aku bicara dengannya seolah-olah dia hanya orang tambahan di keluargaku, bukan seorang Ibu.

Kalau dulu Aku boleh bicara, Aku akan melarang perpisahan Mama dan Papa. Tapi, saat itu Aku masih kecil dan Aku hanya bisa menangis karena Mama kembali ke Paris.

Setelah Mama dan Papa berpisah, Papa tetap pada pekerjaannya sebagai pegawai kantor biasa sedangkan Mama menjadi perancang pakaian terkenal di Paris. Papa menikah lagi lagi dengan wanita yang lebih muda dari Mama dan tentunya WNA sedangkan Mama, Mama tidak menikah lagi sampai sekarang.

Aku kasihan pada Mama karena Mama hidup sendirian, tanpaku. Aku bisa saja ke Paris, tinggal bersama Mama tapi, entahlah Aku masih betah di sini. Hanya saat ada libur saja Aku akan menemui Mama, terbang ke Paris dan menghabiskan waktu bersama Mama.

Liburan kemarin, Aku ke Paris menemui Mama bersama Firas. Mama senang Aku membawa Firas walaupun saat itu Aku dan Firas hanya sebatas teman, belum pacaran.

Kalau tidak ada Firas, mungkin Aku tidak bisa ke Paris. Saat itu keuangan Papa tidak mendukung sama sekali untukku ke Paris. Aku tidak ingin menggunakan uang tabunganku dari Mama karena Papa akan merasa bersalah tidak bisa membiayainya jadi, Aku hampir menangis tidak bisa pergi.

Aku diam, menyembunyikan dari Papa kalau Aku sedih. Kukatakan pada Papa kalau ya, tidak harus ke Paris setiap liburan. Papa bisa membiayai ongkos pesawat tapi, Papa akan sedih kalau dia tidak membawakanku uang saku walaupun kalau sudah di Paris, Mama pasti akan menyelesaikan segalanya. Tapi, Aku tahu perbedaan Papa dan Mama, Aku harus mengerti.

‘Kamu akan ke Paris tanpa uang dari Ibu kandungmu,’

‘Itu tidak mungkin. Tabunganku, semuanya uang Mama. Kalau meminta pada Papa, Papa akan terbebani’

‘Itu mudah. Anggap saja kamu menemaniku berlibur. Kamu tahu banyak tentang Paris sedangkan Aku, Aku tidak banyak mengetahuinya. Kamu bisa kan mengajakku berkeliling Paris?’

‘Maksudmu?’

‘Ya seperti itu maksudku. Sebagai imbalannya, Aku akan membawamu ke Paris tanpa membebani Papa kamu,’

Disanalah bantuan datang, Aku ke Paris bersama Firas. Papa hanya diam tidak banyak bicara apalagi Firas anak bos Papa di kantor jadi, Papa hanya menitipkanku pada Firas.

‘Mama yakin, dia menyukaimu’ kata Mama ketika Aku sudah di Paris dan membantu Mama bekerja, ‘kalau tidak, untuk apa dia ke Paris? Hanya untuk mengantarkanmu pada Mama?’

‘Dia ingin berlibur walaupun, selama disini dia belum bersenang-senang sama sekali’

‘Dia tampan, cocok denganmu. Mama juga menyukainya, dia anak yang baik’

Aku sering menceritakan tentang Firas pada Mama. Dari awal Aku mengenal Firas, bagaimana kami dekat, bagaimana kami bersahabat, dan hal-hal kecil yang kami lalui bersama.

‘semua orang mengatakan kalau Aku dan Firas sempurna tapi, kami tidak sempurna’

‘maksudmu karena Firas takut pada ketinggian dan takut pada ular?’

‘Bukan, bukan seperti itu. Sudahlah, Aku disini menghabiskan liburanku untuk bersenang-senang dengan Mama…… dan, yaa, tentunya Firas juga,’

‘Kamu bisa menemani Firas mengenal Paris asalkan kalian tidak pulang dalam keadaan mabuk. Mama lebih senang melihat kalian hanya berdua saja,’

Di Parislah kami akhirnya menjadi sepasang kekasih, di hadapan Mama dia menyatakan cinta dan Aku tidak dapat menolak sama sekali walaupun anak laki-laki yang kucintai bukanlah dia.

‘ketika Aku yakin kalau kamu yang kucintai, Aku akan di sisi kamu, di samping kamu, selama Aku bisa,’  Lalu kami berciuman atas perayaan hari jadi kami.


Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...