Tokoh yang akan muncul :
- Feroya
- Darren
- Allie
- Zelvio
- Arnove
- Ellnor
- Lucy
- Raja
- Para Goblin
- etc
BAB 1
Kedua bola mata Feroya mengeluarkan cahaya
putih, bersinar, sangat terang, dan tajam. Tampak seperti bintang ditengah
malam. Ia tak melepaskan tatapannya pada seekor tupai yang masuk kekamarnya serta
memecahkan kotak kaca berisi cincin kesayangannya.
“Harus ada bayaran yang setimpal,” ia
mendekati tupai tersebut. Tampak tupai itu mematung kemudian bergetar hebat. Ia
ketakutan. Ia tahu kalau Feroya bukan manusia, “aku akan melakukan sesuatu.”
Ayah yang tahu kalau emosi Feroya sedang
tak terkendali segera berlari menuju kamarnya. Ia memberi tanda pada tupai
tersebut untuk pergi sedang Feroya masih mengeluarkan cahaya putihnya. Cahaya
itu tak juga kunjung padam bahkan ketika Ayah menenangkannya. ‘putri kecilku akan menjadi sangat kejam
jika ia salah langkah’
Kemudian Mama yang mendengar ada keributan
ikut menenangkan Feroya. Tampak tanda-tanda penuaan darinya. Usianya hampir
memasuki kepala empat. Sedangkan suaminya masih tampak muda begitupun dengan
putri kecilnya yang akan tetap muda. Tentu saja, mereka berbeda.
“Sayang, tenangkan dirimu. Lihat Mama,” ia
memegang pipi Feroya, Feroya mulai melunak. Perlahan, cahaya itu padam. Tatapan
mata Feroya berubah normal, “Mama akan membuatkan sesuatu agar kamu lebih
tenang.”
Ayah duduk disamping Feroya. Ia
mengingatkan putrinya agar terus belajar mengontrol emosinya karena jika hal
buruk terjadi, hati Feroya akan terluka.
“Kenapa aku berbeda? Orang-orang
mengatakan kalau aku itu sempurna. Sangat sempurna. Tapi, aku sadar kalau
sejujurnya, aku berbeda dengan mereka. Sampai kapan aku harus menyembunyikan
ini dari orang lain? Terutama, menyembunyikan dari teman-temanku.” Ucapnya
tenang, tanpa amarah ataupun kesedihan.
Mendengar putrinya bicara seperti itu,
Ayah mengerti kalau hidup Feroya lebih berat dibandingkan dirinya yang bertahan
di dunia manusia. Itu karena saat Feroya marah, ia bisa membahayakan dunia
manusia juga membahayakan dunia BE.
“Ayah, orang-orang di BE sama sepertiku dan ayah bukan? Aku ingin tinggal disana. Mungkin
disana, aku bisa jujur dengan identitasku sebenarnya,” ia mengutarakan
keinginannya saat ini tapi Ayah menolak karena tetap saja Feroya berbeda dengan
penduduk di BE. Bukan karena Feroya
lahir dari campuran manusia dan mahluk BE
tapi karena memang Feroya ditakdirkan berbeda oleh alam, “baik, karena dari
semua, hanya aku yang memiliki cahaya putih bukan biru seperti ayah.”
Kaki Feroya melangkah mendekati pintu. Ia
meminta ayahnya keluar agar dapat menenangkan pikiran. Ayah pun keluar kemudian
teringat kejadian beberapa tahun lalu ketika seorang wanita paruh baya
mengendarai sebuah mobil dan bertabrakan dengan motor kesayangan Feroya. Gadis
itu marah. Ia menatap tajam wanita itu kemudian berkedip, seketika wanita itu
kehilangan nyawanya. Dan setelahnya, Feroya menyesal. Ia benar-benar kesulitan
mengontrol emosinya ketika sesuatu yang ia sayangi dirusak.
**
“Feroya! Feroya!” seseorang berlari
mengejar Feroya, “aku hanya ingin mengembalikkan ini. Sampai bertemu dikelas.
Kuharap, kita masih berteman,” cowok itu tak lain mantan pacar Feroya sekaligus
teman sekelas Feroya. Mereka baik-baik saja bahkan putus dengan baik-baik.
Dalam hati kecil Feroya, ia hanya takut ketika ia menjalin hubungan lebih jauh
yang mengakibatkan identitasnya terungkap. Ia takut kehilangan dan ia sangat
membenci kehilangan.
Didalam kelas, Feroya memilih lebih banyak
diam. Sesekali ia memperhatikan mantan pacarnya kemudian berusaha meyakinkan
dirinya kalau semua ini baik-baik saja toh ia belum sempat jatuh cinta. ‘aku gak tau apakah nantinya aku akan hidup
dengan seorang manusia seperti ayah atau hidup dengan mahluk BE. Mengapa aku
berbeda bahkan diantara mahluk sejenisku?’
“Feroya, ada apa?” tanya temannya, “biasanya
seorang Feroya sangat ceria tapi hari ini terasa aneh.”
Tak ada jawaban yang diberikan Feroya. Ia
memilih bisu.
**
Ayah kedatangan seorang tamu yang tampak
jelas kalau matanya sesekali bercahaya biru. Tentu, ia mahluk BE. Kedatangannya membuat istrinya kesal
dan memilih untuk tak menyapa tamu tersebut. Sedangkan Ayah sudah tahu kalau
akan ada saatnya hal seperti ini terjadi.
“Putrimu harus kembali setidaknya ia
pernah menginjakkan kaki di tanah BE.”
Pria itu memberikan beberapa lembaran kertas berisi surat kepemilikan sebuah
rumah kecil di daerah pinggiran BE,
“anak-anak yang terlahir dari percampuran manusia dan mahluk seperti kita
setidaknya harus pernah menginjakkan kaki di BE. Seperti putriku juga dan kini putriku memilih tinggal disana.”
Pikiran ayah bimbang. Siapapun tak ada
yang tahu kalau putrinya berbeda dengan mahluk BE lainnya dan ayah selalu ingin menyembunyikan itu. Ia tahu jika
nyawa Feroya dalam bahaya dan akan menimbulkan pertentangan di BE.
“Pikirkanlah. Jika menolak, prajurit
kerajaan akan menghukum dirimu dan putrimu.” Pria tersebut ingin pamit pergi
tapi tiba-tiba Feroya menampakkan wajahnya. Ia tersenyum menyapa pria tersebut.
Pria tersebut tersenyum dan mengatakan kalau Feroya mirip dengan putrinya yang
jarang menampakkan sinar biru matanya, “percampuran manusia dan mahluk BE memang mengesankan. Datanglah ke BE, banyak anak-anak sepertimu dan kamu
tidak akan dikucilkan.”
“Bailah. Aku akan datang sendiri.”
Mendengar keputusan Feroya, Ayah tak bisa
menghentikannya. Ia tersenyum pada putrinya kemudian setelah pria itu pergi,
ayah memberikan beberapa penjelasan serta penekanan agar Feroya harus
menyembunyikan sinar putihnya apapun yang terjadi.
“Artinya aku gak boleh marah, gak boleh sedih,
gak boleh dendam, gak boleh dengan sengaja mengeluarkannya, dan sebagainya. Aku
ingat itu karena sudah 16 tahun aku menyembunyikan itu.” Feroya memeluk
ayahnya, “aku gak tau semenyeramkan apa BE
itu karena mereka akan membunuhku dan ayah kalau aku gak tinggal disana walau
hanya sesaat. Bagaimanapun juga, aku harus menginjakkan kaki disana lalu aku
kembali ke rumah, dan kita akan tetap hidup.”
Senyum ayah mengembang kemudian ayah
meminta agar Feroya memperbaiki cara bicaranya tersebut tapi Feroya menolak,
“Ayah, menurut buku peraturan BE,
anak yang lahir dari darah campuran hanya akan menjadi orang pinggiran di BE. Bukankah itu sangat baik jadi aku
gak perlu banyak berinteraksi dengan orang bahkan bicara sopan.” Mendengarnya,
ayah tetap mengingatkan agar Feroya bicara dengan hormat terhadap para penduduk
BE, “ya, baiklah. Aku mencintaimu,
Ayah.”
Tak menunggu waktu lama, Feroya mengemasi
beberapa barang yang diperlukan kecuali pakaian karena pakaian disana akan
berbeda. Berbeda dengan Ayah, Mama justru mengatakan pada Feroya jika dalam
keadaan bahaya maka Feroya boleh mengeluarkan cahaya putihnya dan melakukan
apapun untuk menyelamatkan dirinya.
“Mama tahu, kamu dapat menghancurkan BE saat emosi kamu berada di titik
tertinggi. Walaupun Mama khawatir tapi Mama senang karena kamu bisa melindungi
dirimu. Dan, berhati-hatilah dengan orang-orang disana, Mama takut jika ada
yang berpura-pura baik kemudian menghancurkanmu.” Ucap Mama begitu khawatir
karena ia tahu ketika identitas Feroya diketahui maka akan ada orang-orang yang
berniat jahat.
“Aku mencintai Mama. Tenang saja, aku akan
baik.”
Ketika Ayah mengatakan akan mengantar
Feroya ke BE, ia menolaknya. Ia tahu
caranya kesana seorang diri. Dengan terpaksa, Ayah membiarkan Feroya pergi
bersama serbuk putih.
BAB 2
Langit-langit rumah Feroya di BE penuh kotoran bahkan lantai rumahnya
pun bertumpuk debu ditambah perapian yang terlihat menyedihkan. Tapi untungnya
pintu dan jendela berfungsi dengan baik. Ia mengunci semua pintu dan jendela
serta memastikan tak ada orang yang melihat kearah rumah bahkan sekalipun itu
hewan.
Senyum Feroya mengembang, ia menutup mata
dan menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannnya perlahan sembari
membuka matanya. Cahaya putih itu keluar dari matanya. Dengan tenang, Feroya
mengelilingi setiap sudut rumah tanpa tertinggal satu sudutpun. Kemudian, ia
menutup matanya beberapa detik dan ketika ia membuka matanya, rumah itu menjadi
bersih. ‘baiklah, ini cukup. Aku akan
tidur sepanjang hari bahkan untuk hari-hari berikutnya.’
Benar saja, selama dua hari dua malam,
Feroya tertidur. Ia malas keluar karena menurutnya orang-orang di BE tidak menyenangkan apalagi mata
mereka berbeda dengannya. Namun perutnya berkata lain.
“Ayah!” ia memanggil ayahnya seperti
kebiasaannya dirumah namun ketika ia ingat ada dimana, ia pun memilih berjalan
keluar rumah seorang diri. Dilihatnya peta petunjuk jalan menuju bank BE. Betapa terkejutnya Feroya ketika
mengetahui kalau dirinya begitu kaya, “waah, ini luar biasa. Bagaimana caraku
menghabiskan? Ini sangat banyak!” Ia tertawa puas.
Bank BE
berbeda dengan bank yang Feroya tahu karena disana tak ada seorang petugas bank
bahkan orang yang menjaga bank pun tidak ada. Feroya hanya memasukkan matanya
pada sebuah dahan pohon kemudian ia bisa membuka sebuah ruangan besar yang
tertulis namanya. ‘ayah benar tentang
diriku yang merupakan gadis terkaya di BE. Sayang, aku tidak dapat membawa ini
ke dunia manusia.’ Kemudian, ia melangkah meninggalkan bank.
“Kamu anak manusia?” seorang pemuda
menyapanya, “Zelvio,” ia memperkenalkan diri dengan membungkukkan badannya,
“siapa namamu?”
Feroya pun memperkenalkan dirinya, “tapi,
gimana kamu bisa tau kalau aku lahir dari seorang manusia?” tanyanya curiga, ‘jangan-jangan, ia orang jahat’ ia pun
waspada tapi pemuda itu terkekeh, “hei! Kenapa?”
“Tentu saja aku tahu, lihat pakaianmu,
jelas dari pinggiran BE. Dan tadi,
ekspresi wajahmu begitu lucu ketika daun itu melihat matamu.”
Mendengar penjelasan Zelvio tersebut
membuat Feroya lega. Ia melemparkan senyum manisnya sehingga sesaat Zelvio
mematung terpesona akan senyum dan kecantikan Feroya, ‘aku jarang sekali bermain ke pinggiran BE. Apakah gadis-gadis disana
cantik sepertinya? Ah! Seharusnya aku melihat lebih banyak gadis cantik’
Iseng, Zelvio mengikuti Feroya ke pasar
untuk membeli makanan. Ia juga memberikan rekomendasi makanan untuknya. Dengan
senang hati Feroya membelinya. Ia juga terkesan dengan rasa makanan yang baru
pertamakalinya ia makan.
“Ini unik. Sangat unik. Aku cukup senang
tinggal disini. Ohiya, dimana rumah kamu?” tanyanya, Zelvio mematung, “ah,
ayahku mengatakan kalau orang yang tinggal di pinggiran itu tak pantas bergaul
dengan darah murni sepertimu. Aku paham.” Ia membungkuk setengah badan untuk
memberi salam perpisahan, “terimakasih atas bantuan kamu.” Tambahnya mencoba
sopan.
Didalam rumah, Feroya tersenyum bahagia
dan tampak matanya mengeluarkan sedikit cahaya putih. Meyadari itu, Feroya
mengatur nafasnya dan seketika cahaya itu padam. Ia senang telah bertemu pemuda
baik ketika disini walaupun nantinya ia yakin tak akan bertemu lagi.
‘Mama.
Aku sangat kaya disini. Tabunganku luar biasa tapi kenapa aku harus tinggal
dirumah kecil ini dan gak bisa membeli pakaian mahal?’ ia mengeluh, ‘apakah
itu akan menimbulkan kecurigaan mereka? Tapi, sebentar,’ Feroya memutar
kepalanya dan mendapat ide, ‘ya! Aku bisa
membeli pakaian mahal dengan mengatakan kalau aku hanya tinggal sebentar jadi
tak masalah uangku habis’ ia tersenyum senang walaupun pada kenyataannya
kekayaan Feroya di BE tak akan pernah
ada habisnya. Seperti takdirnya, ‘seandainya
ini bisa kubawa ke dunia manusia, bukankah aku bisa terus berbelanja? Argh! Kenapa
hanya disini aku memilikinya!’
**
Zelvio berlatih pedang dengan kakaknya,
Arnove. Ia menantang Arnove kalau kali ini ia akan memenangkan pertandingan.
Sayang, hal itu tak sesuai keinganannya karena pada akhirnya, Arnove
memenangkan pertandingan itu.
“Berlatihlah lebih sering lagi. Aku akan
memberimu hadiah jika menang melawanku.” Ia menepuk pundak Zelvio kemudian
pergi dengan senyum licik diwajahnya. Dalam hati kecilnya, ia menganggap kalau
Zelvio benar-benar seorang pangeran bodoh. Ia senang karena hal itu
menguntungkannya, ‘Zelvio tidak akan
menghalangi jalanku. Pangeran bodoh sepertinya, bisa apa dia?’
Sedang Zelvio yang tak tahu apa-apa selalu
berpikir positif tentang kakaknya walaupun ibunya selalu mengingatkan jika ia
harus berhati-hati dengan Arnov. Walaupun mereka kakak beradik tapi Arnove dan
dirinya tetap berbeda ibu.
Pikiran Zelvio kacau ketika mengingat
nasehat ibunya dan juga kebaikan kakaknya. Tak mau ambil pusing, ia mengingat
kejadian di bank dan dipasar. Tentu saja siapa lagi kalau bukan Feroya. ‘Sangat cantik, tidak membosankan, sangat
damai ketika didekatnya, tenang, dan entah apalagi. Gadis yang sangat berbeda.
Luar biasa’
Beberapa saat kemudian, ia sudah berada
disebuah ruangan dengan memegang sebuah kotak berisi liontin setengah bulan
pemberian ibunya. Di pegangnya dengan erat liontin itu kemudian disimpannya
kembali. Hanya itu kenangan ibunya yang tertinggal.
“Pangeran,” seorang pengawal
mengingatkannya jika sebentar lagi jam makan malam dan ia harus datang.
“Baiklah. Sampai kapan aku harus tinggal
disini? Lebih menyenangkan bermain-main diluar sana.”
**
Zelvio kembali berkeliling BE. Ia memutuskan untuk pergi ke hutan
karena sudah bosan berkeliling kota namun tiba-tiba langkahnya berbelok dan
memilih ke pinggiran BE yang
merupakan perkampungan sederhana.
Ia merasa akan ada gadis yang lebih cantik
dari Feroya dan itu akan membuatnya senang. Sejak ibunya meninggal, ia lebih
suka bermain-main bahkan bertemu dengan para gadis. Ia berpikir kalau statusnya
sebagai pangeran sama sekali tidak menyenangkan.
“Kenapa semua sama saja?” gumamnya, pengawalnya
bertanya hal apa yang Zelvio maksud, “gadis-gadis ditempat ini. Kenapa mereka
biasa saja? Kemarin aku bertemu dengan gadis yang sangat cantik,”
“Pangeran, pelankan suara anda.”
Pengawalnya mengingatkan agar Zelvio tidak membuat masalah untuk raja, “sebaiknya
kita kembali.”
“Jangan sebut aku seperti itu. Penduduk
bisa mengenaliku!” ia mengingatkan dengan tegas, “jika bicara hal tidak
menyenangkan lagi, aku akan kabur.” Ia mengancam, “ah! Sekarang aku harus
mencari si cantik itu. Wajahnya benar-benar membuatku bingung.”
Satu demi satu rumah diintai olehnya namun
tak juga menemukan Feroya hingga ia menemukan rumah yang tampak menyedihkan
dari luar. Iseng, ia langsung mengetuk pintu dengan sopan. Betapa terkejutnya
ia ketika yang membukakan pintu adalah Feroya. Tanpa permisi, ia langsung masuk
ke dalam dan duduk manis. Pengawalnya hanya bisa memandang kesal atas
tindakannya.
“Dari luar, rumah ini menyeramkan seperti
orang pemalas yang tinggal. Tapi ketika aku masuk, luar biasa, begitu bersih,”
ia memuji dengan tulus, “apakah kamu gak memberikanku dan temanku minum?”
tanyanya, Feroya menggeleng, sedangkan pengawalnya kesal karena lagi-lagi harus
berbohong pada orang, “aku ini tamu.”
“Bukan seperti itu, hanya saja, oke,
baiklah,” ia pergi sebentar ke dapur dan hanya memberikan segelas air mineral,
“dirumahku gak ada apapun. Aku jujur.” Katanya santai, “kenapa kamu gak membawa
sesuatu ketika kesini?”
Mendengarnya, Zelvio terkejut begitupun
dengan pengawalnya yang merasa kalau gadis itu sangat tak sopan bahkan untuk
orang sederajat gadis itu pun termasuk tidak sopan. Pengawalnya hampir marah
tapi Zelvio memberi kode bahwa itu baik-baik saja.
“Karena aku tidak membawa sesuatu,
bagaimana kalau kita makan dikedai yang cukup terkenal. Aku akan mentraktirmu,”
Mendengarnya, Feroya senang sampai hampir
saja matanya mengeluarkan cahaya putih tapi ia berhasil mengontrolnya. Baginya,
ia telah mendapatkan seorang teman baik. Ia pun mengajak pengawal Zelvio yang
dikiranya teman Zelvio untuk ikut tapi tentu saja Zelvio memiliki cara agar
mereka hanya pergi berdua.
Dalam perjalanan kembali ke kerajaan,
pengawalnya bergumam bahwa pangeran benar-benar kelewatan batas jika memiliki
hubungan dengan gadis dari pinggiran BE.
Tak hanya bergumam tapi ia juga terus mengeluh sampai keluhannya tak sengaja
terdengar Arnove.
Tampak rona kebahagiaan diwajah Arnove
ketika mengetahui adiknya mendekati gadis yang tak bernilai, ‘baiklah, itu akan membuatmu tak bisa menggapai tempatku.’
Kakinya kembali berjalan dengan gayanya yang seperti penguasa dan seolah-olah
nantinya ia akan menduduki kursi sebagai raja.
Sedang ditempat lain, Zelvio terus
bercerita pada Feroya mengenai beberapa hal lucu dan menarik. Mereka langsung
akrab bahkan Feroya sempat memukul tangan Zelvio karena lucunya ceritanya.
Untung saja, ia masih ingat untuk mengontrol emosinya sehingga matanya tak
berubah.
Tiba-tiba, sebuah anak panah meluncur
bebas hampir mengenai Zelvio. Untung saja Zelvio berhasil menangkapnya. Ia
terkejut ketika tahu kalau panah tersebut merupakan panah merah, tanda ancaman.
“Wow! Luar biasa!” Feroya tepuk tangan
karena melihat Zelvio bisa menangkap anak panah itu, “apakah kamu seseorang
yang memiliki kekuatan lebih? Bagaimana bisa? Ceritakan padaku. Itu luar
biasa.”
“Kamu berpikir ini lucu dan luar biasa?”
tanyanya, Feroya mengangguk, “panah ini bisa membunuhku!” ia kesal karena
dianggap hal lucu oleh gadis dihadapannya, “menurutmu, apa yang akan kamu
lakukan jika panah ini ditujukan untukmu? Apa kamu akan membuat perhitungan
dengan orang itu?”
Tampak Feroya berpikir dengan memegang
kedua kepalanya. Ia melihat anak panah itu dan menutup matanya. Ia tahu siapa
yang melepaskan anak panah itu dan itu sengaja dilakukan untuk mencelakai
Zelvio.
“Yang kulakukan adalah mencaritahu siapa
yang melakukannya kemudian membuat perhitungan. Tapi, kenapa kamu duduk manis
disini bukannya mencari tahu?”
“Aku tahu siapa yang melakukan ini,”
Jelas saja. Zelvio tahu jika yang
melakukan ini adalah orang-orangnya ratu atau lebih tepatnya ibu tirinya, ibu
kandung Arnove. Ia tahu sejak dulu wanita itu selalu menginginkan kematiannya
karena ia bisa menggoyangkan kedudukan Arnove. Padahal, dalam hati kecilnya, ia
tak berniat mengganggu kedudukan Arnove sebagai pewaris kerajaan.
“Kamu tahu? Waah. Luar biasa. Aku tebak,
pasti orang terdekat kamu yang melakukannya. Benar bukan?” tanyanya yang
langsung diiyakan oleh Zelvio, “jika aku jadi kamu, aku akan sedih dan sakit
hati. Kulihat, kamu baik-baik saja.”
“Aku berterimakasih karena setidaknya, aku
masih hidup.” Ia melemparkan senyum simpul pada Feroya sehingga Feroya merasa
kalau Zelvio benar-benar pemuda yang kuat lebih kuat dari orang-orang yang
dikenalnya, "kenapa kamu berpikir seperti itu?”
“Karena menahan sakit yang seperti itu
begitu berat.” Ia pun memberi saran agar sesekali Zelvio melawan atau membalas,
“Ayahku selalu bilang untuk tidak marah atau membalas perbuatan buruk yang
ditujukan untukku tapi ibuku bilang sesekali aku boleh melakukannya jika aku
merasa begitu sakit hati.”
Ucapan Feroya mendapat tempat tersendiri
dikepala Zelvio. Ia mengucapkan terimakasih dan buru-buru pergi tanpa membayar
makanan. Melihatnya, Feroya tertawa kecil kemudian membayar makanan yang
ternyata cukup mahal, ‘untung saja aku
memiliki banyak uang. Apakah ini ada hubungannya dengan mata bintangku?’
Ingat belum membayar makanan, Zelvio
berbalik lagi tapi Ia terkejut ketika mengetahui Feroya telah membayarnya, ‘apa ia memiliki uang sebanyak itu? Bukankah
harga apa yang kami makan sama dengan harga rumah kecilnya itu?’ tak mau
ambil pusing, Zelvio kembali melanjutkan perjalanannya kembali ke istana.
Ia membalas perbuatan ratu dengan cara
lebih banyak membaca buku secara diam-diam bahkan sesekali membaca buku pewaris
tahta yang sebelumnya tak pernah ingin ia sentuh. Tak hanya itu, ia juga
mencoba berlatih pedang seorang diri didalam hutan.
Berminggu-minggu ia terus berlatih tanpa
menemui Feroya lagi. Ia terkadang merindukan senyum gadis tersebut tapi
tekadnya sudah bulat.
Sedang ditempat lain, Feroya lebih banyak
mencoba makanan dan sesekali berbelanja di kota bahkan makan dikedai dekat
kerajaan yang terkenal begitu mahal. Ia tak peduli toh itu uang miliknya sampai
seorang gadis muda bedarah bangsawan menegurnya.
“Dari caramu berpakaian sepertinya kamu
tinggal cukup jauh dari tempat ini. Apakah pekerjaanmu menipu para bangsawan
sehingga dapat makan ditempat ini?”
“Apa? Ulangi? Kamu bicara apa?” tiba-tiba
emosi Feroya hampir keluar tapi ia ingat pesan ayahnya agar tetap bertahan,
“aku gak akan bicara sopan atau apalah padamu. Kalau kamu ingin makan, makan
saja, jangan menggangguku seperti kucing kelaparan.” Ia menghina gadis
bangsawan itu dengan tajam sehingga gadis itu menampar Feroya.
Para pengunjung kedai langsung mengarahkan
pandangan mereka semua. Tentu saja mereka terkejut karena gadis bangsawan
tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah tunangan Arnove, pengeran BE.
Mereka yang takut akan Lucy, nama gadis itu, hanya diam membeku.
“Belajarlah cara bicara yang baik padaku.”
Gadis itu menatap tajam sedangkan Feroya menutup mata lalu melemparkan makanan
ke kakinya, “a..apa ini?” gadis itu terkejut karena ia merasa telah
dipermalukan.
Sedang Feroya yang kesal langsung membayar
makanannya dan pergi ke hutan untuk mencari ketenangan. Ia benar-benar kesal.
‘Gadis
itu menyebalkan! Jika aku gak ingat ucapan ayah mungkin ia tidak bisa bicara
lagi esok hari! Sial!’
Matanya mengelilingi hutan yang tampak
sejuk. Sesekali Feroya mengambil beberapa buah-buahan terlarang dihutan
kemudian memakannya seolah ia berhak memakan buah-buahan itu. Sayang,
tindakannya menyebabkan masalah. Seorang goblin memintanya membayar.
“Ini hutan! Kenapa aku harus membayar! Dan
siapa kamu? Kenapa telingamu aneh? Dan kenapa dengan hidungmu yang begitu
panjang itu?” Feroya mencoba memegang hidung goblin tersebut tapi ia
mengurungkan niatnya, “maaf, aku tidak sopan,” ia membungkuk hormat, “berapa
aku harus membayarnya?”
“Bayar dengan semua yang kamu miliki,”
mata goblin itu memerah, “serahkan nyawamu karena melanggar peraturan.”
“Mata merah! Cahaya merah! Kamu siapa?
Kamu bukan mahluk BE!” Feroya
terlonjak kaget dan tiba-tiba matanya mengeluarkan cahaya putih, “argh! Sial!
Ini karena aku terkejut!”
Goblin tersebut pun ikut terkejut. Ia
langsung berlutut hormat didepan Feroya. Tentu saja Feroya bingung dan ia
langsung memadamkan cahaya matanya, “a..ada apa? Argh! Tutup mulutmu mengenai cahaya
putihku maka aku akan tutup mulut mengenai mata merahmu! Kamu juga berbeda
denganku!”
Senyum simpul diberikan Goblin tersebut
padanya. Ia menjelaskan bahwa mata merahnya bukan perbedaan karena dirinya
memang goblin dan hal wajar goblin memiliki mata merah. Itu bukan perkara.
“Oke. Tapi sepertinya aku harus berbuat
sesuatu,” ucap Feroya yang membuat goblin tersebut tiba-tiba melayang. Ia
meminta maaf dan memang tugasnya untuk menjaga hutan ini serta ia mengatakan
kalau ia berada di pihak Feroya, “pihakku? Pihak apa?” ia pun menurunkan goblin
tersebut.
Mencari tempat aman, goblin tersebut
membawa Feroya masuk kesebuah pohon. Ia tiba-tiba bisa menembus pohon itu
padahal mahluk BE lainnya tak bisa.
Sedang goblin tersebut bisa melakukannya karena ia memang penjaga semua pohon
dihutan.
“Nona, sangat berbahaya berjalan seorang
diri diluar. Kapan nona datang ke BE?
Apakah nona baik-baik saja? Mereka tidak menyakiti nona?”
Mendengar hal itu, Feroya bingung tapi
kemudian ia mulai paham, “ah! Iya-iya, ayah pernah mengatakan tentang goblin.
Ayah mengatakan kalau kamu mahluk yang begitu ramah hanya untukku saja.
Sebenarnya, apa keistimewaanku? Ah! Ini karena takdirku dengan mataku yang
berbeda.” Ia tersenyum, “Tn.Goblin, siapa namamu?” goblin tersebut menulis dengan api diudara,
“Ellnor, oke, Tn.Ellnor.”
“Tidak nona. Panggil saja hamba dengan
nama,” pintanya, Feroya mengangguk, “jika nona sudah lama disini dan baik-baik
saja, apakah nona menyembunyikan jati diri nona?” ia dengan enteng mengangguk.
Goblin tersebut senang. Tiba-tiba Feroya ingat kalau belum membayar buah yang
telah dimakannya, “nona tidak perlu membayarnya. Nona dapat memakan sebanyak
apapun yang nona inginkan. Jika nona perlu bantuan, kami para goblin akan
membantu nona dengan seluruh kekuatan kami.”
Feroya menggeleng, “gak usah membantuku
dengan kekuatan kalian. Cukup biarkan aku makan buah yang ada dihutan. Rasanya
menyegarkan sekali,” kemudian dengan sopan dan hormat, ia meminta izin secara
formal. Ellnor tak enak hati. Ia meminta Feroya agar bersikap sesuka hatinya
dan tak perlu izin untuk menjelajahi hutan bahkan seluruh tempat di BE.
Dengan wajah tenang, Feroya keluar dari
pohon tersebut. Ia terus mencoba berbagai buah aneh yang tidak pernah ia temui
sampai akhirnya ia menemukan Zelvio sedang berlatih pedang dengan seseorang.
Tak pikir panjang, ia menghampiri Zelvio dan mengatakan senang bertemu
dengannya.
“Kebetulan aku membawa ini, kamu mau? Rasa
buah ini benar-benar menyegarkan.” Zelvio dan pengawalnya saling pandang.
Mereka terkejut mendapati Feroya memakan buah yang begitu mahal dimata para
penduduk BE apalagi harus menghadapi
para goblin yang menjaganya, “aku sudah membayarnya. Kalian mau? Ini gratis.”
Pengawal Zelvio curiga kalau bisa saja
Feroya adalah gadis bangsawan yang menyamar tapi berbeda dengan Zelvio,
siapapun Feroya, gadis biasa atau bangsawan, gadis itu telah merubah
pemikirannya. Ia pun dengan senang hati memakan buah yang dibawa Feroya.
“Hanya bangsawan dan keluarga kerajaan
yang mampu membeli buah dari hutan ini. Jangan-jangan, kamu menjual rumah dan
menghabiskan tabunganmu hanya untuk ini?”
Tidak ada jawaban dari Feroya. Ia terus
makan kemudian meminta pedang Zelvio dan mencoba mengayunkan pedang
kesana-kemari seperti anak kecil.
Sibuk dengan pedangnya, Feroya tak
mempedulikan perbincangan Zelvio dan pengawalnya. Pengawal tersebut merasa jika
Feroya sedang mendekati Zelvio dan mengetahui Zelvio adalah pangeran atau bisa
saja Feroya adalah orang suruhan ratu yang berusaha menjebaknya.
“Hei, aku melihat ekspresi kalian aneh.
Kalian membicarakanku? Kamu, ya, kamu,” ia menunjuk pengawal Zelvio, “kamu
berpikir aku mendekati Zelvio? Argh! Aku memiliki pacar! Namanya Darren tapi
kami sudah putus. Walaupun begitu, aku gak berniat menjalin kisah cinta
ditempat ini. Aku ingin kembali bersama orang tuaku!”
Pengawalnya jadi tak enak hati sedang
Zelvio tersenyum senang mengetahui bahwa gadis tersebut ternyata tidak memiliki
kekasih.
**
Sinar bulan berusaha masuk kedalam kamar
Zelvio tapi gagal akibat sesuatu yang menghalangi. Apalagi kalau bukan Arnove
yang melakukan dengan sengaja. Ia senang jika Zelvio tak pernah merasakan tidur
dibawah sinar bulan.
Sayangnya, hal tersebut tak membuat Zelvio
sedih atau marah. Ia justru terus teringat wajah Feroya serta tenangnya Feroya
ketika memakan buah di hutan, ‘gadis itu
tidak takut apapun. Ia tidak takut pada goblin dan ia tidak takut berjalan
dihutan seorang diri. Ia juga bukan gadis penuh ambisi mengerikan seperti para
gadis bangsawan kebanyakan. Dan ia juga tampak bukan seperti gadis yang
menginginkan kekayaan’
Diam-diam, pengawal setianya
memperhatikan. Ia yakin jika pangeran sedang jatuh cinta tapi ia khawatir kalau
pangeran salah jatuh cinta, “anda baru mengenalnya beberapa waktu. Bukankah
anda terlalu terburu-buru?”
“Kamu bukan sekedar pengawal tapi
sahabatku. Bukankah kamu tahu kalau aku tidak pernah benar-benar menyukai
seorang gadis sebelumnya? Aku hanya terus bermain-main dengan menggoda para
gadis cantik tapi kali ini, aku mulai memikirkan satu gadis yang sama setiap
waktu.”
Zelvio meminta pengawalnya mendekat ke
jendela. Ia mengatakan sinar bulan pasti membuat keluarga kerajaan begitu tidur
nyenyak kecuali dirinya tapi mengingat wajah Feroya adalah lebih indah
dibanding sinar bulan.
“Pa..., pangeran, disebelah bulan. Bulan
itu,” ucap pengawalnya terbata-bata ketika melihat beberapa bintang muncul
didekat bulan. Sontak, Zelvio terkejut begitupun dengan seluruh anggota
kerajaan dan para penduduk BE. Sedang
para goblin dihutan tersenyum karena sudah saatnya BE kembali seperti semula.
Ditempat lain, tanpa emosi atau tanpa hal
apapun, mata Feroya bercaya putih. Ia menganggap hal itu karena bintang sedang
memanggil-manggil dirinya. Tak mau ambil pusing, ia memilih tidur. Naas, suara
penduduk diluar membuatnya sakit kepala dan tak bisa tidur. Mereka meributkan
bintang yang muncul setelah puluhan ribu tahun lamanya.
‘Apa
yang harus kulakukan? Membosankan!’ ia memejamkan mata dan memikirkan hutan. Dalam sekejap, ia sudah berada
dihutan. Para goblin menyambutnya begitu hangat, “ini karena aku gak memiliki
teman. Kenapa wajah kalian terlihat bergitu bahagia namun tampak ada ketakutan
besar?” tanyanya, mereka tak berani menjawab, “hei! Jawab aku!” katanya kesal, “dan
kemana telinga serta hidung panjang kalian?”
“Nona,” seorang goblin tua menghampirinya,
“datanglah ke hutan terlarang. Disana, nona akan menemukan jawaban,” ia
menunjukkan cara agar Feroya bisa datang ke hutan larangan, “tapi, nona tidak
perlu terburu-buru. Nona dapat kesana kapanpun nona inginkan. Hutan yang
menyeramkan bagi semua mahluk kecuali untuk anda,”
Pusing mendengar hal tersebut, Feroya
meminta goblin yang bernama Ellnor untuk menemaninya berjalan-jalan. Ia
terkejut ketika seorang goblin tampan muncul dan memperkenalkan diri sebagai
Ellnor. Tentu saja ia tak percaya.
“Apakah nona mengenalku seperti ini?”
Ellnor merubah wajahnya dengan selembar daun, “kemarin, itu hanya penyamaran,”
Feroya mengerti. Ia senang karena Ellnor cukup tampan sehingga ia bisa betah
berteman dengannya, “berteman? Hamba dan nona?”
“Sebentar, kamu, dan kalian semua,
sebenarnya ini ada apa? Kenapa kalian begitu sopan padaku dan kenapa kalian
memanggilku dengan sebutan aneh. Argh! Aku hanya ingin bermain disini!”
Mereka pun meminta maaf kemudian Ellnor
langsung mengajaknya ke taman bunga. Tentu saja tak ada penolakan dari Feroya.
Ia langsung kegirangan sehinga mata bintangnya bersinar. Ia ingat ketika ayah
mengatakan kalau di depan para goblin, hal itu diizinkan.
“Nona sangat cantik dengan sinar itu,”
Ellnor memegang telinga panjangnya, ia sedikit malu ketika mengatakan hal
tersebut, “nona mau menjaga rahasia? Bukankah kita teman?” Feroya diam mematung
kemudian tanpa aba-aba, Ellnor mengambil selembar daun kering dan tiba-tiba
daun itu berubah begitu besar. Mereka menaiki daun tersebut. Seketika, daun itu
meluncur dengan cepat sehingga Feroya berteriak-teriak senang seolah ia ada
diwahana bermain. Ketika sampai di depan gerbang taman bunga, Feroya menolak
masuk. Ia ingin naik daun itu beberapa kali lagi, “baiklah, kita akan
melakukannya lagi,”
Kini, Feroya memiliki alasan untuk tinggal
nyaman di BE beberapa waktu.
BAB 3
Raja memerintahkan seluruh prajurit untuk
memeriksa seluruh penduduk BE
terutama yang terlihat mencurigakan tanpa terkecuali. Wajahnya menunjukkan
kekhawatiran luar biasa namun tetap berusaha setenang mungkin.
“Ayah, apa yang harus kita lakukan?”
Arnove berbisik pada ayahnya agar tak ada yang mendengar, “apakah kita harus menangkap
kemudian membunuhnya?”
Tentu saja raja tak setuju karena cara
seperti itu tak akan berhasil, “kita bahkan tidak tahu apakah dia anak-anak
atau seorang pemuda bahkan seorang gadis kecil. Ketika kita tahu siapa dirinya,
dekati dan berteman dengannya. Saat dia lengah, tusukkan ini ke jantungnya.”
Terlihat raja memberikan sebuah belati yang terbuat dari akar pohon tertua di BE.
Saat menerimanya, Arnove dengan senang
hati akan membuat itu terjadi. Namun, Zelvio yang sedari tadi diam tiba-tiba
bicara dan menentang hal itu. Ia tak suka jika raja mempertahankan posisinya
dengan mengorbankan nyawa tak bersalah.
“Bodoh! Tidak bersalah! Orang itu adalah
monster! Dia bisa menghancurkan kita bahkan menghancurkanmu dengan mudah!”
Arnove mendekatkan pedang dileher Zelvio, “kamu ingin menentang perintah ayah
kita? Ini perintah raja!”
Tetap saja Zelvio tak setuju. Ia
mengatakan dengan tegas kalau ia tidak akan pernah terlibat dalam kejahatan
semacam itu. Matanya membiru tajam, menghancurkan pedang ditangan Arnove menjadi
debu.
Sontak, raja dan Arnove terkejut karena
selama ini Zelvio selalu gagal melakukan hal itu.
“Pergilah,” ucap raja lirih, Zelvio
membungkuk hormat, “tidak. Pergilah dari kerajaan ini untuk sementara dan
kembali lagi ketika menyadari apa kesalahanmu.”
Mendengarnya, Zelvio terkejut. Ini sudah
jelas. Ia di usir dari istana. Senyum kemenanganpun muncul diwajah Arnove.
Tanpa rasa sedih, Zelvio meninggalkan
istana. Ketika pengawal pribadinya mengejar dan menawarkan tempat tinggal, ia
menolak keras, “sudah sejak lama aku ingin tinggal diluar istana. Aku ingin
tidur nyenyak dibawah sinar bulan. Kini, kudapatkan kebebasan itu.” Senyumnya
mengembang. Benar-benar bahagia.
Tidak menunggu waktu lama, ia terus
berkeliling BE menikmati
kebebasannya. Hari pun mulai gelap, ia memilih pergi ke hutan dan menikmati
cahaya bulan yang sampai pada kulitnya.
Diam-diam, para goblin mengintipnya.
Mereka berpikir kalau pangeran kedua telah terusir dari istana. Ada beberapa
goblin yang merasa kasihan dan ada juga yang mengatakan kalau kehancuran
keluarga kerajaan sudah dimulai atau dalam kata lain, para goblin senang.
“Ini akan berbahaya bagi nona Feroya,”
“Pelankan suaramu, pangeran terbuang itu
bisa mendengar kita.”
Tentu, samar-samar Zelvio mendengar suara.
Ia mencari suara tersebut, ‘apa para
goblin marah karena aku datang ke hutan malam hari? Aku tidak akan membunuh
mereka seperti yang dilakukan ayah dan Arnove.’ Merasa kalau kehadirannya
dihutan malam hari mengganggu, ia memilih meninggalkan hutan.
Langkah kaki Zelvio telah membawanya ke
daerah pinggiran. Dan entah kenapa, ia sudah tiba didepan rumah Feroya, ‘kenapa bisa seperti ini! Aku akan gila jika
terus memikirkannya!’
Takut Feroya mengetahui kedatangannya, ia
berbalik pergi namun naas, Feroya yang sedang diluar kembali pulang. Mereka
saling menatap. Zelvio mulai jatuh cinta dengannya.
“Kamu mengunjungiku?” tanyanya, Zelvio
gugup, “cahaya bulan sangat indah, aku baru saja menikmatinya.”
“Tapi aku melihat sesuatu yang lebih indah
sekarang,” ucapannya mulai mengacau sehingga membuat Feroya tertawa lucu,
“i..itu karena...,” ia menggaruk-garuk kepalanya saking gugup, “apa kamu tahu
sebuah rumah kosong yang disewakan?”
“Sebentar, teman sekolahku pernah bertanya
hal semacam ini. Kamu bertengkar dengan keluarga kamu? Kamu diusir atau kamu
kabur?”
Tak ada jawaban dari Zelvio. Ia hanya
meminta Feroya membantunya.
Dan mereka menemukan sebuah penginapan
sederhana ditengah kota. Jujur, berjalan malam hari dengan Feroya mengembalikan
ingatan akan ibu dan kakak perempuannya yang telah tiada. Mereka selalu berkeliling
kota atau sesekali ke pedesaan dimalam hari.
“Menurut kamu, apakah BE menyenangkan?” Feroya memandangnya, “kamu tahu, saat tiba
disini, aku berpikir untuk tidur dan hanya makan sampai satu tahun lamanya.
Kemudian, aku bertemu denganmu yang cukup menyenangkan. Dan beberapa waktu
lalu, aku bertemu seorang teman yang membuatku memiliki alasan untuk nyaman
selama disini. Tempat ini, menurutku gak terlalu buruk,”
“Aku berpikir hal buruk juga tentang BE tapi setelah bertemu seorang gadis
cantik, aku berpikir lain. Begitu damai,”
**
Raja masih murka dengan ucapan putra
keduanya. Ia terus mengucapkan jika telah menyesal memiliki putra seperti itu.
Sedang Arnove terus memancing amarah raja agar hanya ia yang dapat dipercaya.
“Prajurit kita belum menemukannya dan
sekarang anakku menentang. Kesalahan apa yang telah terjadi sebelumnya sehingga
darah sendiri menghianati.”
Tiba-tiba seorang prajurit pemburu goblin
menghadap. Ia mengatakan kalau para goblin semakin kuat yang artinya mereka
sudah bertemu dengan orang yang mereka tunggu-tunggu.
Mendapat laporan tersebut, raja semakin
murka. Hal itu terjadi karena nyawa goblin berguna untuk memperpanjang usianya.
Seperti kebanyakan mahluk BE, mereka
hanya dapat hidup paling lama seribu tahun tapi jika mengambil nyawa seorang
goblin, hidup mereka bertambah satu tahun.
Selesai menghadap, prajurit tersebut undur
diri. Annove pun mengejarnya dan tetap meminta menangkap seorang goblin untuk
keluarga kerajaan.
Dilain tempat, Zelvio hanya bermain-main
dengan beberapa butir kacang-kacangan. Sesekali juga ia berputar mengelilingi
kamar penginapannya. Bukan karena masalah besar yang ada dikerajaan tapi karena
ia mulai jatuh cinta.
“Pangeran,” pengawalnya datang dan
mendesah lelah melihat kegiatan Zelvio yang sama sekali tak berguna, “apakah
karena gadis itu?”
“Dia cantik. Tidak. Hatinya pun cantik.
Dari sekian gadis dan sekian banyak orang yang kutemui, hanya dia yang memberi
saran agar sesekali aku membalas dendam.” Jelasnya selain itu ia juga
menjelaskan kalau Feroya merupakan gadis apa adanya, “walaupun ia adalah gadis
yang boros terhadap uang tapi ia tetap membuatku jatuh cinta.”
Pengawalnya tak bisa mengatakan apapun
kecuali hanya membereskan biji-bijian yang berantakan dilantai. Ia mengingatkan
agar pangeran berlatih bela diri lagi tapi dengan senyum kemenangan, Zelvio
mengatakan ia sudah berhasil membuat pedang menjadi debu yang artinya latihan
kerasnya tak boleh dilanjutkan lagi.
“Apa pangeran tidak akan mencoba mencari
siapa pemilik bintang itu?” tanyanya, Zelvio menggeleng, “tapi pangeran,”
“Kenapa? Aku hanya ingin mencari kebenaran
tentang hati Feroya,” ucapnya seperti sudah dibutakan oleh cinta, “kalau kamu
khawatir dengan kerajaan, pergi dan bantu raja. Lagipula, jika pemilik bintang
itu kejam, seharusnya ia datang dan langsung mengacaukan BE. Kupikir ia baik lagipula, keadaan keluarga kerajaan mengerikan.
Aku tak ingin peduli untuk beberapa saat.”
Zelvio berjalan keluar penginapan dan
mengambil bunga biru. Untuk siapa lagi bunga tersebut kalau bukan untuk Feroya.
Ia mengunjungi Feroya kerumahnya dan langsung memberikannya.
Sedang Feroya yang masih menganggap kalau
Zelvio hanya seorang teman merasa aneh dan mulai paham, “jangan berharap lebih
padaku. Aku akan kembali pada orang tuaku dan gak akan kembali kesini.”
“Kamu belum mencobanya, aku akan mencoba
mengambil hatimu,”
“Lakukanlah. Aku gak akan melarangnya,”
senyum Feroya mengembang. Dalam hati kecilnya, ia senang jika ada seseorang
yang menyukainya seperti Zelvio, “kamu baik hanya saja, sejujurnya, aku belum
menyukai kamu.”
Ketika mereka berbincang seperti itu,
Ellnor datang mengunjungi Feroya dan akan mengajaknya bersenang-senang. Melihat
Ellnor, Zelvio merasa tersaingi. Ia tidak sadar kalau Ellnor adalah goblin.
Tentu saja, penampilan Ellnor tampak wajar tidak seperti goblin yang
diketahuinya memiliki hidung dan telinga panjang.
“Kenapa kita gak pergi bertiga saja?”
tawari Feroya, “aku senang memiliki teman seperti kalian.”
“Tidak!” tolak Ellnor dan Zelvio
berbarengan.
Para tetangga yang mendengar ada suara
keras langsung tahu kalau Feroya sedang diperebutkan dua pemuda tampan. Bahkan
beberapa gadis iri pada Feroya sedang Feroya yang tak memiliki perasaan pada
keduanya hanya tersenyum simpul.
“Aku..., aku...,” belum sempat melanjutkan
ucapannya, Feroya mendapati seseorang sedang memperhatikannya dari balik pohon.
Ya. Siapa lagi. Prajurit kerajaan, “aku ada janji dengan seseorang. Kupikir,
kenapa kalian berdua gak pergi bersama saja? Dah,” ia melambaikan tangan dan
berlari cepat begitu saja.
Zelvio dan Ellnor saling pandang tajam.
Satu sisi Zelvio yang menyukai Feroya dan satu sisi Ellnor sebagai teman
Feroya.
Ditempat lain, tempat pembuangan limbah,
Feroya menyudutkan prajurit tersebut. Ia menanyakan apa alasan prajurit
tersebut menguntitnya. Tidak ada jawaban yang ia dapatnya. Karena kesal, Feroya
menampakkan cahaya putihnya beberapa detik, “apa raja yang memerintahkan?”
beberapa saat ia menutup mata untuk melihat silsilah keluarga prajurit
tersebut, “kamu seorang prajurit biasa, memiliki beberapa anak, seorang istri, memiliki
kedua orang tua yang sakit-sakitan, dan kamu masih mengurus kakekmu. Menurutmu,
lebih baik kamu diam atau membuka mulut?” kaki prajurit itu gemetaran. Ia
berjanji akan tutup mulut asalkan Feroya tidak membunuh keluarganya, “bukan
hanya keluargamu. Aku juga tidak akan membunuhmu,”
Kemudian dengan kaki masih setengah
tenaga, prajurit tersebut belajan untuk kembali ke istana. Tiba-tiba Feroya
menghentikannya dan memberikan sejumlah uang, “di pertigaan sana, ada toko
obat. Belilah obat untuk orang tuamu dan berikan pada mereka sebelum kembali ke
istana.” Ucapnya sambil membungkuk hormat. Prajurit tersebut menerimanya serta
mengucapkan terimakasih walaupun hatinya merasa tak enak bahkan merasa aneh
serta janggal, ‘aku harus menghabiskan
semua tabunganku di BE karena setelah aku pergi dari tempat ini, aku gak akan
pernah kembali lagi. Menghabiskan dengan cara seperti ini juga sangat baik.’
Pikirnya yang tak ingin menyia-nyiakan apa yang ia miliki.
**
Para goblin mulai memberikan informasi
kepada penduduk mengenai bintang yang muncul ditengah bulan dan apa artinya.
Tentu saja para penduduk bimbang karena ini menyangkut masa depan kehidupan
mereka.
Tak hanya penduduk, Zelvio juga didatangi
oleh seorang goblin yang tidak tahu jati dirinya. Tentu karena goblin tersebut
bukan goblin yang berasal dari hutan karena seluruh goblin hutan sudah
mengetahui siapa Zelvio.
“Aku berpikir bintang itu baik tapi
bukankah raja juga baik?”
“Raja cukup baik mengatur kehidupan rakyat
tapi sebaiknya anda jangan lupa jika raja suka mengambil nyawa para goblin.
Mahluk istimewa di BE. Tidak hanya
itu, banyak hal negatif yang raja lakukan pada rakyat ini apalagi calon
penerusnya merupakan pangeran licik.” Tentu, Zelvio tahu kalau yang dimaksud
adalah kakaknya.
“Bagaimana dengan pangeran Zelvio?
Bukankah dia cukup baik? Jika kalian diminta memilih bintang itu atau pangeran
Zelvio, kalian memilih siapa?”
Goblin tersebut diam. Seluruh penduduk
mengetahui kalau Zelvio baik bahkan terkadang membantu mengurangi jumlah pajak yang
harus dibayarkan, “kami tidak harus memilih. Kami hanya berusaha mengembalikan
sesuatu pada tempatnya. Kami yakin, sebagai seorang yang bijak, pangeran Zelvio
tahu apa yang seharusnya berdiri sejak lama.”
Setelah memberikan banyak penjelasan,
goblin tersebut undur diri dan memintanya untuk berpikir. Dalam pikiran Zelvio,
ia tidak tahu, walaupun membenci ayah, kakak, serta ibu tirinya tapi ia tak
tega jika harus membuat ayahnya turun tahta bahkan menghilang.
**
Ellnor memberikan sebuah bibit bunga pada
Feroya. Ia ingin Feroya menanamnya di pekarangan. Mendapat hadiah seperti itu,
bukan hanya senang tapi ia merasa kalau keputusannya untuk menjadi gadis baik
adalah benar.
“Ayahku mengatakan kalau bisa saja aku
memilih menjadi monster. Jika hal itu terjadi, apa para goblin tetap disisiku?”
“Kenapa menanyakan hal seperti itu?” mata
Ellnor menatap bibit-bibit tanaman yang melayang-layang diudara, “kami akan
tetap disisimu. Itu takdir kami. Itu tugas kami. Dan menurut takdir, nona tidak
akan menjadi monster.”
Seketika, bibit-bibit tersebut tersusun
rapi dalam sebuah kotak penyimpanan. Ingatan Feroya kembali ketika ia kecil dan
hampir menjadi monster kecil. Namun, karena cinta ibunya, ia tahu jika menjadi
baik adalah hal paling menyenangkan.
Tak membahas mengenai pilihannya untuk
menjadi baik lagi, ia meminta Ellnor membantunya menanam bibit-bibit tersebut. Ia
ingin menanamnya seperti kebanyakan penduduk bukan dengan kelebihan yang
dimilikinya.
“Mungkin ini kurang sopan tapi sejak kapan
nona mengenal Zelvio?”
Hanya sebuah senyuman kecil yang diberikan
Feroya untuk menjawabnya. Ia tahu kalau pertanyaan ini akan dilontarkan oleh
salah satu goblin. Tentu, ayahnya pernah mengatakan jika nanti dirinya dekat
dengan salah satu penduduk BE maka
para goblin akan bertanya banyak hal.
“Jangan banyak bertanya mengenai aku dekat
dengan siapa. Aku gak suka ditanya-tanya seperti itu,” ia melirik tajam
sehingga Ellnor benar-benar diam, ‘bagaimanapun
juga, aku masih menakutkan.’
Tanpa mereka ketahui beberapa tetangga
Feroya terkagum-kagum melihat keduanya seperti itu. Mereka beranggapan jika
Feroya merupakan darah campuran yang begitu beruntung dalam waktu singkat.
Sayangnya, anggapan mereka berbanding
terbalik dengan anggapan Feroya karena menurutnya, ia merupakan gadis yang
kurang beruntung sejak lahir karena terus berbohong. Ekspresi wajahnya menjadi
sedikit sedih ketika mendapat pendengaran mengenai dirinya dari para tetangga.
‘Ini
karena takdir. Karena takdir. Tapi seseorang bisa mengubah takdir jika ia
berusaha. Dan aku akan berusaha menolak takdir tersebut.’
Seseorang tak diundang datang. Siapa lagi
kalau bukan Zelvio. Ia langsung menyenggol tangan Ellnor sehingga bibit-bibit
bunga ditangan Ellnor berjatuhan. Dengan manisnya, ia mengatakan lebih baik
dirinya yang menanam bibit tersebut. Tentu Ellnor tak terima, mereka bertengkar
kecil.
“Oke. Kalian lakukan itu berdua. Aku akan
pergi membeli sesuatu untuk kalian.”
Kesal dengan ucapan Feroya, Zelvio
mengacak-acak tanah pekarangan. Biasanya, Feroya akan marah jika sesuatu
miliknya dirusak tapi kali ini ia tersenyum dan tetap pergi untuk membeli
sesuatu.
‘Untuk
pertamakalinya, aku tersenyum ketika ada orang yang bertengkar dan merusak
milikku. Mereka lucu.’
Menunggu Feroya kembali kerumah, Zelvio
mengajak Ellnor untuk bersaing sehat. Tentu Ellnor menolak. Ia berpikir kalau
Zelvio adalah pangeran bodoh. Mengetahui kalau Ellnor tahu identitasnya, ia
marah dan meminta Ellnor bertanding pedang padanya.
“Pangeran, sejujurnya, seluruh penduduk
tahu kalau anda adalah pangeran kecuali para penduduk daerah pinggiran. Seharusnya
anda belajar lebih baik untuk menjadi pemimpin,” Ellnor menasehati tapi Zelvio
menganggap kalau hal tersebut adalah ejekan, “berhati-hatilah dengan kakak
anda, pangeran,” ia tersenyum kemudian melangkah pergi, “katakan pada Feroya
kalau keluargaku menunggunya dirumah.” Tambahnya kemudian pergi begitu saja.
Tentu saja mendengarnya membuat Zelvio
emosi. Ia berpikir kalau Feroya sudah mengenal keluarga Ellnor. Sedang Ellnor
yang dimaksud keluarga oleh Ellnor adalah para goblin dihutan. Salah paham yang
unik.
“Kemana Ellnor? Aku membelikannya ice cream. Ia menyukai ice cream,” tampak kekecewaan di wajah
Feroya ketika mendapati tidak ada Ellnor, “kamu, hei, iya kamu,” katanya
menatap Zelvio kesal, “kamu mengusir temanku. Argh! Menyebalkan,” ucapnya
mengacak rambutnya sendiri, “ini, untukmu,” ia memberikan gula-gula kesukaan
Zelvio.
“Kamu tahu aku menyukai ini?”
Feroya menggangguk, ‘bahkan kalau aku mau, aku bisa mencari tahu dimana rumah dan silsilah
keluargamu. Tapi, aku gak ingin tahu hal itu sekarang’ ia meminta Zelvio
untuk segera menghabiskan gula-gula yang telah ia belikan.
“Jawab dulu, kenapa kamu tahu kalau aku
menyukai gula-gula? Apakah kamu juga tahu siapa aku?”
Kesal dengan celoteh Zelvio, ia mengusir
Zelvio dari rumahnya.
Di tengah perjalanan menuju penginapan,
Zelvio menemukan seorang prajurit yang terlihat mencurigakan. Sangat cepat, ia
langsung menyudutkan prajurit tersebut. Tanpa banyak mengancam, Zelvio tahu
kalau prajurit tersebut telah menemukan bintang yang dicari kerajaan.
“Ma..., maaf pangeran,” ia mengeluarkan
sebuah belati dan berusaha bunuh diri tapi Zelvio berhasil menghentikannya, “pada
akhirnya, anda atau pangeran Arnov bahkan raja akan membunuh saya.” Ia berlutut
penuh ketakutan mendalam.
“Tidak. Hei, aku berbeda dengan kakak dan
ayahku. Dibandingkan bintang itu, aku lebih tertarik dengan bintang dihatiku
sendiri. Aku akan bicara pada raja dan mulai hari ini, kamu akan menjadi
mata-mataku,” ia tersenyum, “itu bayaranmu agar aku tutup mulut,” kemudian
Zelvio menjelaskan kalau tugas pertamanya adalah memastikan kalau Feroya, gadis
yang ia sukai tidak memiliki hubungan lebih dengan seseorang bernama Ellnor. Tak
lupa, ia meminta agar mendapatkan identitas Ellnor.
Dilain tempat, di pedalaman hutan, para
goblin sedang berkumpul dan memikirkan cara menghadapi prajurit kerajaan yang
sepertinya akan memburu para goblin besar-besaran. Dilain sisi, mereka khawatir
pada Feroya yang dekat dengan Zelvio.
“Karena hanya orang terdekatnya yang bisa
melukai,”
Tiba-tiba sekelompok prajurit istana
menyerang para goblin. Tentu dengan jumlah goblin yang lebih banyak
mengakibatkan para prajurit yang hanya berjumlah belasan kalah mutlak. Mereka menarik
mundur penyerangan.
“Kami akan datang dengan jumlah lebih
banyak. Serahkan diri kalian untuk raja atau kami akan mengambil paksa nyawa
kalian,”
**
.,..z,,zsjzjsgzhfdhzfdhzfsgzskashasak
BELUM KETEMU cara nulisnya yang jelas bakal ada curiga sana-sini.
Nanti bakal ada kekesalan luar
biasa Zelvio ke Ellnor sampe2 si Zelvio mendorong Ellnor ke hutan terlarang
yang menyebabkan tubuh Ellnor terluka paraaah.
Kemudian, nanti ada kejadian
aneh ketika Feroya tidur sambil berjalan dan mengakibatkan angin DE-EL-EL jadi
aneh sampai seluruh BE kagettt.
BAB 4
Sebuah anak panah beracun meluncur hampir
mengenai punggung Feroya. Ia langsung mengejar seorang pria berjubah serba
hitam dengan penutup wajah. Dengan sekejap, pria tersebut membisu dan tangannya
tak bisa digerakkan.
“Aku hanya membuatmu agar gak mengatakan
sesuatu tentangku juga gak bisa menulis sesuatu denganku. Hanya sebentar saja,
bersabarlah,”
**
Raja memerintahkan Arnove agar cepat
mencari tahu siapa bintang itu. Dari kejanggalan yang ia dapatkan, ia berpikir
jika bintang itu seorang gadis.
“Apa aku harus meninggalkan Lucy dan
mendekati gadis itu kemudian mengambil nyawanya?” tanya Arnove berkilat cahaya
biru. Sedang Lucy yang ada disana tentu tidak setuju, “hanya sesaat setelah
itu, kita akan mendapatkan kemenangan.”
“Ini baik untukku. Baiklah. Aku lebih
senang kamu yang melakukan itu dibandingkan dengan adikmu yang tidak berguna.”
Keputusan Lucy dianggap sangat berharga.
Lucy mengerti jika Arnove akan tetap miliknya sekalipun mendekati bintang itu. Masalah
terbesarnya, siapakah gadis bintang itu dan dimana ia berada saat ini.
BELUM DILANJUTTTKAN
Sejujurnya jujur dan sangat jujur, di beberapa bab berikutnya tokoh Darren akan banyak muncul. Dimana Darren akhirnya tahu kalau Feroya berbeda, dimana Darren memaksakan diri agar ayahnya Feroya mengantarkannya ke BE, dan dimana nantinya Darren terus membuat Feroya yakin kalau ia akan baik-baik saja selama bersamanya kemudian pergi dari BE setelah satu tahun berakhir.
Sayangnya, Darren ini adalah masalah besar. Yaa gimana enggak, manusia dilarang ada di BE. Jadi yaa jadi Feroya berusaha keras menyembunyikan Darren bahkan ia meminta bantuan Zelvio bukan Ellnor karena sii Ellnor alias goblin kan setia banget sama peraturan mutlak BE.
gitu dan gitu,
soal cinta? Gue masih bingung mau jadiin Ellnor sebatas goblin yang hanya goblin atau goblin yang bakal suka sama Feroya atau justru Feroya yang suka sama si ini goblin. Lalu Darren? Bagaimanapun Darren pernah ada dihidup Feroya dan saat mereka putus juga karena Feroya kan takut tuhh Darren tau siapa dia. Gimana saat Darren tau dan itu baik-baik saja? Naah, bukannya harusnya sih ya harusnya Feroya buka hati buat Darren. Lalu gimana Zelvio?
diluar kisah cinta-cintaan yang fiuh, gue juga bingung. Gue mulai jatuh hati sama tokoh Arnove, gue pengen dia menjadi sesuatu yang tak terduga di BE dan menjadi sesuatu yang tak terduga dalam hidup-mati Feroya namun mengesankan ^^
Sejujurnya jujur dan sangat jujur, di beberapa bab berikutnya tokoh Darren akan banyak muncul. Dimana Darren akhirnya tahu kalau Feroya berbeda, dimana Darren memaksakan diri agar ayahnya Feroya mengantarkannya ke BE, dan dimana nantinya Darren terus membuat Feroya yakin kalau ia akan baik-baik saja selama bersamanya kemudian pergi dari BE setelah satu tahun berakhir.
Sayangnya, Darren ini adalah masalah besar. Yaa gimana enggak, manusia dilarang ada di BE. Jadi yaa jadi Feroya berusaha keras menyembunyikan Darren bahkan ia meminta bantuan Zelvio bukan Ellnor karena sii Ellnor alias goblin kan setia banget sama peraturan mutlak BE.
gitu dan gitu,
soal cinta? Gue masih bingung mau jadiin Ellnor sebatas goblin yang hanya goblin atau goblin yang bakal suka sama Feroya atau justru Feroya yang suka sama si ini goblin. Lalu Darren? Bagaimanapun Darren pernah ada dihidup Feroya dan saat mereka putus juga karena Feroya kan takut tuhh Darren tau siapa dia. Gimana saat Darren tau dan itu baik-baik saja? Naah, bukannya harusnya sih ya harusnya Feroya buka hati buat Darren. Lalu gimana Zelvio?
diluar kisah cinta-cintaan yang fiuh, gue juga bingung. Gue mulai jatuh hati sama tokoh Arnove, gue pengen dia menjadi sesuatu yang tak terduga di BE dan menjadi sesuatu yang tak terduga dalam hidup-mati Feroya namun mengesankan ^^