Kamis, 22 Oktober 2015

Siapa Aku - BAB 1 (NOVEL)

Kedua bola mata Feroya mengeluarkan cahaya putih, bersinar, sangat terang, dan tajam. Tampak seperti bintang ditengah malam. Ia tak melepaskan tatapannya pada seekor tupai yang masuk kekamarnya serta memecahkan kotak kaca berisi cincin kesayangannya.

“Harus ada bayaran yang setimpal,” ia mendekati tupai tersebut. Tampak tupai itu mematung kemudian bergetar hebat. Ia ketakutan. Ia tahu kalau Feroya bukan manusia, “aku akan melakukan sesuatu.”

Ayah yang tahu kalau emosi Feroya sedang tak terkendali segera berlari menuju kamarnya. Ia memberi tanda pada tupai tersebut untuk pergi sedang Feroya masih mengeluarkan cahaya putihnya. Cahaya itu tak juga kunjung padam bahkan ketika Ayah menenangkannya. ‘putri kecilku akan menjadi sangat kejam jika ia salah langkah’

Kemudian Mama yang mendengar ada keributan ikut menenangkan Feroya. Tampak tanda-tanda penuaan darinya. Usianya hampir memasuki kepala empat. Sedangkan suaminya masih tampak muda begitupun dengan putri kecilnya yang akan tetap muda. Tentu saja, mereka berbeda.

“Sayang, tenangkan dirimu. Lihat Mama,” ia memegang pipi Feroya, Feroya mulai melunak. Perlahan, cahaya itu padam. Tatapan mata Feroya berubah normal, “Mama akan membuatkan sesuatu agar kamu lebih tenang.”

Ayah duduk disamping Feroya. Ia mengingatkan putrinya agar terus belajar mengontrol emosinya karena jika hal buruk terjadi, hati Feroya akan terluka.

“Kenapa aku berbeda? Orang-orang mengatakan kalau aku itu sempurna. Sangat sempurna. Tapi, aku sadar kalau sejujurnya, aku berbeda dengan mereka. Sampai kapan aku harus menyembunyikan ini dari orang lain? Terutama, menyembunyikan dari teman-temanku.” Ucapnya tenang, tanpa amarah ataupun kesedihan.

Mendengar putrinya bicara seperti itu, Ayah mengerti kalau hidup Feroya lebih berat dibandingkan dirinya yang bertahan di dunia manusia. Itu karena saat Feroya marah, ia bisa membahayakan dunia manusia juga membahayakan dunia BE.

“Ayah, orang-orang di BE sama sepertiku dan ayah bukan? Aku ingin tinggal disana. Mungkin disana, aku bisa jujur dengan identitasku sebenarnya,” ia mengutarakan keinginannya saat ini tapi Ayah menolak karena tetap saja Feroya berbeda dengan penduduk di BE. Bukan karena Feroya lahir dari campuran manusia dan mahluk BE tapi karena memang Feroya ditakdirkan berbeda oleh alam, “baik, karena dari semua, hanya aku yang memiliki cahaya putih bukan biru seperti ayah.”

Kaki Feroya melangkah mendekati pintu. Ia meminta ayahnya keluar agar dapat menenangkan pikiran. Ayah pun keluar kemudian teringat kejadian beberapa tahun lalu ketika seorang wanita paruh baya mengendarai sebuah mobil dan bertabrakan dengan motor kesayangan Feroya. Gadis itu marah. Ia menatap tajam wanita itu kemudian berkedip, seketika wanita itu kehilangan nyawanya. Dan setelahnya, Feroya menyesal. Ia benar-benar kesulitan mengontrol emosinya ketika sesuatu yang ia sayangi dirusak.

**

“Feroya! Feroya!” seseorang berlari mengejar Feroya, “aku hanya ingin mengembalikkan ini. Sampai bertemu dikelas. Kuharap, kita masih berteman,” cowok itu tak lain mantan pacar Feroya sekaligus teman sekelas Feroya. Mereka baik-baik saja bahkan putus dengan baik-baik. Dalam hati kecil Feroya, ia hanya takut ketika ia menjalin hubungan lebih jauh yang mengakibatkan identitasnya terungkap. Ia takut kehilangan dan ia sangat membenci kehilangan.

Didalam kelas, Feroya memilih lebih banyak diam. Sesekali ia memperhatikan mantan pacarnya kemudian berusaha meyakinkan dirinya kalau semua ini baik-baik saja toh ia belum sempat jatuh cinta. ‘aku gak tau apakah nantinya aku akan hidup dengan seorang manusia seperti ayah atau hidup dengan mahluk BE. Mengapa aku berbeda bahkan diantara mahluk sejenisku?’

“Feroya, ada apa?” tanya temannya, “biasanya seorang Feroya sangat ceria tapi hari ini terasa aneh.”


Tak ada jawaban yang diberikan Feroya. Ia memilih bisu.

**

Ayah kedatangan seorang tamu yang tampak jelas kalau matanya sesekali bercahaya biru. Tentu, ia mahluk BE. Kedatangannya membuat istrinya kesal dan memilih untuk tak menyapa tamu tersebut. Sedangkan Ayah sudah tahu kalau akan ada saatnya hal seperti ini terjadi.

“Putrimu harus kembali setidaknya ia pernah menginjakkan kaki di tanah BE.” Pria itu memberikan beberapa lembaran kertas berisi surat kepemilikan sebuah rumah kecil di daerah pinggiran BE, “anak-anak yang terlahir dari percampuran manusia dan mahluk seperti kita setidaknya harus pernah menginjakkan kaki di BE. Seperti putriku juga dan kini putriku memilih tinggal disana.”

Pikiran ayah bimbang. Siapapun tak ada yang tahu kalau putrinya berbeda dengan mahluk BE lainnya dan ayah selalu ingin menyembunyikan itu. Ia tahu jika nyawa Feroya dalam bahaya dan akan menimbulkan pertentangan di BE.

“Pikirkanlah. Jika menolak, prajurit kerajaan akan menghukum dirimu dan putrimu.” Pria tersebut ingin pamit pergi tapi tiba-tiba Feroya menampakkan wajahnya. Ia tersenyum menyapa pria tersebut. Pria tersebut tersenyum dan mengatakan kalau Feroya mirip dengan putrinya yang jarang menampakkan sinar biru matanya, “percampuran manusia dan mahluk BE memang mengesankan. Datanglah ke BE, banyak anak-anak sepertimu dan kamu tidak akan dikucilkan.”

“Bailah. Aku akan datang sendiri.”

Mendengar keputusan Feroya, Ayah tak bisa menghentikannya. Ia tersenyum pada putrinya kemudian setelah pria itu pergi, ayah memberikan beberapa penjelasan serta penekanan agar Feroya harus menyembunyikan sinar putihnya apapun yang terjadi.

“Artinya aku gak boleh marah, gak boleh sedih, gak boleh dendam, gak boleh dengan sengaja mengeluarkannya, dan sebagainya. Aku ingat itu karena sudah 16 tahun aku menyembunyikan itu.” Feroya memeluk ayahnya, “aku gak tau semenyeramkan apa BE itu karena mereka akan membunuhku dan ayah kalau aku gak tinggal disana walau hanya sesaat. Bagaimanapun juga, aku harus menginjakkan kaki disana lalu aku kembali ke rumah, dan kita akan tetap hidup.”

Senyum ayah mengembang kemudian ayah meminta agar Feroya memperbaiki cara bicaranya tersebut tapi Feroya menolak, “Ayah, menurut buku peraturan BE, anak yang lahir dari darah campuran hanya akan menjadi orang pinggiran di BE. Bukankah itu sangat baik jadi aku gak perlu banyak berinteraksi dengan orang bahkan bicara sopan.” Mendengarnya, ayah tetap mengingatkan agar Feroya bicara dengan hormat terhadap para penduduk BE, “ya, baiklah. Aku mencintaimu, Ayah.”

Tak menunggu waktu lama, Feroya mengemasi beberapa barang yang diperlukan kecuali pakaian karena pakaian disana akan berbeda. Berbeda dengan Ayah, Mama justru mengatakan pada Feroya jika dalam keadaan bahaya maka Feroya boleh mengeluarkan cahaya putihnya dan melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya.

“Mama tahu, kamu dapat menghancurkan BE saat emosi kamu berada di titik tertinggi. Walaupun Mama khawatir tapi Mama senang karena kamu bisa melindungi dirimu. Dan, berhati-hatilah dengan orang-orang disana, Mama takut jika ada yang berpura-pura baik kemudian menghancurkanmu.” Ucap Mama begitu khawatir karena ia tahu ketika identitas Feroya diketahui maka akan ada orang-orang yang berniat jahat.

“Aku mencintai Mama. Tenang saja, aku akan baik.”


Ketika Ayah mengatakan akan mengantar Feroya ke BE, ia menolaknya. Ia tahu caranya kesana seorang diri. Dengan terpaksa, Ayah membiarkan Feroya pergi bersama serbuk putih.

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...