Belum ada judul soalnya gue belum dapet judul yang pas :)
“Alah, ngada-ngada aja Arya itu. Heran gua sama itu anak, kerjaannya
ngada-ngada aja tiap hari.” Jelas Leona walaupun sebenarnya, Arya tidak seperti
dalam ucapannya. A
Lanjutannya ada di gue ^_^ nggak gue posting semuanya ^_^
komentari yaa, lanjutannya next time :)
“Gua FRUSTASI! Aaaaa!” Leona ngomel-ngomel di kelas sambil nari-nari yang
setengahnya udah mirip sama orang gila, “apa liat-liat?! Hah!” dia memarahi
Arya, teman sekelasnya, “nggak suka?!”
Arya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya yang agak
aneh, “dimana-mana orang frustasi itu marah-marah doang, nah elo, udah marah
sambil ketawa, mana nari-nari gak jelas, gila”
Leona langsung nyelengos pergi saat Arya sudah mulai dengan ceramah
panjangnya. Dia berkeliling kelas dan menyanyi, “gue frustasi, gue pusing, gue
frus....frus....frustasi, ada yang mau ikut frustasi?”
Seisi kelas hanya bisa menggelengkan kepala mereka namun tidak berani
berbicara pada Leona. Jika mereka bicara, Leona bisa saja sedih bahkan
menangis. Mereka tahu sekali sifat dan sikap Leona saat seperti ini. Leona
sedang sedih namun, Leona tidak ingin orang-orang melihatnya menangis. Dia
hanya bisa melampiaskannya dengan tertawa dan marah, bukan menangis walaupun
banyak orang yang tahu kalau hatinya sedang sedih.
“Leon, lo sakit?” tanya Maya, teman baik Leona, “Leon,” katanya lagi sambil
menepuk pundak Leona, “nilai ujian elo kecil? Atau idola elo maen filmnya
jelek?”
Leona memandang sinis Maya, “apa?!” suaranya meninggi, “aaaa! Gue pusing!
Gue pusing! Gue pusing!” Leona duduk di bangkunya sambil menyandarkan kepalanya
di meja dan menutup wajahnya dengan tas, “jangan ganggu gue, gue lagi nggak mau
di ganggu!”
Kelas bising namun, suara Leona tetap mengalahkan kebisingan kelas.
Walaupun dia menutupi wajahnya tapi-tapi-tapi, suaranya tetap seperti suara
monster yang sedang marah.
Beberapa saat kemudian, Arya datang dan menjitak kepala Leona, “diem dulu
lo itu, berisik!” dia memarahi Leona dan Leona langsung berdiri lalu menginjak
kaki Arya, “Nih, makan, coklat kan punya zat yang bisa buat orang tenang.” Arya
memberikannya coklat dan Leona menerimanya namun, dia tidak bisa tenang, “bisa
gila gua punya temen kayak gini.”
Bel istirahat berbunyi, siswa-siswi SMU SAN-E bertaburan keluar kelas
termasuk Leona, dia tersenyum-senyum sambil mengeluh.
“Sumpah, seumur hidup gua, orang galau, frustasi, pusing, campur aduk itu
sedih atau marah. Anah ini, udah marah terus ketawa-ketawa, gila kali itu
anak,” ucap Intan yang memperhatikan tingkah Leona di kelas,
“Gitu-gitu dia baek, pasti dia kayak gitu ada masalah.” Ucap Arya membela
Leona.
Di sekolah, terutama di kelas, mereka tidak pernah tahu alasan di saat
Leona sedih, pusing, galau, atau lain sebagainya. Dia memang memiliki banyak
teman baik di sekolah, dia mudah beradaptasi dengan siapapun tapi, dia tidak
pernah bercerita tentang masalah pribadinya di sekolah.
**
Lia sudah menunggu Leona pulang sekolah, dia menunggu di kamar Leona. Ibu
Leona sudah mengatakan kalau lebih baik Lia tidak menunggu Leona karena, Leona
hari ini agak sedikit aneh.
Pintu terbuka dengan keras, Leona langsung melempar tasnya ke meja dan
mengomel-ngomel tidak jelas. Dia terkejut ketika meilihat sahabatnya, Lia sudah
di kamarnya tapi, kemudian dia tidak terkejut lagi. Hal itu sudah biasa.
“Galau neng?” goda Lia, “ciee mah, sama siapa? Cerita geh,”
Rambut Leona berantakan, dia memberantaki rambutnya di sekolah dengan
sesuka hati, “ya ampun, tampang lo masih cantik sih tapi kayak orang gila,
akakak.”
“Ish kan! Huh, bete gue di sekolah, coba aja kita satu sekolah pasti
berkurang dah bete gue.”
“Kenapa sih Leon? Jarang-jarang seorang Leona galau begini, ini ketiga
kalinya Leona galau selama hidupnya.” Lia mengingat waktu Leona
galau-frustasi-pusing-gila menjadi satu, “yang pertama waktu elo sakit cacar,
waktu itu lo ngamuk-ngamuk nggak jelas. Yang kedua waktu ortu lo nyuruh lo
sekolah di luar kota terus akhirnya gak jadi gara-gara lo nangis seharian. Yang
ketiga.... nah ini agaknya nih, cowok yaa?”
Leona memandang sahabatnya kesal, “cowok? Hah sejak kapan gue mikirin
cowok? Cowok itu ada di kamus gue dalam urusan ke sekian kali.”
Benar, Leona memang menyekiankan tentang cowok. Baginya, yang pertama
adalah dirinya, yang kedua dirinya, ketiga dirinya, keempat dirinya, kelima
dirinya, keenam baru keluarga dan sisanya sahabat lalu untuk cowok, Leona lupa
ada di urutan mana hal tersebut.
Sahabatnya ini ingat betul kalau Leona memang cukup cuek terhadap cowok
walaupun, teman Leona kebanyakan cowok. Yah, dahulu, Leona adalah cewek yang
sedikit tomboy walaupun, wajah wanitanya tetap tampak begitu manis.
“Yah Leon, waktu lo putus sama Kevin, lo biasa aja karena lo kan nggak ada
hati. Terus waktu putus sama Alvi, sama aja. Cuma 2 cowok itu yang ada di hidup
lo. Masa iya sih antara Kevin sama Alvi? Gak mungkin dah, nggak mungkin
banget.”
Leona memeluk bonekanya lalu tersenyum dan berbisik pada Lia, “jangan
bilang-bilang sama temen-temen GNA yaa ^_^” pinta Leona. GNA adalah nama SMP
mereka sebelum ini, “kalo pada tau, mati gue, malu wah taro mana,”
“Bentar-benar, temen-temen di sekolah lo pada tau?” tanya Lia, Leona
menggeleng, “temen sekelas lo gimana?” Leona mengangguk, “OMG! Dari SMP kelas 1
sampe sekarang kan kalian emang deket, nggak nyangka loh.”
“Tapi kan..... “ ucap Leona tapi dia tidak berani bicara lagi.
“Tapi kenapa? Apa karena dia temen baik Kevin? Atau karena dia temen
baeknya first love elo?” tanya Lia,
Leona menggeleng. “Terus kenapa?”
“Ish, Kevin mah cuma iseng aja, kalo first
love gue mah udah jadi temen baek, ini beda loh....” Leona ingin lebih
menjelaskan tapi, sudahlah, dia berpikir untuk lain kali saja.
Mereka berbincang di kamar, Lia sudah tahu dengan jelas kalau Leona sangat
susah bicara tentang masalah hatinya. Bahkan, dia yang sahabatnya sendiri saja
tidak mengerti siapa yang ada di hati Leona. Bukan hanya dia, ibunda Leona pun
tidak mengerti. Yang orang-orang tahu, Leona akan marah dan tertawa-tawa saat
sedih maupun kesal.
**
“Tugas matematika udah Leon?” tanya Miko, teman sekelas Leona. Dia juga
teman Leona di GNA, teman kursus bahasa Prancis Leona sewaktu SD, dan teman
baik Leona sampai sekarang, “udah belum Leon?” tanyanya lagi tapi Leona cuek
dan langsung nyelengos pergi.
Miko mendekati Leona dan bertanya ada apa dengan Leona tapi, Leona cuek dan
masa bodo amat. Seisi kelas memandangi mereka dan satu persatu siswa keluar
kelas, membiarkan keduanya belajar bersama.
“Udah tinggal jadian aja susah amat.” Kata Arya asal jeplak tapi sebenarnya
itulah yang ingin di ungkapkan Miko, “udah putus noh Leon sama Alvi,”
“Maksud amat sih! Ish!” Leona kesal lalu keluar kelas namun langsung di
kejar oleh Arya, buka Miko. “Ish, bodo amat!”
Leon dan Arya berteman baik bahkan mereka bertetanggaan. Terlebih, mereka
memiliki hubungan saudara walaupun cukup jauh.
“Sepupu jauh gua itu emang aneh tapi, semua orang juga tau dia itu kelewat
baek.” Ucap Arya pada Miko, “mudah-mudahan aja otak dia nggak geser lagi biar
nggak marah-marah tiap detik.”
“Tugas lo mana bro?” ujar Miko, mengalihkan pembicaraan.
-
Di koridor sekolah, Leona bertemu dengan Alvi. Dia masih bisa menyapa Alvi
karena bagaimanapun, mereka masih berteman baik. Masa lalu adalah masa lalu,
toh dulu juga mereka sama-sama tahu kalau itu hanya untuk sebuah status.
“Cie Leon, sejak kapan ada hati sama cowok?” goda Alvi, “sesuatu,” tampang
Alvi seolah mengejek.
“Gosip wah itu. Sok tau aja lo ini, haha kenapa Vi?”
“Dari dulu lo sama Miko kan emang udah cocok, lo aja yang nggak sadar.”
Saat mereka berbincang, Maya datang menghampiri dan mengajak duduk di
bangku, di koridor sekolah, “cie mantan yang perhatian,”
Mereka bertiga berbincang di sana, membicarakan beberapa hal yang menarik.
Dari mulai pelajaran sampai berita terbaru tentang sekolah mereka dan-dan-dan
sampai gosip mengenai Leona dan Miko.
“AJ, (mengeja dalam bahasa ing)”
kata Leona lirih tapi mereka tidak mendengar, “eh-eh liat noh ada Kevin, si playboy gila.” Ucap Leon dan dia
langsung pergi lalu berjalan-jalan di sepanjang sekolah.
Kepala Leona melayang-layang melihat seisi sekolahan yang begitu ramai. Dia
tidak tahu mengapa sekolah setiap hari harus ramai kecuali hari libur. Haha itu
pertanyaan bodoh saat Leona sedang stres.
“Coba geh gini aja,” Miko membantu Sansa memasang sebuah pengumuman di mading sekolah, “nah, gini,”
Sansa, siswi kelas XI IPA 5, siswi yang tingkahnya cerewet, agak gila,sedikit mirip dengan Leona hanya saja, dia tidak sebaik Leona. Ada kabar yang
terdengar kalau Sansa menyukai Miko. Memang kabar itu tidak terlalu ramai tapi,
kabar itu sampai telinga Leona.
“Leona?” ucap Sansa dan Leona hanya menarik nafas singkat lalu membaca
pengumuman di mading, “anak band sekolah kita ngadain acara nih, boleh ngundang
anak band sekolah laen, lo mau ikut Leon?”
“Apa? Gue? O,” lalu Leona nyelengos pergi begitu saja sambil melirik sinis
ke Miko.
‘OMG! Kemaren cewek yang
namanya Nikita sekarang malah si Sansa menel itu. Dih ampun dah.’
Leona kembali ke kelas, di kelas, dia langsung di marahi teman-temannya
karena sudah lama di tunggu.
“Aduh Leon, sini-sini,” Intan menarik tangan Leon dan mengajak Leon untuk
makan kue bersama, “ini kue buatan Maya dan kita nunggu elo buat makan
bareng-bareng.” Jelas Intan. Tentu saja, di kelas XI IPA 4 ini, mereka tidak
bisa melakukan hal yang berhubungan dengan kelas tanpa kehadiran Leona. Leona
sangat baik terutama untuk teman-teman sekelasnya, walaupun dia marah, dia
tetap baik.
“Coba di makan sini, aa” Arya memasukkan paksa kue tersebut ke dalam mulut
Leon, “oh iya Miko kemana?”
“Kok nanya gue, emang dia siapa gue?”
“Cieee......” kata seisi kelas tapi, Leona tetap cuek dan santai sambil
diam-diam menghabiskan kue tersebut.
“Kan-kan kue nya di abisin Leon, dasar!” Intan menjambak rambut Leona pela,
“mau enak sendiri, dateng juga barusan.”
“Yah.... kan, kan gue masih laper.”
**
“AJ,” ucap Leona lirih saat melihat handphonenya,
“huh, dimana sih lo ini kak?” katanya sendirian. Leona ada di samping kelasnya,
sendirian sambil memandagi handphonenya.
“Leon,” Miko menghampirinya lalu duduk di samping Leona, “galau?” tanyanya
santai sambil memainkan handphone juga.
“Nggak, ngapain? Galau karena elo gitu? nggak dah, biasa saja.” Jelas Leon
sebelum Miko bertanya lebih banyak, “ada apa lo kesini?”
Miko tidak bicara, dia diam saja sambil mengotak-atik hp-nya. Sesekali Miko
tertawa kecil melihat wajah Leona yang cemberut tidak jelas. Namun, sesekali
juga Miko menghiburnya walaupun gagal.
Tidak ada yang mendekati mereka walaupun ada beberapa anak yang juga duduk
di samping kelas. Mereka membiarkan Leona dan Miko bicara berdua saja.
“Kata Arya, kalo lo marah, nggak ada yang bisa nenangin elo kecuali lo
tenang sendiri.”
Lanjutannya ada di gue ^_^ nggak gue posting semuanya ^_^
komentari yaa, lanjutannya next time :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar