Don’t Go!
”Apa kamu akan terus
mencintainya?”
”Aku bersumpah, sampai kapan
pun akan terus mencintainya.” jelasku sambil membulatkan senyumku. ”Dia pasti
merindukanku.”
Sosok wanita paruh baya itu
memang selalu mengkhawatirkanku. Ia lebih mengkhawatirkanku di bandingkan
dengan sosok anan laki-laki yang terbaring disana.
”Aku mencintaimu, seperti ini
atau lebih dari ini.” Bisikku di telinganya. ”Jangan lakukan lebih dari ini,
kumohon.” Aku melangkah menjauhinya lalu mengambil rangkaian bunga dan kutata
di vase kecil yang kubeli beberapa
minggu lalu.
Ruangan ini begitu hangat,
kadang pula terasa sejuk, namun ada saatnya terasa memanaskan. Ini sudah
seperti rumahku dan tentu saja, ruangan ini begitu higienis.
”Fasial.” Sepertinya Euka
memanggilku. ”Fasial...” Panggilnya lagi namun ketika aku melihat kearahnya,
dia masih tertidur.
Euka, seorang anak laki-laki
yang tercipta begitu sempurna di hatiku. Entahlah apa yang membuatku begitu
mencintainya.
Sosok Euka memang begitu damai
bahkan dia seperti penyejuk. Dia hanya seorang anak laki-laki yang
memperlakukanku begitu tenang dan aku tidak tahu jika akan begitu mencintainya.
Apakah dia telah melemparkanku pada jurang cintanya?
”Fasial,” seorang wanita
membangunkanku. ”Sudah jam enam, bukankah kamu akan kesekolah barumu?” Tanya
tante Andila, ibunda Euka.
”Iya bunda,” kataku, aku
memang sudah terbiasa memanggilnya seperti itu.
Alasanku pindah sekolah bukan
karena aku bodoh. Aku hanya ingin lebih dekat dengan Euka dan membagi waktu
belajarku. Sekolah lamaku memerlukan waktu 30 menit untuk ke tempat ini namun,
sekolah baruku hanya memakan waktu 10 menit. Aku sudah kelas 3 SMA dan aku
tidak ingin membuang-buang waktuku.
***
Seorang guru mengantarkanku
pada kelas baru yang benar-benar asing untukku. Suasana baru yang pada akhirnya
mengharuskanku beradaptasi.
”Nama saya Fasial Putri, saya
pindahan dari LBS school, alasan saya
pindah ke sekolah ini karena ingin berkenalan dengan teman-teman semua.”
Jelasku saat perkenalan siswi baru. ”Saya harap kalian bisa menerima saya.”
Lanjutku lalu aku duduk setelah guru yang menyuruhku bicara memberi petunjuk
untuk duduk.
Kelas ini dan sekolah ini
tentu saja berbeda dengan sekolah lamaku. Suasana yang sudah terlihat gaduh dan
ramai ini mungkin akan membantuku. Setidaknya, aku bisa mengurangi ketenangan
otakku yang membuat fikiranku terus tertuju pada Euka.
”Tia.” seorang siswi cantik
mendekat dan bersalaman padaku. ”Loe pinter kan?” Tanyanya, aku hanya
tersenyum. ”Pasti ada alesan sendiri buat anak LBS mau pindah ke sekolah ini.”
Dia sepertinya memang sudah menebak saat aku memperkanalkan diri.
”Oh iya, salam kenal ya.”
Kataku. ”Mungkin gue akan agak susah beradaptasi.”
”Oke.” Dia tersenyum
semeringah. ”Loe pasti pinter dan loe juga cantik, pasti gampang beradaptasi deh.”
lalu kami tersenyum bersama.
Dia mengajakku berbincang
sambil menunggu bel masuk. Kurasa aku akan nyaman berada di kelas ini. Mereka
menyambutku begitu baik.
Tet.....tet.....ter.... bel
berbunyi.
”Eh, tuan Reza dateng tuh.”
Kata Tia yang memandang sinis ke arah pintu kelas. ”Ketua kelas yang sombongnya
tingkat dewa, hih nggak banget.” Jelasnya lalu berdiri dari bangku sampingku.
”Mau kemana?”
”Ini bangku Reza, loe duduk
sama dia.” Tia sepertinya tidak begitu menyukai siswa yang bernama Reza itu.
”Walaupun loe cantik, pinter, nggak bakal deh si Reza berniat baik sama loe,
jutek gitu geh.”
Siswa yang bernama Reza ini
duduk begitu teang. Kurasa dia siswa paling tenang di kelas ini tapi,
sepertinya ada beberapa siswa yang tidak menyukainya.
***
Ruangan ini terasa begitu
hangat. Senyum Euka masih membeku di atas ranjang. Dia memang selalu terlihat
manis, bahkan saat dia tertidur.
Mau tau lanjutannya?
hm, next time yaa nunggu kalian pada penasaran dulu :)
Salam hangat
Aula Nurul
(Cantik yaa gue, eh batiknya deng, eh dua-duanya ^_^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar