Eun Si makan
siang ditemani dua sahabat baik Ezra. Mereka diminta tolong Ezra agar menjaga
Eun Si. Sedang Eun Si heran karena menurutnya, ia baik-baik saja seorang diri.
“Ah, kalian
mengenal Vito?” Eun Si mengeluarkan handphonenya.
Menunjukkan kalau Vito mengirim pesan padanya, “beberapa waktu lalu, ia juga
mengajakku bicara. Apakah Vito dan Ezra memiliki jarak?”
Kedua cowok itu
saling pandang. Ezra meminta mereka agar tidak menjelaskan apapun yang buruk
pada Eun Si tapi melihat wajah memohon Eun Si, mereka pun tak tega. Mau tak mau
mereka memberi tahu kalau benar jika Vito dan Ezra memiliki jarak yang sangat
jauh.
“Menurut kalian,
apa Vito itu baik?” Eun Si penasaran. Mereka mengiyakan, “apa alasan kalian
berpikir seperti itu?”
“Dibanding Ezra,
orang-orang berpikir Vito tidak pernah membuat masalah. Bahkan ia bersikap ramah
pada semua orang. Tapi bagi kami, hati manusia siapa yang tahu?” kemudian
mereka menegaskan sebaik apapun Vito tapi Ezra tetaplah sahabat mereka dan tetap
yang terbaik, “kenapa kamu menanyakan itu? Vito mengganggumu?”
Mata Eun Si
memandang kanan-kiri, “dia tidak mengganggu. Hanya saja...,” ia tak tahu harus
mengatakan apa, “beberapa waktu lalu, ia mengatakan hal-hal buruk tentang Ezra.
Kenapa bisa seperti itu? Ckck.”
**
Ezra memasakkan
sesuatu untuk Eun Si. Gadis itu sangat senang setiap kali Ezra yang membuat
makanan. Bahkan, ia berharap, bisa setiap hari seperti itu.
“Seharusnya kamu
yang melakukan ini,” Ezra melempar lobak pada Eun Si. Gadis itu menangkapnya
dengan tepat, “mana tamu undangan yang lain? Bukankah kamu mengatakan kalau ada
perayaan pindah rumah?”
Kepala Eun Si
mengangguk-angguk. Ia menunjukkan jam tangannya kalau tamu undangannya akan
datang setengah jam lagi jadi mereka datang saat makanan selesai dimasak, “aku
akan membantu dengan senyum manisku.” Ia meletakkan kedua telapak tangannya pada
pipi, “ini akan sangat membantu.”
Ezra hanya
mendesah lelah kemudian lanjut memasak. Sejujurnya, ia tak pernah memasak untuk
siapapun kecuali untuk Eun Si. Ia juga tidak mengerti kenapa setiap memasak
untuk Eun Si selalu enak padahal sejujurnya, ia sendiri tidak yakin dengan apa
yang ia buat.
“Kami datang,”
beberapa teman sekelas mereka datang dengan membawa beberapa cemilan. Eun Si
langsung senang tapi tidak dengan Ezra. Ia kesal karena beberapa tamu undangan
ada yang tidak dikenalnya.
“Dia teman sekelas
kita. Apa kamu benar-benar tidak mengenal semua teman sekelas kamu?” Eun Si
bertanya-tanya, “itu keren! Kalau bisa, hanya ada satu gadis yang kamu kenal
didunia ini yaitu aku. Aku. Aku.” Ia mengulang-ulang ucapannya. Bukan karena
alasan lain tapi bagi Eun Si, hanya ia gadis yang ada dihidup Ezra karena Ezra
tak memiliki saudara perempuan dan karena ibunya Ezra juga sudah berada
disurga, “pokoknya hanya aku.”
“Siap bos!”
Teman-teman
mereka hanya memandang aneh dengan sikap Ezra yang seperti itu. Lebih terkejut
lagi saat mereka tahu kalau Ezra yang memasak semua makanan yang terhidang.
“Kami boleh
memakannya?” tanya seorang cewek. Eun Si langsung tertawa mendengarnya. Bukan
karena alasan lain tapi karena cewek itu mengenal Ezra yang dingin dan
mengertikan, “terimakasih.”
“Kenapa suasana
jadi sangat tegang. Apa yang terjadi?” Eun Si kesal, “oppa! Mereka takut padamu. Tersenyumlah agar mereka tidak takut
lagi.”
Tapi bukannya
tersenyum, ia justru menarik Eun Si dalam pelukannya dan mencium gadis itu,
“aku hanya ingin banyak tersenyum untuk kamu,” bisiknya, Eun Si tersenyum
lebar, “kamu masih ingin aku tersenyum untuk mereka?”
“No! Tidak-tidak!
Ezra akan tersenyum untukku saja. Kalian jangan iri,”
Teman-temannya
langsung tertawa kecil dan suasana mulai mencair. Kini, mereka mulai
beranggapan kalau Ezra tidak sedingin yang mereka tahu dan tidak sekejam yang
semua orang tahu, ‘kalau ia dingin dan
kejam, orang seperti Eun Si gak akan bersamanya.’ Batin teman-teman.
**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar