Kamis, 31 Januari 2013

Asi Pada Balita (Essay)


Asi pada Balita
Sejak SD kita telah diperkenalkan mengenai pengetahuan yang berhubungan dengan nilai gizi yang berperan penting dalam kehidupan. Balita yang hidup tanpa gizi terpenuhi maka perkembangannya akan berkurang.

Semenjak berkembangnya globalisasi di Indonesia, ibu-ibu khususnya yang memiliki balita seakan menutup mata. Mereka lebih menyukai hal yang instan dengan memberi bayi mereka susu pengganti asi yang padahal sangat merugikan balita itu sendiri. Bagaimanapun, asi lebih baik dari semua susu formula yang ada.

Dalam pemahaman gizi yang sudah diketahui semua ibu-ibu mengungkapkan bahwa mereka tahu namun tidak ingin tahu. Hal ini terlihat dari persentase ibu yang memberikan asi eksklusif  pada bayinya hanya sekitar 14% ibu di tanah air. Menyedihkan sekali bukan?

Direktur Bina Gizi Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes) Ina Hernawati menjelaskan, fenomena semacam itu akan berimbas buruk bagi kesehatan balita. Ia merujuk pada penelitian di Ghana, yang menunjukkan bahwa 16% kematian bayi baru lahir bisa dicegah bila bayi disusui pada hari pertama kelahiran.

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Ina menyebutkan, sejatinya kelompok masyarakat yang paling rentan terancam penyakit dan kekurangan gizi adalah ibu hamil, bayi, remaja, dan usia lanjut. Depkes mencatat, dari 10 ibu hamil di Indonesia, kira-kira ada empat ibu yang menderita anemia zat besi, dan dua ibu yang kekurangan gizi. Sementara itu, pada balita, dari 10 balita, sekitar dua sampai tiga balita menderita kekurangan gizi.

Para ibu sekarang ini lebih mementingkan apa yang membuat balita senang dan bahkan ada ibu yang memberikan snack tidak sehat pada bayi mereka. Bukankah hal itu sangat tidak baik? Apakah mereka tidak berpikir tentang akibat yang timbul nantinya?

Itulah sebabnya banyak bayi dan balita yang kekurangan gizi. Bukan karena mereka kekurangan padangan tapi karena mereka kekurangan asupan asi eksklusif. Harusnya bangsa ini menangis. Bagaimana bisa bayi yang akan tumbuh dewasa dan menjadi penerus bangsa ini kekurangan gizi? Apa jadinya bangsa ini?

Harusnya kita melihat negara kita yang kaya ini. Para ibu bisa menjaga asi dengan banyak memakan sayuran. Perlu kita ingat lagi, Indonesia kaya akan tumbuhan sayuran. Kita harus bersama-sama menjaga generasi penerus bangsa,

Jika melihat negara afrika yang kebanyakan kekurangan gizi, harusnya kita menangis. Balita-balita itu kekurangan asi bukan karena sang ibu tidak mau memberi tapi karena kekurangan pangan. Jadi, bersyukurlah ibu-ibu di Indonesia ini.

ASI, selain mengandung gizi yang cukup lengkap, mengandung imun untuk kekebalan tubuh bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi pun rawan diare. Kandungan gizinya pun tidak sama dengan kandungan gizi pada ASI. Jadil, bagaimana pun asi tetap terbaik dari segala susu formula yang ada.
Nama: Aula Nurul Ma’rifah

Siswi SMAN 13 BandarLampung

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...