Ezra memukul
perut salah seorang siswa di belakang sekolah. Pukulannya tak ada yang meleset.
Sekalipun siswa tersebut melawan, Ezra tak pernah tersentuh walau hanya seujung
kuku. Sedang dua teman Ezra berjaga-jaga agar tak ada yang memergoki mereka.
“Sial!” seorang
cowok berseragam SMA dengan rokok ditangannya tiba-tiba muncul, “kenapa
melakukan itu pada orang yang gak bersalah?” ia menendang kursi rapuh yang ada
disana kemudian mengatakan pada siswa yang di bully agar pergi.
Amarah Ezra
memuncak. Ia langsung mencengkram kerah seragam cowok itu dan menatap perang
pada kedua bola matanya. Cowok itu sama sekali tak takut.
“Sepertinya kita
perlu membuat ini lebih sederhana,” Vito melepaskan tangan Ezra dari kerah
pakaiannya. Naas. Ezra memukul wajahnya. Satu pukulan tepat sasaran di pipi
kanan tapi sisanya, Vito berhasil menghindar bahkan balik memukul.
Dua teman Ezra
langsung melerai. Mereka tidak ingin kedua orang tersebut berkelahi karena
urusannya bisa panjang. Sedang Ezra tak peduli. Ia yakin bisa membuat Vito tak
lagi berkutik.
Ezra mulai
memukuli Vito lagi tanpa jeda. Semakin lama, Vito semakin terpojok tapi ia tak
melawan lagi. Justru tampak seperti ia membiarkan Ezra agar terus melampiaskan
hingga lelah. Namun, belum sampai Ezra lelah, cowok itu berhenti ketika linenya berbunyi. Yoon Eun Si mengirim
pesan agar mereka bisa video call.
Terkejut, Ezra langsung pergi dari sana. Merapikan rambutnya dan menghubungi Eun
Si, pacarnya yang berada di Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar