Cuplikan satu Bab di NOVEL GUE
Kaki-kaki kecil Yuri selalu bergetar setiap memasuki
rumah. Bukan dia senang, bukan dia bahagia setibanya dirumah, tapi dia takut. Dia benar-benar selalu merasa takut akan apa yang akan
ditemukannya dalam rumah. Rumah yang seharusnya terasa nyaman bagi semua orang
tapi, tidak bagi Yuri. Ada saatnya rumah terasa jauh dari kesan nyaman.
“Tuhan,
mengapa hidupku seperti ini? Mengapa?”
Yuri tidak pernah berpikir tentang asal-muasal hidupnya.
Baginya, Tuhan salah meniupkan ruh pada rahim ibunya. Dia tidak pernah merasa
bahagia dalam rahim itu. Itulah pemikirannya selama ini dalam hati.
Akan tetapi, ada saatnya Yuri merasa Tuhan berbaik hati
padanya. Ada dua orang yang menyayanginya sejak kecil, kakak dan ayahnya.
Ketika Yuri bepikir Tuhan salah, datang malaikat yang mendamaikan bahwa masih
ada kakak dan ayahnya. Selalu seperti itu yang terjadi.
”Tuhan, bolehkah aku mempersalahkanmu?” tanya Yuri saat dia menutup matanya dalam tidur ”Tuhan, bisakah kita bertemu
dalam mimpi di tidurku?”
”Yuri, masih ada ayahmu yang akan terus mencintaimu” Kata seorang malaikat cantik. Malaikat itu selalu datang
pada mimpi Yuri ketika dia mencoba mempersalahkan Tuhan.
”Tapi mengapa aku harus terlahir dari rahim yang salah? Bisakah kau
menyampaikan pada Tuhan tentang semua yang ingin kutanyakan padanya?”
”Tuhan sudah tahu. Tuhan yang menggariskannya. Yuri,
hidupmu telah digariskan Tuhan. Walaupun semuanya menjadikanmu rapuh, tapi
ingatlah satu hal bahwa kamu bisa tersenyum untuk orang-orang yang menyayangimu dan untuk
seorang anak laki-laki yang begitu mencintaimu” lalu malaikat itu berpamitan dari mimpi Yuri.
Sekarang gadis kecil itu mulai mengerti cinta. Dia
mengenal cinta sebagai kebahagiaan tersendiri di hidupnya. Semangat dan
dukungan baru telah dia dapatkan dari seorang anak laki-laki.
”Sekarang kamu
harus tersenyum untuk cintamu. Dia mungkin akan menjadi takdirmu sampai menutup
mata” kata malaikat itu pada Yuri. Kata-kata malaikat itu
membuatnya bahagia. Dia berpikir, seseorang yang menjadi kekasihnya akan
menjadi jodoh hidupnya.
Semangat-semangat tanpa air mata. Yuri gadis kecil yang
kuat. Dia mulai bisa beradaptasi dengan keadaan yang menyakitkan hatinya.
Semuanya akan baik-baik saja pikir Yuri.
”Pipi kamu merah, kenapa?” tanya Visco khawatir, “Yuri, ada apa?”
”Nggak kok kak” jawab Yuri, dia tidak ingin kakaknya tahu sebuah tamparan
melayang pada pipinya dari sang Ibu ”tadi jatoh dari sepeda” jelasnya berbohong.
Selalu seperti itu. Setiap ada yang janggal pada tubuh
Yuri, Visco ataupun ayahnya selalu bertanya. Mereka khawatir itu perbuatan
ibunya. Namun,
Yuri selalu bisa keluar dari ke khawatiran ayah dan kakaknya. Dia akan berusaha mencari segala cara agar kedua orang
yang mengkhawatirkannya itu tenang.
Yuri
tidak ingin mereka khawatir seditpun akan
dirinya. Dia tahu itu
membuatnya tersiksa tapi, jika Yuri bicara maka semuanya akan lebih kacau.
Semuanya akan baik-baik saja, itu yang selalu Yuri tegaskan dalam hati.
Terkadang
Yuri
ingin bicara bahwa perlakuan ibunya begitu kasar tapi, dia mundur karena dia
merasa setidaknya dia masih bisa hidup. Dia pikir, setidaknya wanita itu sudah
berbaik hati menyimpannya dalam rahim selama sembilan bulan. Hal itu Yuri
syukuri, dia ingin berterimakasih dengan cara ini. Dia diam.
”Kapan kamu SMA dek?” tanya Robby, teman Visco ”masih kelas 2SMP aja kamu udah
cantik, gimana gedenya?”
”Gedenya akan lebih cantik” jawab Yuri dengan pede. Dia hanya bicara berdua dengan Robby ketika kakaknya
izin sebentar untuk menjemput Resa.
”Bisa nggak ya daftar jadi pacar kamu nanti?” Robby bertanya dengan penuh harap. Dia sangat mengagumi gadis yang dia kenal sebagai adik
temannya itu. Baginya, Yuri bukan hanya cantik paras tapi hatinya pun begitu
cantik, “boleh kan daftar di hati kamu?”
”Wah telat, kata malaikat jodohku hanya Dion” Yuri
tersenyum lebar, membuat Robby
langsung melelehkan harapannya seketika itu
juga.
Semua teman Visco secara otomatis akan menjadi teman
Yuri. Cowok yang sangat menyayangi adiknya itu akan lebih senang jika Yuri
tidak berada dirumah. Dia tahu, Yuri merasa sedih tidak mendapatkan kasih sayang
sang ibu. Memang adik yang dia sayangi itu tidak pernah bercerita tapi, tanpa
bercerita dia tahu apa yang adiknya rasakan. Dia
juga tahu dengan jelas apa yang terjadi pada Yuri dirumah tapi, dia
berpura-pura tidak tahu. Semua itu dilakukannya agar Yuri tidak sedih.
”Sayang,” goda Dion pada kekasihnya ”Yuri jelek.”
”Ih rese kamu mah. Ganggu-gangguin aku melulu” Yuri kesal
lalu dibantingnya handphone yang dia
pegang.
”Kamu kenapa?” Dion nampak
khawatir. Walaupun dia tidak
tahu cinta itu apa, tapi dia khawatir dengan seorang gadis kecil yang berstatus
pacarnya itu.
Ada rahasia di balik wajah Yuri yang Dion ingin tahu. Dia
mencoba mencoba duduk manis di samping pacarnya. Ingin rasanya dia melontarkan satu pertanyaan tapi,
dia tahu pacarnya itu tidak ingin diganggu
sedikit pun.
”Kata malaikat, kamu akan jadi jodohku” Yuri terdiam
sesaat ”kalau gitu, kita
akan terus sama-sama sampe tua dong?”
”Itu yang kamu pikirin?”
”Bukan” jawab Yuri singkat ”kita di Jakarta kan?”
”Jelas kita di Jakarta. Ada-ada aja kamu ini”
”Bisa kamu menemaniku ke Lampung?” pinta
Yuri, Dion hanya terdiam tidak bicara sama
sekali setelah Yuri meminta untuk ditemani.
Dion takut untuk bicara. Bukan dia tidak ingin menemani
Yuri tapi, dia takut akan keadaan hati Yuri. Apa yang Yuri rasakan, dia pun
merasakan hal yang sama. Dia tidak ingin Yuri terluka lebih dalam lagi dari
sebelumnya. Dia ingin Yuri merasa benar-benar tenang tanpa harus berpikir hal
yang sama setiap waktu
***
*)
Catatan :
Ini sepenggal tulisan di novel gue. Yaa ceritanya kalau dilihat mungkin konflik antar ibu dan anak yang pasaran tapi jangan salah sangka dulu, ini lebih tentang kesempurnaan cinta yang Yuri dapatkan dari pacarnya, dari orang-orang terdekatnya, dari takdirnya yang tentunya dari Tuhan.
Ini sebuah perjalanan panjang hidup Yuri dimana sel-sel dalam otaknya mulai tidak seimbang lagi. Dimana ia beranggapan terkadang Tuhan terlalu baik padanya.
Perjalanan yang begitu panjang. Sebuah perjalanan ke tempat yang diberi julukan The
Queen of The Adriatic. atau sebut saja Venesia, sebuah perjalanan di Lampung yang penuh dengan ketikdakseimbangan hidupnya.
Sebuah cinta yang sempurna dari pacarnya. Cinta yang benar-benar telah ditakdirkan Tuhan. Cinta yang telah dikenalnya sejak kelas 1 SMP. Cinta dari seorang anak yang kehabisan permen ketika ospek berlangsung.
Tidak hanya cinta itu saja, cinta dari Ayah dan kakaknya pun sangat sempurna. Banyak cinta dihidupnya, cinta yang lembut, teratur, dan setia didalam hatinya. Cinta yang benar-benar melebihi makna sebuah cinta sendiri. Cinta yang tidak dapat terlukiskan dengan apapun. Cinta yang abadi.
Namun, kesempurnaan cinta akan menjadi ketikdaksempurnaan cinta itu sendiri.
Yap, dalam novel yang gue tulis ini, gue suka banget sama tokoh yang namanya Visco. Dia ini kakak yang bener-bener luar biasa untuk adiknya. Gue juga suka sama seorang tokoh yang namanya Epel, perannya disini sebagai tunangan Yuri bukan pacarnya Yuri. Pacar dan tunangan dia beda orang disini. Gue gambarin Epel disini sebagai cowok yang hidupnya sempurna bahkan kelewatan sempurna tapi kisah cintanya rumit, sampai diakhir kisah pun rumit.
Kalau tokoh ceweknya, gue suka sama si malaikat. Malaikat yang cerita, tenang, lembut, dan pemberi semangat. Kalau sama peri-peri danaunya sih yaa mayan suka tapi gak terlalu, lebih suka malaikatnya ^^ hihi tapi lebih suka Epel deng. Kalau tokoh utama cowoknya sih gue gak suka, dia kan udah punya Yuri. *ini novel woy bukan kisah nyata* hihi biarlah, anggeplah gue masuk atau ikut masuk ke dalam cerita itu.
Salam manis penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar