Auto
Oleh Aula Nurul M
Entahlah
hidup ini mungkin begitu mudah bagiku tapi, kemudahan itu terlalu menyiksa dan
kau tahu seperti apa itu hidup? Tentu, kau akan berpikir seperti lingkaran tapi
hidup itu tidak pernah berputar sedikitpun dariku. Benarkah? Entahlah, aku pun
di buat bingung oleh ’nya’.
Auto, anak laki-laki yang berusia 17 tahun. Dia
hidup lebih mudah dari yang di bayangkn orang tapi, baginya hidup begitu rumit.
”Jika aku terluka dan kehilangan darah, siapa yang
akan menjadi donor darahku?” Tanya Auto pada Hena, seorang wanita cantik yang
menjadi tangan kanannya. ”Kau tidak bisa menjawabnya?” Auto tertawa kecil
sejenak. ”Tentu saja, aku bukan manusia dan DNA dalam tubuhku bukan DNA
manusia.”
”Setidaknya kau bisa berpikir dan merasakan sesuatu
dalam dadamu seperti manusia.” Hena mengambilkannya soft-drink padanya lalu menatapnya. Mereka duduk di meja yang sama,
di ruang tengah, di rumah yang berada pada kedalaman puluhan meter dari
permukaan tanah. ”Kau tampan dan wajahmu seperti manusia, kau bisa di katakan
manusia.”
Auto tertawa melihat Hena yang selalu berkata
bahwa hidupnya baik-baik saja selama dia hidup seperti manusia biasa. Ya, Hena
tahu bahwa anak laki-laki yang lebih muda 5 tahun dari nya itu bukan manusia
biasa, dia terlahir dari sebuah percobaan ilmiah.
**
”Woy To! Tugas
biologi lo udah selesai kan?” Tanya Davin, teman
sekelas Auto. Dia sudah
berada di sebuah SMU selama 2 bulan ini. “Woy!”
”Udah.” Lalu Auto melemparkan buku tugasnya.
Hena melangkah dengan santai, dia begitu gembira
bisa menemani Auto di sebuah sekolahan. Setidaknya dia juga bisa bebas sedikit
dari tugasnya. Berada di sebuah sekolah membuatnya dapat bernafas lebih lega.
”Kau terlambat.” Kata Auto. ”Apa kau bermain di
luar sana?”
”Masa SMU-ku sudah berlalu 6 tahun lalu, aku
seorang siswi yang cerdas.” Jelas Hena. ”Aku berada di sini karena dirimu, yah
seharusnya aku berterimakasih karena kau meringankan tugasku.” Hena langsung
duduk di samping Auto dan melemparkan senyumnya tanpa henti.
”Mereka telah membuangku bukan?” Tanya Auto lebih
jelas dan lirih. ”Salah, maksudku mereka mengasingkanku dan tempat ini terlalu
buruk untukku.” Dia tersenyum kecil, Hena memintanya untuk lebih banyak bicara.
”Ya, kau tahu aku siapa dan tidak seharusnya aku berada di tempat ini. Ini
tidak akan berguna dan ini sia-sia bagiku.” Dia mulai membuka buku biologinya.
”Semua pelajaran ini sudah kupelajari dan kau tahu, aku tidak membutuhkannya
kecuali ini bisa merubahku menjadi manusia.”
**
Dr.Fildman meminta Auto untuk datang ke laboratoriumnya.
Mereka sedikit berbincang di sana dan seperti biasa, Dr.Fildman memeriksa
kesehatan Auto.
Dia baik-baik saja, Auto tidak sakit, dia sehat,
dan dia memang di ciptakan untuk tidak pernah sakit.
”Percobaan kalian akan sampai kapan?” Tanya Auto.
”Kau ingin bertanya hidupmu akan sampai kapan?”
Dr.Fildman lebih memperjelas pembicaraan itu. ”Harusnya kau tahu, kau tidak
akan pernah mati karena kau hidup kami.”
”Ya, aku tahu, kau dan semua orang yang
merancangku telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk tubuhku bukan?” Dia
membuat sebuah reaksi eksotern di laboratorium itu sambil memperhatikannya.
”Ini kupelajari saat masuk di sekolah tapi, sekolah itu tidak mengajarkanku
bagaimana aku di buat dan apa alasanku untuk di buat.”
Auto sempat sulit beradaptasi di dunia manusia
yang sesungguhnya, selama hidupnya hanya orang-orang yang merancang dan
menjaganya saja yang di kenal, tidak lebih. Namun, Hena membantunya untuk bisa
bicaraa dan bersikap seolah dia remaja biasa.
Anak laki-laki yang baru saja berada di dunia
manusia sesungguhnya ini sempat mendengar bahwa sekolah adalah gudang ilmu. Itu
membuatnya bertanya saat KBM berlangsung, dia bertanya tentang bagaimana sebuah
percobaan membuat sebuah benda yang dapat hidup seperti manusia namun itu bukan
manusia. Dan tentu saja, teman-teman sekelasnya tertawa.
”Kau sedang bermain-main dengan tabung reaksi itu
atau kau marah padaku?” Tanya Dr. Fildman. ”Kau akan tetap hidup bahkan jika
kau mengizinkan, aku akan membuang ingatanmu selama 17 tahun ini.” Dia menatap
tajam Auto. ”Tapi jika aku melakukan itu, sama saja aku membodohi diriku
sendiri.”
**
”Sob, Hena sahabat loe itu udah punya pacar
belum?” Tanya Davin. ”Ya, kalo boleh sih gua mau ngedeketin dia.”
”Deketin aja, nggak ada yang ngelarang.”
”Ngedeketin mah gampang tapi gua segen, Hena
pinter banget. Orang pinter kan susah di deketin.” dia tersenyum-senyum tidak
jelas. ”Lo tau kan maksud gua?”
Auto makan siang bersama Davin di kantin sekolah.
Mereka menghabiskan 2 mangkuk bakso dan beberapa gelas minuman dingin.
Bagi Davin, Auto adalah teman yang baik apalagi
dia selalu memberi contekan. Namun, dia sedikit kesal karena Auto terkadang
terasa aneh sikapnya.
**
”Kau tahu bahwa hidrogen klorida bukan merupakan
asam basa?” Tanya Auto, Hena diam. ”Tapi, saat di larutkan ke dalam air akan
menghasilkan ion H+, kau tahu itu?” Hena tidak mengerti apa makna
lain yang di bicarakan Auto. ”Ya, kau mengerti tentunya tapi jika itu di
artikan dalam hidupku, apakah kau bisa mengerti?”
”Tentu tidak, hidupmu begitu mudah, kau bisa
mengaturnya sendiri, hanya saja kau ingin menjadi manusia.” Jelas Hena. ”Tapi
itu sama halnya dengan kau akan terjun ke dalam tantangan kematianmu. Itu
maksudmu bukan?”
”Kecuali mereka membuat sebuah percobaan agar aku
benar-benar menjadi manusia.”
**
Dia bukan di buang, dia di asingkan tapi
sebenarnya Dr.Fildman ingin Auto menjaani hidup sebagai manusia dimana tetap
berada di bawah kendalinya. Bagaimana pun keingin Auto di ketahui semua manusia
yang merancangnya dan itu sudah di perkirakan oleh mereka semenjak merancang
Auto beberapa puluh tahun lalu.
”Loe jadi kapten basket aja, berkat loe, TIM
basket sekolah ini menang terus padahal lo baru tiga bulan di sekolah ini.” Rio
senang dengan kehadiran Auto di tim basket sekolah. ”Gua rela mundur dari
jabatan gua asal tim kita menang sob.” lalu dia menepuk pundak Auto pelan.
”Menurut gua kehidupan di sini, bukan hak gua.”
Kata Auto singkat.
Rio tidak menanggapi ucapan Auto, baginya sosok
Auto adalah sosok yang cukup misterius tapi, Auto cerdas dalam segala bidang.
Dia sudah mengenal Auto lebih dekat semenjak Auto
bergabung dengan TIM basket sekolah. Awalnya, dia tidak menyukai Auto yang
cendrung pendiam tapi semakin lama, Auto mulai banyak bicara.
”Sejak kapan lo suka basket To?” Tanyanya,
”Seorang anak baru pembawa berkah kayak lo pasti udah lama belajar.”
”Entahlah.” Kata Auto singkat. ”Gua baru saja
megang bola basket saat masuk ke sekolah ini.” jelasnya jujur. ”Lo pasti nggak
akan percaya sama gua.” tambahnya lagi. ”Dan seharusnya lo memang nggak boleh
percaya sama gua.”
**
Dia di izinkan tinggal di luar, bukan di sebuah
tempat yang penuh dengan percobaan. Ini sesuatu yang sedikit membingungkan
baginya tapi, dia tidak dapat bertanya apa alasan Dr.Fildman menyuruhnya jangan
banyak bertanya.
Auto tetap menjadi Auto dan semakin lama, dia
mulai menyadari bahwa hidupnya penuh dengan butir-butir kebohongan. Namun,
bagaimana pun dia harus tetap hidup dan dia tidak ingin mati tanpa suatu alasan
kuat.
”Kau tinggal bersamaku, kau tidak sendirian.” Hena
duduk di sofa, di samping Auto. ”Kau tahu, anak-anak SMU itu mengira umurku
sama dengan mereka, ah, apakah aku begitu cantik?”
”Kau cantik dan kau manusia, hidupmu bukan suatu
kebohongan.” Kata Auto. ”Kau tahu bukan jika aku lebih menyukai hidup sebagai robot?”
Dia memandang Hena. ”Setidaknya robot di ciptakan tanpa hati. Bukankah itu
lebih menyenangkan?”
”Ayolah, kau bertumbuh besar, kau juga akan
menjadi tua suatu hari nanti, kau seperti manusia.” Dia mengambil cemilan yang
ada di sisi kirinya. ”Namun, kau tidak akan mati karena kau akan di buat ulang
seperti anak lima tahun. Yah, kau tahu peraturan itu bukan?”
”Entahlah, Aku merasa otakku bukan diriku sendiri
yang megendalikan,”
**
”Hena. . .” sapa Davin, ”liat Auto?” Hena
menggeleng walaupun sebenarnya dia tahu Auto ada dimana, ”oh ya, lo mau
kemana?”
”Kantin,” jawab Hena, ”tapi, sebelum ke kantin,
gue mau ke perpus, ada buku yang mau gue baca, mau ikut?”
”Oke,”
Mereka berdua mencari buku bersama walaupun, Davin
sama sekali tidak tahu buku seperti apa yang di cari Hena. Davin hanya tahu
komik edisi terbaru yang beredar di pasaran.
”Hen, nanti siang refresing otak yuk?” tawari
Davin, ”makan siang, ke mol atau, kemana kek,”
”Maaf,” kata Hena, dia mengingat tugasnya menjaga
Auto agar tidak melakukan hal-hal yang salah, ”mungkin lain kali.
”Oke, lain kali? Janji kan?”
”Iya,”
**
”Lo baik-baik aja kan?” tanya Rio ketika tim
basket sekolah ini berkelahi dengan tim basket sekolah tetangga. Ketika mereka
berkelahi, Auto hanya diam seperti patung. Dia ingin melawan tapi, kalau dia
melawan mereka maka semuanya akan kalah. Auto sadar dirinya bukanlah manusia
jadi, dia memilih untuk diam seperti patung, ”lo patah hati?” tanya Rio yang
melihat Auto masih diam seperti patung.
”Gue nggak kenapa-napa,” jelas Auto, dari
kejauhan, Hena hanya meperhatikan saja, tidak melakukan hal lain karena, dia
ingin Auto belajar menghadapi masalah seperti manusia.
Dari bibir Auto, keluar cairan bewarna merah
seperti darah tapi, itu bukan darah. Bukan sama sekali.
”Darah lo kok bau nya aneh, nggak amis sama
sekali,” Rio mencium darah Auto yang menempel pada tangannya, ”jelas bukan
darah,” katanya yakin.
”Gue juga nggak ngerti,” kata Auto singkat lalu
kakinya melangkah menuju tempat Hena berdiri. Dia pergi bersama Hena menaiki
sebuah mobil yang misterius.
Dr. Fildman memberikan cairan aneh sehingga luka
Auto hilang dengan sendirinya. Dia memperlakukan Auto seperti anaknya sendiri
walaupun, Auto adalah rancangannya.
”Siapa Aku?” tanya Auto serius, ”Jika Aku robot,
otakku tidak aka berjalan dengan kemauanku sendiri, siapa Aku?”
”Auto,” bisik Hena menekan, ”tidak seharusnya Kau
terus bertanya.”
Dr. Fildman tersenyum tipis lalu mengambil sebuah
dokumen, ”Aku menganggapmu sebagai anakku, bukan sebuah percobaan,” dokumen
tersebut di baca Auto, dia sudah pernah melihat dokumen itu sebelumnya, ”DNA mu
berbeda tapi, itu bukan hasil penelitian kami sepenuhnya.”
Auto di minta untuk memberikan tangan kirinya dan
tangan itu di pegang oleh Dr.Fildma, ”cairan yang keluar dari tubuhmu, itu bukan
kami yang merancangnya, lihatlah disini,” dia menunjukkan sisi lain dari tangan
Auto yang jelas berbeda dengan lapisan kulit manusia, ”kecerdasanmu,
kelincahamu, cara berpikirmu yang sangat menabjukkan, itu adalah dirimu
sebenarnya termasuk perasaan yang kau miliki seperti manusia.”
Hena tidak berani bicara, dia hanya mendengarkan
saja karena saat ini dia tidak memiliki hak untuk bicara.
”Kau alien,” kata Dr.Fildman singkat, ”kerangkamu
sama dengan manusia, memiliki dua kaki, dua tangan, dua mata, dua telinga, Kau
seperti manusia namun, saat kami menemukanmu, kau hanya sebuah alien sebesar
boneka teddy bear.” Dr.Fildman mulai
bicara, Auto mendengarkan, ”kami hanya menyempurnakanmu untuk menyelamatkanmu.”
”Aku?” Auto merasa penasaran.
”Kami menyembunyikan dirimu dengan mengubahmu
seperti manusia. Jika kami tidak melakukannya, Kau hanya menjadi bahan
penelitian, seperti seekor tikus,”
”Apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Auto,
”jika Aku manusia, Aku pasti menangis atau marah tapi, entahlah, ini terdengar
biasa saja,” Auto tersenyum lalu memejamkan matanya, ”harusnya kau mengatakan
ini padaku sejak lama, hah, rasanya Aku mengantuk sekali...”
**
Sekolah riuh walaupun pensi sudah usai.
Masing-masing siswa saling berbincang membicarakan hal-hal tentang pensi yang
beberapa menit lalu sudah di tutup.
”Kau menyukai Davin juga bukan?” tanya Auto, Hena
mengangguk, ”lihatlah, dia ada lima meter dari sini, selatan,”
”Aku menyukainya karena dia lucu, hm... Kau
benar-benar belum mengerti tentang manusia.”
Minggu lalu, Auto sudah memutuskan untuk menjaga
dirinya sendiri dan tidak akan berbuat hal-hal di luar nalar manusia. Dia tidak
marah karena mengatahui dirinya alien karena, baginya, setidaknya dirinya
bukanlah robot dan Dr.Fildman benar-benar menjadi sosok Ayah baginya.
”Dr.Fildman memperkiraka hidupmu 92 tahun lagi
bukan?” Hena tersenyum, ”berarti kau
harus membayar hutang padaku selama itu.”
”Tapi, Aku harus membantu para professor-professor
yang membutuhkan bantuanku untuk membuat sebuah robot yang pintar,” ucap Auto,
”setidaknya, robot dan Aku berbeda jadi, Aku mengerti, pikiranku kukendalikan
sendiri karena, Aku bukan robot.”
”Hey! Kau belum menjawab pertanyaanku!”
”Pertanyaan yang mana?” Auto berpura-pura tidak
tahu. Hena sekarang menjadi lebih berani semenjak Dr.Fildman memberi izin Hena
untuk bersikap santai da semenjak Auto mengetahui dirinya alien bukan robot,
”sudahlah, Aku akan membayarnya. Bagiku, hidup disisimu sampai Kau mati pun
tidak akan menjadi masalah besar.”
Hena tersenyum lalu memeluk Auto, ”jika sepert
ini, Kau seperti manusia. Hm.... ”
**
”Bilang woy pacaran sama Hena, kan dulu gue nggak
berharap,” Davin memelototi Auto, ”ckck,” dia tersenyum lalu merangkul pundak
Auto.
Mereka
bersekolah seperti biasanya, tidak ada hal yang mencurigakan sehingga Auto
tetap terlihat seperti siswa sewajarnya.
TAMAT