Rabu, 26 Oktober 2022

Pola Komunikasi Organisasi

 

    Pola komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi dengan cara yang tepat agar makna dari pesan dapat dipahami (Pangestu, 2015). Sedangkan, pola komunikasi dalam sebuah organisasi maupun perusahaan merupakan proses komunikasi internal antara pimpinan ke karyawan dan komunikasi dari karyawan ke pimpinan maupun unit kerja yang berada pada tingkat yang sama guna mencapai tujuan maupun mengkomunikasikan gagasan, ide, pendapat, dan lain sebagainya (Fadillah, 2017).

    Dalam sebuah organisasi maupun perusahaan, terjadi proses pertukaran pesan antar anggota satu sama lain (Harris, 2002). Pertukaran pesan tersebut terjadi melalui sebuah cara atau pola yang ditetapkan dalam sebuah organisasi maupun perusahaan. Seperti yang dijelaskan oleh Joseph A. Devito, terdapat beberapa pola komunikasi yang dapat diterapkan dalam sebuah organisasi (Devito, 2008)

    Pola komunikasi yang dikenal sebagai pola roda, dalam pola komunikasi organisasi ini, pimpinan memiliki status yang jelas. Pada pola komunikasi ini, kekuatan berada pada pimpinan dan seluruh proses komunikasi bergerak melalui pimpinan. Sehingga seluruh instruksi, fungsi kepengawasan, dan perintah berpusat pada keputusan pemimpin. (Devito, 2008) Lalu, pola komunikasi yang selanjutnya adalah lingkaran, organisasi dengan pola komunikasi ini menjadikan seluruh anggota dalam organisasi dapat berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain dengan mudah. Dengan pola komunikasi ini, komunikasi terjadi secara dua arah dan masing-masing individu tidak mengutamakan dominasi tunggal serta tidak menekan anggota organisasi lain dengan ide, pendapat, dan gagasan yang berbeda. Dalam pola lingkaran, komunikasi antara anggota dengan tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi tidak dibatasi atau disambungkan melalui hirarki lain, sehingga komunikasi terjadi secara langsung (Devito, 2008)

    Pola komunikasi yang ketiga adalah pola bintang, organisasi maupun perusahaan dengan pola ini membuat seluruh anggota memiliki kekuatan untuk memengaruhi anggota lainnya maupun berkolaborasi. Pola bintang menciptakan komunikasi dengan partisipasi aktif dari setiap anggota organisasi baik pemimpin maupun karyawan dengan proses timbal balik guna mencapai tujuan bersama (Devito, 2008)

    Pola komunikasi yang terakhir adalah pola rantai yang di dalamnya terdapat hirarki antara pemimpin dan anggota, pola ini dikenal sebagai sistem komunikasi upward dan downward secara langsung. Pola rantai dikenal sebagai pola yang hampir menyerupai pola lingkaran namun unit di antara pemimpin dan karyawan cenderung lebih dominan dalam proses komunikasi (Devito, 2008)



Sumber: Berbagai sumber

Agar data lebih baik maka silahkan mengecek sumber dari jurnal terakreditasi yaa

Proses Komunikasi

 

Dalam prosesnya, dijelaskan oleh Ruslan bahwa komunikasi memiliki dua tahap, yaitu proses komunikasi secara primer dan sekunder; (Hartati, 2013).

1.       Proses Komunikasi Secara Primer

Merupakan sebuah kegiatan penyampaian pikiran atau perasaan seorang individu kepada individu lain dengan menggunakan simbol. Dalam hal ini, simbol merupakan media primer dalam proses komunikasi adalah berupa gambar, isyarat, bahasa, dan sebagainya yang dapat menggambarkan pikiran maupun perasaan antar individu. Seorang komunikator melakukan encoding yaitu informasi yang hendak disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh komunikan, kemudian komunikan tersebut akan melakukan decoding dimana informasi tersebut yang berupa simbol akan ditafsirkan. Setelah itu, komunikan akan memberikan response terhadap informasi tersebut, dan komunikan akan melakukan feedback baik positif maupun negatif (Hartati, 2013).

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Merupakan tahap selanjutnya dari proses komunikasi secara primer. Dalam tahap ini, terdapat sarana sebagai media kedua setelah simbol pada komunikasi primer. Penggunaan sarana dalam proses komunikasi sekunder bertujuan untuk mendukung proses komunikasi dimana jumlah komunikan cenderung berjumlah banyak (massa) dan berada di lain tempat. Contoh dari sarana tersebut adalah media massa seperti surat kabar, radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Namun, komunikasi sekunder tersebut memiliki kekurangan seperti kemungkinan terjadinya sasaran komunikasi yang tidak tepat dan feedback yang terlambat (Hartati, 2013).

Fungsi Komunikasi

Dalam komunikasi sendiri, peneliti menemukan beberapa penjelasan mengenai komunikasi dari para ahli, salah satu penjelasan fungsi komunikasi yang peneliti dapatkan adalah menurut William I Gorden dalam Mulyana & Solatun (2008) komunikasi memiliki empat fungsi sebagai berikut;

 

1.       Fungsi Sosial

Dilihat dari segi fungsinya terhadap komunikasi sosial, menunjukkan bahwa komunikasi dalam kehidupan sosial diperlukan guna menciptakan konsep diri, mewujudkan ideal-self, untuk mendapatkan kepuasan serta mengurangi tekanan dengan cara melakukan komunikasi yang tepat dalam berhubungan dengan orang lain. Individu yang cenderung menghindari kehidupan sosial dan komunikasi dengan orang lain dapat merasa kebingungan mengenai dirinya sendiri dan posisinya di dalam ruang lingkup sosial karena tidak terbiasa untuk melakukan interaksi dengan orang di sekitarnya. Fungsi sosial komunikasi ini berkaitan dengan kultural dari para pelaku komunikasi karena dapat berdampat terhadap budaya, pandangan, dan konsep diri dari individu tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa sosial dan komunikasi itu memiliki hubungan timbal balik..

 

2.       Fungsi Ekspresif

Komunikasi dalam hal ini bukan hanya sebagai bagian dari proses interaksi terhadap orang lain dalam menyampaikan pesan, ide, gagasan, informasi, maupun memengaruhi orang lain. Namun, komunikasi dalam hal ini berkaitan erat dengan menunjukkan perasaan seorang individu maupun kelompok berupa empati, emosi, kegembiraan, kerinduan, kepedulian, benci, amarah, dan lain sebagainya. Hal tersebut cenderung ditampilkan melalui pesan non-verbal

 

3.       Fungsi Ritual

Fungsi komunikasi sebagai aspek ritual bertujuan untuk menghargai, mengapresiasi, dan melestarikan tradisi/warisan dari suatu komunitas, suku, kepercayaan, bangsa, dan agama dari seorang individu. Hal ini diwujudkan oleh seorang individu dengan menunjukkan sikap, perkataan yang dapat membuat pelaku budaya tersebut merasa nyaman dan aman. Fungsi ritual ini dapat berupa komunikasi verbal maupun non-verbal

 

4.       Fungsi Instrumental

Dilihat dari fungsi instrumental, komunikasi berperan sebagai cara, sarana atau alat untuk mewujudkan beberapa tujuan, misalnya seperti; menginformasikan, memengaruhi orang lain, mendorong, mengajarkan, merubah sikap, merubah keyakinan seseorang atau komunitas tertentu, mengarahkan tindakan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang berfungsi sebagai instrumen dapat bersifat persuasif (mengajak orang lain untuk mewujudkan perilaku, pandangan, dan tujuan tertentu). Dalam hal ini, persuasif dalam komunikasi berusaha untuk meyakinkan komunikan bahwa informasi yang disampaikan oleh komunikator tersebut adalah sebuah kebenaran. Fungsi komunikasi sebagai instrumen ini sering digunakan oleh individu maupun kelompok tertentu untuk mewujudkan tujuan pribadi dan tujuan kelompok (memengaruhi pengikut)


Sumber: Berbagai sumber


Senin, 15 Agustus 2022

Contoh Judul Skripsi + Sinopsisnya

 

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Opini Going Concern Perusahaan Sub Sektor Food and Beverages

 (Studi Pada Indonesia Stock Exchange Tahun 20XX-20XX)

Oleh

...............

 

A.  Latar Belakang

Perusahaan berdiri dengan tujuan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya atau dapat disebut sebagai going concern. Perusahaan yang merupakan suatu entitas ekonomi dan terpisah dari pemiliknya akan terus beroperasi secara berkesinambungan melebihi satu periode akuntansi.[1]  Kelangsungan hidup perusahaan akan mampu dilihat dari laporan keuangan mengingat penyusunannya berdasarkan kelangsungan usaha, kecuali manajemen perusahaan memiliki intensi dalam melikuidasi atau menghentikan perdagangan.[2] Artinya, hal tersebut merupakan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan suatu entittas sehingga ketika mengalami kondisi yang berlawanan maka entitas tersebut menjadi bermasalah.

Going concern merupkaan kuntinuitas akuntansi yang mampu memprediksi suatu bisnis akan terus berlanjut dalam waktu tidak terbatas. Asumsi going concern menunjukkan jika suatu badan usaha atau perusahaan dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya untuk waktu yang panjang dan tidak mengalami kondisi likudasi dalam jangka pendek.[3]

Secara global, banyak kasus menipulasi laporan keuangan sehingga menyebabkan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mensyaratkan auditor harus memberikan pernyataan apakah perusahaan yang diaudit mampu bertahan minimal satu tahun ke depannya setelah tanggal pelaporan. Walaupun kenyataannya auditor tidak memiliki tanggungjawab terhadap jalannya perusahaan dimasa yang akan datang, pemberian pernyataan going concern sangat bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan terutama untuk pengambilan keputusan. Investor cenderung akan lebih tertarik ketika perusahaan tersebut memperoleh opini going concern dari auditor. Hal ini dikarenakan opini tersebut akan memberikan kepercayaan kepada investor atas investasi yang akan dilakukannya.[4]

Ketika perusahaan mengalami financial distress atau permasalahan keuangan maka secara otomatis kegiatan keuangan perusahaan akan terganggu. Keadaan tersebut akan berdampak pada tingginya risiko yang dihadapi perusahaan terutama dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dimasa yang akan datang sehingga akan mempengaruhi opini audit yang akan diberikan oleh auditor serta keberadaan investor itu sendiri.

Opini audit berfungsi dalam memberikan kontribusi untuk pengambilan keputusan bagi para pihak yang berkepentingan. Laporan auditor indepenten yang memuat opini atas laporan keuangan perusahaan akan digunakan sebagai suatu bahan pertimbangan bagi investor untuk menentukan apakah harus berinvestasi dan berapa banyak investasi yang akan dilakukan.[5] Investor tentu mengharapkan sesuatu yang akan menguntungkan sehingga, opini dari auditor sangat penting dalam hal penentuan tersebut sehingga auditor sangat diandalkan dalam memberikan informasi relevan.

Hal yang sering dihadapi oleh auditor dalam memberikan opini going concern bahwa sangat sulit dalam memprediksi kelangsungan hidup perusahaan. Auditor dalam melakukan proses audit tidak hanya melihat sebatas pada hal yang ditampilkan dalam laporan keuangan namun harus memperhatikan eksistensi dan kontinuitas. Sehingga, auditor harus mempertimbangkan secara cermat adanya gangguan atas kelangsungan hidup suatu periode sehingga opini yang dihasilkan menjadi sebuah opini berkualitas.[6]

Salah satu hal yang dianggep melatarbelakangi going concern adalah kinerja keuangan. Dalam penilaian terhadap perusahaan, auditor wajib mencari banyak informasi termasuk informasi bersifat kuantitatif. Auditor akan menggunakan rasio keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.[7] Kinerja keuangan dalam hal ini adalah likuiditas atas proksi rasio lancar, profitabilitas atas proksi pengembalian aset, dan solvabilitas atas proksi utang terhadap total aset. Likuiditas sendiri merupakan modal kerja atau sebuah rasio yang dipergunakan untuk menghitung likuiditasnya perusahaan dengan cara membandingkan pembelanjaan lancar dengan pasiva lancar. Kemudian, profitabilitas sendiri yang merupakan suatu usaha perusahaan dalam mendapatkan laba sedangkan solvabilitas merupakan rasio untuk menghitung kegiatan perusahaan yang dibiayai dengan hutang.[8]

 Melihat pentingnya memperoleh pernyataan going concern bagi perusahaan maka membuat peneliti tertarik untuk melihat bagaimana pengaruh kinerja keuangan dengan opini going concern perusahaan. Namun, penelitian yang akan dilakukan terfokus pada perusahaan foof and beverages. Perusahaan yang bergerak di sektor makanan dan minuman terus berkembang dari waktu ke waktu, namun pada tahun 20xx, terdapat perusahaan yang terancam di keluarkan atau delisting dari bursa yaitu XXXXXX telah dihentikan perdagangannya pada bursa efek. xxx  telah mengalami berbagai masalah seperti penundaan kewajiban membayar hutang atas bunga obligasi dan sukuk ijarah, kemudian terjadinya dualisme kepemimpinan, adanya penggelembungan dana xxx rupiah (piutang usaha, persediaan, dan aset tetap) pada laporan keuangan tahun 20XX, penggelembungan dana XX pada penjualan, dan XX rupiah pada EBITA serta berbagai masalah lain. Kemudian beberapa perusahaan lainnya yang bergerak dibidang yang sama, beberapa perusahaan mengalami penurunan pada rasio keuangan perusahaan.[9] Keadaan demikian membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan Foof and Beverages yang terdaftar pada Indonesia Stock Exchange.

B.    Rumusan Masalah

1.     Bagaimana pengaruh kinerja keuangan (likuiditas) terhadap opini going concern perusahaan sub sektor food and beverages (studi pada Indonesia Stock Exchange Tahun 20XX-20XX)?

2.     Bagaimana pengaruh kinerja keuangan (profitabilitas) terhadap opini going concern perusahaan sub sektor food and beverages (studi pada Indonesia Stock Exchange Tahun 20XX-20XX)?

3.     Bagaimana pengaruh kinerja keuangan (solvabilitas) terhadap opini going concern perusahaan sub sektor food and beverages (studi pada Indonesia Stock Exchange Tahun 20XX-20XX)?

 



[1] Mei Uli Angrijani dan Rakaria, Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Opini Going Concern Pada Bank Umum Syariah Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Jurnal Future Vol. 1 No.1), Pp.251-266

{2} Standar Akuntansi Keuangan 2015

[3] Hani, Clearly, dan Muklasin, Going Concern dan Opini Audit: Suatu Study Pada Perusahaan Perbankan di BEJ (Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003)

[4] Suriani Ginting dan Anita Tarihoran, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pernyataan Going Concern (Jurnal Wira Eknomi Mikroskill Volume 7 Nomor 1 April 2017), Pp.9-20

[5] Ibid

[6] Ibid

[7] Julian Maradina, Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Opini Going Concern : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2017 (Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang Volume 7 Nomor 1, Januari 2019), Pp.15-25

[8] Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015)

[9] Katadata 2020

Kesejahteraan Subjektif

Sumber: berbagai sumber (silahkan dicek ulang yaa untuk meminimalisir)


1.     Pengertian Kesejahteraan Subjektif

Diener et al., (2000), mengatakan kesejahteraan subjektif adalah konsep yang cukup luas dalam mencakup sebuah pengalaman emosi yang menyenangkan serta rendahnya tingkat mood yang negative dan kepuasan hidup yang tinggi. Kesejahteraan subjektif mengacu pada semua jenis evaluasi, baik positif maupun negatif, yang dibuat orang dari kehidupan mereka. Ini termasuk evaluasi kognitif reflektif, seperti kepuasan hidup dan kepuasan kerja, minat dan keterlibatan, dan reaksi afektif terhadap peristiwa kehidupan, seperti sukacita dan kesedihan.

Wilson (dalam Proctor, 2014) mengatakan investigasi kesejahteraan subjektif yang mempunyai efek dan pengaruh bagaimana individu memandang kehidupan mereka dilingkungan sekitarnya. Kesejahteraan subjektif merupakan adanya kategori fenomena yang luas dan mencakup respons emosional seseorang, kepuasan domain, dan penilaian terhadap kepuasa hidup (Ed Diener, Eunkook M. Suh, Richard E. Lucas, 1999).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif adalah pengalaman sadar tentang bagaimana kita dalam merasakan dan mengalami kehidupan sehari-hari yang mencakup respon emosional dan penilaian kita terhadap kepuasan hidup (Diener, 1984).

2.     Aspek Kesejahteraan Subjektif

Diener & Ryan (2009) mengemukakan aspek-aspek Kesejahteraan subjektif yaitu:

1.     Kepuasan Hidup (life Statisfaction)

Kepuasan hidupmerupakan evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, individu melakukan penilaian terhadap kehidupan secara menyeluruh. Kepuasan hidup ini mencakup area kepuasan/domain satisfaction individu diberbagai bidang kehidupannya.

2.     Afek Positif (Possitif Affect)

Afek Positif merupakan perasaan emosi yang menyenangkan, seperti suasana hati yang menyenangkan

3.     Afek Negatif (Negative Affect)

Afek Negatif merupakan emosi yang tidak menyenangkan, seperti marah, sedih, cemas dan khawatir.

 

3.     Faktor-Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif

Menurut Situmorang & Tentama, (2014) ada beberapa factor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif diantaranya yaitu: 

a.      Pendapatan

Determinan dari kebahagian di Indonesia adalah pendapatan, pendidikan, kesehatan dan modal sosial. Jika makin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi penerimaan atau pendapatan yang didapatkan. Apabila pendapatan merupakan unsur penting dalam penentuan kebahagiaan, maka makin tinggi pendidikan, makin tinggi pendapatan dan makin tinggi pula kebahagiaan seseorang (Rahayu, 2016).

b.     Religiusitas

(Eddington & Shuman, 2005) menyatakan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa subjective well-being berkorelasi signifikan dengan spiritualitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Pontoh & Farid (2015) bahwa semakin tinggi religiusitas pada pelaku konversi agama, maka akan semakin tinggi juga kebahagiannya.

c.      Kebersyukuran

Kebersyukuran merupakan perasaan-perasaan positif seperti rasa senang dan bahagia sebagai respon atas apa yang telah dialami dalam kehidupan individu (Adang Hambali, Asti Meiza, 2015). Sejalan dengan penelitian Eriyanda & Khairani (2018) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kebersyukuran positif pada wanita yang bercerai, maka akan semakin tinggi kebahagiaannya.

d.     Kepribadian

Tatarkiewicz (dalam Diener, 1984) menyatakan bahwa kepribadian merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini dikarenakan beberapa variabel kepribadian menunjukkan kekonsistenan dengan kesejahteraan subjektif, diantaranya self esteem. Pada saat orang mengalami ketidakbahagiaan ternyata self esteem ini juga dalam keadaan menurun.

e.      Dukungan Sosial

Eiswein Tsz Kin Wong (2016) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi komunikasi yang melalu media online yang mampu memberikan efek yang sama dengan komunikasi secara umum sebagai dukungan sosial. Bahkan dukungan sosial mampu meningkatkan kemampuan individu dan menghilangkan stress. Hal ini sejalan dengan penelitian Amalia (2012) yang mengatakan bahwa dukungan sosial keluarga memiliki pengaruh positif terhadap kebahagiaan, dan dukungan sosial meliputi aspek emotional support, instrumental support, informational support, dan appraisal support.

 

4.     Pengukuran Kesejahteraan Subjektif

Konstruk kesejahteraan subjektif memiliki 2 alat ukur yang dikembangkan oleh Diener. Alat ukur tersebut yaitu:

1.     The Scale of Positive and Negative Experience (SPANE), skala ini terdiri dari 12 item, dengan enam item dikhususkan untuk pengalaman positif dan enam item dirancang untuk nilai pengalaman negatif. Karena skala termasuk umum positif dan negative perasaan (Diener et al., 2010)

2.     Stisfaction with Life Scale (SWLS), skala ini mengukur penilaian kognitif pada kepuasa hidup, terdiri dari 5 item (Ed Diener et al., 1985). 

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...