Raja Aldes mendengarkan dengan
seksama laporan mengenai kegiatan putri bungsunya yang benar-benar sedikit
memalukan sebagai keturunan raja. Namun, menegur atau memberikan putrinya, Cravinta
juga merupakan hal sulit.
“Jika apa yang dilakukan
Cravinta tidak berlebihan, menghukumnya bukan hal benar.” Pangeran Zelroi
berusaha melindungi adiknya, “ayah tidak akan menghukum Putri Cravinta, bukan?”
**
“Aku menyukainya. Titik! Salah
sendiri memintaku untuk pergi ke sekolah yang sama dengan penduduk yang bukan
dari golongan bangsawan,” Cravinta berceloteh pada kakak tertuanya sekaligus
pewaris tahta, Zelroi, “pokoknya. Aku menyukainya. Titik. Aku akan
mengatakannya pada ayah!”
Zelroi meminta adiknya untuk
tidak bertindak gegabah. Mungkin ayah bisa memaklumi karena putrinya mulai
menyukai lawan jenis tapi sebagai raja, tentu ia harus mendengarkan pendapat
banyak orang di istana ini, “kamu memiliki banyak teman dari kerajaan lain,” ia
mencoba membuat adiknya untuk berubah pikiran, “pangeran Edward, sepertinya ia
menyukaimu.”
Cravinta tertawa kecil. Ia
mengatakan pada kakaknya kalau Pangeran Edward adalah sahabatnya sekaligus
temannya berbisnis, “aku tidak akan terlibat dalam pernikahan kerajaan yang
diatur.”
“Siapa yang mengatakan
pernikahan selalu diatur? Ayah dan ibu kita tidak seperti itu.”
“Ya! Karena sebelumnya mereka
saling mencintai dan Ibu berasal dari keluarga bangsawan!”
Mata Cravinta mendelik tajam.
Zelroi mendesah lelah kemudian meminta adiknya untuk beristirahat saja dan
mencoba mempelajari sesuatu. ‘karena
menurut orang-orang di istana ini, darah siapa yang mengalir adalah hal utama’
**
Venus membuang rokok yang baru
sedikit dihisapnya. Seorang guru hampir saja memergokinya merokok. Sedang
disudut lain, seorang gadis menatapnya tajam. Gadis itu mengetahui apa yang
dilakukannya. Ya! gadis itu Cravinta.
Melihat wajah Cravinta
memandangnya, Venus langsung pergi dari sana. Ia tidak suka dengan sikap
Cravinta yang selalu berusaha mendekatinya. Terlebih, Cravinta merupakan gadis
yang sangat berisik. Ia tidak suka gadis yang seperti itu.
“Kenapa kamu pergi?” tiba-tiba
Cravinta muncul di depan matanya. Ia tak terkejut karena hal ini sudah biasa, “aku
akan selalu merahasiakan tindakanmu tapi dengan satu syarat, bisakah kita
berteman akrab?”
Ucapan itu membuat Venus
bergidik ngeri. Ia langsung tancap gas pergi. ‘siswi pindahan itu mengertikan. Baru beberapa bulan tapi ia selalu
mengikutiku.’ Ingatannya kembali saat pertamakali Cravinta memperkenalkan
diri dengan tingkah cerianya. Dan, ingatannya akan Cravinta yang tiba-tiba
tersenyum padanya saat ia tak sengaja menabrak gadis itu ketika berlari. ‘dia gadis yang sangat cantik. Bahkan hampir
seluruh siswa menyukainya tapi, tingkahnya mengerikan. Bagaimana bisa seorang
gadis menyatakan perasaannya terang-terangan?’
Sedang Cravinta tetap berjalan
dibelakangnya tapi ia terhenti ketika telinganya mendengar Pangeran Edward
bicara.
“Tuan Putri, apa anda
disekolah? Bisakah kita beremu beberapa menit?”
Cravinta langsung pergi ke
toilet. Memastikan toilet kosong dan tidak ada satu pun yang melihatnya masuk
ke toilet. Ia memejamkan mata kemudian, wuss
ia sudah tiba disebuah padang rumput nan hijau.
Banyak pengawal disana. Dan
tentu saja Pangeran Edward sudah menunggunya. Ia membungkuk 45 derajat untuk
memberi hormat pada Cravinta dan Cravinta memberi hormat dengan membungkuk
kembali. Mereka saling melempar senyum kemudian memberi kode agar para pengawal
menjauh dari sini.
“Hei! Kenapa kamu memintaku
datang? Ganggu aja!” ucapnya santai. Ia selalu seperti ini dengan Edward ketika
tidak ada orang lain, “apa kamu ada masalah? Wow!”
“Kamu letakkan dimana otakmu?
Coba sini!” ia menarik rambut Cravinta yang sebenarnya sangat pantang seorang
putri Raja rambutnya disentuh sembarang orang apalagi ditarik seperti itu, “aku
hanya bosan dengan suasana sekolah. Seharusnya kamu menghiburku. Putri raja
Aldes ternyata gak bisa menghiburku.”
Cravinta mengeluh. Ia tak ingn
menghibur orang lain karena dirinya pun butuh hiburan. Edward tak mau tahu akan
hal itu. Ia hanya ingin Cravinta melakukan sesuatu agar ia bisa sedikit
terhibur, “hei! Kamu ini pangeran! Kenapa harus memintaku kalau bisa meminta
pada semua pengawalmu agar mereka memberi pertunjukkan lucu.”
Bibir Edward manyun. Ia
menjitak kepala Cravinta karena menurutnya ada yang salah disana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar