Sejak SD kita telah
diperkenalkan mengenai pengetahuan yang berhubungan dengan nilai gizi yang
berperan penting dalam kehidupan. Balita yang hidup tanpa gizi terpenuhi maka
perkembangannya akan berkurang.
Semenjak berkembangnya
globalisasi di Indonesia, ibu-ibu khususnya yang memiliki balita seakan menutup
mata. Mereka lebih menyukai hal yang instan dengan memberi bayi mereka susu
pengganti asi yang padahal sangat merugikan balita itu sendiri. Bagaimanapun,
asi lebih baik dari semua susu formula yang ada.
Dalam pemahaman gizi yang
sudah diketahui semua ibu-ibu mengungkapkan bahwa mereka tahu namun tidak ingin
tahu. Hal ini terlihat dari persentase ibu yang memberikan asi eksklusif pada bayinya hanya sekitar 14% ibu di tanah
air. Menyedihkan sekali bukan?
Direktur Bina Gizi Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes) Ina Hernawati menjelaskan, fenomena
semacam itu akan berimbas buruk bagi kesehatan balita. Ia merujuk pada
penelitian di Ghana, yang menunjukkan bahwa 16% kematian bayi baru lahir bisa
dicegah bila bayi disusui pada hari pertama kelahiran.
The World Alliance for
Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap
tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan
ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Ina menyebutkan, sejatinya kelompok
masyarakat yang paling rentan terancam penyakit dan kekurangan gizi adalah ibu
hamil, bayi, remaja, dan usia lanjut. Depkes mencatat, dari 10 ibu hamil di
Indonesia, kira-kira ada empat ibu yang menderita anemia zat besi, dan dua ibu
yang kekurangan gizi. Sementara itu, pada balita, dari 10 balita, sekitar dua
sampai tiga balita menderita kekurangan gizi.
Para ibu sekarang ini lebih
mementingkan apa yang membuat balita senang dan bahkan ada ibu yang memberikan
snack tidak sehat pada bayi mereka. Bukankah hal itu sangat tidak baik? Apakah
mereka tidak berpikir tentang akibat yang timbul nantinya?
Itulah sebabnya banyak bayi
dan balita yang kekurangan gizi. Bukan karena mereka kekurangan padangan tapi
karena mereka kekurangan asupan asi eksklusif. Harusnya bangsa ini menangis.
Bagaimana bisa bayi yang akan tumbuh dewasa dan menjadi penerus bangsa ini
kekurangan gizi? Apa jadinya bangsa ini?
Harusnya kita melihat negara
kita yang kaya ini. Para ibu bisa menjaga asi dengan banyak memakan sayuran.
Perlu kita ingat lagi, Indonesia kaya akan tumbuhan sayuran. Kita harus
bersama-sama menjaga generasi penerus bangsa,
Jika melihat negara afrika
yang kebanyakan kekurangan gizi, harusnya kita menangis. Balita-balita itu
kekurangan asi bukan karena sang ibu tidak mau memberi tapi karena kekurangan
pangan. Jadi, bersyukurlah ibu-ibu di Indonesia ini.
ASI, selain mengandung gizi yang cukup
lengkap, mengandung imun untuk kekebalan tubuh bayi. Keunggulan lainnya, ASI
disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap.
Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini
pada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi
sulit buang air besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi pun
rawan diare. Kandungan gizinya pun tidak sama dengan kandungan gizi pada ASI.
Jadil, bagaimana pun asi tetap terbaik dari segala susu formula yang ada.
Nama: Aula Nurul Ma’rifah
Siswi SMAN 13 BandarLampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar