Sebelumnya gue mau mengutip satu paragraf dari tulisan
Fadhil Abdillah yang judulnya ‘Soal Hati yang Tidak Pernah Serius’. Oke,
langsung ke TKP. Fadhil nulis gini ‘kita
pernah merasakan bahwa hati kita sedang bergejolak, marah misalnya. Kita pernah
ingin melakukan sesuatu ketika hati kita sedang bergejolak, menampak misalnya.
Kita pernah memikirkan sesuatu ketika hati kita ingin semuanya dilampiaskan,
dendam misalnya’ lalu lanjut ke paragraf ke-2 ‘Tapi, kita tidak pernah tau, rasa, tindakan, pikiran itu kapan akan
terjadi. Sama dengan seseorang yang menemukan kembali cintanya. Tiba-tiba’
Kedua, gue mau mengutip kata-kata sahabat gue ‘cinta itu rumit. Serumit ketika kita nonton
film dan endingnya itu benar-benar tidak pernah diharapkan. Selain rumit, cinta
itu kadang mengerikan, lebih mengerikan dari dunia politik hitam’ (yang ini
sereeeem definisinya) terus dia lanjut lagi ngomong ‘ketika seseorang merasa otaknya benar-benar terhenti beberapa detik,
ketika itu ada suatu virus yang sedang menyerbu otak kita. Mereka benar-benar
berusaha merusak otak kita bahkan terkadang, mereka membuat kita seperti orang
aneh.’ (ini sebenernya ngutip drama atau gimana kok dramatis banget yah?
Entahlah)
Disini gue akan bicara soal cinta. Ini bukan cinta yang gue
berikan pada G-Dragon, Junsu, atau Jae Jong karena itu cinta yang berbeda dari
seorang fans seperti gue. Ini juga bukan cinta buat para sahabat-sahabat gue
yang kadang autis dan autisnya ngajak-ngajak gue. Ini juga bukan tentang cinta
yang gue berikan pada seorang pacar karena gue gak punya pacar *curhat*. Ini
juga bukan rasa cinta yang gue berikan pada...., ah sudahlah berbelit-belit.
Gue mau mengingatkan satu hal lagi tentang cinta yang sering
gue denger dari entah itu film, drama, sinetron, atau dari orang-orang
disekitar gue. Ada yang mengatakan bahwa cinta itu suatu hubungan sebab akibat
dimana ada penyebabnya kemudian ada akibat dari itu semua. Yaa semacem rumus
sebab akibat yang rumit itu. Ada juga yang bilang cinta itu tanpa alasan.
Ketika kita mencintai, kita tidak membutuhkan alasan apapun untuk mencintainya.
Daan, masih banyak lagi hal-hal yang berhubungan dengan cinta dimana tiap
individu bisa beda-beda cara menjabarkannya.
Kita pernah merasakan
bahwa hati kita sedang bergejolak, marah misalnya. Oke, itu tulisan Fadhil
yang ada di note facebooknya. Menurut gue bener karena ketika seseorang
mencapai titik tertentu dimana kesabarannya lenyap maka luapan emosi yang
keluar. Bagi gue, itu manusiawi. Dalam kasus ini, gue menganggapnya sebagai
demonstrasi sel-sel otak. (Kata gue loh ini bukan kata para ahli yang meneliti
sel-sel otak)
Ketika seseorang marah, contohnya gue, gak mungkin dan
sangat gak mungkin tanpa alasan. Apapun kemarahan seseorang, pasti ada
alasannya baik itu timbul detik itu juga atau detik-detik berikutnya setelah
alasan marah itu datang menyapa. Yaa, gue merasakan itu. Kalian tanyakan pada
diri kalian, pernah bukan marah? Lalu, apa hubungannya marah dengan cinta?
Marah dengan cinta ada hubungannya. Kalau gak ada
hubungannya, harus dihubungkan. Kalau masih gak ada juga, ambil tali,
sambungkan. Simpel. No No No. Bukan gitu. Ketika seseorang mencintai sesuatu,
maksud gue mencintai hobby dia, mencintai sebuah seni, mencintai keluarganya,
atau mencintai seorang yang lebih dari sekedar teman biasa, itu berhubungan
dengan marah. Kenapa? Entahlah, gue merasa kadang terlintas dikepala gue
begitu.
Kita tidak pernah tahu
rasa, tindakan, dan pikiran itu kapan terjadi. Yap, gue sangat setuju
dengan hal ini. Mungkin detik ini kalian masih bisa senyum bahagia tapi detik
berikutnya, kalian bisa saja lebih bahagia, atau tiba-tiba jatuh pada sesuatu
yang menyedihkan. Tentu saja itu dapat terjadi. Dunia ini bisa berubah dalam
satu detik. Begitu pun dengan cinta.
Seorang sahabat gue namanya Nurfiati pernah mengatakan jika ada kalanya ketika cinta itu
benar-benar sudah tertanam alias sudah permanen dihati, seburuk apapun orang
mengatakan jika itu adalah cinta yang salah untuk kita, kita tidak dapat
melepaskan cinta itu begitu saja. Yap, untuk hal satu ini gue udah liat
sahabat gue merasakannya, kalau gue sih belum secara yaa entahlah, belum takdir
aja. Hal ini berkaitan dengan pikiran yang menurut gue sudah tertanam baik dan
gak hilang atau menghilang cinta itu sendiri. Dapat dikatakan rasa, tindakan,
dan pikiran yang dirasakan oleh Nurfiati ini benar-benar gak pernah diduga sama
dia. Jaman SMP, dia selalu bilang rencana-rencana dia tentang blablabla tapi
entahlah, waktu membuatnya melakukan hal lain, berpikir hal lain, merasakan hal
lain, dan tentu saja, itu takdir yang kuasa.
Gue juga gak tau kapan rasa suka gue sama laeder Big-Bang
sii G-Dragon datang menghampiri gue karena tiba-tiba gue suka aja sama dia.
Tapi, gue punya alasan dan setiap orang punya alasan hanya saja kadang yang
kita rasakan adalah rasa suka terlebih dahulu baru kita menjabarkan alasannya.
Betul gak apa kata gue? Hal ini juga berlaku untuk cinta yang bukan untuk
seorang penyanyi, artis, atau lain sebagainya. Intinya berlaku untuk cinta yang
lebih dari sekedar teman baik tapi masalahnya gue gak punya itu kecuali
sahabat-sahabat gue yang kadang autis. Hihi
Pernah gak sih liat anak SMP atau anak SMA yang pacaran
terus putus terus pacaran lagi terus putus dan tiba-tiba malah pacaran lagi
sama temennya sii mantan. Yaa itu hal biasa yang gue denger baik itu dari kisah
nyata orang-orang yang curhat sama gue atau dari drama, sinetron, atau film.
Itu hal yang sangat sering ditemui didunia ini ^^ apakah itu cinta? Tentu saja
itu cinta hanya kadar kekuatan cinta yang berbeda-beda tiap pasangan. Bagi gue,
itu sah-sah aja. Gak ada hukum yang melarang seseorang untuk
putus-nyambung-putus-nyambug-putus. Tapi, kadang gue mikir, ada kok hukum yang
mengatur. Misalkan hukum hati, yaa ada rasa sesak nafas gitu didada tapi ketika
diperiksakan ke Rumah Sakit gak ada masalah. Mungkin sih gitu.
Namun gue bukan anak SMP lagi walaupun tampang gue masih
imut-imut untuk dibilang anak SMP. Gue bukan seorang cewek yang suka
putus-nyambung begitu karena bagi gue bolak-balik dijalan yang sama itu gak
efisien. Coba lo pikir, ketika lo mau ke Bali, masa iya lo dari Jakarta terus
berhenti di Jogja terus balik ke Jakarta lalu ke Kalimantan terus ke Jogja lagi
dan Jakarta lagi baru kemudian Bali. Gak efisien banget kan? Simpelnya, ketika
gue ingin pergi ke satu titik dimana gue akan merasa nyaman maka dalam
perjalanan itu, gue gak boleh kembali. Bukan artinya gue melupakan jalan gue
sebelumnya hanya saja yang terpenting dan jadi fokus gue adalah tujuan gue,
misal tujuan gue itu ke Bali. Kalaupun gue harus kembali ke Jakarta, gue hanya
ingin reuni. Simpelnya gitu. Namun, ini gak benar juga karena ada satu masa
dimana ketika kita kembali ke titik awal maka kita akan membawa bekal lebih
untuk satu tujuan. Yap, namun gue lebih suka jalan pikir gue yang pertama.
Kalau sudah terlewat, yasudah, fokus ke tujuan dulu. (maksa banget ya gue ^^)
Cinta itu lebih mengerikan daripada politik hitam? Lah kok?
Menurut gue berbalik. Entahlah. Tapi dipikir-pikir ada benarnya juga karena
ketika seseorang mungkin curang dalam politik, imbasnya atau balasannya nanti
dikemudian hari. Namun kalau cinta, bisa detik itu juga karena banyak yang
bilang ini sudah bicara tentang perasaan.
Kalau cinta kadang membuat seseorang menjadi aneh, itu hal
lumrah. Menurut gue wajar. Ketika orang yang pemales, jarang mandi, jarang
merawat tubuhnya tiba-tiba menjadi peduli sama kesehatan dan rajinnya minta
ampun, yaa itu cukup aneh walaupun positif. Ini namanya dampak positifnya
cinta. Tapi ketika cinta menimbulkan depresi baik ringan maupun berat, itu
dampak negatif yang mengertikan. Bagi gue, ini sangat benar kalau cinta membuat
seseorang menjadi aneh tapi bagi gue juga, itu tahap menuju pembelajaran hidup.
Gue pernah bahas soal rasa cinta gue buat oppa G-Dragon?
Tentu pernah. Buat Junsu? Pernah juga. Atau rasa cinta gue buat Kim Jae Jong
atau John Hoon? Gue belum sempet nulisnya di blog ini. Ah iya, gue pernah nulis
soal first love gue kan? Atau tentang cinta sekilas yang gue rasakan? Ya semua
itu pernah. Apa gue jatuh cinta? Tentu. Semua itu cinta hanya beda jenisnya dan
beda kadarnya. Kalau cinta terhadap G-Dragon itu cinta dari seorang fans tapi
gue bukan fans fanatik loh. Bukan.
Mengenai tulisan gue tentang seseorang yang bagi gue gak
banget itu, gue udah move on. Mungkin benar kata sahabat gue kalau itu hanya
rasa suka berlebihan karena saat itu hati gue lagi gak stabil dan mudah untuk
dirasuki hal-hal aneh semacem rasa suka berlebih. Tapi kalau rasa suka yang
berlebih ke Kang Min Hyuk alias drummernya band kece CN-BLUE sih gak boleh
disalahkan karena yaa itu perngecualian. Rasa suka gue ke dia karena.... banyak
alesan, salah satunya karena senyum Kang Min Hyuk buat gue merasa damai. *loh* Jadi,
gue gak akan bahas itu. Gue sedang fokus terhadap kenyamanan hidup gue yang
mengesampingkan masalah itu dulu. Hihi
Belakangan ini atau beberapa waktu ini, gue suka mengamati
orang. Sebelumnya, gue gak pernah begini banget mengamati orang. Biasanya gue
sekedar mengamati terus bilang ‘karakter orang beda-beda ternyata’ yaa begitu
doang. Tapi kali ini gue mengamati banyak orang. Yaa gak lama sih gue mengamati
banyak orang dengan berusaha teliti walaupun kadar ketelitiannya gak dapat gue
pertanggungjawabkan. Gue melakukan itu 1 minggu. Kalau gue lagi makan entah
dimana, kadang gue suka mengamati anak kecil, atau mengamati cowok-cewek-ibu2-bpk2-nenek2-atau
kakek-kakek sekalipun. Gue mengamati aja. Dan entahlah, gue merasa ada satu
pembelajaran tersendiri bagi gue. Gue merasa orang-orang di sekitar gue itu
unik bahkan diri gue pun unik. Rasanya menyenangkan menyadari hal itu dengan
pengamatan langsung bukan dengan baca buku atau baca artikel tapi apa yang gue
baca itu bener kok karena gue sudah membuktikannya.
Dari pengamatan gue itu kadang gue merasa kalau orang yang
gue amati itu merasa risih sama gue. Yap, gue kadang mengamati dari jauh sambil
memasukkan dikepala gue tapi kadang ketika orangnya berada disekitar gue. Nekat
ya gue? Entahlah mungkin kalau cewek cantik yang gue amati eh dikiranya gue iri
sama dia atau dikiranya gue nyindir dia atau dikiranya apalah yang gak banget
gitu. Dan kalau cowok, mungkin dikiranya gue terpesona. Itu aja bagi gue.
Gue banyak menemukan orang-orang yang kadang marah tanpa
jeda. Kadang juga gue menemukan orang yang kalem banget ditambah baek jadi
kalemnya bener-bener luar biasa. Kadang juga ada yang kalem tapi kalau ngomong
ngena dihati alias nyakit. Itu sih biasanya cewek. Kalau gue sebagai cewek, gue
mengakui diri gue itu gak kalem kecuali kalau gue gak cocok sama tempat dimana
gue berada atau gue gak cocok sama orang-orang disekitar gue. Yang gue suka
dari seorang cewek karena gue juga cewek, cewek itu lebih peka. Maksud gue
bukan peka terhadap orang lain aja tapi terhadap hidup dia sendiri contohnya
kesehatan dimana para cewek-cewek ini mulai memperhatikan kesehatan kulit dan
mulai berkonsultasi sama dokter. (ini bukan pengamatan aja tapi hasil gue nanya
alias wawancara santai)
Nah kalau soal cowok, ini mah udah pasaran didenger, cuek.
Cuek banget ngerokok dimana-mana tanpa mikir kanan-kiri itu keganggu. Yaa gak
semua cowok gitu, masih banyak kaum cowok yang anti rokok. Gue menemukan ketika
gue dikampus, masih banyak yang gak ngerokok. Ketika gue lagi kumpul sama
temen-temen SMA gue, mereka juga banyak yang gak ngerokok. Tapi tetep ada sisi
cueknya sii cowok ini, yaitu males ribet makannya banyak yang memberi cap cowok
itu kebanyakan cuek. Bagi gue sebenernya bukan cuek tapi mereka meminimalkan
tindakan yang gak penting. Gitu sih kata gue bukan kata yang lain.
Dari sekian banyak pengamatan kilat gue, ada beberapa orang
yang sampai detik ini buat gue salut sama tingkah mereka yang mana kayaknya
unik banget diantara sekitarnya. Beda sama tingkah gue yang jelas. Yaa tingkah
gue juga emang beda sih misal dikampus sama dilingkungan temen SMA gue beda
banget, beda jauh malah tapi tingkah gue gak se-autis sahabat-sahabat gue yang
gak bisa diem. *eh*
Lalu, apa hubungannya hasil pengamatan gue dengan cinta?
Hasil pengamatan gue itu mengajarkan gue yang berkenaan
dengan cinta, salah satunya mengajarkan gue untuk memahami kalau tingkah laku
manusia itu beda-beda jadi ketika gue menemukan cinta disekitar gue mungkin gue
harus inget hal ini kalau memahami itu sangat rumit karena yaa tingkah manusia
itu balik lagi ke beda-beda-beda tiap individunya.
Tapi yang gue
tekankan, walaupun tingkah manusia itu beda-beda tapi-tapi-tapi-tapi ada
kalanya dimana kita bisa membedakan tingkah yang murni, tingkah palsu atau
dibuat-buat, dan tingkah yang terpaksa. Yaa begitu lah. Membedakannya dengan
cara bukan hanya mengamati tapi mencoba untuk memahami perlahan namun gak
memaksa otak kita untuk paham. Yaa gimana pun kapasitas otak itu gak bakal seru
kalau ada unsur pemaksaan.
Coba geh, apa kalian pernah dipaksa mencintai atau menyukai
idola kalian? Atau kalian dipaksa untuk mencintai keluarga kalian? Itu pasti
nggak. Simpelnya seperti itu. Cinta itu tanpa paksaan. Kalau ada seseorang yang
memaksakan cinta, mungkin hukum karma yang akan membuatnya sadar
sesadar-sadarnya.
Cinta kepada manusia bagi gue yang utama dan pertama itu
keluarga gue baru diri gue kemudian diri gue kemudian lagi diri gue kemudian
sahabat gue baru kemudian yang lain-lainnya. Kenapa gue selalu menyebutkan diri
gue berkali-kali? Karena ketika kita bisa mencintai diri kita sendiri maka kita
bisa mencintai orang lain. Kalau keluarga udah hukum alam saling mencintai, gak
bisa diganggu gugat terkecuali ada kecacatan dalam sebuah keluarga misal
keluarga yang berantakan. Misal loh misal.
Cinta kepada yang lainnya bagi gue itu bukan idola gue yang
gue dahulukan tapi orang lain dulu karena gini, ketika gue menyukai idola gue
kan belum tentu dia balik menyukai gue sebagaimana gue menyukai dia. Yaa memang
cinta itu gak menuntut balas tapi menurut gue sah-sah aja jika keduanya saling
terikat alias saling menyukai. Masalahnya kalau artis kan fansnya banyak jadi
bisa diberi pengecualian. Untuk yang lain, bagi gue jalan digaris lurus bersama
itu lebih baik karena bisa memikirkan strategi untuk mencapai tujuan secara
bersama-sama. Namun ketika jalan digaris yang sama kemudian salah satu keluar
dari jalur, tentunya yang keluar akan tersesat bahkan yang sangat mengerikan ia
tidak dapat kembali lagi. Bagi gue begitu. Bukan gue egois tapi itulah kata
hati guee wkwk
Kalau jatuh cinta pada lawan jenis selain diluar
artis/penyanyi, jujur, di isi kepala gue Cuma 1 kali. Dan itu gak menyeramkan
seperti lebih menyeramkan dari politik hitam. Gak sama sekali. Dan cinta yang
ke-2 kalinya, yaa entahlah, belum pernah otak gue menegaskan itu. Bukan berarti
gue orangnya pemilih yang ribet tapi entahlah jalan pikir otak gue memang rumit
serumit berjalan diatas air gitu. Yaa jelek juga kan kalau gue tipe orang yang
mudah jatuh cinta. Gak banget. Kecuali jatuh cinta pada seorang penyanyi lewat
suaranya itu bisa mudah karena gue dengerin suaranya langsung deh jatuh cinta
sama suaranya baru ke penyanyinya siapa. Eh atau mungkin pertama kali gue jatuh
cinta sama Junsu? WOW!
Tapi ada manusia yang belakangan ini buat gue penasaran. Eh
bukan belakangan ini tapi udah lama sih buat gue penasaran. Ada yang unik.
Bener-bener unik. Tapi dia bukan orang hasil pengamatan gue. Bukan. Ada
beberapa kejadian/hal/tingkah laku yang buat gue mikir ‘gue harus nulis cerpen
tentang nih orang’ tapiii, gue baru mikir aja belum terlaksana. Mau tau siapa
dia? Apa dia artis? Penyanyi? Atau seseorang yang lain? Atau seseorang yang
lebih dari sekedar teman?
Simpel kata, gue akan menjelaskan pada tulisan berikutnya.
Yang jelas, dia bukan orang yang pernah gue tulis disini sebelumnya. Bukan. Gue
pertegas lagi, bukan. Mau dia artis, penyanyi, aktor, temen gue, tetangga gue,
sahabat gue, gue mau nulisnya nanti. Nanti ditulisan setelah tulisan ini.
Orang yang buat gue mikir tentang sebuah kalimat yaitu: ‘Tapi, kita tidak pernah tau, rasa, tindakan,
pikiran itu kapan akan terjadi’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar