Raja memerintahkan seluruh prajurit untuk
memeriksa seluruh penduduk BE
terutama yang terlihat mencurigakan tanpa terkecuali. Wajahnya menunjukkan
kekhawatiran luar biasa namun tetap berusaha setenang mungkin.
“Ayah, apa yang harus kita lakukan?”
Arnove berbisik pada ayahnya agar tak ada yang mendengar, “apakah kita harus menangkap
kemudian membunuhnya?”
Tentu saja raja tak setuju karena cara
seperti itu tak akan berhasil, “kita bahkan tidak tahu apakah dia anak-anak
atau seorang pemuda bahkan seorang gadis kecil. Ketika kita tahu siapa dirinya,
dekati dan berteman dengannya. Saat dia lengah, tusukkan ini ke jantungnya.”
Terlihat raja memberikan sebuah belati yang terbuat dari akar pohon tertua di BE.
Saat menerimanya, Arnove dengan senang
hati akan membuat itu terjadi. Namun, Zelvio yang sedari tadi diam tiba-tiba
bicara dan menentang hal itu. Ia tak suka jika raja mempertahankan posisinya
dengan mengorbankan nyawa tak bersalah.
“Bodoh! Tidak bersalah! Orang itu adalah
monster! Dia bisa menghancurkan kita bahkan menghancurkanmu dengan mudah!”
Arnove mendekatkan pedang dileher Zelvio, “kamu ingin menentang perintah ayah
kita? Ini perintah raja!”
Tetap saja Zelvio tak setuju. Ia
mengatakan dengan tegas kalau ia tidak akan pernah terlibat dalam kejahatan
semacam itu. Matanya membiru tajam, menghancurkan pedang ditangan Arnove menjadi
debu.
Sontak, raja dan Arnove terkejut karena
selama ini Zelvio selalu gagal melakukan hal itu.
“Pergilah,” ucap raja lirih, Zelvio
membungkuk hormat, “tidak. Pergilah dari kerajaan ini untuk sementara dan
kembali lagi ketika menyadari apa kesalahanmu.”
Mendengarnya, Zelvio terkejut. Ini sudah
jelas. Ia di usir dari istana. Senyum kemenanganpun muncul diwajah Arnove.
Tanpa rasa sedih, Zelvio meninggalkan
istana. Ketika pengawal pribadinya mengejar dan menawarkan tempat tinggal, ia
menolak keras, “sudah sejak lama aku ingin tinggal diluar istana. Aku ingin
tidur nyenyak dibawah sinar bulan. Kini, kudapatkan kebebasan itu.” Senyumnya
mengembang. Benar-benar bahagia.
Tidak menunggu waktu lama, ia terus
berkeliling BE menikmati
kebebasannya. Hari pun mulai gelap, ia memilih pergi ke hutan dan menikmati
cahaya bulan yang sampai pada kulitnya.
Diam-diam, para goblin mengintipnya.
Mereka berpikir kalau pangeran kedua telah terusir dari istana. Ada beberapa
goblin yang merasa kasihan dan ada juga yang mengatakan kalau kehancuran
keluarga kerajaan sudah dimulai atau dalam kata lain, para goblin senang.
“Ini akan berbahaya bagi nona Feroya,”
“Pelankan suaramu, pangeran terbuang itu
bisa mendengar kita.”
Tentu, samar-samar Zelvio mendengar suara.
Ia mencari suara tersebut, ‘apa para
goblin marah karena aku datang ke hutan malam hari? Aku tidak akan membunuh
mereka seperti yang dilakukan ayah dan Arnove.’ Merasa kalau kehadirannya
dihutan malam hari mengganggu, ia memilih meninggalkan hutan.
Langkah kaki Zelvio telah membawanya ke
daerah pinggiran. Dan entah kenapa, ia sudah tiba didepan rumah Feroya, ‘kenapa bisa seperti ini! Aku akan gila jika
terus memikirkannya!’
Takut Feroya mengetahui kedatangannya, ia
berbalik pergi namun naas, Feroya yang sedang diluar kembali pulang. Mereka
saling menatap. Zelvio mulai jatuh cinta dengannya.
“Kamu mengunjungiku?” tanyanya, Zelvio
gugup, “cahaya bulan sangat indah, aku baru saja menikmatinya.”
“Tapi aku melihat sesuatu yang lebih indah
sekarang,” ucapannya mulai mengacau sehingga membuat Feroya tertawa lucu,
“i..itu karena...,” ia menggaruk-garuk kepalanya saking gugup, “apa kamu tahu
sebuah rumah kosong yang disewakan?”
“Sebentar, teman sekolahku pernah bertanya
hal semacam ini. Kamu bertengkar dengan keluarga kamu? Kamu diusir atau kamu
kabur?”
Tak ada jawaban dari Zelvio. Ia hanya
meminta Feroya membantunya.
Dan mereka menemukan sebuah penginapan
sederhana ditengah kota. Jujur, berjalan malam hari dengan Feroya mengembalikan
ingatan akan ibu dan kakak perempuannya yang telah tiada. Mereka selalu
berkeliling kota atau sesekali ke pedesaan dimalam hari.
“Menurut kamu, apakah BE menyenangkan?” Feroya memandangnya, “kamu tahu, saat tiba
disini, aku berpikir untuk tidur dan hanya makan sampai satu tahun lamanya.
Kemudian, aku bertemu denganmu yang cukup menyenangkan. Dan beberapa waktu
lalu, aku bertemu seorang teman yang membuatku memiliki alasan untuk nyaman
selama disini. Tempat ini, menurutku gak terlalu buruk,”
“Aku berpikir hal buruk juga tentang BE tapi setelah bertemu seorang gadis
cantik, aku berpikir lain. Begitu damai,”
**
Raja masih murka dengan ucapan putra
keduanya. Ia terus mengucapkan jika telah menyesal memiliki putra seperti itu.
Sedang Arnove terus memancing amarah raja agar hanya ia yang dapat dipercaya.
“Prajurit kita belum menemukannya dan
sekarang anakku menentang. Kesalahan apa yang telah terjadi sebelumnya sehingga
darah sendiri menghianati.”
Tiba-tiba seorang prajurit pemburu goblin
menghadap. Ia mengatakan kalau para goblin semakin kuat yang artinya mereka
sudah bertemu dengan orang yang mereka tunggu-tunggu.
Mendapat laporan tersebut, raja semakin
murka. Hal itu terjadi karena nyawa goblin berguna untuk memperpanjang usianya.
Seperti kebanyakan mahluk BE, mereka
hanya dapat hidup paling lama seribu tahun tapi jika mengambil nyawa seorang
goblin, hidup mereka bertambah satu tahun.
Selesai menghadap, prajurit tersebut undur
diri. Annove pun mengejarnya dan tetap meminta menangkap seorang goblin untuk
keluarga kerajaan.
Dilain tempat, Zelvio hanya bermain-main
dengan beberapa butir kacang-kacangan. Sesekali juga ia berputar mengelilingi
kamar penginapannya. Bukan karena masalah besar yang ada dikerajaan tapi karena
ia mulai jatuh cinta.
“Pangeran,” pengawalnya datang dan
mendesah lelah melihat kegiatan Zelvio yang sama sekali tak berguna, “apakah
karena gadis itu?”
“Dia cantik. Tidak. Hatinya pun cantik.
Dari sekian gadis dan sekian banyak orang yang kutemui, hanya dia yang memberi
saran agar sesekali aku membalas dendam.” Jelasnya selain itu ia juga
menjelaskan kalau Feroya merupakan gadis apa adanya, “walaupun ia adalah gadis
yang boros terhadap uang tapi ia tetap membuatku jatuh cinta.”
Pengawalnya tak bisa mengatakan apapun
kecuali hanya membereskan biji-bijian yang berantakan dilantai. Ia mengingatkan
agar pangeran berlatih bela diri lagi tapi dengan senyum kemenangan, Zelvio
mengatakan ia sudah berhasil membuat pedang menjadi debu yang artinya latihan
kerasnya tak boleh dilanjutkan lagi.
“Apa pangeran tidak akan mencoba mencari
siapa pemilik bintang itu?” tanyanya, Zelvio menggeleng, “tapi pangeran,”
“Kenapa? Aku hanya ingin mencari kebenaran
tentang hati Feroya,” ucapnya seperti sudah dibutakan oleh cinta, “kalau kamu
khawatir dengan kerajaan, pergi dan bantu raja. Lagipula, jika pemilik bintang
itu kejam, seharusnya ia datang dan langsung mengacaukan BE. Kupikir ia baik lagipula, keadaan keluarga kerajaan mengerikan.
Aku tak ingin peduli untuk beberapa saat.”
Zelvio berjalan keluar penginapan dan
mengambil bunga biru. Untuk siapa lagi bunga tersebut kalau bukan untuk Feroya.
Ia mengunjungi Feroya kerumahnya dan langsung memberikannya.
Sedang Feroya yang masih menganggap kalau
Zelvio hanya seorang teman merasa aneh dan mulai paham, “jangan berharap lebih
padaku. Aku akan kembali pada orang tuaku dan gak akan kembali kesini.”
“Kamu belum mencobanya, aku akan mencoba
mengambil hatimu,”
“Lakukanlah. Aku gak akan melarangnya,”
senyum Feroya mengembang. Dalam hati kecilnya, ia senang jika ada seseorang
yang menyukainya seperti Zelvio, “kamu baik hanya saja, sejujurnya, aku belum
menyukai kamu.”
Ketika mereka berbincang seperti itu,
Ellnor datang mengunjungi Feroya dan akan mengajaknya bersenang-senang. Melihat
Ellnor, Zelvio merasa tersaingi. Ia tidak sadar kalau Ellnor adalah goblin.
Tentu saja, penampilan Ellnor tampak wajar tidak seperti goblin yang diketahuinya
memiliki hidung dan telinga panjang.
“Kenapa kita gak pergi bertiga saja?”
tawari Feroya, “aku senang memiliki teman seperti kalian.”
“Tidak!” tolak Ellnor dan Zelvio
berbarengan.
Para tetangga yang mendengar ada suara
keras langsung tahu kalau Feroya sedang diperebutkan dua pemuda tampan. Bahkan
beberapa gadis iri pada Feroya sedang Feroya yang tak memiliki perasaan pada
keduanya hanya tersenyum simpul.
“Aku..., aku...,” belum sempat melanjutkan
ucapannya, Feroya mendapati seseorang sedang memperhatikannya dari balik pohon.
Ya. Siapa lagi. Prajurit kerajaan, “aku ada janji dengan seseorang. Kupikir,
kenapa kalian berdua gak pergi bersama saja? Dah,” ia melambaikan tangan dan
berlari cepat begitu saja.
Zelvio dan Ellnor saling pandang tajam.
Satu sisi Zelvio yang menyukai Feroya dan satu sisi Ellnor sebagai teman
Feroya.
Ditempat lain, tempat pembuangan limbah,
Feroya menyudutkan prajurit tersebut. Ia menanyakan apa alasan prajurit
tersebut menguntitnya. Tidak ada jawaban yang ia dapatnya. Karena kesal, Feroya
menampakkan cahaya putihnya beberapa detik, “apa raja yang memerintahkan?”
beberapa saat ia menutup mata untuk melihat silsilah keluarga prajurit
tersebut, “kamu seorang prajurit biasa, memiliki beberapa anak, seorang istri,
memiliki kedua orang tua yang sakit-sakitan, dan kamu masih mengurus kakekmu.
Menurutmu, lebih baik kamu diam atau membuka mulut?” kaki prajurit itu
gemetaran. Ia berjanji akan tutup mulut asalkan Feroya tidak membunuh
keluarganya, “bukan hanya keluargamu. Aku juga tidak akan membunuhmu,”
Kemudian dengan kaki masih setengah
tenaga, prajurit tersebut belajan untuk kembali ke istana. Tiba-tiba Feroya
menghentikannya dan memberikan sejumlah uang, “di pertigaan sana, ada toko
obat. Belilah obat untuk orang tuamu dan berikan pada mereka sebelum kembali ke
istana.” Ucapnya sambil membungkuk hormat. Prajurit tersebut menerimanya serta
mengucapkan terimakasih walaupun hatinya merasa tak enak bahkan merasa aneh
serta janggal, ‘aku harus menghabiskan
semua tabunganku di BE karena setelah aku pergi dari tempat ini, aku gak akan
pernah kembali lagi. Menghabiskan dengan cara seperti ini juga sangat baik.’
Pikirnya yang tak ingin menyia-nyiakan apa yang ia miliki.
**
Para goblin mulai memberikan informasi
kepada penduduk mengenai bintang yang muncul ditengah bulan dan apa artinya.
Tentu saja para penduduk bimbang karena ini menyangkut masa depan kehidupan
mereka.
Tak hanya penduduk, Zelvio juga didatangi
oleh seorang goblin yang tidak tahu jati dirinya. Tentu karena goblin tersebut
bukan goblin yang berasal dari hutan karena seluruh goblin hutan sudah
mengetahui siapa Zelvio.
“Aku berpikir bintang itu baik tapi
bukankah raja juga baik?”
“Raja cukup baik mengatur kehidupan rakyat
tapi sebaiknya anda jangan lupa jika raja suka mengambil nyawa para goblin.
Mahluk istimewa di BE. Tidak hanya
itu, banyak hal negatif yang raja lakukan pada rakyat ini apalagi calon
penerusnya merupakan pangeran licik.” Tentu, Zelvio tahu kalau yang dimaksud
adalah kakaknya.
“Bagaimana dengan pangeran Zelvio?
Bukankah dia cukup baik? Jika kalian diminta memilih bintang itu atau pangeran
Zelvio, kalian memilih siapa?”
Goblin tersebut diam. Seluruh penduduk
mengetahui kalau Zelvio baik bahkan terkadang membantu mengurangi jumlah pajak
yang harus dibayarkan, “kami tidak harus memilih. Kami hanya berusaha
mengembalikan sesuatu pada tempatnya. Kami yakin, sebagai seorang yang bijak,
pangeran Zelvio tahu apa yang seharusnya berdiri sejak lama.”
Setelah memberikan banyak penjelasan,
goblin tersebut undur diri dan memintanya untuk berpikir. Dalam pikiran Zelvio,
ia tidak tahu, walaupun membenci ayah, kakak, serta ibu tirinya tapi ia tak
tega jika harus membuat ayahnya turun tahta bahkan menghilang.
**
Ellnor memberikan sebuah bibit bunga pada
Feroya. Ia ingin Feroya menanamnya di pekarangan. Mendapat hadiah seperti itu,
bukan hanya senang tapi ia merasa kalau keputusannya untuk menjadi gadis baik
adalah benar.
“Ayahku mengatakan kalau bisa saja aku
memilih menjadi monster. Jika hal itu terjadi, apa para goblin tetap disisiku?”
“Kenapa menanyakan hal seperti itu?” mata
Ellnor menatap bibit-bibit tanaman yang melayang-layang diudara, “kami akan
tetap disisimu. Itu takdir kami. Itu tugas kami. Dan menurut takdir, nona tidak
akan menjadi monster.”
Seketika, bibit-bibit tersebut tersusun
rapi dalam sebuah kotak penyimpanan. Ingatan Feroya kembali ketika ia kecil dan
hampir menjadi monster kecil. Namun, karena cinta ibunya, ia tahu jika menjadi
baik adalah hal paling menyenangkan.
Tak membahas mengenai pilihannya untuk
menjadi baik lagi, ia meminta Ellnor membantunya menanam bibit-bibit tersebut.
Ia ingin menanamnya seperti kebanyakan penduduk bukan dengan kelebihan yang
dimilikinya.
“Mungkin ini kurang sopan tapi sejak kapan
nona mengenal Zelvio?”
Hanya sebuah senyuman kecil yang diberikan
Feroya untuk menjawabnya. Ia tahu kalau pertanyaan ini akan dilontarkan oleh
salah satu goblin. Tentu, ayahnya pernah mengatakan jika nanti dirinya dekat
dengan salah satu penduduk BE maka
para goblin akan bertanya banyak hal.
“Jangan banyak bertanya mengenai aku dekat
dengan siapa. Aku gak suka ditanya-tanya seperti itu,” ia melirik tajam
sehingga Ellnor benar-benar diam,
‘bagaimanapun juga, aku masih menakutkan.’
Tanpa mereka ketahui beberapa tetangga
Feroya terkagum-kagum melihat keduanya seperti itu. Mereka beranggapan jika
Feroya merupakan darah campuran yang begitu beruntung dalam waktu singkat.
Sayangnya, anggapan mereka berbanding
terbalik dengan anggapan Feroya karena menurutnya, ia merupakan gadis yang
kurang beruntung sejak lahir karena terus berbohong. Ekspresi wajahnya menjadi
sedikit sedih ketika mendapat pendengaran mengenai dirinya dari para tetangga.
‘Ini
karena takdir. Karena takdir. Tapi seseorang bisa mengubah takdir jika ia
berusaha. Dan aku akan berusaha menolak takdir tersebut.’
Seseorang tak diundang datang. Siapa lagi
kalau bukan Zelvio. Ia langsung menyenggol tangan Ellnor sehingga bibit-bibit
bunga ditangan Ellnor berjatuhan. Dengan manisnya, ia mengatakan lebih baik
dirinya yang menanam bibit tersebut. Tentu Ellnor tak terima, mereka bertengkar
kecil.
“Oke. Kalian lakukan itu berdua. Aku akan
pergi membeli sesuatu untuk kalian.”
Kesal dengan ucapan Feroya, Zelvio
mengacak-acak tanah pekarangan. Biasanya, Feroya akan marah jika sesuatu
miliknya dirusak tapi kali ini ia tersenyum dan tetap pergi untuk membeli
sesuatu.
‘Untuk
pertamakalinya, aku tersenyum ketika ada orang yang bertengkar dan merusak
milikku. Mereka lucu, apalagi Zelvio’
Menunggu Feroya kembali kerumah, Zelvio
mengajak Ellnor untuk bersaing sehat. Tentu Ellnor menolak. Ia berpikir kalau
Zelvio adalah pangeran bodoh. Mengetahui kalau Ellnor tahu identitasnya, ia
marah dan meminta Ellnor bertanding pedang padanya.
“Pangeran, sejujurnya, seluruh penduduk
tahu kalau anda adalah pangeran kecuali para penduduk daerah pinggiran.
Seharusnya anda belajar lebih baik untuk menjadi pemimpin,” Ellnor menasehati
tapi Zelvio menganggap kalau hal tersebut adalah ejekan, “berhati-hatilah
dengan kakak anda, pangeran,” ia tersenyum kemudian melangkah pergi, “katakan
pada Feroya kalau keluargaku menunggunya dirumah.” Tambahnya kemudian pergi
begitu saja.
Tentu saja mendengarnya membuat Zelvio
emosi. Ia berpikir kalau Feroya sudah mengenal keluarga Ellnor. Sedang Ellnor
yang dimaksud keluarga oleh Ellnor adalah para goblin dihutan. Salah paham yang
unik.
“Kemana Ellnor? Aku membelikannya ice cream. Ia menyukai ice cream,” tampak kekecewaan di wajah
Feroya ketika mendapati tidak ada Ellnor, “kamu, hei, iya kamu,” katanya
menatap Zelvio kesal, “kamu mengusir temanku. Argh! Menyebalkan,” ucapnya mengacak
rambutnya sendiri, “ini, untukmu,” ia memberikan gula-gula kesukaan Zelvio.
“Kamu tahu aku menyukai ini?”
Feroya menggangguk, ‘bahkan kalau aku mau, aku bisa mencari tahu dimana rumah dan silsilah
keluargamu. Tapi, aku gak ingin tahu hal itu sekarang’ ia meminta Zelvio
untuk segera menghabiskan gula-gula yang telah ia belikan.
“Jawab dulu, kenapa kamu tahu kalau aku
menyukai gula-gula? Apakah kamu juga tahu siapa aku?”
Kesal dengan celoteh Zelvio, ia mengusir
Zelvio dari rumahnya.
Di tengah perjalanan menuju penginapan,
Zelvio menemukan seorang prajurit yang terlihat mencurigakan. Sangat cepat, ia
langsung menyudutkan prajurit tersebut. Tanpa banyak mengancam, Zelvio tahu
kalau prajurit tersebut telah menemukan bintang yang dicari kerajaan.
“Ma..., maaf pangeran,” ia mengeluarkan
sebuah belati dan berusaha bunuh diri tapi Zelvio berhasil menghentikannya,
“pada akhirnya, anda atau pangeran Arnov bahkan raja akan membunuh saya.” Ia
berlutut penuh ketakutan mendalam.
“Tidak. Hei, aku berbeda dengan kakak dan
ayahku. Dibandingkan bintang itu, aku lebih tertarik dengan bintang dihatiku
sendiri. Aku akan bicara pada raja dan mulai hari ini, kamu akan menjadi
mata-mataku,” ia tersenyum, “itu bayaranmu agar aku tutup mulut,” kemudian
Zelvio menjelaskan kalau tugas pertamanya adalah memastikan kalau Feroya, gadis
yang ia sukai tidak memiliki hubungan lebih dengan seseorang bernama Ellnor.
Tak lupa, ia meminta agar mendapatkan identitas Ellnor.
Dilain tempat, di pedalaman hutan, para
goblin sedang berkumpul dan memikirkan cara menghadapi prajurit kerajaan yang
sepertinya akan memburu para goblin besar-besaran. Dilain sisi, mereka khawatir
pada Feroya yang dekat dengan Zelvio.
“Karena hanya orang terdekatnya yang bisa
melukai,”
Tiba-tiba sekelompok prajurit istana
menyerang para goblin. Tentu dengan jumlah goblin yang lebih banyak
mengakibatkan para prajurit yang hanya berjumlah belasan kalah mutlak. Mereka
menarik mundur penyerangan.
“Kami akan datang dengan jumlah lebih
banyak. Serahkan diri kalian untuk raja atau kami akan mengambil paksa nyawa
kalian,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar