Senin, 04 Januari 2016

Eirenne - Cerpen (Belum Kelar nulisnya ^^)

Eirenne menatap bangku kosong disebelahnya, ‘gue harus seneng atau sedih? Dia bahkan gak bisa dihubungi!’ matanya menatap tajam ke bangku kosong itu. Bangku milik pacarnya, Kevin. Cowok yang hari ini sedang mengikuti olimpiade sains internasional dan tentu saja, cowok itu sedang tidak berada di Indonesia.

“Lo kangen?” tanya teman-teman sekelasnya, Eirenne hanya melempar senyum. Benar. Ia kangen tapi lebih dari itu, ia kesal dengan Kevin yang sejak dulu hingga kini seperti memiliki dunia sendiri. ‘dia berprestasi di sekolah ini. Bawa nama baik sekolah bahkan bawa nama baik bangsa ini. Tapi, ngabarin gue sedikit kan bisa!’

Suasana sekolah sepi bagi Eirenna karena Kevin belum kembali juga. Tapi, sekalipun kembali, sedikit tak ada bedanya. Cowok itu lebih banyak diam. Lebih banyak belajar dan mendengarkan musik tapi jarang sekali mendengarkan musik Eirenne.

**

Seorang guru membawa siswa pindahan. Cowok dengan potongan rambut yang kekinian itu memperkenalkan diri. Ia melihat Eirenne sekilas. Jelas, ia pernah melihat Eirenne di televisi. Siswi itu salah satu penyanyi yang cukup sering muncul di televisi walaupun tidak terlalu berada di puncak.

Namanya Teo. Ia duduk tak jauh dari tempat Eirenne. Beberapa detik, Eirenne sempat melihatnya tapi pikirannya kembali karena Kevin masih belum memberi kabar. Ia bahkan tidak tahu pacarnya itu masuk atau tidak ke babak final.

“Anak pindahan itu manis ya,” bisik-bisik dikelas mulai terdengar, “bisa semangat belajar kita!”
Eirenne penasaran. Ia memandang Teo. Cukup lama ia memandang cowok itu. Dan, Eirenne tersenyum. Senyum manis. Tak seperti biasanya yang ia tak pernah tersenyum semanis itu kecuali kalau ada Kevin.

“Ciee. Eirenne. Cie. Bilangin ke Kevin loh,” goda teman-temannya. Tapi sejujurnya, mereka tak akan mengatakan itu pada Kevin. Bukan karena mereka ingin melindungi Eirenne tapi karena Kevin seperti patung es yang begitu dingin.

**

Kevin masuk ke kelas. Mengusap rambut Eirenne kemudian duduk dibangkunya dengan tenang sambil mendengarkan musik. Sedang Eirenne tersenyum begitu manis. Ia sesekali mencubit pipi Kevin. ‘entahlah, sekalipun ia seperti patung tapi gue merasa hatinya beda. Titik!’

Tangan Eirenne menarik headset Kevin setengahnya. Mereka mendengarkan lagu bersama. Ia mengeluh kenapa Kevin jarang mendengarkan suara merdunya justru mendengarkan suara orang lain, “padahal, suara aku lebih bagus dari dia,” yang dimaksudnya adalah penyanyi yang sekarang lagunya sedang mereka dengarkan. Sayang, Kevin cuek. Eirenne pun hanya mendesah lelah. ‘tapi hal seperti ini, gak pernah bisa buat gue bener-bener marah sama dia’

Disisi lain kelas, Teo melempar senyum pada Eirenne. Sontak, Eirenne terkejut tapi ia tetap membalas senyum itu. Mata Kevin melihat itu semua tapi ia langsung menutup mata seolah menikmati lagu yang didengarnya dan tak melihat apapun.

**

Eirenne pusing tujuh keliling. Ia tak tahu harus masuk universitas mana. Kini, ia sudah lulus SMA. Sekalipun karirnya naik sedikit demi sedikit tapi tetap saja pendidikan baginya penting.

Di sisi lain, Kevin sudah mendapatkan salah satu universitas ternama di luar negeri. Sayang, dalam detik-detik terakhir, tiba-tiba ia mengundurkan diri.  Seorang pun tidak ada yang tahu alasannya tapi Kevin mengatakan kalau pendidikan di Indonesia juga baik, kenapa harus jauh-jauh? Ya. Dia benar hanya saja, orang-orang yakin ada alasan lain.

“Ini,” Kevin menunjukkan salah satu universitas ternama di Indonesia pada Eirenne, “minggu depan tes untuk penerimaan mahasiswa baru.” Beritahunya, Eirenne juga tahu. Tapi, Eirenne merasa horor karena tes disana sangat sulit, “sulit? Masuk di sekolah kita juga melalui tes yang sulit tapi kamu bisa melewatinya. Kenapa sekarang gak bisa?”

Senyum langsung terlukis dibibir Eirenne. Alasan ia bisa melewati semua tes masuk SMA dulu karena cinta pertamanya mendaftarkan diri disana. Siapa lagi kalau bukan Kevin. Dan alasan ia berusaha untuk tetap berada diperingkat lima besar disekolah karena tak ingin Kevin menganggapnya bodoh.

“Oke! Ini artinya kamu juga akan kuliah disana kan? Gak masalah. Asal kamu disana, aku akan usaha.” Eirenne semangat. Bibirnya melengkung setengah bulan.

Tangan Kevin mencubit hidung Eirenne. Ia kadang tidak mengerti kenapa Eirenne selalu mengatakan tidak bisa mengerjakan soal tapi ketika ia turun tangan, Eirenne langsung behasil mengatasi kesulitannya bahkan mendapatkan nilai hampir sempurna. ‘aneh’

**

Teo tersenyum. Ia menyapa Eirenne dan tak menyangka mereka akan satu ruangan saat tes. Cowok itu terus mendekatinya sejak SMA. Sesaat sempat Eirenne sedikit goyah. Bukan karena Teo lebih tampan tapi karena Teo tidak seperti patung es.

“Tadi gue liat, lo kesini bareng Kevin. Dia daftar disini juga. Gue pikir dia bakal kuliah diluar negeri.” Ucap Teo.

“Dia kan gak mau ninggalin gue,” Eirenne tertawa kecil. Sedang Teo heran kenapa Eirenne dan Kevin masih saja bersama padahal mereka terlihat jarang berbicara.

**

Eirenne pulang kerumah setelah mengisi salah satu acara televisi. Buru-buru ia mengabari Kevin kalau hari ini rasanya tidak tenang apalagi besok pengumuman apakah ia diterima atau tidak di universitas itu. Para penggemar Eirenna mendukungnya tapi ia meminta Kevin untuk ikutan memberi dukungan. Sayang, cowok itu cuek dan berkata kalau ia sudah memberikan lebih dari dukungan.

“Gitu ya? Yaudah deh,” Eirenne sedikit kesal. Ia menutup teleponnya. Berharap Kevin akan menghubunginya dan meminta maaf sekalipun ia tahu kalau sepertinya Kevin tak akan melakukan itu. Dan, benar! Kevin tidak melakukan itu.

‘Ampun gue. 4 tahun pacaran tapi argh! Es batu banget! Tapi, dia nunjukin kepeduliannya dengan hal yang lebih dari sekedar kata-kata’ kepala Eirenne pusing. Kadang ia iri melihat teman-temannya yang begitu diperhatikan pacar mereka. Tapi dilain sisi, ia tak dapat mengelak walaupun Kevin jarang perhatian seperti pacar orang lain tapi apa yang dilakukan Kevin selalu untuk kebaikan dirinya.

**

“Wow! Apa ini! Apa-apaan!” Eirenne terkejut ketika melihat namanya ada diurutan atas mahasiswa baru yang artinya nilainya besar, “luar biasa!” dibelakangnya, Kevin tersenyum kecil. Melihat kebahagiaan Eirenne yang bersorak-sorak kegirangan, “Kevin! Kevin!” ia mencari-cari Kevin ditengah kerumunan. Kevin bersembunyi dan pergi ke sisi lain kampus.

Cowok itu berada diurutan paling atas dalam fakultas kedokteran. Nomor 1. Tapi, ia tidak segirang Eirenne.

“Kamu kenapa?” Eirenne langsung hening ketika menemukan Kevin yang sedang mendengarkan musik. ‘seharusnya dia bahagia berada di nomor 1. Gue aja yang di nomor sekian bahagianya gak ketolongan,’ kepalanya bersandar pada bahu Kevin. Ia ingin tahu kenapa Kevin tidak terlihat bahagia.

“Karena kamu lupa berterimakasih.” Jawabnya singkat. Eirenne jadi malu. Sebelum tes, Kevin mengajarinya mengerjakan soal, “ckck,” cepat-cepat, Eirenne mencium pipi Kevin. Cowok itu justru menjitak kepalanya, “keluarga aku harus tau berita ini!” katanya bersemangat. Sedang Kevin tersenyum kecil melihat tingkah Eirenne seperti itu.

**

Gedung fakultas kedokteran dan ekonomi berdekatan. Jadi, keduanya masih bisa sering-sering bertemu. Naas, ada satu hal yang membuat Eirenne kesal. Teo, cowok itu, mengambil semua mata kuliah pada jam yang sama dengan dirinya. Ia tak habis pikir, ada apa dipikiran Teo padahal ia kira, Teo sudah berhenti mendekatinya semenjak memiliki pacar adik tingkat.

“Gue udah putus,” jelas Teo singkat, padat, dan mengertikan ditelinga Eirenne, “mau liat-liat organisasi kampus gak? Siapa tau lo tertarik, dan gue juga tertarik. Mungkin.”

Mata Eirenne mendelik tajam. Ia berusaha menjauhi cowok itu. Memang mereka berteman baik tapi ia tak ingin membuat Kevin kesal. Sekalipun Kevin tidak pernah memperlihatkan kekesalannya akan sikap Teo yang sejak SMA tampak terang-terangan mendekati, tapi ia merasa dalam hati Kevin, cowok itu kesal setengah mati.

“Udah. Ayo. Kevin gak ada jadi gak usah takut-takut gitu,” ia menarik tangan Eirenne paksa. Gadis itu marah dan melepaskannya. Ia langsung pergi mencari Kevin. Bibirnya ingin menceritakan tindakan Teo yang tidak sopan tapi ia mengurungkannya. ‘entah Kevin akan ngamuk atau gak sama Teo tapi gue yakin, Kevin bakal kesel setengah mati. Aih!’

Melihat Eirenne yang gelisah, Kevin mencubit hidungnya. Membuat Eirenne langsung tenang. Dalam pikiran Kevin, ia tahu ada yang tidak beres tapi ia tetap tenang.

“Kamu gak nanya gitu aku kenapa atau ada apa atau apa kek?”

“Nanya?” Kevin tertawa kecil, “nanti juga kamu cerita,” kemudian ia mendengarkan musik.
Eirenne hanya mendesah lelah. Bisa-bisanya Kevin terus mendengarkan musik dalam keadaan seperti ini. ‘seharusnya dia ngomong apa kek ke gue. Udah berapa tahun gue pacaran sama dia? Ckck’
Tiba-tiba, managernya menghubungi Eirenne. Ia mencak-mencak karena Eirenne belum juga datang untuk menghadiri salah satu acara.

“Itu masih lama kenapa ribut sekarang sih!” Eirenne kesal tapi ia tetap berangkat setelah Kevin langsung menawarkan diri mengantarkannya, “ngeselin!”

“Kalau kamu menyukainya, jangan mengeluh. Lakukan.” Bisik Kevin setelah mengantarkan Eirenne. Gadis itu tersenyum. Benar. Ia suka menyanyi. Suka menulis lagu. Ia tak boleh mengeluh, “memiliki pacar yang berprestasi membuatku senang,” bisiknya lagi kemudian pergi.

Mata Eirenne berbinar. ‘berprestasi? Pokoknya tahun ini gue harus dapet penghargaan lagi! Harus!’ ia memantapkan hatinya, ‘mungkin Kevin bukan pacar yang romantis tapi ia pacar yang entahlah, gak ada hal buruk yang dilakukannya padaku.’

**

“Kapan pacar lo dikenalin ke publik?”

“Kalau Kevin ngizinin kapan aja boleh tapi gue takut nanti cewek-cewek banyak yang ngejer dia karena dia itu.... dia itu.... seperti malaikat,” pipinya memerah sedang sahabatnya hanya geleng-geleng kepala.

Sahabat Eirenne tak mengerti kenapa Eirenne terlihat seperti gadis yang baru saja jatuh cinta padahal sudah berpacaran hampir 4 tahun. Eirenne selalu tampak seperti gadis yang jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Karena cinta itu bukan sekedar kata-kata. Atau sikap yang romantis. Cinta lebih luas dari itu. Dan, gue bener-bener jatuh cinta sama Kevin. Bukan cinta monyet atau cinta yang biasa, lebih dari itu.”
Sahabatnya hanya tepuk jidad merasa kalau Eirenne salah jatuh cinta dengan cowok sedingin es. Tapi bagi Eirenne, Kevin tak sedingin itu, “udah gue bilang. Dia memang patung tapi, saat sama gue, walaupun sedikit tapi kata-katanya bermakna luas. Dan dia gitu cuma ke gue. Titik!”


**


Lanjutannya? Bentarrrrrr gue mau mikir dulu hihi ^^

Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...