“Hei! Buka
pintunya! Buka!” Eun Si marah karena Ezra menguncinya di toilet sekolah. Sedang
Ezra diluar cepat-cepat mengecek handphone
Eun Si. Ia menemukan foto dirinya yang tertidur dikelas dengan wajah cukup
memalukan, “jangan dihapus! Itu bisa menjadi sejarah!”
Sayang, Ezra
langsung menghapusnya. Setelah selesai, ia membuka pintu toilet. Memberikan
senyum kemenangan pada Eun Si, “pulanglah.” Eun Si menggeleng, “kalau kamu
terus disini, jarak kita akan semakin jauh.”
Tentu saja Eun Si
tak mau. Ia tidak peduli apa alasan Ezra. Tangannya buru-buru menggandeng
tangan Ezra kemudian berjalan dengan leluasa menuju kelas. Hal tersebut membuat
seisi sekolah memandang mereka. Ezra yang terkenal dingin terlihat bahagia
bahkan tersenyum dan tertawa kecil semenjak kedatangan Eun Si.
“Teman-temanku
mengatakan kalau aku melakukan hal gila karena pergi menemuimu sampai seperti
ini. Tapi, kupikir, kegilaan yang seperti itu baik,”
Ezra ingin
tersenyum melihat Eun Si mengatakan semua itu tapi ia berusaha untuk tidak
terlalu memperlihatkannya. Ia tak ingin Eun Si menjadi incaran musuh-musuhnya
dalam balas dendam, “kamu tinggal sendirian di apartemen?”
“Kenapa? Kamu
khawatir? Benar? Benarkah?!” ia tertawa girang. Bahkan sempat meloncat-loncat
sembari mencubit pipi Ezra. Sedang cowok itu justru menggaruk kepalanya yang
bahkan tidak gatal, “ayolah. Jangan bersikap terlalu dingin padaku. Aku sangat
susah agar bisa berada disini.”
Dari kejauah,
seorang cowok mengirim pesan setelah melihat kedekatan Ezra dan Eun Si.
Ditempat lain, terlihat sekelompok cowok yang tersenyum menerima pesan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar