KONSEP DUALISME
Dualisme merupakan suatu konsep yang sering
dibicarakan dalam ekonomi pembangunan
terutama kalau kita membicarakan kondisi sosial-ekonomi NSB. Konsep ini menunjukkan adanya perbedaan
antara bangsa-bangsa kaya dan miskin,
dan perbedaan antara berbagai golongan masyarakat yang terus meningkat. Konsep dualisme mempunyai 4
unsur pokok yaitu :
1. Dua keadaan yang berbeda di mana sebagian
bersifat "superior" dan lainnya bersifat
"inferior" yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu
yang sama. Misalnya hidup berdampingannya
antara metoda produksi moderen dan tradisional
pada sektor perkotaan dan pedesaan, antara orang kaya berpendidikan tinggi dengan orang miskin
yang tidak berpendidikan sama sekali,
antara negara-negara industri yang kuat dan kaya dengan negara-negara lemah. Semua itu merupakan penjelmaan
dari keadaan yang dualistis.
2. Kenyataan hidup berdampingan itu bersifat kronis
dan bukan transisional. Keadaan
tersebut bukan fenomena yang sementara, yang karena waktu, perbedaan antara keadaan yang superior
dengan inferior itu akan hilang dengan
sendirinya. Dengan kata lain, hidup berdampingannya antara kemakmuran dan kemiskinan secara
internasional bukanlah suatu fenomena yang
sederhana yang bisa hilang karena proses waktu semata.
3. Derajat superioritas atau inferioritas itu tidak
menunjukkan kecenderungan yang
menurun, bahkan terus meningkat. Misalnya, perbedaan produktivitas antara industri-industri di negara maju
dengan di NSB tampak semakin jauh dari
tahun ke tahun.
4. Keterkaitan antara unsur superior dan unsur
inferior tersebut menunjukkan bahwa
keberadaan unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali
dalam mengangkat derajat unsur inferior.
Bahkan kenyataannya, unsur yang superior tersebut sering kali justru menyebabkan timbulnya kondisi
keterbelakangan (underdevelopment).
Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka dualisme
dapat dibedakan dalam beberapa
macam yaitu :
a. Dualisme
Sosial
Dikemukakan oleh profesor Boeke, yang
mengatakan bahwa di dalam suatu masyarakat mungkin terdapat dua sistem sosial
yang sangat berbeda. Kedua-duanya wujud secara berdampingan dimana yang satu
tidak dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya. Sistem sosial yang satu modern
sedang yang lainnya tradisional. Sistem sosial yang lebih modern ini terutama
berasal dari negara-negara barat.
b. Dualisme Teknologi
Dalam menelaah mengenai dualisme di
negara berkembang dua ahli ekonomi yaitu Higgins dan Myint telah melakukan
suatu studi tentang dualisme ini. Higgins menekankan kepada adanya dualisme di
bidang teknologi. Yang dimasud dengan dualisme teknologi adalah suatu keadaan
dimana di dalam sesuatu bidang kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik
memproduksi dan organisasi produksi yang sangat berbeda sekali coraknya, dan
mengakibatkan perbedaan yang besar sekali dalam tingkat produktivitas.
c. Dualisme Finansial
Sedang Myint lebih banyak menyoroti
masalah lembaga keuangan di negara berkembang. Analisa Myint mengenai pasar
yang yang melahirkan adanya dualisme finansiil. Pengertian itu dapat dijelaskan
dalam dua golongan yaitu : a) adanya pasar uang yang memiliki organisasi yang
sempurna (organized money market), b) adanya pasar uang yang tidak
terorganisir sama sekali (unorganization money market).
Untuk pasar uang yang pertama meliputi
Bank-bank komersiil dan Badan-badan keuangan lainnya. Hal ini terutama terdapat
dikota-kota besar dan pusat-pusat perdagangan. Sedang pasar uang jenis yang
kedua adalah bentuk pasar uang yang bukan berbentuk institusional terdiri dari
tuan-tuan tanah, pedagang-pedagang perantara. Biasanya pasar uang jenis ini
sangat menonjol untuk daerah pedesaan yang terkenal dengan renternir dan sistem
ijon. Adanya kebutuhan yang mendesak akan uang mengakibatkan cara tersebut yang
mudah dijangkau oleh masyarakat di pedesaan.
d. Dualisme
Regional
Pada tahun 1960 an banyak orang mulai
membicarakan mengenai masalah dualisme regional. Yang dimaksud dengan dualisme
regional ini adalah ketidakseimbangan tingkat pembangunan di berbagai daerah
dalam suatu negara. Akibat dari ketidakseimbangan dalam pembangunan
mengakibatkan adanya jurang perbedaan tingkat kesejahteraan antar berbagai
daerah dan selanjutnya menimbulkan masalah sosial dan politik. Sebagai contoh
misal dualisme antara kota dengan desa, dualisme antara Pemerintahan Pusat
dengan Pemerintahan Daerah.
Adanya berbagai macam tersebut jelas kurang menguntungkan
bagi pembangunan, sebab akibat yang dapat ditimbulkan dapat berupa ada
perbedaan yang menyolok antara golongan kaya dan miskin dimana perbedaan ini
semakin lama semakin melebar dengan distribusi pembagian pemerataan pendapatan
menjadi timpang. Di samping itu kemajuan di bidang teknologi juga akan
memberikan pengaruh terhadap tingkat kesempatan kerja yang ada. Dualisme
teknologi melahirkan akibat buruh terhadap lajunya pembangunan dan kaharmonisan
proses pembangunan.
PENGARUH DUALISME DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Dualisme terkait sekali dengan adanya dua kekuatan berbeda
yang hidup berdampingan dalam waktu yang sama. Dalam uraian diatas telah
dijelaskan mengenai beberapa jenis dualisme yang berkembang dalam Negara Sedang
Berkembang (NSB). Mulai dari sistem sosial,
ekologis, teknologi, finansial sampai regional, semuanya di pengaruhi oleh
sistem dualisme ini.
Akibat adanya dua unsur yang berbeda, tidak dapat dipungkiri
bahwa dualisme ini memberikan efek yang negatif dalam perekonomian yang
perkembangannya masih belum begitu tinggi. Seperti halnya pada negara yang
sedang berkembang. Sebagian besar kegiatan-kegiatan ekonomi pada negara berkembang
masih dilaksanakan dengan menggunakan teknik-teknik yang sederhana dan
tradisional. Konsep tradisional ini tentunya akan membawa dua dampak yang
mendasar dalam sistem perekonomian serta sistem sosial yang ada pada
masyarakat. Pertama, dengan sistem yang masih tradisional produktivitas yang
dihasilkan akan rendah. Kedua, terbatasnya usaha yang menuju ke arah
pembaharuan atau perubahan. Adanya sikap takut akan pembaharuan, akan
mengakibatkan produktivitas yang rendah tidak akan mengalami perubahan dari masa
ke masa. Hal ini akan membawa dampak yang kurang baik terhadap mekanisme pasar,
atau yang biasa kita sebut dengan ketidak sempurnaan pasar.
Dalam pasar yang sempurna, faktor-faktor produksi memiliki
mobilitas yang tinggi dan dapat saling menggantikan satu sama lain. Hal ini
tidak terjadi di negara yang memiliki ketidaksempurnaan pasar. Adanya sektor
tradisional dan sektor modern menyebabkan adanya perbedaan tingkat upah yang
diterima oleh setiap individu. Penguasaan teknologi menjadi dasar dalam menghitung
upah setiap orang dan pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang dalam bekerja akan menjadi penentu upah bagi masing-masing individu.
Selain itu, ketidaksempurnaan pasar sering kali disebabkan
karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai keadaan pasar. Para pekerja
tidak menyadari tentang adanya kesempatan kerja yang lebih baik di sektor atau
di daerah lain. Para petani tidak mengetahui adanya cara untuk meningkatkan
produksi dan para pengusaha tidak menyadari kemungkinan untuk mengembangkan
pasar dalam negeri maupun luar negeri. Adanya kuasa monopoli dalam perdagangan
di sektor tradisional merupakan salah satu contoh ketidaksempurnaan pasar di
negara miskin.
Dalam suatu pasar yang sempurna, para pelaku ekonomi
dianggap rasional. Artinya, setiap orang akan berusaha mencapai tingkat
kepuasan maksimum. Pengamatan yang dilakukan di NSB menunjukkan hasil yang
sebaliknya, yaitu masyarakat tidak berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dan
tidak responsif pada rangsangan baik yang terjadi dalam pasar. Jadi, dapat
diambil kesimpulan bahwa sikap masyarakat terhadap perkembangan pasar merupakan
salah satu faktor yang menimbulkan ketidaksempurnaan pasar di NSB.
Pengaruh ketidaksempurnaan pasar terhadap tingkat produksi
dalam suatu masyarakat dapat ditunjukkan dengan menggunakan kurva kemungkinan
produksi (produstion possibillities curve), yaitu seperti pada gambar
1.1
Gambar I.I
Kurva AB adalah kurva kemungkinan produksi negara yang
tingkat pembangunannya relatif rendah, sedangkan kurva PQ menggambarkan kurva
kemungkinan produksi suatu negara yang sudah maju. Kurva kemungkinan produksi
ini menunjukkan kemampuan maksimum suatu negara untuk menghasilkan barang
industri, barang pertanian atau kombinasi dari golongan barang tersebut.
Apabila gabungan barang industri dan barang pertanian ditunjukkan dalam oleh
salah satu titik pada kurva tersebut, maka keadaan itu berarti bahwa sumber
daya di negara tersebut digunakan secara penuh (full employment). Negara
yang lebih maju kemampuan memproduksinya lebih besar daripada negara yang lebih
miskin. Oleh karenanya kurva kemungkinan produksinya (PQ) adalah lebih jauh
dari titik O jika dibandingkan dengan kurva kemungkinan produksi dari negara
yang lebih miskin (AB).
Walaupun kemampuan negara yang relatif miskin dalam
memproduksi barang pertanian dan barang industri lebih terbatas, negara yang
seperti itu sering kali tidak mampu mencapai batas produksi maksimalnya. Salah
satu sebabnya yang penting adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Pada
umumnya tingkat produksi yang dicapai dalam negara yang relatif miskin adalah
pada titik dibawah kurva kemungkinan produksi AB, misalnya pada titik M.
Apabila tingkat produksi seperti yang ditunjukkan oleh titik M, maka keadaan
tersebut menunjukka bahwa walaupun tidak dilakukan perbaikan dalam teknologi,
akan tetapi apabila dilakukan perbaikan dalam bidang institusional dan
organisasi produksi, jumlah produksi dapat diperbesar lagi. Berarti tingkat
produksi yang baru akan ditunjukkan oleh titik-titik yang terletak lebih dekat
dari kurva AB atau pada kurva itu. Keadaan yang baru ini misalnya adalah
seperti yang ditunjukkan oleh titik N1atau N2 yang
berarti bahwa tingkat produksi nasional telah bertambah tinggi. Titik N1meunjukkan
bahwa tingkat produksi barang pertanian menjadi lebih tinggi, sedangkan titik N1 menggambarkan
bahwa pertambahan produksi yang terjadi di sektor industri.
Negara miskin, selain kemampuannya
dalam memproduksi produk pertanian dan produk industri yang masih relatif
terbatas, juga seringkali tidak
mampu mencapai batas produksi yang maksimal. Salah satu penyebabnya adalah
karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Di samping adanya
beberapa pengaruh negatif dari adanya dualisme sosial terhadap
pembangunan, selanjutnya sering
dinyatakan pula bahwa adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang digunakan dapat menimbulkan
dua keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat pembangunan ekonomi.
· Pertama, dualisme teknologi
terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor modern,
sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing akan
dibawah ke luar negeri.
· Kedua, dualisme teknologiakan
membawa tiga dampak negatif, yaitu: membatasi kemampuan sektor modern
dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi kemampuan sektor pertanian
untuk berkembang, memperburuk masalah pengangguran.
Jika hambatan hambatan-hambatan yang
ditimbulkannya terhadap perkembangan kesempatan kerja dan perkembangan
sektor pertanian, dan terdapatnya kemungkinan untuk mempercepat
perkembangan produksi diposisikan sederajat, kemudian perbandingan efek
positif dan negatif yang ditimbulkan, maka dualisme teknologi tidaklah
salah dan tidak memperkukuh kemiskinan yang ada di NSB (negara sedang berkembang). Tanpa adanya
sektor modern, NSB mungkin akan mengelami pertumbuhan yang lebih lambat
daripada yang telah dicapainya pada masa lalu.
ANALISIS KONSEP DUALISME TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI
Seperti tertulis diatas, dualisme
sendiri sudah jelas menunjukkan adanya perbedaan antara bangsa-bangsa kaya dan
miskin, dan perbedaan antar golongan masyarakat yang terus meningkat.
Dalam 4 unsur pokok konsep dualisme,
terdapat dua keadaan yang berbeda dimana sebagian besifat superior dan yang lain inferior
dan bisa hidup berdampingan dalam waktu dan ruang yang sama. Hal ini juga
menunjukkan bahwa kenyataan hidup berdampingannya antara kemakmuran dan
kemiskinan secara internasional bukan sesuatu yang dalam hilang karena proses
waktu semata. Dapat kita lihat pada kenyataannya sendiri perbedaan
produktivitas industri-industri di negara maju dengan di negara sedang
berkembang tampak semakin jauh dari tahun ketahun. Hal ini karena adanya
keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior yang menunjukkan
keberadaan unsur superior hanya berpengaruh kecil atau bahkan tidak berpengaruh
sama sekali dalam mengangkat derajat unsur inferior.
Lalu, bagaimanakah efeknya terhadap
negara sedang berkembang? Jelas tidak dapat dipungkiri bahwa akan memberikan
efek negatif dalam perekonomian yang perkembangannya masih belum begitu tinggi.
Di negara sedang berkembang sendiri, sebagian besar kegiatan ekonominya masih
menggunakan teknik yang sederhana atau dalam kata lain tradisional.
Dengan menggunakan teknik-teknik yang
tradisional atau sangat sederhana menyebabkan produktivitas rendah, dan pola pikir
tradisional menyebabkan usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau pembaharuan
sangat terbatas. Kemudian, adanya keterbatasan usaha yang menuju ke arah
pembaharuan yang mana keterbatasan ini timbul akibat adanya sikap takut akan
pembaharuan yang mengakibatkan produktivitas tidak akan mengalami perubahan
(peningkatan) dimasa yang akan datang atau tidak akan mengalami perubahan yang
berarti dari masa ke masa.
Kemudian, apa yang akan terjadi? Tentu
akan berdampak kurang atau bahkan tidak baik terhadap mekanisme pasar atau
ketidaksempurnaan pasar. Jika dalam pasar yang sempurna faktor-faktor produksi
memiliki mobilitas tinggi dan saling menguntungkan satu sama lain, ini tak akan
terjadi di negara yang memiliki ketidaksempurnaan pasar.
Dikarenakan adanya sektor tradisional
dan sektor modern menyebabkan adanya perbedaan tingkat upah yang diterima
tiap-tiap individu dimana penguasaan teknologi menjadi dasar dalam menghitung
upah setiap orang. Dan, pendidikan serta keterampilan seseorang dalam bekerja
akan menjadi penentu upah bagi tiap-tiap individu. Ditambah lagi, kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai keadaan sehingga para pekerja tidak menyadari
adanya kesempatan kerja yang lebih baik di sektor atau di daerah lain. Dan,
orang-orang yang bekerja disektor pertanian tidak mengetahui cara untuk
meningkatkan produksi serta tidak menyadari kemungkinan untuk mengembangkan
pasar dalam maupun luar negeri.
Dapat dikatakan dalam hal ini, sikap
masyarakat terhadap perkembangan pasar merupakan salah satu faktor yang menimbulkan
ketidaksempurnaan pasar di negara sedang berkembang (NSB). Akibat dari berbagai
macam keadaan yang menimbulkan ketidaksempurnaan pasar menyebabkan
sumberdaya-sumberdaya yang terdapat di negara sedang berkembang (NSB) tidak
dapat digunakan secara efisien.
Tentu hal tersebut tidak saja
menimbulkan pengangguran pada berbagai sumberdaya, tetapi juga mengakibatkan
penggunaan sumberdaya tersebut tidak selalu diarahkan kepada sektor dan
kegiatan yang potensi pekembangannya relatif lebih baik.
Disamping itu, terdapat juga pengaruh
dualisme dalam tingkat teknologi dimana dualisme teknologi ini terlahir sebagai
akibat dari perusahaan modal asing atas sektor modern yangmana sebagian besar
keuntungannya akan dibawa ke luar negeri. Dalam hal ini juga, dapat membatasi
kemampuan sektor modern dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi kemampuan
sektor pertanian, dan memperburuk masalah pengangguran. Sehingga, meskipun
prinsipnya pembangunan itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh
masyarakat, namun realitasnya manfaat pembangunan seringkali hanya dinikmati
oleh segolongan kecil penduduk negara sedang berkembang (NSB). Hal ini dapat
menyebabkan adanya jurang tingkat pendapatan semakin bertambah dan pembangunan
belum sanggung menciptakan kesempatan kerja yang seimbang dengan pertambahan
tenaga kerja, sehingga tingkat pengangguran semakin buruk.
Jika hambatan-hambatan yang
ditimbulkannya terhadap perkembangan kesempatan kerja dan perkembangan sektor
pertanian, dan terdapatnya kemungkinan untuk mempercepat perkembangan produksi
diposisikan sederajat, kemungkinan perbandingan efek positif dan negatif yang
ditimbulkan, maka dualisme ini tidaklah salah dan tidak memperkukuh kemiskinan
di NSB (negara sedang berkembang). Tanpa adanya sektor modern, NSB mungkin akan
mengalami pertumbuhan yang lebih lambat daripada yang telah dicapainya pada
masa lalu.
Sumber Bacaan :
-
BAB
10 ‘Masalah Dualisme Pembangunan’ Rowland B. F. Pasaribu
-
http://Kusumarini-endah.blogspot.co.id/
dengan judul ‘Dualisme dalam Perekonomian’ , post November 2013
-
http://mosok-kita.blogspot.co.id/
dengan judul ‘Masalah Dualisme Pembangunan’, post Desmber 2014
*) maaf kalau analisisnya sedikit muter-muter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar