Selasa, 12 April 2016

Membangun Jiwa Bangsa di Era Modern Melalui Revolusi Mental

Membangun Jiwa Bangsa Di Era Modern
Melalui Revolusi Mental
Esai Oleh Aula Nurul Ma’rifah
Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam / Ekonomi Syari’ah / VI


Mungkin masih teringat disebagian besar benak masyarakat Indonesia mengenai gagasan revolusi mental yang pertamakali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Beliaulah yang pertamakali melontarkan mengenai Revolusi Mental. Lalu, bagaimana revolusi nasional pada saat itu? Soekarno melihat revolusi nasional di Indonesia saat itu sedang mandek padahal tujuan revolusi adalah untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai.

Revolusi di jaman kemerdekaan merupakan sebuah perjuangan yang keras. Tak hanya perjuangan fisik akan perang melawan penjajah dan sekutunya guna untuk mempertahankan NKRI namun juga perjuangan untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik. Kini, sudah puluhan tahun berlalu. Bangsa ini sudah merdeka. Namun, kembali lagi, apakah perjuangan itu sudah selesai? Belum. Sesungguhnya perjuangan itu belum dan tak akan pernah berakhir. Kita semua, seluruh lapisan masyarakat masih harus melakukan revolusi namun dalam arti yang berbeda.

Jika saat masa penjajahan revolusi dilakukan dengan mengangkat senjata, tapi sekarang revolusi dilakukan guna membangun jiwa bangsa yang lebih baik agar Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat jauh lebih baik dan lebih baik lagi dari masa lalu dan masa sekarang.

Kita lihat apa yang digagaskan oleh Presiden Pertama kita dalam Revolusi mental adalah bahwa :

Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong

Revolusi Mentak adalah suatu gerakan untuk menggambleng manusia Indonesia menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala

Terlihat jelas bahwa apa yang telah digagaskan sangat baik. Dan jika kita lihat, hal ini sangat baik untuk Indonesia di jaman yang sudah modern dengan cara membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan prilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tidak melupakan identitas bangsa Indonesia sendiri. Tentu, dalam hal ini revolusi mental adalah hal yang baik bahkan sangat positif.

Lalu, mengapa harus revolusi mental? Karena membangun suatu negara tidak hanya sekedar membangun fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa atau dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara adalah membangun jiwa bangsa itu sendiri. Seperti itulah yang dipikirkan oleh Soekarno.

Beberapa belakangan terakhir, Presiden Indonesia yang sekarang, Joko Widodo kembali menggaungkan gerakan revolusi mental. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa meredeka, jiwa kebebesan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Joko Widodo atau yang akrab dikenal Jokowi sebagai suatu positivisme.

Apa yang telah dicanakankan oleh Presiden Pertama Indonesia kini dicanangkan kembali oleh Jokowi. Gerakan revolusi mental ini semakin relevan bagi Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga masalah pokok bangsa yaitu merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.

Kembali mengingat apa yang telah digagaskan oleh Soekarno bahwa praktek dalam revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong adalah sesuatu yang pantas dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk masyarakat Indonesia baik dimasa lalu, sekarang, atau pun mendatang karena tentunya akan membawa bangsa Indonesia lebih baik lagi jika revolusi mental benar-benar melekat pada jiwa bangsa penduduk Indonesia.

Namun, apakah gerakan revolusi yang kini kembali digembar-gemborkan akan sesuai dengan apa yang dicanangkan? Siapa yang harus bertanggung jawab untuk melakukan gerakan ini? Apakah hanya pemerintah? Atau hanya sebagian kalangan saja? Tentu tidak.

Untuk menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong bukan hanya kewajiban pemerintah atau sebagian kalangan saja namun oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini karena revolusi mental  akan terwujud dan berhasil akan terlihat dari jiwa bangsa itu sendiri sehingga seluruh lapisan masyarakat menjadi manusia yang baru, manusia yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala.
Esai Oleh Aula Nurul Ma’rifah

http://nasional.kompas.com/read/2014/10/17/22373441/Jokowi.dan.Arti.Revolusi.Mental

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...