Rabu, 20 Maret 2013

Good Bye (Cerpen oleh Aula Nurul M)



Good Bye


Kata orang, persegi itu bukan lingkaran. Kata buku yang kubaca juga, persegi itu bukan lingkaran. Ini aneh, di dalam kepalaku, aku melihat persegi berubah menjadi lingkaran. Bukan satu dua kali aku melihat gambaran itu tapi, lebih dari jutaan kali.

“Ayolah! Kakimu mengeluarkan banyak cairan!” Wiliam membantuku berdiri, “kau bisa kehabisan darah Jane, ayolah, ikuti kataku!” suaranya meninggi, “kau harus ikut denganku!”

Aku diam. Aku memandangnya. “tadi kudengar, kau bicara darah? Darah apa yang kau maksud?” tanyaku, Wiliam tidak bisa menjawabnya, “biarkan saja cairan yang kau sebut darah ini terus keluar dan orang-orang akan memperhatikan kita. Mereka akan membawaku kerumah sakit!”

“Jane, kau harus segera menemui prof Roulf atau semuanya akan berakhir,”

Aku tidak tahu apa yang di maksud akhir oleh Wiliam. Jika yang dimaksudnya adalah akhir hidupku, aku ingin bertanya apakah aku hidup? Atau jika yang dimaksudnya akhir adalah kebebesan, apakah itu akan benar-benar terjadi.

“Aku harus membawamu!” Wiliam memaksa dan membawa tubuhku yang lemah entah kemana.

Saat Wiliam membawaku, di perjalanan yang entah kemana, aku melihat sebuah segitiga di dalam lingkaran dengan cahaya menusuk. Aku tidak tahu itu apa tapi, aku yakin itu bermakna bagi hidupku. Hidupku, di luar ini, di luar tempat ini.

**

“Apa yang kau lakukan!” Prof Roulf memarahiku. Ia tampak marah dan kecewa padaku, “kau ingin bunuh diri dengan cara seperti itu?!”

Ya, aku mencoba bunuh diri. Di tengah jalanan yang ramai, aku berdiri menunggu sebuah mobil menabrakku dan akhirnya aku tertabrak tapi,  Wiliam mengetahuinya. Ia membawaku kesini, ke tempat yang menjadi titik hidupku.

“Aku melihat persegi itu, lingkaran itu, cahaya itu bahkan hal-hal aneh itu. Mereka semua bertebaran di kepalaku, aku tidak sanggup!”

“Kau ingin mati?! Hah! Kalau kau ingin mati, matilah sekarang!” Prof Roulf melemparkan sebuah pistol padaku, “tembaklah tepat di kepalamu maka semua selesai,” lalu kemudian prof Roulf tertunduk, terlihat lelah.

Wiliam membantu Prof Roulf berdiri. Kemudian, beberapa orang sejenis Prof Roulf masuk dan terlihat kekhawatiran mereka.

Aku di bawa. Di bawa oleh Wiliam dan seorang yang menyeramkan ke sebuah ruangan. Kakiku sudah sembuh oleh obat yang tidak kutahu jenisnya.

“Tinggalkan kami berdua,” pinta Wiliam pada orang seram itu, “Jane akan baik-baik saja bersamaku,”

Aku duduk di sebuah kursi yang sangat dingin, di dalam ruangan yang sunyi.

Wiliam duduk di hadapanku, “jika kau mau mati, silahkan tapi, semua orang disini terlah mempertaruhkan hidup mereka untukmu, termasuk aku, kau harus sadar itu,”

“Ya, aku tahu, aku adalah penelitian mereka, begitu bukan? Dan kau, kau di tugaskan agar aku tidak mencoba mencari mati bukan?”

Kakiku setengah gemetar. Bukan aku takut tapi, rasanya ada yang menggerakkan kakiku dengan sendirinya.

“Di dalam kepalaku, ada yang kusembunyikan, tentang persegi itu, tentang lingkaran itu, dan tentang cahaya yang tergambar jelas,” aku berdiri, menundukkan kepalaku, “ini sia-sia, semua akan sia-sia, aku akan kembali, kembali setelah dua abad aku disini,” lajutku, “lingkaran itu memanggilku lagi, dan lagi,”

Wiliam menarik tanganku, memintaku duduk kembali, “maksudmu, kau bisa kembali?” tanyanya, aku mengangguk, “bukankah kau bilang jika kau tidak akan bisa kembali lagi?”

“Aku berbohong, aku bisa kembali dengan mudah tapi, aku menghindar. Sekarang, aku tidak bisa menghindar lagi, mereka akan datang, menjemputku, menyelesaikan semuanya,”

“Dan apa yang akan terjadi disini?” Wiliam terlihat mulai kacau, “mereka meminta perang? Hah?!”

Aku tersenyum, “ikutlah bersamaku, kau akan aman” mataku memasuki matanya, “kau tahu satu hal yang membuatku ingin disini? Ya, itu dirimua,” jelasku, jujur, “tapi, aku harus pergi, aku tidak bisa mati. Kalian membuatku tidak bisa mati, jadi aku harus kembali, dan untuk planet ini, aku sangat berterimakasih.” Tiba-tiba kepaalaku terasa sakit lagi, dan lagi, “aku akan berusaha meyakinka planetku, semua masih baik-baik saja, keadaan ini baik-baik saja, tentu, ya, tentu,” aku melangkah, meninggalkan ruangan itu.

Wiliam mengejarku. Para penjaga hanya memelototiku meninggalkan ruangan itu. Prof Roulf memandangi kepergianku tanpa melarangku atau menghentikan.

“Jane!” Wiliam menarikku, “jangan pergi, kumohon, aku membutuhkanmu, tanpamu, semua akan aneh,”

“Kau pernah mendengar sebuah planet yang bernama Bumi?” Wiliam menggeleng, “aku pernah mendengarnya. Planet itu sangat jauh, kehidupan planet itu sama dengan kehidupan disini atau di planetku tapi, mereka tenang, damai, tanpa tahu ada kehidupan lain selain di panet mereka, bumi,”

“Lalu?”

“Anggaplah kau mahluk bumi, tidak tahu tentangku, dan tidak tahu tentang planetku. Jika perang terjadi, anggap saja itu hanya mimpi burukmu, usai,”

Aku keluar, meninggalkan tempat ini. Di atas kepalaku, nyata ada sebuah persegi berubah menjadi lingkaran. Di tengahnya, cahaya putih terbentuk indah, memberikan jalan untukku masuk.

“Selamat datang kembali, ke duniamu,”

Aku melihat dari kejauhaan, Wiliam melambaikan tangannya.

Kemudian, aku sudah kembali ke tempat yang telah kutinggalkan selama 2 abad ini. Disini berbeda dengan disana. Wiliam dan yang lainnya, mereka manusia, seperti mahluk bumi, mereka benci perang walaupun keseharian mereka penuh perang.

Aku, aku tentu berbeda dengan Wiliam. Walaupun secara kasat mata kami sama, tapi kami tetap berbeda. Cairan tubuhkua yang di anggapnya darah, itu bukan darah. Wiliam bodoh sekali.

“Mereka cukup baik menjagamu, Jane,” Antarez berdiri di sampingku, memandangi debu-debu yang menari, “kau masih hidup, kami kira, mereka membuatmu sebagai tawanan perang,”

“Entahlah, aku tidak mengerti, ini sulit bagiku,”

Antarez memberikan segelas minuman padaku, “kau tahu apa alasan planet ini mengurungkan niat?” aku mengangguk, “ya, karena kami pikir, setelah kau tersesat disana, mereka menjadikanmu tawanan tapi, tubuhmu abaik-baik saja,”

“Ya tentu, tapi tidak dengan hatiku,” aku membalikkan badanku, melangkah meninggalkan Antarez, “aku ingin istirahat, sejenak saja,”

**

Aku merindukanmu. Merindukan saat kau bertanya apa isi cairan tubuhku. Saat kau ingin tahu mengapa cairan di tubuhku namanya bukan darah. Saat kau bertanya-tanya mengapa mataku berubah warna di saat aku marah, di saat aku sedih, dan di saat aku bahagia. Aku rindu saat kau terus penasaran tentangku.

“Jane,” seseorang masuk ke kamarku, “perjalananmu cukup jauh tapi, seharusnya kau sudah baikan. Ini sudah sebulan lebih kau terlihat lemas,”

“Entahlah, aku hanya merindukan hal yang tidak boleh kurindukan. Oh ya, bagaimana dengan perang itu? Apa ayah akan ikut dalam perang? Apakah ayah harus melakukannya?”

“Demi planet ini, demi menjaga raja kita, kita tidak boleh menghindar atau itu sama hal nya dengan penghianatan, kau akan mati jika salah melangkah,”

Apa yang kau lakukan disana? Apakah kau sedang di marahi Prof Roulf karena membiarkanku pergi? Atau kau sedang beradu pendapat dengan Prof Roulf karena perang akan terjadi? Atau kau akan bertanya-tanya apakah aku akan menjadi gadis aneh dan lebih aneh lagi setelah kembali ke planetku.

Ayah, boleh aku bicara satu hal?” ayah mengangguk, “mengapa cairan di tubuhku, di tubuh ayah, dan di tubuh semua yang ada di planet ini berbeda dengan planet lain?”

“Jangan menanyakan itu lagi, kunci mulutmu!” Ayah keluar dari kamarku, ia marah.

Aku tahu, menanyakan tentang cairan di tubuhku sama hal nya dengan penghianatan. Ayah pasti tidak ingin aku di hukum. Ayah memintaku diam. Membisu. Seolah tak pernah bertanya.

Semakin hari, semakin kacau. Aku melihat di luar sana prajurit sedang menyusun strategi. Membuat kepalaku semakin sakit.

Persegi lingkaran itu tidak pernah muncul lagi karena aku sudah kembali tapi, mengapa sekarang aku melihat lingkaran berlukiskan wajah Wiliam? Mengapa?

“Jane, ayo keluar,” Antarez memintaku keluar, “apa yang ada di pikiranmu, kuharap tidak akan di ketahui banyak orang, itu membahayakan hidupmu,”

“Ya, aku tahu, aku lebih tahu dari siapapun kalau pada akhirnya, pikiranku akan mati,”

**

Aku menolak. Menolak dengan keras kalau aku harus kembali ke planet itu untuk mencari informasi kelemahan mereka. Aku menolak. Aku tidak ingin Wiliam mati.

“Jane!” Ayah hampir menghunuskan pedangnya padaku sebelum Panglima Perang menghentikannya, “kau!”

“Ayah! Sebelumnya, aku tersesat disana karena Ayah meninggalkanku! Ayah menyelamatkan diri ayah dari perang yang tidak ada akhirnya! Aku disana bukan sabagai prajurit yang di kirim dari planet kita! Aku hanya gadis yang tersesat dan di tinggalkan!” suaraku meninggi, “dan ayah tahu, aku tidak pernah menjadi tawanan disana. Mereka merawatku. Mereka menjagaku. Mereka tidak pernah menyakitiku sedikitpun. Mereka ingin aku hidup. Itu saja. Bahkan, mereka tidak pernah menginginkan perang. Apakah kita harus menyerang?”

“Kau!” ayah marah lagi.

“Hentikan! Putrimu itu hanya remaja biasa, gadis kecil yang baru tumbuh menjadi remaja. Dia seorang wanita dan dia bukan prajurit perang, tidak seharusnya kau mengirimnya sebagai mata-mata. Bahkan Raja pun tidak akan setuju,” Antarez mencoba membuat amarah ayah reda, “Jane, pulanglah ke rumahmu, kau hanya gadis kecil, kau tidak tahu apa-apa, pulanglah dan beristirahatlah,”

Aku pulang. Di rumah, semuanya sepi. Tidak ada yang menarik. Aku merindukan Wiliam. Aku merindukan senyumnya, candanya, sapaannya, dan cerita-cerita darinya tentang masa kecilnya.

Wiliam, planetmu tidak seperti disini. Disini, semua menginginkan planetmu jatuh. Dendam yang sekian juta tahun masih menjadi dasar perang ini tapi, aku tidak pernah setuju. Planetmu, kalian tidak pernah menyerang. Kalian hanya mempertahankan dan kalian tidak pernah kalah. Tapi, kali ini, aku takut, perang sebenarnya akan terjadi. Perang sampai titik penghabisan. Dan aku, aku takut jika kamu hilang selamanya. Aku juga takut jika Prof Roulf yang menjagaku menutup waktu.

Aku hanya gadis kecil yang baru tumbuh menjadi remaja. Aku tidak terlalu banyak tahu tentang perang apalagi aku wanita tapi, sepertinya bagi orang dewasa, perang artinya kebahagiaan yang abadi.

**

“Jane,” Antarez masuk ke kamarku diam-diam, “pergilah,” lanjutnya, “gunakan pesawat ini,”

“Kau mencurinya? Ini milik kerajaan bukan? Jika ada prajurit yang tahu kau mencurinya, kau akan mati, ayolah,”

Antarez memelukku, “aku pamanmu dan aku ingin gadis kecil ini tersenyum tanpa melihat perang lagi, pergilah, aku yang bertanggung jawab,”

“Paman! Paman hanya prajurit biasa dan hukuman bagi paman,....” aku menunduk, “aku... aku takut jika paman....”

“Jika ayahmu tidak mempedulikan nyawamu, tidak mempedulikan kebahagiaanmu, maka Pamanlah yang akan mempedulikan itu semua,” jelas Antarez, ia memelukku, “pergilah, aku sudah bicara dengan Wiliam, dia sudah menunggumu di pesawat itu,”

“Pergi kemana? Lalu perang ini?”

“Pergilah ke Bumi, planet yang damai tanpa peperangan seperti ini. Kau akan belajar banyak disana,” Antarez mendorongku menjauh darinya, “pergilah dan berjanji jangan kembali apapun yang terjadi atau arwahku akan menghantuimu sampai ke neraka,”

Aku berlari ke pesawat yang di curi Antarez. Wiliam di dalam. Ia tersenyum. Ia memelukku erat dan langsung membawaku pergi.

“Apa yang akan terjadi?”

“Kau percaya ramalan?” tanya Wiliam, aku menggeleng, “aku juga tidak tapi, anggap saja kita percaya,” lanjutnya, “menurut ramalan, planetku dan planetmu, keduanya lenyap dari peradaban sekitar 5 hari lagi, perang itu benar-benar penghabisan,”

Aku menitikkan  air mata. Wiliam menghapusnya lalu tersenyum, “aku sangat bersalah pada pamanku, Antarez tapi, aku sudah berjanji,”

Prof Roulf pun memintaku berjanji untuk tidak kembali. Aku disini, menjagamu, jauh dari peperangan, dan kita selamanya, bersama,”

Aku tersenyum. Mencoba melupakan perang itu. Mencoba membulatkan tekadku untuk memenuhi permintaan Antarez. Berjanji untuk tidak akan kembali.

“Sepertinya bumi adalah planet yang sangat indah walaupun aku sedikit aneh mendengarnya,”

“Aku sering mendengarnya dari Antarez dan itu benar-benar planet yang damai,” kami saling memandang, melupakan hal-hal buruk yang harus kami tinggalkan.


Barang siapa copast tanpa izin gue atau copast tanpa nyebutin ini dari blog gue yaa gue doa'in aja kalo jomblo jadi jomblo seumur idup, gak pernah dapet jodoh. Yang gak jomblo tiba-tiba pisah sama pacar/apalah ^_^ 


follow My Twitter @Aulanurul



Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...