Sabtu, 10 Mei 2014

2014

CERPEN

“Jadi  gue  harus  apa?  Ngelempar  dia  ke  dasar  matahari  atau masukin racun tikus ke makanannya?” ucap Karta ketus, “dih gue mah amit-amit,”

Jesika hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan temannya. Baginya, Karla terlalu berlebihan untuk mengungkapkan sakit hatinya.

Kaki Jesika berayun-ayun sambil menyenggol kaki Karla dengan sengaja. Mereka duduk di pinggir kolam renang yang belum terisi air, “diem sih, buat tambah bete aja,”

“Yah Karla-Karla, buat apa sih Kentaro di pikirin,” ia memandang Karla sejenak, “Ken itu baik cuma….. ya cuma dia ngelakuin satu kesalahan terbesar,”

“Baik? Satu? Huaaaa!” Karla mengamuk seperti anak kecil kehilangan balon.

**

Koridor sepi. Tidak ada siapapun yang berlalu lalang seperti biasanya.

‘tumben sepi, apa gue dateng terlalu pagi?’

Karla jatuh tersungkur setelah seseorang dengan tidak sengaja mendorongnya. Dengan refleks, Karla bangkit dan hampir memarahi orang yang mendorongnya.

“Maaf,”

Bibir Karta tertutup rapat, benar-benar rapat dan tidak ada sepatah katapun yang keluar. Matanya terbelalak dengan apa yang di lihatnya.

‘Apakah aku bermimpi? Atau aku sedang terjatuh dari atas tebing dan mati-lagi-mati’

Karla mencubit pipinya lembut. Sekali lagi, lembut. Dan, sekali lagi lebih keras sampai sangat keras. ‘Aku tidak bermimpi, ini nyata. Semuanya benar-benar kacau’

Di pandangnya ke sekitar koridor, sepi, hanya ada dia dan siswa itu.

“Kamu masih ingat sama Aku?” Tanya siswa yang memakai seragam berbeda dengan ketentuan sekolah, “Aku pindah kesini demi kamu, aku mau kita kembali, seperti dulu,”

Kepala Karla mendadak sakit mencapai titik paling tinggi. Apa yang dilihatnya benar-benar seperti mimpi. Lebih tepatnya mimpi terburuk yang pernah dialami.

“Hei Karla,” siswa itu mencubit pipi Karla lembut, “Aku Noran, apakah kamu lupa sama Aku?”

Noran mendekat pada Karla. Ia melangkah lagi, lebih dekat. Karla mundur tiga langkah, Noran melangkah lagi sampai akhirnya Karla tidak bisa menghindarinya. ‘Tuhan, apakah tidak bisa membuatku tenang hari ini? Aku terlalu pusing dengan Ken dan sekang, mengapa Kau datangkan Noran di saat yang tidak tepat?’

Senyum Noran merasuki mata Karla. Lebih dalam dan makin dalam tanpa berkedip.

Oke!” Karla bicara, ia mendorong tubuh Noran menjauh darinya, “gue inget siapa lo tapi, maaf gue buru-buru dan selamat datang di sekolah gue. Semoga Anda nyaman, tuan Noran!”

Karla berbalik badan, melangkah meninggalkan Noran, “tunggu!” Noran menarik tangannya, mendekapnya erat, dan tentu saja, sangat lembut, penuh cinta, “Aku bersungguh-sungguh, aku menyesali semua yang kulakukan,”

Ucapan Noran tidak di hiraukan oleh Karla. Apapun yang terjadi, Karla ingin cepat ke kelas atau ia akan pingsan dengan semua yang terjadi belakangan ini.

“Pagi sayang,” sapa Ken dengan senyum cerahnya seperti tidak memiliki dosa pada Karla, “kamu cemberut kenapa sayang?”

“Kamu? Maaf ya kita udah putus jadi, siapa yang lo panggil ‘sayang’ itu tuan Kentaro?” ucapan Karla begitu datar tanpa tinggi atau rendah, itu menunjukkan kalau dirinya sedang marah, “maaf, gue mau duduk,”

Ia melempar tasnya ke meja, duduk dengan tidak teratur dan terus mengacak-acak rambutnya. Seisi kelas langsung memandanginya tapi, Karla tidak peduli.


**
“Karla, ada apa denganmu?” Mama bertanya padanya, “Karla...”


“Dua mahluk neptunus itu benar-benar mengacaukan pikiran............. >> lanjutan ceritanya belum gue pikirkan gimana wkwk ^^

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...