Creative Student
oleh Aula Nurul M
follow twitter : @Aulanurul
“Asidosis
loh Ndu yang pH nya tinggi itu.” Viola berusaha membela apa yang menurutnya
benar. “Loe geh Ndu yang salah.”
“Nona cantik, Asidosis itu rendah, yang tinggi alkalosis.” Jelas Vandu sambil menunjukkan penjelasan itu di buku
Kimianya. “Baru kemaren belajar tentang larutan penyangga. Kan pikunan!” Vandu
menjitak pelan kepala Viola.
“Oh iya deng.” Viola tersenyum malu.
Mereka ke kantin sekolah sambil
membicarakan ujian kimia yang berlangsung kemarin. Keduanya memang seringkali
berbeda pendapat mengenai pelajaran tapi, keduanya pun kadang tidak mau
mengalah walaupun tahu itu salah.
“Sekolah kita nggak ada sampah plastik
ya Ndu?” Tanya Viona, Vandu hanya tersenyum.
Bagaimana tidak, kantin di larang
untuk menjual snack yang bungkusnya
dapat mengotori area sekolah bahkan permen pun di larang. OMG! Namun, sampah
dedauan cukup banyak karena sekolah mereka memang mengutamakan kebersihan udara
di lingkungan sekolah agar siswa nyaman.
“Sampah daun di sekolah kita kalo
nggak di bakar, ya di jadiin kompos, itu-itu aja. Parahnya mah kalo di bakar.” Ucap
Viola sambil berpikir. “Padahal masih ada cara lain biar asap dari pembakaran
itu nggak berkondensasi sama udara bebas.” Dia mulai berpikir panjang lagi,
tahun lalu, Viola dan kelasnyalah yang mengusulkan untuk memisahkan sampah
organik dengan non-organik. Tentu saja ide itu di sambut hangat walaupun 90
persen sampah di sekolah ini adalah sampah organik.
Kali ini, berbeda dengan ide
sebelumnya. Dalam otak Viola ada sebuah ide dimana sampah-sampah itu tidak saja
menguntungkan sekolah mereka tapi, bisa menguntungka sebuah perkebunan yang
terletak tidak jauh dari mereka. Hal ini juga bisa menguntungkan masyarakat
banyak dimana udara bersih tidak makin kotor tiap harinya.
“Nah, gue mau usul dah sama kepsek
kita. Ya semua di mulai dari sekolah kan Ndu?” Viola memandang Vandu dan cowok
yang tidak lain adalah sahabat Viola itu sangat senang dengan pemikiran Viola.
“Ndu, kok senyum-senyum aja sih?”
“Karena loe cantik.” Ucap Vandu.
“Nggak deng, karena gue ngerasa aneh sama loe. Kadang loe itu terkesan cuek,
kadang peduli banget sama lingkungan.” Dia tertawa kecil dan Viola hanya
menarik nafas pendek lalu menghembuskannya perlahan.
**
Teknologi pembakaran, cukup efisien untuk sampah kering,
untuk sampah basah akan menghasilkan asap tebal dan waktu pembakaran yang lama,
sehingga menimbulkan cemaran asap yang cukup mengganggu kesehatan. Dan masih
banyak cara lain untuk mengolah sampah yang kadang mencemari udara bebas.
Namun, Viola memiliki ide lain dari sebelumnya. Dia
ingin sekolahnya memiliki siswa-siswi yang kreatif. Walaupun ide itu bukan
hasil penemuan siswa tapi, setidaknya itu adalah ide siswa untuk mencoba
penemuan itu.
“Emang mau di gimanaan Vi?” Tanya teman-teman sekelas
Viola. “Kan
biasanya di jadiin kompos doang, atau kerajinan pake daun kering de el el.”
“Pernah denger asap cair nggak?” Tanya Viola,
teman-temannya mengangguk. “Kita coba aja ngajak seisi sekolah kita buat ngolah
sampah jadi asap cair. Nah kegunaannya banyak kan asap cair itu?”
Sekelas hening, mereka tahu tentang asap cair dan
bagaimana pengolahannya tapi, mereka tidak pernah berpikir untuk mencobanya di
sekolah. Dan kali ini, mereka terkejut dengan ajakan Viola.
“Gue ikut Vi.” Vandu menganggkat tangannya dan Viola
masih berdiri di depan kelas. “Kelas kita kan harus jadi kelas paling kompak untuk
tahun ini, kelas paling the best
untuk segala hal.”
“Gue ikut.” Kata beberapa siswa yang lain. “Demi kelas
kita, okelah.” Sambung beberapa siswa yang biasanya cuek.
Viola dan anak-anak sekelasnya mendiskusikan ide mereka
beberapa minggu. Mereka mencari info-info dari internet dan beberapa orang yang
mereka wawancarai. Ini membuahkan hasil dan mereka beniat untuk mengajukan
proposal ke kepala sekolah.
“Viola pinter, Viola cantik.” Vandu mengusap kepala
Viola saat seisi kelas sedang berdiskusi di rumah Vandu. “Kalo proposal kan untuk para pejabat
sekolah, kalo ini buat kita.” Vandu menunjukkan hasil kerja mereka selama
sebulan ini yang di rangkum dalam beberapa puluh lembar kertas dan di jilid
rapi.
Viola tidak tahu apakah usul dari kelasnya itu akan di
terima tapi, dia mencoba meyakinkan diri. Dia yakin untuk dana, sekolah pasti
memilikinya tapi, untuk kepercayaan, dia belum yakin untuk hal itu.
“Walaupun nggak di respon tapi, seenggaknya kita bisa
berlajar bareng tentang ya… semua ini.” Teman Viola tersenyum dan memeluk
Viola. “Loe memang cantik Vi, lebih cantik dari gue, pantes Vandu lengket
terus.”
“Kenapa sih kayaknya pada bilang kayak gitu? Kan gue sama Vandu cuma
sahabat, aneh dah.”
**
“Seirus ini Pak? Nggak becanda kan?” Tanya Vandu tidak percaya ketika dia
di panggil di kantor kepala sekolah. “Saya nggak mimpi kan Pak?”
“Jika kelas kalian bisa mempertanggungjawabkannya,
kenapa tidak?” Ucap kepala sekolah. “Bagaimana pun sekolah sangat mendukung
hal-hal kreatif dari siswa seperti kalian.”
“Terimakasih Pak.”
“Tapi satu hal yang perlu di ingat, kalian harus bisa
mempertanggung jawabkannya.”
**
Alat dan bahan-bahan yang di perlukan selain sampah
sudah di sediakan dari sekolah. Itu semua berkat kerja keras kelas mereka
terutama untuk kekompakan.
Mereka mengajak kelas-kelas lain untuk berkerja sama dan
respon positif pun membuat mereka senang. Penjelasan mengenai hal ini di
jelaskan dalam pertemuan satu hari di aula sekolah dan tentu, respon positif
pun berdatangan.
“Hari pertama. Huh,” Viola menarik nafas karena ini hari
pertama dari awal di mulainya pengolahan sampah yang baru di sekolah mereka.
Dan, harapan Viola, semua ini berhasil dengan sukses.
Di luar jam belajar, siswa-siswi memisahkan sampah
organik dari benda-benda yang non-organik lalu mengecilkan ukuran agar proses
pirolisis semakin cepat. Kerjasama yang baik membuahkan hasil yang luar biasa.
Setelah pemisahan dan pengecilan selesai, mereka
melakukan tahap selanjutnya yaitu pemasukan sampah organik
ke dalam reaktor pirolisis.
”Harus di tutup dan suhunya
300 derajat.” Kata Viola.
”400-600 oC nona
pikunan.” Vandu menjitak kepala Viola pelan. \
Proses tersebut menghasilkan
zat dalam tiga bentuk yaitu padat, gas dan cairan. Komposisi cairan di dalam proses pirolisis
tersebut adalah asap cair.
Proses berjalan dalam reaktor
pirolisis selama 5 jam dan di tutup rapat. Reaktor kemudian di panaskan selama
5 jam. Banyak siswa yang menginap di
sekolah selama menunggu hasil kerja keras mereka . Destilat yang keluar dari reaktor ditampung dalam
dua wadah. Wadah pertama untuk menampung fraksi berat, sedangkan wadah kedua
untuk menampung fraksi ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan
tungku pendingin yang dilengkapi pipa berbentuk spiral, hasilnya dalam bentuk
cairan dan sisa gas metan yang kemudian dibakar. Sementara arang yang
dihasilkan dapat di proses untuk briket, atau arang aktif.
Selama proses inilah banyak siswa yang
menginap di sekolah. Mereka tidak sabar menunggu hasil kerja keras yang
bercucuran keringat akan jadi seperti apa.
“Kelas kita memang kompak bisa ngajak
kelas lain ikut gabung.” Ucap seorang siswi pada Viola. “Kelas yang bener-bener
gue sayang.”
“Salah, selain sayang, gue cinta mati
sama ini kelas.”
Hasil dari proses yang panjang itu
benar-benar membuahkan hasil yang positif dan semua siswa bersorak karena
mereka berhasil. Ini benar-benar membanggakan.
“Apa kelas kalian memang menginginkan
pernghargaan itu lagi?” Tanya Wakasek alias wakil kepala sekolah.
“Ya begitulah.”
Setelah mereke berhasil, mereka ingin
bekerjasama dengan perkebunan karet yang jaraknya tidak begitu jauh dari
mereka.
“Gue mau nanya Vi, kenapa lo juga
nawarin ke perkebunan karet?” Tanya Vandu. “Ya memang penggunaan
asap cair untuk proses penggumpalan lateks bisa ngebantu dalam proses pembuatan
karet yang bermutu tinggi. Tapi, pasti loe ada alesan lain?” tanyanya lagi
ketika mereka masih berjalan-jalan di sekitar kebun karet.
“Gini ya Ndu, kalo semua sampah organic khususnya nih di
satu kota aja di manfaatin untuk banyak hal,
salah satunya ini, kan
gue juga untung.” Jelas Viola, Vandu masih bingung. “Nih, kalau pembakaran asap
kan asapnya bisa berkondensasi sama udara
bebas tapi, kalau di jadiin kayak gini kan
nggak Ndu. Nah, masyarakat untung karena bisa ngirup udara seger, perkebunan
bisa untung dan gue juga untung dong soalnya nggak banyak polusi.”
“Pinter.” Vandu mengusap kepala Viola lembut lalu
mencium keningnya dan Viola langsung tersipu malu.
TAMAT
Pirolisis adalah pembakaran tertutup pada suhu tinggi
Asidosis : proses pengangkutan CO2
terganggu sehingga kadar asam karbonat dan bikarbonat dalam darah naik.
Alkalosis : suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa,
sedikit mengandung asam dan menyebabkan pH darah meningkat.
DIIKUT LOMBAKAN DALAM ---> ->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar