Kamis, 22 Oktober 2015

Siapa Aku? - BAB 3 (Novel)

Raja memerintahkan seluruh prajurit untuk memeriksa seluruh penduduk BE terutama yang terlihat mencurigakan tanpa terkecuali. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran luar biasa namun tetap berusaha setenang mungkin.

“Ayah, apa yang harus kita lakukan?” Arnove berbisik pada ayahnya agar tak ada yang mendengar, “apakah kita harus menangkap kemudian membunuhnya?”

Tentu saja raja tak setuju karena cara seperti itu tak akan berhasil, “kita bahkan tidak tahu apakah dia anak-anak atau seorang pemuda bahkan seorang gadis kecil. Ketika kita tahu siapa dirinya, dekati dan berteman dengannya. Saat dia lengah, tusukkan ini ke jantungnya.” Terlihat raja memberikan sebuah belati yang terbuat dari akar pohon tertua di BE.

Saat menerimanya, Arnove dengan senang hati akan membuat itu terjadi. Namun, Zelvio yang sedari tadi diam tiba-tiba bicara dan menentang hal itu. Ia tak suka jika raja mempertahankan posisinya dengan mengorbankan nyawa tak bersalah.

“Bodoh! Tidak bersalah! Orang itu adalah monster! Dia bisa menghancurkan kita bahkan menghancurkanmu dengan mudah!” Arnove mendekatkan pedang dileher Zelvio, “kamu ingin menentang perintah ayah kita? Ini perintah raja!”

Tetap saja Zelvio tak setuju. Ia mengatakan dengan tegas kalau ia tidak akan pernah terlibat dalam kejahatan semacam itu. Matanya membiru tajam, menghancurkan pedang ditangan Arnove menjadi debu.

Sontak, raja dan Arnove terkejut karena selama ini Zelvio selalu gagal melakukan hal itu.

“Pergilah,” ucap raja lirih, Zelvio membungkuk hormat, “tidak. Pergilah dari kerajaan ini untuk sementara dan kembali lagi ketika menyadari apa kesalahanmu.”

Mendengarnya, Zelvio terkejut. Ini sudah jelas. Ia di usir dari istana. Senyum kemenanganpun muncul diwajah Arnove.

Tanpa rasa sedih, Zelvio meninggalkan istana. Ketika pengawal pribadinya mengejar dan menawarkan tempat tinggal, ia menolak keras, “sudah sejak lama aku ingin tinggal diluar istana. Aku ingin tidur nyenyak dibawah sinar bulan. Kini, kudapatkan kebebasan itu.” Senyumnya mengembang. Benar-benar bahagia.

Tidak menunggu waktu lama, ia terus berkeliling BE menikmati kebebasannya. Hari pun mulai gelap, ia memilih pergi ke hutan dan menikmati cahaya bulan yang sampai pada kulitnya.

Diam-diam, para goblin mengintipnya. Mereka berpikir kalau pangeran kedua telah terusir dari istana. Ada beberapa goblin yang merasa kasihan dan ada juga yang mengatakan kalau kehancuran keluarga kerajaan sudah dimulai atau dalam kata lain, para goblin senang.

“Ini akan berbahaya bagi nona Feroya,”

“Pelankan suaramu, pangeran terbuang itu bisa mendengar kita.”

Tentu, samar-samar Zelvio mendengar suara. Ia mencari suara tersebut, ‘apa para goblin marah karena aku datang ke hutan malam hari? Aku tidak akan membunuh mereka seperti yang dilakukan ayah dan Arnove.’ Merasa kalau kehadirannya dihutan malam hari mengganggu, ia memilih meninggalkan hutan.

Langkah kaki Zelvio telah membawanya ke daerah pinggiran. Dan entah kenapa, ia sudah tiba didepan rumah Feroya, ‘kenapa bisa seperti ini! Aku akan gila jika terus memikirkannya!’

Takut Feroya mengetahui kedatangannya, ia berbalik pergi namun naas, Feroya yang sedang diluar kembali pulang. Mereka saling menatap. Zelvio mulai jatuh cinta dengannya.

“Kamu mengunjungiku?” tanyanya, Zelvio gugup, “cahaya bulan sangat indah, aku baru saja menikmatinya.”

“Tapi aku melihat sesuatu yang lebih indah sekarang,” ucapannya mulai mengacau sehingga membuat Feroya tertawa lucu, “i..itu karena...,” ia menggaruk-garuk kepalanya saking gugup, “apa kamu tahu sebuah rumah kosong yang disewakan?”

“Sebentar, teman sekolahku pernah bertanya hal semacam ini. Kamu bertengkar dengan keluarga kamu? Kamu diusir atau kamu kabur?”

Tak ada jawaban dari Zelvio. Ia hanya meminta Feroya membantunya.

Dan mereka menemukan sebuah penginapan sederhana ditengah kota. Jujur, berjalan malam hari dengan Feroya mengembalikan ingatan akan ibu dan kakak perempuannya yang telah tiada. Mereka selalu berkeliling kota atau sesekali ke pedesaan dimalam hari.

“Menurut kamu, apakah BE menyenangkan?” Feroya memandangnya, “kamu tahu, saat tiba disini, aku berpikir untuk tidur dan hanya makan sampai satu tahun lamanya. Kemudian, aku bertemu denganmu yang cukup menyenangkan. Dan beberapa waktu lalu, aku bertemu seorang teman yang membuatku memiliki alasan untuk nyaman selama disini. Tempat ini, menurutku gak terlalu buruk,”

“Aku berpikir hal buruk juga tentang BE tapi setelah bertemu seorang gadis cantik, aku berpikir lain. Begitu damai,”

**

Raja masih murka dengan ucapan putra keduanya. Ia terus mengucapkan jika telah menyesal memiliki putra seperti itu. Sedang Arnove terus memancing amarah raja agar hanya ia yang dapat dipercaya.

“Prajurit kita belum menemukannya dan sekarang anakku menentang. Kesalahan apa yang telah terjadi sebelumnya sehingga darah sendiri menghianati.”

Tiba-tiba seorang prajurit pemburu goblin menghadap. Ia mengatakan kalau para goblin semakin kuat yang artinya mereka sudah bertemu dengan orang yang mereka tunggu-tunggu.

Mendapat laporan tersebut, raja semakin murka. Hal itu terjadi karena nyawa goblin berguna untuk memperpanjang usianya. Seperti kebanyakan mahluk BE, mereka hanya dapat hidup paling lama seribu tahun tapi jika mengambil nyawa seorang goblin, hidup mereka bertambah satu tahun.

Selesai menghadap, prajurit tersebut undur diri. Annove pun mengejarnya dan tetap meminta menangkap seorang goblin untuk keluarga kerajaan.

Dilain tempat, Zelvio hanya bermain-main dengan beberapa butir kacang-kacangan. Sesekali juga ia berputar mengelilingi kamar penginapannya. Bukan karena masalah besar yang ada dikerajaan tapi karena ia mulai jatuh cinta.

“Pangeran,” pengawalnya datang dan mendesah lelah melihat kegiatan Zelvio yang sama sekali tak berguna, “apakah karena gadis itu?”

“Dia cantik. Tidak. Hatinya pun cantik. Dari sekian gadis dan sekian banyak orang yang kutemui, hanya dia yang memberi saran agar sesekali aku membalas dendam.” Jelasnya selain itu ia juga menjelaskan kalau Feroya merupakan gadis apa adanya, “walaupun ia adalah gadis yang boros terhadap uang tapi ia tetap membuatku jatuh cinta.”

Pengawalnya tak bisa mengatakan apapun kecuali hanya membereskan biji-bijian yang berantakan dilantai. Ia mengingatkan agar pangeran berlatih bela diri lagi tapi dengan senyum kemenangan, Zelvio mengatakan ia sudah berhasil membuat pedang menjadi debu yang artinya latihan kerasnya tak boleh dilanjutkan lagi.

“Apa pangeran tidak akan mencoba mencari siapa pemilik bintang itu?” tanyanya, Zelvio menggeleng, “tapi pangeran,”

“Kenapa? Aku hanya ingin mencari kebenaran tentang hati Feroya,” ucapnya seperti sudah dibutakan oleh cinta, “kalau kamu khawatir dengan kerajaan, pergi dan bantu raja. Lagipula, jika pemilik bintang itu kejam, seharusnya ia datang dan langsung mengacaukan BE. Kupikir ia baik lagipula, keadaan keluarga kerajaan mengerikan. Aku tak ingin peduli untuk beberapa saat.”

Zelvio berjalan keluar penginapan dan mengambil bunga biru. Untuk siapa lagi bunga tersebut kalau bukan untuk Feroya. Ia mengunjungi Feroya kerumahnya dan langsung memberikannya.

Sedang Feroya yang masih menganggap kalau Zelvio hanya seorang teman merasa aneh dan mulai paham, “jangan berharap lebih padaku. Aku akan kembali pada orang tuaku dan gak akan kembali kesini.”

“Kamu belum mencobanya, aku akan mencoba mengambil hatimu,”

“Lakukanlah. Aku gak akan melarangnya,” senyum Feroya mengembang. Dalam hati kecilnya, ia senang jika ada seseorang yang menyukainya seperti Zelvio, “kamu baik hanya saja, sejujurnya, aku belum menyukai kamu.”

Ketika mereka berbincang seperti itu, Ellnor datang mengunjungi Feroya dan akan mengajaknya bersenang-senang. Melihat Ellnor, Zelvio merasa tersaingi. Ia tidak sadar kalau Ellnor adalah goblin. Tentu saja, penampilan Ellnor tampak wajar tidak seperti goblin yang diketahuinya memiliki hidung dan telinga panjang.

“Kenapa kita gak pergi bertiga saja?” tawari Feroya, “aku senang memiliki teman seperti kalian.”

“Tidak!” tolak Ellnor dan Zelvio berbarengan.

Para tetangga yang mendengar ada suara keras langsung tahu kalau Feroya sedang diperebutkan dua pemuda tampan. Bahkan beberapa gadis iri pada Feroya sedang Feroya yang tak memiliki perasaan pada keduanya hanya tersenyum simpul.

“Aku..., aku...,” belum sempat melanjutkan ucapannya, Feroya mendapati seseorang sedang memperhatikannya dari balik pohon. Ya. Siapa lagi. Prajurit kerajaan, “aku ada janji dengan seseorang. Kupikir, kenapa kalian berdua gak pergi bersama saja? Dah,” ia melambaikan tangan dan berlari cepat begitu saja.

Zelvio dan Ellnor saling pandang tajam. Satu sisi Zelvio yang menyukai Feroya dan satu sisi Ellnor sebagai teman Feroya.

Ditempat lain, tempat pembuangan limbah, Feroya menyudutkan prajurit tersebut. Ia menanyakan apa alasan prajurit tersebut menguntitnya. Tidak ada jawaban yang ia dapatnya. Karena kesal, Feroya menampakkan cahaya putihnya beberapa detik, “apa raja yang memerintahkan?” beberapa saat ia menutup mata untuk melihat silsilah keluarga prajurit tersebut, “kamu seorang prajurit biasa, memiliki beberapa anak, seorang istri, memiliki kedua orang tua yang sakit-sakitan, dan kamu masih mengurus kakekmu. Menurutmu, lebih baik kamu diam atau membuka mulut?” kaki prajurit itu gemetaran. Ia berjanji akan tutup mulut asalkan Feroya tidak membunuh keluarganya, “bukan hanya keluargamu. Aku juga tidak akan membunuhmu,”

Kemudian dengan kaki masih setengah tenaga, prajurit tersebut belajan untuk kembali ke istana. Tiba-tiba Feroya menghentikannya dan memberikan sejumlah uang, “di pertigaan sana, ada toko obat. Belilah obat untuk orang tuamu dan berikan pada mereka sebelum kembali ke istana.” Ucapnya sambil membungkuk hormat. Prajurit tersebut menerimanya serta mengucapkan terimakasih walaupun hatinya merasa tak enak bahkan merasa aneh serta janggal, ‘aku harus menghabiskan semua tabunganku di BE karena setelah aku pergi dari tempat ini, aku gak akan pernah kembali lagi. Menghabiskan dengan cara seperti ini juga sangat baik.’ Pikirnya yang tak ingin menyia-nyiakan apa yang ia miliki.

**

Para goblin mulai memberikan informasi kepada penduduk mengenai bintang yang muncul ditengah bulan dan apa artinya. Tentu saja para penduduk bimbang karena ini menyangkut masa depan kehidupan mereka.

Tak hanya penduduk, Zelvio juga didatangi oleh seorang goblin yang tidak tahu jati dirinya. Tentu karena goblin tersebut bukan goblin yang berasal dari hutan karena seluruh goblin hutan sudah mengetahui siapa Zelvio.

“Aku berpikir bintang itu baik tapi bukankah raja juga baik?”

“Raja cukup baik mengatur kehidupan rakyat tapi sebaiknya anda jangan lupa jika raja suka mengambil nyawa para goblin. Mahluk istimewa di BE. Tidak hanya itu, banyak hal negatif yang raja lakukan pada rakyat ini apalagi calon penerusnya merupakan pangeran licik.” Tentu, Zelvio tahu kalau yang dimaksud adalah kakaknya.

“Bagaimana dengan pangeran Zelvio? Bukankah dia cukup baik? Jika kalian diminta memilih bintang itu atau pangeran Zelvio, kalian memilih siapa?”

Goblin tersebut diam. Seluruh penduduk mengetahui kalau Zelvio baik bahkan terkadang membantu mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan, “kami tidak harus memilih. Kami hanya berusaha mengembalikan sesuatu pada tempatnya. Kami yakin, sebagai seorang yang bijak, pangeran Zelvio tahu apa yang seharusnya berdiri sejak lama.”

Setelah memberikan banyak penjelasan, goblin tersebut undur diri dan memintanya untuk berpikir. Dalam pikiran Zelvio, ia tidak tahu, walaupun membenci ayah, kakak, serta ibu tirinya tapi ia tak tega jika harus membuat ayahnya turun tahta bahkan menghilang.

**

Ellnor memberikan sebuah bibit bunga pada Feroya. Ia ingin Feroya menanamnya di pekarangan. Mendapat hadiah seperti itu, bukan hanya senang tapi ia merasa kalau keputusannya untuk menjadi gadis baik adalah benar.

“Ayahku mengatakan kalau bisa saja aku memilih menjadi monster. Jika hal itu terjadi, apa para goblin tetap disisiku?”

“Kenapa menanyakan hal seperti itu?” mata Ellnor menatap bibit-bibit tanaman yang melayang-layang diudara, “kami akan tetap disisimu. Itu takdir kami. Itu tugas kami. Dan menurut takdir, nona tidak akan menjadi monster.”

Seketika, bibit-bibit tersebut tersusun rapi dalam sebuah kotak penyimpanan. Ingatan Feroya kembali ketika ia kecil dan hampir menjadi monster kecil. Namun, karena cinta ibunya, ia tahu jika menjadi baik adalah hal paling menyenangkan.

Tak membahas mengenai pilihannya untuk menjadi baik lagi, ia meminta Ellnor membantunya menanam bibit-bibit tersebut. Ia ingin menanamnya seperti kebanyakan penduduk bukan dengan kelebihan yang dimilikinya.

“Mungkin ini kurang sopan tapi sejak kapan nona mengenal Zelvio?”

Hanya sebuah senyuman kecil yang diberikan Feroya untuk menjawabnya. Ia tahu kalau pertanyaan ini akan dilontarkan oleh salah satu goblin. Tentu, ayahnya pernah mengatakan jika nanti dirinya dekat dengan salah satu penduduk BE maka para goblin akan bertanya banyak hal.

“Jangan banyak bertanya mengenai aku dekat dengan siapa. Aku gak suka ditanya-tanya seperti itu,” ia melirik tajam sehingga Ellnor benar-benar diam, ‘bagaimanapun juga, aku masih menakutkan.’

Tanpa mereka ketahui beberapa tetangga Feroya terkagum-kagum melihat keduanya seperti itu. Mereka beranggapan jika Feroya merupakan darah campuran yang begitu beruntung dalam waktu singkat.

Sayangnya, anggapan mereka berbanding terbalik dengan anggapan Feroya karena menurutnya, ia merupakan gadis yang kurang beruntung sejak lahir karena terus berbohong. Ekspresi wajahnya menjadi sedikit sedih ketika mendapat pendengaran mengenai dirinya dari para tetangga.

‘Ini karena takdir. Karena takdir. Tapi seseorang bisa mengubah takdir jika ia berusaha. Dan aku akan berusaha menolak takdir tersebut.’

Seseorang tak diundang datang. Siapa lagi kalau bukan Zelvio. Ia langsung menyenggol tangan Ellnor sehingga bibit-bibit bunga ditangan Ellnor berjatuhan. Dengan manisnya, ia mengatakan lebih baik dirinya yang menanam bibit tersebut. Tentu Ellnor tak terima, mereka bertengkar kecil.

“Oke. Kalian lakukan itu berdua. Aku akan pergi membeli sesuatu untuk kalian.”

Kesal dengan ucapan Feroya, Zelvio mengacak-acak tanah pekarangan. Biasanya, Feroya akan marah jika sesuatu miliknya dirusak tapi kali ini ia tersenyum dan tetap pergi untuk membeli sesuatu.

‘Untuk pertamakalinya, aku tersenyum ketika ada orang yang bertengkar dan merusak milikku. Mereka lucu, apalagi Zelvio’

Menunggu Feroya kembali kerumah, Zelvio mengajak Ellnor untuk bersaing sehat. Tentu Ellnor menolak. Ia berpikir kalau Zelvio adalah pangeran bodoh. Mengetahui kalau Ellnor tahu identitasnya, ia marah dan meminta Ellnor bertanding pedang padanya.

“Pangeran, sejujurnya, seluruh penduduk tahu kalau anda adalah pangeran kecuali para penduduk daerah pinggiran. Seharusnya anda belajar lebih baik untuk menjadi pemimpin,” Ellnor menasehati tapi Zelvio menganggap kalau hal tersebut adalah ejekan, “berhati-hatilah dengan kakak anda, pangeran,” ia tersenyum kemudian melangkah pergi, “katakan pada Feroya kalau keluargaku menunggunya dirumah.” Tambahnya kemudian pergi begitu saja.

Tentu saja mendengarnya membuat Zelvio emosi. Ia berpikir kalau Feroya sudah mengenal keluarga Ellnor. Sedang Ellnor yang dimaksud keluarga oleh Ellnor adalah para goblin dihutan. Salah paham yang unik.

“Kemana Ellnor? Aku membelikannya ice cream. Ia menyukai ice cream,” tampak kekecewaan di wajah Feroya ketika mendapati tidak ada Ellnor, “kamu, hei, iya kamu,” katanya menatap Zelvio kesal, “kamu mengusir temanku. Argh! Menyebalkan,” ucapnya mengacak rambutnya sendiri, “ini, untukmu,” ia memberikan gula-gula kesukaan Zelvio.

“Kamu tahu aku menyukai ini?”

Feroya menggangguk, ‘bahkan kalau aku mau, aku bisa mencari tahu dimana rumah dan silsilah keluargamu. Tapi, aku gak ingin tahu hal itu sekarang’ ia meminta Zelvio untuk segera menghabiskan gula-gula yang telah ia belikan.

“Jawab dulu, kenapa kamu tahu kalau aku menyukai gula-gula? Apakah kamu juga tahu siapa aku?”

Kesal dengan celoteh Zelvio, ia mengusir Zelvio dari rumahnya.

Di tengah perjalanan menuju penginapan, Zelvio menemukan seorang prajurit yang terlihat mencurigakan. Sangat cepat, ia langsung menyudutkan prajurit tersebut. Tanpa banyak mengancam, Zelvio tahu kalau prajurit tersebut telah menemukan bintang yang dicari kerajaan.

“Ma..., maaf pangeran,” ia mengeluarkan sebuah belati dan berusaha bunuh diri tapi Zelvio berhasil menghentikannya, “pada akhirnya, anda atau pangeran Arnov bahkan raja akan membunuh saya.” Ia berlutut penuh ketakutan mendalam.

“Tidak. Hei, aku berbeda dengan kakak dan ayahku. Dibandingkan bintang itu, aku lebih tertarik dengan bintang dihatiku sendiri. Aku akan bicara pada raja dan mulai hari ini, kamu akan menjadi mata-mataku,” ia tersenyum, “itu bayaranmu agar aku tutup mulut,” kemudian Zelvio menjelaskan kalau tugas pertamanya adalah memastikan kalau Feroya, gadis yang ia sukai tidak memiliki hubungan lebih dengan seseorang bernama Ellnor. Tak lupa, ia meminta agar mendapatkan identitas Ellnor.

Dilain tempat, di pedalaman hutan, para goblin sedang berkumpul dan memikirkan cara menghadapi prajurit kerajaan yang sepertinya akan memburu para goblin besar-besaran. Dilain sisi, mereka khawatir pada Feroya yang dekat dengan Zelvio.

“Karena hanya orang terdekatnya yang bisa melukai,”

Tiba-tiba sekelompok prajurit istana menyerang para goblin. Tentu dengan jumlah goblin yang lebih banyak mengakibatkan para prajurit yang hanya berjumlah belasan kalah mutlak. Mereka menarik mundur penyerangan.


“Kami akan datang dengan jumlah lebih banyak. Serahkan diri kalian untuk raja atau kami akan mengambil paksa nyawa kalian,”

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...