Rabu, 19 September 2012

AJ (CERPEN REMAJA)


 Sebuah cerpen yang gue tulis saat pikiran gue lagi tenang, damai, tentram dan yang jelas lagi nggak banyak tugas tapi, cerpen ini seolah-olah bukan cerpen menurut gue. Oke, di baca aja. Salam manis, Aula Nurul M



“Gua FRUSTASI! Aaaaa!” Leona ngomel-ngomel di kelas sambil nari-nari yang setengahnya udah mirip sama orang gila, “apa liat-liat?! Hah!” dia memarahi Arya, teman sekelasnya, “nggak suka?!”

Arya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya yang agak aneh, “dimana-mana orang frustasi itu marah-marah doang, nah elo, udah marah sambil ketawa, mana nari-nari gak jelas, gila.”

Leona langsung nyelengos pergi saat Arya sudah mulai dengan ceramah panjangnya. Dia berkeliling kelas dan menyanyi, “gue frustasi, gue pusing, gue frus....frus....frustasi, ada yang mau ikut frustasi?”

Seisi kelas hanya bisa menggelengkan kepala mereka namun tidak berani berbicara pada Leona. Jika mereka bicara, Leona bisa saja sedih bahkan menangis. Mereka tahu sekali sifat dan sikap Leona saat seperti ini. Leona sedang sedih namun, Leona tidak ingin orang-orang melihatnya menangis. Dia hanya bisa melampiaskannya dengan tertawa dan marah, bukan menangis walaupun banyak orang yang tahu kalau hatinya sedang sedih.

“Leon, lo sakit?” tanya Maya, teman baik Leona, “Leon,” katanya lagi sambil menepuk pundak Leona, “nilai ujian elo kecil? Atau idola elo maen filmnya jelek?”

Leona memandang sinis Maya, “apa?!” suaranya meninggi, “aaaa! Gue pusing! Gue pusing! Gue pusing!” Leona duduk di bangkunya sambil menyandarkan kepalanya di meja dan menutup wajahnya dengan tas, “jangan ganggu gue, gue lagi nggak mau di ganggu!”


Kelas bising namun, suara Leona tetap mengalahkan kebisingan kelas. Walaupun dia menutupi wajahnya tapi-tapi-tapi, suaranya tetap seperti suara monster yang sedang marah.

Beberapa saat kemudian, Arya datang dan menjitak kepala Leona, “diem dulu lo itu, berisik!” dia memarahi Leona dan Leona langsung berdiri lalu menginjak kaki Arya, “Nih, makan, coklat kan punya zat yang bisa buat orang tenang.” Arya memberikannya coklat dan Leona menerimanya namun, dia tidak bisa tenang, “bisa gila gua punya temen kayak gini.”

Bel istirahat berbunyi, siswa-siswi SMU SAN-E bertaburan keluar kelas termasuk Leona, dia tersenyum-senyum sambil mengeluh.

“Sumpah, seumur hidup gua, orang galau, frustasi, pusing, campur aduk itu sedih atau marah. Anah ini, udah marah terus ketawa-ketawa, gila kali itu anak,” ucap Intan yang memperhatikan tingkah Leona di kelas,

“Gitu-gitu dia baek, pasti dia kayak gitu ada masalah.” Ucap Arya membela Leona.

Di sekolah, terutama di kelas, mereka tidak pernah tahu alasan di saat Leona sedih, pusing, galau, atau lain sebagainya. Dia memang memiliki banyak teman baik di sekolah, dia mudah beradaptasi dengan siapapun tapi, dia tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya di sekolah.

**

Lia sudah menunggu Leona pulang sekolah, dia menunggu di kamar Leona. Ibu Leona sudah mengatakan kalau lebih baik Lia tidak menunggu Leona karena, Leona hari ini agak sedikit aneh.

Pintu terbuka dengan keras, Leona langsung melempar tasnya ke meja dan mengomel-ngomel tidak jelas. Dia terkejut ketika meilihat sahabatnya, Lia sudah di kamarnya tapi, kemudian dia tidak terkejut lagi. Hal itu sudah biasa.

“Galau neng?” goda Lia, “ciee mah, sama siapa? Cerita geh,”

Rambut Leona berantakan, dia memberantaki rambutnya di sekolah dengan sesuka hati, “ya ampun, tampang lo masih cantik sih tapi kayak orang gila, akakak.”

“Ish kan! Huh, bete gue di sekolah, coba aja kita satu sekolah pasti berkurang dah bete gue.”

“Kenapa sih Leon? Jarang-jarang seorang Leona galau begini, ini ketiga kalinya Leona galau selama hidupnya.” Lia mengingat waktu Leona galau-frustasi-pusing-gila menjadi satu, “yang pertama waktu elo sakit cacar, waktu itu lo ngamuk-ngamuk nggak jelas. Yang kedua waktu ortu lo nyuruh lo sekolah di luar kota terus akhirnya gak jadi gara-gara lo nangis seharian. Yang ketiga.... nah ini agaknya nih, cowok yaa?”


Leona memandang sahabatnya kesal, “cowok? Hah sejak kapan gue mikirin cowok? Cowok itu ada di kamus gue dalam urusan ke sekian kali.”

Benar, Leona memang menyekiankan tentang cowok. Baginya, yang pertama adalah dirinya, yang kedua dirinya, ketiga dirinya, keempat dirinya, kelima dirinya, keenam baru keluarga dan sisanya sahabat lalu untuk cowok, Leona lupa ada di urutan mana hal tersebut.

Sahabatnya ini ingat betul kalau Leona memang cukup cuek terhadap cowok walaupun, teman Leona kebanyakan cowok. Yah, dahulu, Leona adalah cewek yang sedikit tomboy walaupun, wajah wanitanya tetap tampak begitu manis.

“Yah Leon, waktu lo putus sama Kevin, lo biasa aja karena lo kan nggak ada hati. Terus waktu putus sama Alvi, sama aja. Cuma 2 cowok itu yang ada di hidup lo. Masa iya sih antara Kevin sama Alvi? Gak mungkin dah, nggak mungkin banget.”

Leona memeluk bonekanya lalu tersenyum dan berbisik pada Lia, “jangan bilang-bilang sama temen-temen GNA yaa ^_^” pinta Leona. GNA adalah nama SMP mereka sebelum ini, “kalo pada tau, mati gue, malu wah taro mana,”

“Bentar-benar, temen-temen di sekolah lo pada tau?” tanya Lia, Leona menggeleng, “temen sekelas lo gimana?” Leona mengangguk, “OMG! Dari SMP kelas 1 sampe sekarang kan kalian emang deket, nggak nyangka loh.”

“Tapi kan..... “ ucap Leona tapi dia tidak berani bicara lagi.

“Tapi kenapa? Apa karena dia temen baik Kevin? Atau karena dia temen baeknya first love elo?” tanya Lia, Leona menggeleng. “Terus kenapa?”

“Ish, Kevin mah cuma iseng aja, kalo first love gue mah udah jadi temen baek, ini beda loh....” Leona ingin lebih menjelaskan tapi, sudahlah, dia berpikir untuk lain kali saja.

Mereka berbincang di kamar, Lia sudah tahu dengan jelas kalau Leona sangat susah bicara tentang masalah hatinya. Bahkan, dia yang sahabatnya sendiri saja tidak mengerti siapa yang ada di hati Leona. Bukan hanya dia, ibunda Leona pun tidak mengerti. Yang orang-orang tahu, Leona akan marah dan tertawa-tawa saat sedih maupun kesal.

**

“Tugas matematika udah Leon?” tanya Miko, teman sekelas Leona. Dia juga teman Leona di GNA, teman kursus bahasa Prancis Leona sewaktu SD, dan teman baik Leona sampai sekarang, “udah belum Leon?” tanyanya lagi tapi Leona cuek dan langsung nyelengos pergi.

Miko mendekati Leona dan bertanya ada apa dengan Leona tapi, Leona cuek dan masa bodo amat. Seisi kelas memandangi mereka dan satu persatu siswa keluar kelas, membiarkan keduanya belajar bersama.

“Udah tinggal jadian aja susah amat.” Kata Arya asal jeplak tapi sebenarnya itulah yang ingin di ungkapkan Miko, “udah putus noh Leon sama Alvi,”

“Maksud amat sih! Ish!” Leona kesal lalu keluar kelas namun langsung di kejar oleh Arya, buka Miko. “Ish, bodo amat!”

Leon dan Arya berteman baik bahkan mereka bertetanggaan. Terlebih, mereka memiliki hubungan saudara walaupun cukup jauh.

“Sepupu jauh gua itu emang aneh tapi, semua orang juga tau dia itu kelewat baek.” Ucap Arya pada Miko, “mudah-mudahan aja otak dia nggak geser lagi biar nggak marah-marah tiap detik.”

“Tugas lo mana bro?” ujar Miko, mengalihkan pembicaraan.

-

Di koridor sekolah, Leona bertemu dengan Alvi. Dia masih bisa menyapa Alvi karena bagaimanapun, mereka masih berteman baik. Masa lalu adalah masa lalu, toh dulu juga mereka sama-sama tahu kalau itu hanya untuk sebuah status.

“Cie Leon, sejak kapan ada hati sama cowok?” goda Alvi, “sesuatu,” tampang Alvi seolah mengejek.

“Gosip wah itu. Sok tau aja lo ini, haha kenapa Vi?”

“Dari dulu lo sama Miko kan emang udah cocok, lo aja yang nggak sadar.”

Saat mereka berbincang, Maya datang menghampiri dan mengajak duduk di bangku, di koridor sekolah, “cie mantan yang perhatian,”

Mereka bertiga berbincang di sana, membicarakan beberapa hal yang menarik. Dari mulai pelajaran sampai berita terbaru tentang sekolah mereka dan-dan-dan sampai gosip mengenai Leona dan Miko.

“AJ, (mengeja dalam bahasa ing)” kata Leona lirih tapi mereka tidak mendengar, “eh-eh liat noh ada Kevin, si playboy gila.” Ucap Leon dan dia langsung pergi lalu berjalan-jalan di sepanjang sekolah.

Kepala Leona melayang-layang melihat seisi sekolahan yang begitu ramai. Dia tidak tahu mengapa sekolah setiap hari harus ramai kecuali hari libur. Haha itu pertanyaan bodoh saat Leona sedang stres.

“Coba geh gini aja,” Miko membantu Sansa memasang sebuah pengumuman di mading sekolah, “nah, gini,”

Sansa, siswi kelas XI IPA 5, siswi yang tingkahnya cerewet, agak gila, sedikit mirip dengan Leona hanya saja, dia tidak sebaik Leona. Ada kabar yang terdengar kalau Sansa menyukai Miko. Memang kabar itu tidak terlalu ramai tapi, kabar itu sampai telinga Leona.

“Leona?” ucap Sansa dan Leona hanya menarik nafas singkat lalu membaca pengumuman di mading, “anak band sekolah kita ngadain acara nih, boleh ngundang anak band sekolah laen, lo mau ikut Leon?”

“Apa? Gue? O,” lalu Leona nyelengos pergi begitu saja sambil melirik sinis ke Miko.

‘OMG! Kemaren cewek yang namanya Nikita sekarang malah si Sansa menel itu. Dih ampun dah.’

Leona kembali ke kelas, di kelas, dia langsung di marahi teman-temannya karena sudah lama di tunggu.

“Aduh Leon, sini-sini,” Intan menarik tangan Leon dan mengajak Leon untuk makan kue bersama, “ini kue buatan Maya dan kita nunggu elo buat makan bareng-bareng.” Jelas Intan. Tentu saja, di kelas XI IPA 4 ini, mereka tidak bisa melakukan hal yang berhubungan dengan kelas tanpa kehadiran Leona. Leona sangat baik terutama untuk teman-teman sekelasnya, walaupun dia marah, dia tetap baik.

“Coba di makan sini, aa” Arya memasukkan paksa kue tersebut ke dalam mulut Leon, “oh iya Miko kemana?”

“Kok nanya gue, emang dia siapa gue?”

“Cieee......” kata seisi kelas tapi, Leona tetap cuek dan santai sambil diam-diam menghabiskan kue tersebut.

“Kan-kan kue nya di abisin Leon, dasar!” Intan menjambak rambut Leona pela, “mau enak sendiri, dateng juga barusan.”

“Yah.... kan, kan gue masih laper.”

**

“AJ,” ucap Leona lirih saat melihat handphonenya, “huh, dimana sih lo ini kak?” katanya sendirian. Leona ada di samping kelasnya, sendirian sambil memandagi handphonenya.

“Leon,” Miko menghampirinya lalu duduk di samping Leona, “galau?” tanyanya santai sambil memainkan handphone juga.

“Nggak, ngapain? Galau karena elo gitu? nggak dah, biasa saja.” Jelas Leon sebelum Miko bertanya lebih banyak, “ada apa lo kesini?”

Miko tidak bicara, dia diam saja sambil mengotak-atik hp-nya. Sesekali Miko tertawa kecil melihat wajah Leona yang cemberut tidak jelas. Namun, sesekali juga Miko menghiburnya walaupun gagal.

Tidak ada yang mendekati mereka walaupun ada beberapa anak yang juga duduk di samping kelas. Mereka membiarkan Leona dan Miko bicara berdua saja.

“Kata Arya, kalo lo marah, nggak ada yang bisa nenangin elo kecuali lo tenang sendiri.”

“Alah, ngada-ngada aja Arya itu. Heran gua sama itu anak, kerjaannya ngada-ngada aja tiap hari.” Jelas Leona walaupun sebenarnya, Arya tidak seperti dalam ucapannya. Arya baik dan perhatian, dia menyayangi Leona seperti saudara kandung walaupun hanya sepupu jauh.

**

Leona makan siang dengan Lia. Lia mengajaknya dengan paksa karena Lia bosan menunggu adiknya yang sedang les.

“Di twitter elo agaknya nih gosip makin berkembang, Miko?”

“Apaan wah, biasa aja, ya walaupun ada rasa tapi-tapi dikit.”

“Lo itu udah bukan anak SD lagi loh, pasti ada lah siapa gitu di hati elo.”

Leona menggaruk-garuk kepalanya tanpa menjawab. Dia tahu maksud pertanyaan Lia tapi jawabannya, Leona sendiri bingung.

‘emang sih gue juga ada rasa sama Miko tapi, nggak yakin dah sama hati Miko. Ya emang Miko bilang ini dan itu, perhatian juga tapi, tetep gua nggak yakin! Nggak yakin! Tapi, kok gue sedih ya liat Miko sama Sansa? Padahal, gue juga tau Sansa itu cewek menel dan harusnya nggak perlu di hirauka. Tapi, kenapa begini? Kenapa gue sedih?’ ucap Leona dalam hati.

Tiba-tiba, ada sms di HP Leona agar dia cepat pulang. Leona langsung tancap gas pulang, sebelumnya, tidak lupa dia berpamitan dengan Lia.

Sesampainya di rumah, adik Leona memberikan sesuatu pada Leona, 2 buah bingkisan dari 2 orang yang berbeda.

Leona senang karena salah satu bingkisannya adalah makanan kesukaannya sejak kecil, “coklat, asik...!” Leona tersenyum senang dengan pipi mengembang namun, ketika bingkisan satunya lagi di lihat oleh kedua bole matanya, Leona langsung kesal, “hah?! Kue kacang?! Gueeee nggak suka kacang!”

“Tadi ada kakak-kakak, namanya Miko, dia nitip coklat terus ada....” adik Leona diam, dia tidak berani bicara, “itu loh, pasti kakak tau, Mama aja kaget tadi, kata Mama, masa iya sih kakak itu,”

“Siapa ya? AJ?” pikir Leona dalam hati, “yaudah deh, kamu mau coklat ini?” tawari Leona, “kakak mau makan kue kacangnya,” dia tersenyum lalu langsung ke kamar.

Di dalam kotak kue kacang itu ada sebuah tanpa nama, “di makan sampai nggak tersisa,” baca Leona, “dasar aneh dan masih aja aneh, apa yang nggak gue suka pasti di sengaja ngasih ke gue, ish!”

Meja belajar Leona berantakan, hatinya tergerak untuk sedikit merapikan namun, dia menemukan sesuatu yang disukanya. “rekaman lagu AJ, dia nggak suka dengan dunia musik padahal, suaranya bagus,” lalu Leona meletakkan CD rekaman itu dengan rapi sambil tersenyum.


Mau baca LANJUTANNYA?
Oke, kapan-kapan. Beberapa cerpen gue memang akan di posting di blog tapi endingnya tergantung di posting kapan. Terimakasih, mohon saran dan kritiknya

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...