Rabu, 19 September 2012

Mengejar Tuhan (NOVEL)


Ini cuplikan novel yang gue tulis dari halaman 36 dimana dalam novel ini gue harus dan kudu mempelajari tentang apa itu medulloblastomas, apa itu seizure, metastasis, linier, bla bla bla panjang labar paleng gue tapi, alhasil hasilnya gue suka. Walaupun baru gue tawarin ke penerbit beberapa bulan lalu, di terima atau nggak nya bagi gue itu hal yang nanti-nanti saja toh seenggaknya hati gue udah puas dengan menyelesaikan novel ini ^_^ sipoke, mudah-mudahan terbit. Amin

”Waw! Yur! Loe liat koran sekolah hari ini kan?! Ayolah jangan bilang loe belum liat.” Stevani mengobrak-abrik meja Yuri.

”Apaan?” Tanya Yuri tanpa semangat, kepanya sedikit terasa sakit.

Stevani, cewek yang berambut lurus dan berkulit kuning langsat itu mengambil bangku dan di dekatkan pada Yuri. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMU.

”Ada puisi cinta buat loe. Ayolah.” Stevani memberikan koran sekolah pagi itu.

Bibir Yuri yang tadinya jatuh ketanah langsung mengembang dan kembali ke arah langit. Dia melihat ada sebuah tulisan dari Dion untuk dirinya. Tanpa banyak bicara, Yuri membaca puisi itu dan dia benar-benar tersenyum.

’Bagaimana bisa? Dion tidak seberapa pandai merangkai kata-kat dan tulisannya ini sedikit kacau. Bagaimana bisa para pengurus koran sekolah membiarkan tulisan ini di pajang? Biasanya mereka akan menolak tulisan yang sengaja di tujukan untuk seseorang. Apa Dion memohon pada mereka? Mungkin, mereka sangat sulit di ajak kompromi’ Pikir Yuri dalam otak di dadanya.

Untukmu cinta
Aku tidak tahu kapan mengenalmu
Aku lupa cinta,

Kau datang seperti angin malam
Hadirmu membuat dadaku tidak beraturan
Kau bukan bintang atau matahari bagiku
Kau seperti malaikatku, bidadariku cinta

Lukisan hatimu tidak tertebak olehku
Kau begitu misterius
Tapi cinta,
Aku menyukaimu sejak itu

Ketenangan jiwamu cinta,
Surgamu di sisiku cinta,
Aku mencintaimu dan selamanya kau milikku

Hanya aku,
Hanya kamu,
Hanya kita,
Cinta,
Untuk yang tersayang, Yuri Santika, kekasihku

”Seorang Dion nulis puisi? Oh anugrah dari Tuhan yang terbesar kayaknya.” Stevani masih memandangi koran sekolah itu. ”Yuri, lo nggak kesambet kan?” Tanyanya ketika Yuri menatap kosong koran sekolah itu.

”Gue bingung mau bilang apa. Jujur, puisinya berantakan.”

“Memang, gua akuin sedikit berantakan tapi, ini seorang Dion yang nulis. Rasanya mau kiamat kali. Itu anak kan paling nggak suka nulis puisi, pelajaran bahasa Indonesia aja dia bosen.”

Stevani mengenal Dion, seisi sekolah pun mengenal cowok yang setia pada kekasihnya itu. Menurut Stevani, perlu keberanian besar untuk Dion memajang tulisan itu.

Dion yang di kenal disekolah sebagai pacar yang setia. Seorang cowok yang dikenal ahli dalam bidang biologi dan cukup di kenal juga sebagai cowok yang tampan. Tapi, orang akan memberi tanda tanya besar tentang tulisannya.

Menurut Yuri, tulisan itu berantakan bahkan tidak cocok masuk di koran sekolah. Puisi itu menjadi perbincangan seisi sekolah sampai Yuri malu di buatnya. Namun, Yuri masih bisa tenang karena dia tahu Dion melakukan ini dengan keberanian yang besar.

”Anak nakal.” Dion menjitak kepala Yuri pelan. ”Bukannya bilang terimakasih pada sang kekasih malah majang muka asem.”

”Bagaimana caranya?” Tanya Yuri, ”Apa kamu memohon pada mereka? Sayang, tulisan kamu berantakan dan itu tulisan terburuk dalam koran sekolah.” Ucap Yuri, Dion tertunduk mendengar kata-kata itu dari bibir sang kekasih. ”Tapi itu puisi terbaik yang ada di hati aku sayang,”

”Benarkah itu?” Wajah Dion yang padam tiba-tiba cerah seperti pelangi di pagi buta. ”Aku tahu kamu menyukainya Tapi, apa kamu tahu sesuatu di balik itu?”

”Tentu, kamu menyayangiku bukan?” Yuri berbicara pada Dion sambil membaca novel yang baru saja di belinya di toko buku. ”Apa itu bener? Hayo, ngaku, kamu cinta mati ya sama aku?”

Dion belum menjawab pertanyaan Yuri. Dia mengajak Yuri untuk ke ruang seni di sekolah. Cowok itu mengajak Yuri ke tempat yang tenang dan disana, mereka bicara.

Dalam pikiran Dion, ada makna yang ingin dia sampaikan dari puisi itu. Ada sesuatu yang ingin dia katakan melalui tulisan itu tapi, mungkin orang tidak bisa menebaknya termasuk Yuri.

Sejenak Dion mengambil satu dari pemikirannya untuk menjelaskan. Dia mencari ribuan kata yang berbaris di otak untuk dia eliminasi. Dia harap, Yuri bisa mengerti apa yang dia katakan nanti.

”Ini kain tapis kan sayang?” Tanya Yuri ketika dia memegang satu dari sekian kain yang ada di ruang seni itu. ”Ada berbagai kain disini tapi, aku jadi ingat kalau aku orang Lampung. Sayang sekali, aku tidak bisa berbahasa Lampung.”

”Kamu bisa belajar.” Dion ikut memegang kain tapis itu. ”Kain ini bermotif belah ketupat, pasti sangat sulit untuk menjadikannya kain seindah ini.”

Kain yang berasal dari Lampung itu memang unik. Perlu kesabaran penuh untuk membuatnya seindah itu seperti keindahan memiliki hati Yuri.

Gadis itu tidak pernah merasa terusik sedikitpun jika di samping Dion. Dia tidak tahu mengapa tapi anak laki-laki kecil itu sejak dulu telah memikat hatinya dan sekarang dia menjadi seorang cowok yang tampan. Cinta Yuri mungkin sudah di penjara oleh Dion, gadis itu tidak bisa lari dari cowok yang memenjarakan hatinya.

”Hidup kamu serumit motif ini kan sayang?” tanyanya, aku membisu.

***
 Perlu ketelitian dan kesabaran untuk menyelesaikan kain itu. Kain itu hanya hanya menggunakan satu motif, belah ketupat tapi ketika membuatnya, serasa ada seribu motif yang di hidangkan.

”Seperti kamu, perlu kesabaran untuk terus menjagamu.” Dion duduk di bangku yang ada di ruang seni. ”Tapi, kesabaran itu akan membuahkan hasil yang indah.”

”Kamu kan janji sama aku dan Papaku kalau akan menjagaku.”

”Ketenangan jiwamu, aku tahu itu tapi ada sesuatu di balik ketenangan itu.” Dion menyuruh Yuri duduk di hadapannya, mereka berbicara seakan ada diskusi kelompok. ”Aku bisa menjaga hatimu pada cinta kita tapi, nggak untuk cinta yang lain sayang,”

Yuri diam tanpa kata, dia berpikir sejenak untuk mencerna kata-kata kekasihnya itu. Ada sesuatu yang ingin kekasihnya sampaikan, pasti.

Dion tidak akan memandang Yuri sampai Yuri merasa pori-porinya terbuka semua. Cowok itu memasuki nadi-nadi darahnya dan membuat takut mendadak. Ada sesuatu. Ya, ada sesuatu di balik itu semua.

”Kamu nggak mau bicara sayang?” Tanya Dion melihat kebisuan Yuri. ”Aku tahu, sebenarnya ada suatu jawaban yang melintas di pikiranmu.” Dia memegang tangan Yuri dan berlutut di depan gadis itu. ”Ayolah sayang, ada cinta yang kamu sembunyikan dariku. Aku tahu itu.”

”Aku nggak pernah mencintai orang lain selain kamu. Kamu tahu itu harusnya,” Yuri menunduk menatap Dion yang berlutut padanya.

”Bukan itu sayang, aku tahu pikiranmu ada pada cinta yang lain, cinta Mama kamu.” Kata-kata itu tidak Dion lanjutkan, dia melihat begitu banyak tanya pada mata Yuri dan dia mengambil jeda untuk membuat kekasihnya mengerti. ”Kamu bisa menebaknya?”

Mereka saling memandang. Cowok itu masih berlutut di hadapan Yuri dan menggenggam tangannya lembut. Dia berusaha membuat Yuri bicara tentang ini walaupun dia tahu apa yang akan keluar dari bibir kekasihnya itu.

Semua cinta sama, semua cinta ada kasih sayang dan ada duka. Cinta Dion membawa kasih sayang tapi cinta ibu bagi Yuri membawa bencana. Wanita yang di panggil ’Mama’ sejak kecil itu tidak pernah mencintainya. Sama sekali tidak pernah!

”Aku tahu, seperti tahun sebelumnya, ini pernah terjadi.” Kepala Yuri menggeleng dengan rona wajah pucat. ”Kamu akan memintaku mencari hadiah ulang tahun Mama, lalu aku memberikannya dengan ikhlas tapi, sepeti biasanya Mama akan mencium pipiku di hadapan para tamu undangan.” Wajahnya semakin kesal tapi juga sedih mengingat itu. ”Dan setelah acara selesai, Mama memintaku berbicara lalu hadiah dariku dia lemparkan tepat di wajahku.” Air mata Yuri menetes satu persatu.

”Ulang tahun Mamamu beberapa hari lagi. Aku tahu kamu ada di antara benci dan sayang padanya.” Dion mengambil sapu tangan di saku celananya, dia perlahan menghapus air mata Yuri. ”Dulu aku memintamu hadir pada pesta itu tapi, kali ini nggak sayang. Aku nggak akan membiarkan kamu menangis di hari bahagia Mama kamu.”

Air mata Yuri sudah terhapuskan oleh kehadiran Dion di hadapannya. Seperti sebelumnya, cowok itu merayunya untuk menghargai wanita itu dan datang ke pesta ulang tahunnya. Awalnya Yuri takut untuk hadir tapi, dia membuat Yuri berani walaupun pada akhirnya Yuri yang tersakiti.

Namun, kali ini berbeda. Dion tidak ingin kekasihnya itu menangis lagi. Air mata Yuri terlalu berharga untuk ini, pikir Dion dalam hati.

”Aku udah ngomong kok sayang sama Papa kamu, dia mengizinkan kamu untuk nggak dateng.”

”Makasih ya,” Senyum ceria memancar seketika dari wajah Yuri.

”Nggak boleh bilang makasih, itu kewajiban aku.”

***

Visco pulang dan langsung ambruk di ranjangnya. Dia terus mengoceh seperti seorang wanita yang pertama kali datang bulan.

”Kak! Berisik tau!” Yuri membuka pintu kamar Visco lalu dia masuk dan berdiri memandang kakaknya yang terlihat kesal. ”Ada masalah kak?”

”Ambilin palu geh di gudang terus lo ketokin ke kepala kakak.” Perintah Visco.

”Palu mah kelamaan kak. Aku ambilin batu gede aja ya terus aku lemparin ke kepala kakak. Oke? Setuju nggak?” Ucap adiknya panjang lebar dan langsung saja Visco duduk lalu mencubit nakal.

Mereka tertawa bersama di kamar. Kakak beradik ini memang selalu akur sejak sejak dulu dan sampai kapan pun

Visco menyayangi Yuri lebih dari apapun. Yuri adalah yang terpenting di hidupnya. Gadis berparas cantik itu selalu dia utamakan lebih dari siapapun termasuk kekasihnya sekalipun.

Mungkin perlakuan Visco yang begitu menuruti dan memanjakan adiknya seperti anak kecil sedikit berlebihan. Tapi, itu kewajibannya. Ada kakak beradik yang seringkali bertengkar atau memperebutkan sesuatu tapi, Visco tidak melakukan itu. Dia selalu mengalah untuk adiknya dan melakukan apapun untuk adik yang paling dia sayangi.

Tidak ada yang bisa Visco lakukan kecuali menyayangi Yuri lebih dari dirinya, memanjakan Yuri serta menjaga Yuri. Semua itu dia lakukan agar Yuri tidak kehilangan kasih sayang. Yang Visco lakukan benar walaupun dia tahu, Yuri lebih butuh kasih sayang seorang ibu dari pada seorang kakak.

Visco memiliki kasih sayang yang lengkap. Ayah, Ibu dan adiknya menyayangi dia tapi tidak dengan adiknya yang kekukangan kasih sayang Ibu. Jika Visco bisa, dia ingin menentang Tuhan dan meminta untuk membuat Yuri hidup di keluarga lain.

”Ada masalah kak?” Tanya adiknya ingin tahu.

”Pengen raasanya ada yang sedia nyeturin palu ke kepala kakak.” Dia melihat begitu banyak tanya pada mata adiknya. ”Bukan masalah gede. Kakak cuma pening aja numpuk pekerjaan kuliah.”

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...