Senin, 30 November 2015

Mike - Cerpen oleh Aula Nurul M

Mike
(Cerpen oleh Aula Nurul M)

Aku hanya ingin semuanya nggak ada yang berubah. Aku hanya ingin segala sesuatu sama dengan sebelumnya. Aku hanya ingin ketenanganku nggak terusik sedikit pun. Namun, tenang bukan berarti nggak ada masalah karena jutaan masalah mulai datang padaku.
“Jika kamu melakukan kesalahan, aku nggak menjamin nyawamu akan berharga di tempat ini,” Mike memandangku dengan sejuta perang, “apa yang ada pada otakmu itu sebaiknya kamu buang jauh-jauh,”
Tanganku mulai sedikit gemetar. Aku menahan segala takut yang ada. “apa pun yang terjadi, aku nggak akan pernah berlari padamu. Aku nggak akan pernah berdiri di jalan yang telah kamu buat,”
“Aku anggap ini sebagai pilihanmu,” kemudian Mike menghilang dari pandanganku dalam beberapa detik.
**
Sel-sel di dalam tubuhku mulai terasa berantakan. Ada sesuatu yang berubah demikian drastis pada tubuhku. Bukan hanya sakit yang terasa namun lebih dari itu.
“Seharusnya kamu menerima tawaran Mike, itu akan menguntungkanmu,” seorang berpakaian serba putih bicara empat mata denganku di sebuah ruangan yang mengerikan, “kini, kamu nggak bisa berbuat apapun lagi,”
“Mengapa kalian nggak membunuhku saja? Hah! Mengapa?”
“Apakah kamu begitu bodoh?”
**
Tiga titik di pergelangan tanganku sudah benar-benar ada. Jika tiga titik ini hilang maka nyawaku pun akan hilang. Entahlah pilihanku ini salah atau benar-benar salah yang jelas, aku tetap nggak ingin berlari pada Mike demi menyelamatkan nyawaku.
Jika aku tetap diam di tempat ini dan nggak memberikan data pada mereka maka, tiga titik ini akan hilang perlahan. Aku benar-benar nggak habis pikir mengapa selalu ada orang-orang yang di posisikan seperti diriku ini. Menurutku, itu sudah melanggar hak kehidupan.
“Rea, ngapain kamu bengong disini?” Kevin bertanya padaku, aku diam, “Rea?”
“Aku hanya sedang memikirkan seseorang,” jawabku sekenanya.
Aku nggak bisa mengatakan pada Kevin kalau kedatanganku untuk menghancurkan keluarganya. Aku juga nggak bisa megatakan kalau aku bukan manusia. Jika aku mengatakannya, aku yakin kepalanya akan sakit sekali.
“Oh ya, ibuku membuat makanan untukmu. Ayo,”
Entahlah, agak membingungkan tapi aku menyukai kehidupan para manusia. Mereka memiliki sesuatu yang benar-benar nggak pernah kutemui.
“Bagaimana, apakah makanan itu cukup baik?” tanya Ibunya Kevin, “apakah kamu menyukainya?”
“Ya, tentu,”
**
Hilang, sisa dua titik lagi karena aku nggak pernah memberikan sedikit pun informasi mengenai keluarga ini atau pun tentang manusia-manusia lainnya.
Aku nggak ingin mereka memanfaatkanku untuk menghancurkan kehidupan manusia.
“Rea,” tiba-tiba Mike muncul di depan mataku, “sudah beberapa bulan kita nggak bertemu. Terakhir kali aku bertemu denganmu ketika kamu menolak untuk disisiku,”
“Apakah kamu ingin aku menyesal?”
“Pikiranku bicara lain,”
Aku memandangnya penuh tanya kemudian kakiku melangkah menjauh darinya. Aku nggak ingin melihat wajahnya lagi.
Bagiku, Mike nggak jahat. Ia baik. Ia dapat berbincang denganku secara baik. Namun, peraturan tetap peraturan. Aku ditakdirkan sebagai mata-mata. Jika aku ingin menghentikan takdirku, jalan satu-satunya aku harus di sisi Mike.
**
Kevin mengajakku jalan-jalan berkeliling kota. Ia mengatakan ada baiknya sesekali mengamati keadaan kota.
“Selama beberapa bulan ini kupikir kita berteman dengan baik, bukankah begitu?” wajah Kevin terlihat senang ketika ia berbicara padaku sekarang, “kupikir, akan lebih baik jika kita bukan sekedar berteman,”
“Aku mengerti ucapanmu tapi, apakah kamu tahu siapa aku?” tanyaku, ia tersenyum kecil, “aku hanya nggak ingin kamu terluka,”
“Bukankah cinta itu butuh sebuah pengorbanan?”
“Tentu tapi bukan dengan kehidupanmu. Apa yang kamu ketahui tentangku, nggak seperti apa yang kamu ketahui,”
**
Titik itu tersisa satu dan mulai memudar. Aku ketakutan tapi aku nggak bisa berbuat apa pun.
“Rea,” Mike memegang tanganku, “sebentar lagi hilang,” ucapnya kemudian ia menunjukkan pergelangan tangannya yang memiliki titik dengan jumlah yang sama denganku, “aku berkorban untukmu. Aku melompat ke jurang yang cukup dalam,”
“Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu bodoh?”
“Kamu tahu, kupikir dulu kamu berteman denganku agar suatu hari nanti aku bisa merubah takdirmu,” jelasnya perlahan, “namun setelah penolakan itu, aku menyadari kamu berbeda,” lanjutnya, “dan kini, aku hanya ingin mencoba berkorban untukmu,”
Aku benar-benar yakin kalau Mike sudah melakukan hal terbodoh dalam hidupnya. Jika sudah seperti ini, ia nggak bisa kembali lagi. Ia harus meneruskan atau ia berhenti, itu saja.
“Kamu mencintai Kevin?” tanyanya, aku nggak menjawab, “kupikir kamu mencintainya karena sikapmu menunjukkan kalau kamu melindunginya,”
“Disini, manusia melindungi bukan sekedar karena cinta. Mereka melakukannya ada peduli sesama manusia. Hal itu berbeda dengan kehidupan kita,” jelasku, “sebentar lagi aku mati dan kamu pun begitu. Apakah kamu bodoh?”
Mike menggenggam tanganku erat kemudian memelukku, “hanya ada satu hal yang bisa membuat kita selamat,” jelasnya, aku menggeleng. Benar, ada satu hal tapi itu terlalu menakutkan, “menjadi pemberontak itu nggak terlalu menyeramkan,”
“Kita akan mati jika gagal,”
“Dan kita akan mati jika nggak mencobanya,” jelasnya, “kita hanya perlu mencoba,” kemudian aku tersenyum ringan. Aku benar-benar yakin kalau hatiku nggak salah telah menuliskan namanya sejak ribuan tahun lalu. Aku hanya mencintainya dan nggak pernah berubah. Penolakanku hanya sebuah pengakuan kalau aku nggak pernah memanfaatkannya, “apakah kamu ingin mencobanya?”
“Kita harus mencobanya bersama-sama,”

TAMAT



Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...