Minggu, 01 Desember 2013

Creative Student



Asidosis loh Ndu yang pH nya tinggi itu.” Viola berusaha membela apa yang menurutnya benar. “Loe geh Ndu yang salah.”

“Nona cantik, Asidosis itu rendah, yang tinggi alkalosis.” Jelas Vandu sambil menunjukkan penjelasan itu di buku Kimianya. “Baru kemaren belajar tentang larutan penyangga. Kan pikunan!” Vandu menjitak pelan kepala Viola.

“Oh iya deng.” Viola tersenyum malu.

Mereka ke kantin sekolah sambil membicarakan ujian kimia yang berlangsung kemarin. Keduanya memang seringkali berbeda pendapat mengenai pelajaran tapi, keduanya pun kadang tidak mau mengalah walaupun tahu itu salah.

“Sekolah kita nggak ada sampah plastik ya Ndu?” Tanya Viona, Vandu hanya tersenyum.

Bagaimana tidak, kantin di larang untuk menjual snack yang bungkusnya dapat mengotori area sekolah bahkan permen pun di larang. OMG! Namun, sampah dedauan cukup banyak karena sekolah mereka memang mengutamakan kebersihan udara di lingkungan sekolah agar siswa nyaman.

“Sampah daun di sekolah kita kalo nggak di bakar, ya di jadiin kompos, itu-itu aja. Parahnya mah kalo di bakar.” Ucap Viola sambil berpikir. “Padahal masih ada cara lain biar asap dari pembakaran itu nggak berkondensasi sama udara bebas.” Dia mulai berpikir panjang lagi, tahun lalu, Viola dan kelasnyalah yang mengusulkan untuk memisahkan sampah organik dengan non-organik. Tentu saja ide itu di sambut hangat walaupun 90 persen sampah di sekolah ini adalah sampah organik.

Kali ini, berbeda dengan ide sebelumnya. Dalam otak Viola ada sebuah ide dimana sampah-sampah itu tidak saja menguntungkan sekolah mereka tapi, bisa menguntungka sebuah perkebunan yang terletak tidak jauh dari mereka. Hal ini juga bisa menguntungkan masyarakat banyak dimana udara bersih tidak makin kotor tiap harinya.

“Nah, gue mau usul dah sama kepsek kita. Ya semua di mulai dari sekolah kan Ndu?” Viola memandang Vandu dan cowok yang tidak lain adalah sahabat Viola itu sangat senang dengan pemikiran Viola. “Ndu, kok senyum-senyum aja sih?”

“Karena loe cantik.” Ucap Vandu. “Nggak deng, karena gue ngerasa aneh sama loe. Kadang loe itu terkesan cuek, kadang peduli banget sama lingkungan.” Dia tertawa kecil dan Viola hanya menarik nafas pendek lalu menghembuskannya perlahan.

**

Teknologi pembakaran, cukup efisien untuk sampah kering, untuk sampah basah akan menghasilkan asap tebal dan waktu pembakaran yang lama, sehingga menimbulkan cemaran asap yang cukup mengganggu kesehatan. Dan masih banyak cara lain untuk mengolah sampah yang kadang mencemari udara bebas.

Namun, Viola memiliki ide lain dari sebelumnya. Dia ingin sekolahnya memiliki siswa-siswi yang kreatif. Walaupun ide itu bukan hasil penemuan siswa tapi, setidaknya itu adalah ide siswa untuk mencoba penemuan itu.

“Emang mau di gimanaan Vi?” Tanya teman-teman sekelas Viola. “Kan biasanya di jadiin kompos doang, atau kerajinan pake daun kering de el el.”

“Pernah denger asap cair nggak?” Tanya Viola, teman-temannya mengangguk. “Kita coba aja ngajak seisi sekolah kita buat ngolah sampah jadi asap cair. Nah kegunaannya banyak kan asap cair itu?”

Sekelas hening, mereka tahu tentang asap cair dan bagaimana pengolahannya tapi, mereka tidak pernah berpikir untuk mencobanya di sekolah. Dan kali ini, mereka terkejut dengan ajakan Viola.

“Gue ikut Vi.” Vandu menganggkat tangannya dan Viola masih berdiri di depan kelas. “Kelas kita kan harus jadi kelas paling kompak untuk tahun ini, kelas paling the best untuk segala hal.”

“Gue ikut.” Kata beberapa siswa yang lain. “Demi kelas kita, okelah.” Sambung beberapa siswa yang biasanya cuek.

Viola dan anak-anak sekelasnya mendiskusikan ide mereka beberapa minggu. Mereka mencari info-info dari internet dan beberapa orang yang mereka wawancarai. Ini membuahkan hasil dan mereka beniat untuk mengajukan proposal ke kepala sekolah.

“Viola pinter, Viola cantik.” Vandu mengusap kepala Viola saat seisi kelas sedang berdiskusi di rumah Vandu. “Kalo proposal kan untuk para pejabat sekolah, kalo ini buat kita.” Vandu menunjukkan hasil kerja mereka selama sebulan ini yang di rangkum dalam beberapa puluh lembar kertas dan di jilid rapi.

“Vandu pinter tapi nggak cakep.” Viola tertawa kecil dan di ikuti teman-teman yang lain.

Viola tidak tahu apakah usul dari kelasnya itu akan di terima tapi, dia mencoba meyakinkan diri. Dia yakin untuk dana, sekolah pasti memilikinya tapi, untuk kepercayaan, dia belum yakin untuk hal itu.

“Walaupun nggak di respon tapi, seenggaknya kita bisa berlajar bareng tentang ya… semua ini.” Teman Viola tersenyum dan memeluk Viola. “Loe memang cantik Vi, lebih cantik dari gue, pantes Vandu lengket terus.”

“Kenapa sih kayaknya pada bilang kayak gitu? Kan gue sama Vandu cuma sahabat, aneh dah.”

**

“Seirus ini Pak? Nggak becanda kan?” Tanya Vandu tidak percaya ketika dia di panggil di kantor kepala sekolah. “Saya nggak mimpi kan Pak?”

“Jika kelas kalian bisa mempertanggungjawabkannya, kenapa tidak?” Ucap kepala sekolah. “Bagaimana pun sekolah sangat mendukung hal-hal kreatif dari siswa seperti kalian.”

“Terimakasih Pak.”

“Tapi satu hal yang perlu di ingat, kalian harus bisa mempertanggung jawabkannya.”

**

Alat dan bahan-bahan yang di perlukan selain sampah sudah di sediakan dari sekolah. Itu semua berkat kerja keras kelas mereka terutama untuk kekompakan.

Mereka mengajak kelas-kelas lain untuk berkerja sama dan respon positif pun membuat mereka senang. Penjelasan mengenai hal ini di jelaskan dalam pertemuan satu hari di aula sekolah dan tentu, respon positif pun berdatangan.

“Hari pertama. Huh,” Viola menarik nafas karena ini hari pertama dari awal di mulainya pengolahan sampah yang baru di sekolah mereka. Dan, harapan Viola, semua ini berhasil dengan sukses.

Di luar jam belajar, siswa-siswi memisahkan sampah organik dari benda-benda yang non-organik lalu mengecilkan ukuran agar proses pirolisis semakin cepat. Kerjasama yang baik membuahkan hasil yang luar biasa.

Setelah pemisahan dan pengecilan selesai, mereka melakukan tahap selanjutnya yaitu pemasukan sampah organik ke dalam reaktor pirolisis.

”Harus di tutup dan suhunya 300 derajat.” Kata Viola.

”400-600 oC nona pikunan.” Vandu menjitak kepala Viola pelan.

Proses tersebut menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padat, gas dan cairan. Komposisi cairan di dalam proses pirolisis tersebut adalah asap cair.

Proses berjalan dalam reaktor pirolisis selama 5 jam dan di tutup rapat. Reaktor kemudian di panaskan selama 5 jam.  Banyak siswa yang menginap di sekolah selama menunggu hasil kerja keras mereka . Destilat yang keluar dari reaktor ditampung dalam dua wadah. Wadah pertama untuk menampung fraksi berat, sedangkan wadah kedua untuk menampung fraksi ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan tungku pendingin yang dilengkapi pipa berbentuk spiral, hasilnya dalam bentuk cairan dan sisa gas metan yang kemudian dibakar. Sementara arang yang dihasilkan dapat di proses untuk briket, atau arang aktif.

Selama proses inilah banyak siswa yang menginap di sekolah. Mereka tidak sabar menunggu hasil kerja keras yang bercucuran keringat akan jadi seperti apa.

“Kelas kita memang kompak bisa ngajak kelas lain ikut gabung.” Ucap seorang siswi pada Viola. “Kelas yang bener-bener gue sayang.”

“Salah, selain sayang, gue cinta mati sama ini kelas.”

Hasil dari proses yang panjang itu benar-benar membuahkan hasil yang positif dan semua siswa bersorak karena mereka berhasil. Ini benar-benar membanggakan.

“Apa kelas kalian memang menginginkan pernghargaan itu lagi?” Tanya Wakasek alias wakil kepala sekolah.

“Ya begitulah.”

Setelah mereke berhasil, mereka ingin bekerjasama dengan perkebunan karet yang jaraknya tidak begitu jauh dari mereka.

Mereka berbicara kepada beberapa petani karet tentang hal ini dan sambutan hangat pun datang. Setelah itu, siswa-siswi ini berbicara kepada para pemilik perkebunan itu dan lagi-lagi sambuta hangat terjadi. Tentu saja, kedua belah pihak ingin bekerjasama dan itu akan sangat menguntungkan.

“Gue mau nanya Vi, kenapa lo juga nawarin ke perkebunan karet?” Tanya Vandu. “Ya memang penggunaan asap cair untuk proses penggumpalan lateks bisa ngebantu dalam proses pembuatan karet yang bermutu tinggi. Tapi, pasti loe ada alesan lain?” tanyanya lagi ketika mereka masih berjalan-jalan di sekitar kebun karet.

“Gini ya Ndu, kalo semua sampah organic khususnya nih di satu kota aja di manfaatin untuk banyak hal, salah satunya ini, kan gue juga untung.” Jelas Viola, Vandu masih bingung. “Nih, kalau pembakaran asap kan asapnya bisa berkondensasi sama udara bebas tapi, kalau di jadiin kayak gini kan nggak Ndu. Nah, masyarakat untung karena bisa ngirup udara seger, perkebunan bisa untung dan gue juga untung dong soalnya nggak banyak polusi.”

“Pinter.” Vandu mengusap kepala Viola lembut lalu mencium keningnya dan Viola langsung tersipu malu.

TAMAT




*)
Pirolisis adalah pembakaran tertutup pada suhu tinggi
Asidosis :  proses pengangkutan CO2 terganggu sehingga kadar asam karbonat dan bikarbonat dalam darah naik.
Alkalosis : suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa, sedikit mengandung asam dan menyebabkan pH darah meningkat.




Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...