Mike
(Cerpen
oleh Aula Nurul M)
Aku hanya
ingin semuanya nggak ada yang berubah. Aku hanya ingin segala sesuatu sama
dengan sebelumnya. Aku hanya ingin ketenanganku nggak terusik sedikit pun.
Namun, tenang bukan berarti nggak ada masalah karena jutaan masalah mulai
datang padaku.
“Jika kamu
melakukan kesalahan, aku nggak menjamin nyawamu akan berharga di tempat ini,”
Mike memandangku dengan sejuta perang, “apa yang ada pada otakmu itu sebaiknya
kamu buang jauh-jauh,”
Tanganku
mulai sedikit gemetar. Aku menahan segala takut yang ada. “apa pun yang
terjadi, aku nggak akan pernah berlari padamu. Aku nggak akan pernah berdiri di
jalan yang telah kamu buat,”
“Aku anggap
ini sebagai pilihanmu,” kemudian Mike menghilang dari pandanganku dalam
beberapa detik.
**
Sel-sel di
dalam tubuhku mulai terasa berantakan. Ada sesuatu yang berubah demikian
drastis pada tubuhku. Bukan hanya sakit yang terasa namun lebih dari itu.
“Seharusnya
kamu menerima tawaran Mike, itu akan menguntungkanmu,” seorang berpakaian serba
putih bicara empat mata denganku di sebuah ruangan yang mengerikan, “kini, kamu
nggak bisa berbuat apapun lagi,”
“Mengapa
kalian nggak membunuhku saja? Hah! Mengapa?”
“Apakah kamu
begitu bodoh?”
**
Tiga titik
di pergelangan tanganku sudah benar-benar ada. Jika tiga titik ini hilang maka
nyawaku pun akan hilang. Entahlah pilihanku ini salah atau benar-benar salah
yang jelas, aku tetap nggak ingin berlari pada Mike demi menyelamatkan nyawaku.
Jika aku
tetap diam di tempat ini dan nggak memberikan data pada mereka maka, tiga titik
ini akan hilang perlahan. Aku benar-benar nggak habis pikir mengapa selalu ada
orang-orang yang di posisikan seperti diriku ini. Menurutku, itu sudah
melanggar hak kehidupan.
“Rea,
ngapain kamu bengong disini?” Kevin bertanya padaku, aku diam, “Rea?”
“Aku hanya
sedang memikirkan seseorang,” jawabku sekenanya.
Aku nggak
bisa mengatakan pada Kevin kalau kedatanganku untuk menghancurkan keluarganya.
Aku juga nggak bisa megatakan kalau aku bukan manusia. Jika aku mengatakannya,
aku yakin kepalanya akan sakit sekali.
“Oh ya,
ibuku membuat makanan untukmu. Ayo,”
Entahlah,
agak membingungkan tapi aku menyukai kehidupan para manusia. Mereka memiliki
sesuatu yang benar-benar nggak pernah kutemui.
“Bagaimana,
apakah makanan itu cukup baik?” tanya Ibunya Kevin, “apakah kamu menyukainya?”
“Ya, tentu,”
**
Hilang, sisa
dua titik lagi karena aku nggak pernah memberikan sedikit pun informasi
mengenai keluarga ini atau pun tentang manusia-manusia lainnya.
Aku nggak
ingin mereka memanfaatkanku untuk menghancurkan kehidupan manusia.
“Rea,”
tiba-tiba Mike muncul di depan mataku, “sudah beberapa bulan kita nggak
bertemu. Terakhir kali aku bertemu denganmu ketika kamu menolak untuk
disisiku,”
“Apakah kamu
ingin aku menyesal?”
“Pikiranku
bicara lain,”
Aku
memandangnya penuh tanya kemudian kakiku melangkah menjauh darinya. Aku nggak
ingin melihat wajahnya lagi.
Bagiku, Mike
nggak jahat. Ia baik. Ia dapat berbincang denganku secara baik. Namun,
peraturan tetap peraturan. Aku ditakdirkan sebagai mata-mata. Jika aku ingin menghentikan
takdirku, jalan satu-satunya aku harus di sisi Mike.
**
Kevin
mengajakku jalan-jalan berkeliling kota. Ia mengatakan ada baiknya sesekali
mengamati keadaan kota.
“Selama
beberapa bulan ini kupikir kita berteman dengan baik, bukankah begitu?” wajah
Kevin terlihat senang ketika ia berbicara padaku sekarang, “kupikir, akan lebih
baik jika kita bukan sekedar berteman,”
“Aku
mengerti ucapanmu tapi, apakah kamu tahu siapa aku?” tanyaku, ia tersenyum
kecil, “aku hanya nggak ingin kamu terluka,”
“Bukankah
cinta itu butuh sebuah pengorbanan?”
“Tentu tapi
bukan dengan kehidupanmu. Apa yang kamu ketahui tentangku, nggak seperti apa
yang kamu ketahui,”
**
Titik itu
tersisa satu dan mulai memudar. Aku ketakutan tapi aku nggak bisa berbuat apa
pun.
“Rea,” Mike
memegang tanganku, “sebentar lagi hilang,” ucapnya kemudian ia menunjukkan
pergelangan tangannya yang memiliki titik dengan jumlah yang sama denganku,
“aku berkorban untukmu. Aku melompat ke jurang yang cukup dalam,”
“Apa yang
kamu lakukan? Apakah kamu bodoh?”
“Kamu tahu,
kupikir dulu kamu berteman denganku agar suatu hari nanti aku bisa merubah
takdirmu,” jelasnya perlahan, “namun setelah penolakan itu, aku menyadari kamu
berbeda,” lanjutnya, “dan kini, aku hanya ingin mencoba berkorban untukmu,”
Aku benar-benar
yakin kalau Mike sudah melakukan hal terbodoh dalam hidupnya. Jika sudah
seperti ini, ia nggak bisa kembali lagi. Ia harus meneruskan atau ia berhenti,
itu saja.
“Kamu
mencintai Kevin?” tanyanya, aku nggak menjawab, “kupikir kamu mencintainya
karena sikapmu menunjukkan kalau kamu melindunginya,”
“Disini,
manusia melindungi bukan sekedar karena cinta. Mereka melakukannya ada peduli
sesama manusia. Hal itu berbeda dengan kehidupan kita,” jelasku, “sebentar lagi
aku mati dan kamu pun begitu. Apakah kamu bodoh?”
Mike
menggenggam tanganku erat kemudian memelukku, “hanya ada satu hal yang bisa
membuat kita selamat,” jelasnya, aku menggeleng. Benar, ada satu hal tapi itu
terlalu menakutkan, “menjadi pemberontak itu nggak terlalu menyeramkan,”
“Kita akan
mati jika gagal,”
“Dan kita
akan mati jika nggak mencobanya,” jelasnya, “kita hanya perlu mencoba,”
kemudian aku tersenyum ringan. Aku benar-benar yakin kalau hatiku nggak salah
telah menuliskan namanya sejak ribuan tahun lalu. Aku hanya mencintainya dan
nggak pernah berubah. Penolakanku hanya sebuah pengakuan kalau aku nggak pernah
memanfaatkannya, “apakah kamu ingin mencobanya?”
“Kita harus
mencobanya bersama-sama,”
TAMAT