Nama : Syamsul Arifin
NPM : 1321040214
Fak/Jur/Kelas : Syari’ah/Ekonomi Syari’ah/E
Mata
Kuliah : Filsafat Umum
BAB V
FILSAFAT MODERN
Secara historis, zaman filsafat modern dimulai sejak
adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang
ditandai dengan kemunculan gerakan renaissance. Aliran yang menjadi pendahuluan
ajaran filsafat modern didasarkan pada suatu kesadaran atas individual dan yang
konkret.
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan
dengan era filsafat abad ke-, muncullah berbagai aliran pemikiran, yaitu :
A.
Rasionalisme
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu
alam, hukum, dan kedokteran. Ia menyatakan bahwa, ilmu pengetahuan harus satu,
tanpa bandinganya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri
sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang
benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctivily). Ilmu
pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat
dipastikan model cara mengenal secara dinamis.
Ia berpendapat bahwa, sumber pengetahuan yang dapat
dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang lewat akallah yang dapat memenuhi
syarat yang di tuntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah.
Latar belakang munculnya rasionalime adalah keinginan
untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik).
B.
Empirisme
1.
Thomas Hobbes
(1588-1679)
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya, filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh
dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari
sebab-sebabnya.
2.
John Locke (1632-1704)
Dalam penelitianya, ia menggunakan istilah sensation
dan reflection. Sensation adalah sesuatu yang daopat berhubungan dengan dunia
luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sedangkan reflection
adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang
sifatnya lebih baik dari sensation.
C.
Kritisisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18. Suatu zaman baru
dimana seseorang ahli pikir yang ceras meencoba menyelesaikan pertentangan
antara rasionalisme dengan empirisme.zaman baru ini disebut zaman pencerahan
(Aufklarung). Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu
pengetahuan telah mencapai hasil yang menggembirakan. Disis lain, jalanya
filsafat tersendat-sendat.
Seorang ahli pikir, Immanuel Kant (1724-1804) mengakui
peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya untuk mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber dari akal, tetapi adanya
pengertian timbul dari benda.
D.
Idealisme
Pelopor Idealisme adalah :
J.G Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel ( 1770-1831),
schopenhauer (1788-1860)apa yng dirintis oleh kant mencapai puncak
perkembanganya pada hegel. Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menurut
pendapatnya, segala peristiwa didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu
syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang ada sudah secara otomatis
mengandung pejelasan-penjelasanya.
E.
Positivisme
Filsafat Positivisme lahir pada abad ke-19. Titik
tolak pemikiranya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang
positif, sehingga metafisika ditolaknya.
Tokoh-tokohnya adalah : August Comte (1798-1857), John
S. Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903)
August Comte (1793-1857)
Menurut pendapatnya, perkembangan pemkiran manusia
berlangsung dalam tiga tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap
ilmiah/positif.
Tahap teologis manusia mengarahkan pandanganya kepada
hakikat yang bathiniah (sebab pertama). Tahap metafisis manusia hanya sebagai
tujuan pergeseran dari tahap teologis. Tahap ilmiah/positif, manusia telah
mulai mengetahui sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafsis tidak ada
gunanya.
F.
Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh seorang zoologi yang
mempunyai pengaruh samapai saat ini, yaitu : charles Robert Darwin (1809-1882),
ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.
Dalam pemikiranya, ia mengajukan konsepnya tentang
perkembanganya tentang segala sesuatu termasuk manusia yang di atur oleh
hukum-hukum mekanik, yaitu survivalof the fittest dan struggle for life. Pada
hakikatnya antara binatang dan manusia dan benda apapun tidak ada bedanya.
Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia pada masa yang akan datang akan
lebih sempurna. Dalam pemikiranya, Darwin tidak melahirkan sistem filsafat,
tetapi pada ahli pikir selanjutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan
pada evolusionisme.
G.
Materialisme
Seorang tokoh (materialisme alam) adalah Ludwig
Feueurbach (1804-1872) sebagai pengikut Hegel. Dia mengemukakan pendapatnya,
bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia
yang ada, bila menolak Agama/metafisika.
Dari materialisme Historis/dialektis, yaitu Karl Marx
(1818-1883). Menurut pendapatnya, tugas seorang filosofi bukan untuk
menerangkan dunia, tetapi untuk meengubahnya. Hidup manusia itu ternyata
ditentukan oleh keadaan ekonomi.
H.
Neo-Kantianisme
Tokoh-tokohnya adalah : Wilhelm Windelband
(1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), paul natrop (1854-1924), Heinrich
Reichart (1863-1939).
Herman Cohen memberiakan titik tolak pemikiranya
mengemukakan bahwa keyakinanya pada otoritas akal manusia untuk mencipta.
Mengapa demikian, karean segala sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih
dahulu dipikirkan. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi
sebagai cita-cita dari seluruh prilaku manusia.
I.
Pragmatisme
Pragmatisme Berasal dari kata Pragma yang artinya
guna. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yanfg mengajarkan bahwa yang benar
adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Tokohnya : William James
(1842-1910) ia ahli dalam bidang seni,
psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat.
Ia bertanggapan, bahwa masalah kebenaran tentang
asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Ia mengiginkan
hasil-hasil yang konkrit.
J.
Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi
semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pemikiran manusia. Tokohnya adalah
Henry bergson (1849-1941). Pemikiranya, alam semesta ini merupakan suatu
organisme yang kreatif, tetapi perkembanganya tidak sesuai dengan
implikasilogis. Pemikiran filsafat Henry ini sebagai reaksi dari positivisme,
materialisme, Subjektivisme, Relativisme. Kemudian ia mengupayakan dengan melalui
yang positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan
metafisis. Ia mempertahnkan kebebasan dan kemerdekaan kehendak.
John Dewey (1859-1952)
Pemikiranya, tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan dalam tinakan hidup manusia. Untuk itu filsafat tidak boleh berda
dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya.
K.
Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata Fenomen yang artinya
gejala, yaitu suatu yang tidak nyata dan semua. Kebalikanya kenyataan juga
dapat diartiakansebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra.
Tokohnya : Edmund Husserl ( 1839-1939) dan pengikutnya Max Scheler (1874-1928).
Edmund Husserl berpendapat, bahwa objek/benda harus
diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenemologis
yang didukung oleh metode deduktif. tujuanya, adalah untuk melihat hakikat
gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan
deduktif metode artnya mengkhayalkan gejala-gejala dalam berbagai macam yang
berbeda.
L.
Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari eks = ke luar, dan
sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam
keberadaanya itu sada bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya
ditentukan oleh akunya.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Pelopornya adalah
Soren Kierkegarared (1813-1855), Martin Heidegger, J. P. Sartre, Karl Jaspers,
Gabriel Marcel.
Pemikiran Soren Kierkegarared mengemukakan bahwa
kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum, tetapi berada dalam
eksistensi yang individu, yang konkret.
M.
Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, ditengah-tengah gereja
katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham
thomas Aquinas. Pada awalnya dikalangan gereja terdapat keharusan untuk
mempelajari ajaran tersebut. Kemudia, menjadi paham Thomisme, yaitu paham yng
menganggap bahwa ajaran thomas sudah sempurna. Kedua, paham yang menganggap
bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang
pada suatu saat belum dibahas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar