Creative Student
“Asidosis loh Ndu yang pH nya tinggi itu.” Viola berusaha membela
apa yang menurutnya benar. “Loe geh Ndu yang salah.”
“Nona cantik, Asidosis itu rendah, yang tinggi alkalosis.” Jelas Vandu sambil
menunjukkan penjelasan itu di buku Kimianya. “Baru kemaren belajar tentang
larutan penyangga. Kan pikunan!” Vandu menjitak pelan kepala Viola.
“Oh iya deng.” Viola tersenyum
malu.
Mereka ke kantin sekolah
sambil membicarakan ujian kimia yang berlangsung kemarin. Keduanya memang
seringkali berbeda pendapat mengenai pelajaran tapi, keduanya pun kadang tidak
mau mengalah walaupun tahu itu salah.
“Sekolah kita nggak ada sampah
plastik ya Ndu?” Tanya Viona, Vandu hanya tersenyum.
Bagaimana tidak, kantin di
larang untuk menjual snack yang
bungkusnya dapat mengotori area sekolah bahkan permen pun di larang. OMG! Namun,
sampah dedauan cukup banyak karena sekolah mereka memang mengutamakan
kebersihan udara di lingkungan sekolah agar siswa nyaman.
“Sampah daun di sekolah kita
kalo nggak di bakar, ya di jadiin kompos, itu-itu aja. Parahnya mah kalo di
bakar.” Ucap Viola sambil berpikir. “Padahal masih ada cara lain biar asap dari
pembakaran itu nggak berkondensasi sama udara bebas.” Dia mulai berpikir
panjang lagi, tahun lalu, Viola dan kelasnyalah yang mengusulkan untuk memisahkan
sampah organik dengan non-organik. Tentu saja ide itu di sambut hangat walaupun
90 persen sampah di sekolah ini adalah sampah organik.
Kali ini, berbeda dengan ide
sebelumnya. Dalam otak Viola ada sebuah ide dimana sampah-sampah itu tidak saja
menguntungkan sekolah mereka tapi, bisa menguntungka sebuah perkebunan yang
terletak tidak jauh dari mereka. Hal ini juga bisa menguntungkan masyarakat
banyak dimana udara bersih tidak makin kotor tiap harinya.
“Nah, gue mau usul dah sama
kepsek kita. Ya semua di mulai dari sekolah kan Ndu?” Viola memandang Vandu dan
cowok yang tidak lain adalah sahabat Viola itu sangat senang dengan pemikiran
Viola. “Ndu, kok senyum-senyum aja sih?”
“Karena loe cantik.” Ucap
Vandu. “Nggak deng, karena gue ngerasa aneh sama loe. Kadang loe itu terkesan
cuek, kadang peduli banget sama lingkungan.” Dia tertawa kecil dan Viola hanya
menarik nafas pendek lalu menghembuskannya perlahan.
**
Teknologi pembakaran, cukup
efisien untuk sampah kering, untuk sampah basah akan menghasilkan asap tebal
dan waktu pembakaran yang lama, sehingga menimbulkan cemaran asap yang cukup
mengganggu kesehatan. Dan masih banyak cara lain untuk mengolah sampah yang
kadang mencemari udara bebas.
Namun, Viola memiliki ide lain
dari sebelumnya. Dia ingin sekolahnya memiliki siswa-siswi yang kreatif. Walaupun
ide itu bukan hasil penemuan siswa tapi, setidaknya itu adalah ide siswa untuk
mencoba penemuan itu.
“Emang mau di gimanaan Vi?”
Tanya teman-teman sekelas Viola. “Kan biasanya di jadiin kompos doang, atau
kerajinan pake daun kering de el el.”
“Pernah denger asap cair
nggak?” Tanya Viola, teman-temannya mengangguk. “Kita coba aja ngajak seisi
sekolah kita buat ngolah sampah jadi asap cair. Nah kegunaannya banyak kan asap
cair itu?”
Sekelas hening, mereka tahu
tentang asap cair dan bagaimana pengolahannya tapi, mereka tidak pernah
berpikir untuk mencobanya di sekolah. Dan kali ini, mereka terkejut dengan
ajakan Viola.
“Gue ikut Vi.” Vandu
menganggkat tangannya dan Viola masih berdiri di depan kelas. “Kelas kita kan
harus jadi kelas paling kompak untuk tahun ini, kelas paling the best untuk segala hal.”
“Gue ikut.” Kata beberapa
siswa yang lain. “Demi kelas kita, okelah.” Sambung beberapa siswa yang
biasanya cuek.
Viola dan anak-anak sekelasnya
mendiskusikan ide mereka beberapa minggu. Mereka mencari info-info dari
internet dan beberapa orang yang mereka wawancarai. Ini membuahkan hasil dan
mereka beniat untuk mengajukan proposal ke kepala sekolah.
*) Ini bukan cerpen bersambung hanya blm di posting semuanya aja ^^
oleh : Aula Nurul M
lanjutannya ada kok next time, biar ada yang penasaran ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar