Tokoh :
Lyra, Dave, Leo, Natalie, Caroline ^^
Lyra
kembali meletakkan potongan kertas kecil di loker milik Dave. Ia selalu seperti
ini, setiap pagi, tanpa Dave tahu, meletakkan kertas bertuliskan beberapa hal
sederhana.
“Hei!”
Leo menjitak keras kepala Lyra, “kenapa kamu meletakkan itu pada loker tanpa
pemilik?”
Tak
terima dengan ucapan Leo, Lyra membalasnya dengan menginjak kuat kakinya,
“kenapa semua orang disekitarku beranggapan Dave sudah mati? Dia masih
bernafas!” suaranya meninggi tapi kemudian diam karena Leo langsung menutup
mulutnya.
**
Mulut
Lyra komat-kamit dimeja makan. Ia sama sekali tak nafsu makan apalagi satu meja
dengan Leo.
“Mama,
itu tuh Leo, eh maksud aku, kak Leo kejam! Aku gak mau makan,” ia pergi dari
meja makan dan seorang pun tak ada yang mengejarnya.
Sedangkan
Leo hanya tersenyum kecil melihat tingkah Lyra. Sebagai seorang kakak, ia tak
ingin adiknya terus-terusan mengerjakan hal yang sia-sia. Dan sebagai seorang
sahabat, ia juga tak ingin melihat sahabatnya melakukan hal yang melelahkan
tanpa hasil.
“Apa
Lyra masih berusaha membuat Dave sembuh?” tanya Mama, Leo mengangguk, “Mama
lebih senang jika ia berpacaran denganmu,” mendengar Mama bicara seperti itu,
Leo langsung menghentikan makannya kemudian memandang Mama, “ada yang salah?”
Leo tak
bisa bicara apa-apa. Ia beranggapan jika hubungan mereka sebatas kakak beradik.
Flashback beberapa tahun
lalu ketika kedua orang tua Leo mengalami kecelakaan pesawat dan meninggal. Tak
hanya kedua orang tuanya namun ayah Lyra pun mengalami kecelakaan yang sama.
Kenangan tersebut begitu menyakitkan bagi kedua keluarga namun yang lebih
menyedihkan adalah Leo, ia tak memiliki siapapun. Ia berakhir dengan tinggal
bersama Lyra dan Mama.
“Restoran
berjalan sangat baik, kapan kamu akan belajar mengurusnya?” tanya Mama, Leo
diam, “walaupun restoran itu mengingatkan akan kedua orangtuamu, tapi kamu
harus mengurusnya.”
Mendengarnya,
Leo hanya diam.
Flashback. Ayah Lyra hanya
seorang karyawan di restoran keluarga Leo namun kekeluargaan mereka begitu
erat. Dan beberapa minggu setelah kecelakaan itu terjadi, tidak ada yang
mengurus restoran. Baru ketika pengacara keluarga Leo membacakan surat wasiat
yang sudah jauh-jauh hari dibuat oleh ayah Leo, hak asuh Leo jatuh pada Mama
dan Mama yang mengurus restoran sampai Leo bisa mengurusnya suatu hari nanti.
“Mama!
Aku lapar,” teriak Lyra dari kamarnya, “tapi, tapi, aku gak mau liat muka kak
Leo! Gak mau!”
Teriakan
Lyra membuat lamunan Mama buyar. Namun, tetap saja, baik Mama ataupun Leo tak
ada yang langsung berlari melihat keadaan Lyra yang sedang ngambek. Mereka
sangat paham jika Lyra tak akan bertahan lama menahan lapar.
**
Lyra
kembali meletakkan potongan kertas kecil. Kali ini tak ada tulisannya namun
potongan kertas itu berbentuk hati. Dari jauh, Leo melihat itu semua dan
kasihan terhadap Lyra.
“Apa
Lyra masih berusaha? Ini kan udah setahun,” Natalie menggeleng tak percaya,
“Ini bukan salah Lyra atau Dave tapi gue pikir, Lyra harus berhenti,” ia
menepuk-nepuk pundak Leo, “lo tau apa yang gue maksud,” kemudian ia melangkah
meninggalkan Leo yang asik memperhatikan kegiatan Lyra di depan loker Dave.
**
Jari
Dave sibuk mengetuk-ngetuk meja. Jika seperti ini, ia pasti sedang berpikir. ‘siapa orang ini?’ setiap hari selama
setahun, ia terus memikirkan siapa seseorang yang selalu mengiriminya potongan
kertas. ‘bentuknya macam-macam bahkan
terkadang ada sebuah kalimat’
Kemudian,
Elsa, pacarnya masuk ke kelas. Ia langsung menyembunyikan potongan kertas itu
dan berpura-pura sedang belajar. Namun, dalam hati kecilnya, ia masih begitu
penasaran tentang siapa pengirimnya.
‘orang itu tahu kalau aku membenci
coklat walaupun aku sering memakannya’ ia mengingat
kalau setiap minggu ada coklat di lokernya dan tertulis ‘jangan dimakan, kamu
gak suka coklat. Tapi aku tahu kalau kamu akan memakannya.’
Setiap
minggu selalu ada hal seperti itu.
**
Lapangan
basket riuh dengan suara-suara para pendukung masing-masing tim basket. Kecuali
Lyra, ia tak bersemangat mendukung salah satu tim walaupun Leo ada didalamnya.
“Kalau
dukung Leo, gue rugi,” gerutunya. Ia ingat perjanjiannya dengan Leo, jika tim
Leo menang maka ia harus berhenti meletakkan potongan kertas diloker Dave.
‘gak! Tim Leo gak boleh menang! Titik!’
Teman-teman
Lyra paham sekali mengapa Lyra terus berdoa seperti itu tapi mereka cuek seolah
tak mendengar Lyra bicara. Mereka justru ingin Leo menang agar Lyra berhenti
melakukan hal sia-sia.
“Hei!
Kalian!” Lyra mencubit beberapa temannya karena justru asik menonton seolah
berharap Leo menang, “kalian temen gue bukan sih?”
“Anggap
aja Dave udah meninggal. Untuk apa coba kalau badannya ada tapi...,” mereka
berhenti ketika melihat Dave mendekat dan duduk disamping kiri Lyra.
Hati
Lyra pun senang karena setidaknya bisa duduk didekat Dave. Ia menyapa Dave
ramah seperti layaknya teman walaupun kadangkala hatinya sesak bahkan terasa
sakit ketika berada didekat Dave.
“Sendirian
bro? Pacar lo mana?” pertanyaan Lyra bukanlah benar-benar pertanyaan dari
hatinya. Dalam hati ia berpikir ‘sebelum
kecelakaan itu, kita masih pacaran. Ya, sebelum itu terjadi. Dan kini, bahkan
kamu gak mengingat apapun’
**
Mata
Elsa terbelalak menemukan beberapa potongan kertas berbentuk hati yang
tersimpan rapi dalam kotak kecil pada tas Dave. Ia paham sekali siapa yang
mengirimkan kertas itu pada Dave.
‘kalian sudah berakhir. Kenapa ini bisa
terjadi?’ Elsa mengambil kotak kecil itu kemudian melangkah ke
kelas Lyra. Ia ingin mengembalikan itu semua namun langkahnya terhenti oleh
Leo, “apa? Kenapa, kak?” tanya berusaha sopan karena Leo kakak kelas. Leo
memegang kotak itu dan memintanya meletakkan kembali pada tas Dave, “apa?”
“Ini
sudah setahun dan ingatan Dave belum balik. Dan sepertinya gak akan balik. Kenapa
lo harus setakut itu?”
Elsa
terdiam. Ia melangkah mundur, mengembalikannya kembali pada tas Dave. ‘oke, ini gak masalah’
**
Leo dan
beberapa temannya sangat berisik ketika bermain PS. Hal tersebut membuat Lyra
geram karena suara itu terdengar sampai kamarnya. Tak tahan, Lyra
menggedor-gedor pintu kamar Leo. Ia meminta mereka diam.
Dan,
mereka tak mau diam.
Kesal,
Lyra pergi berjalan-jalan dengan kedua kakinya disekitar rumah. Ia memikirkan
perjanjiannya dengan Leo saat tim Leo menang. Dan sudah seminggu ini, Lyra
berhenti mengirimkan potongan kertas berbentuk hati maupun bintang. ‘tapi, gue masih bisa meletakkan coklat
diloker Dave’ senyumnya mengembang.
Ia
kemudian teringat Dave yang sampai detik ini masih hilang ingatan, ‘jika kami berpisah karena gak cocok atau
orang ketiga, aku gak akan seperti ini. Ia hanya hilang ingatan, aku yakin
hatinya gak akan berubah. Tapi, Elsa?’ kepala Lyra tambah sakit. Ia pun
kembali pulang kerumah dan menantang Leo untuk bermain game dengannya.
Sayang,
baik Leo maupun teman-teman yang lain tak ada yang menerima tantangan Lyra.
Mereka justru meminta Lyra tidur dan mengompres kepalanya agar tidak sakit
lagi.
“Kalian
pikir gue sakit?!”
“Semua
orang tau ada orang aneh meletakkan sesuatu di loker Dave. Berhenti kali Lyr,”
mereka serempak menyindir keras Lyra.
**
Ada
sesuatu yang hilang bagi Dave. Ia kehilangan potongan kertas-kertas itu untuk
beberapa minggu belakangan walaupun tergantikan dengan coklat yang terus ada di
lokernya setiap hari. ‘aneh, ada apa
dengan orang ini?’
Ia
membolak-balik tumpukan buku-bukunya, berharap potongan kertas itu terselip.
Namun, ia tak menemukan apapun. Dave benar-benar kehilangan sesuatu yang unik
yang selama setahun belakangan ini selalu ada. ‘tapi, siapa orang ini? Setiap kali mencari tahu, selalu gagal’
Dave
teringat beberapa waktu lalu ketika ia hampir menemukan siapa pengirim potongan
kertas tersebut, ada saja gangguan dari teman-temannya. Tapi sebentar, Dave
memahami sesuatu, ‘mereka sengaja
melakukan itu supaya gue gak tau siapa pengirimnya’ ia baru menyadari itu.
Langkah
kaki Dave dipercepat mencari teman-temannya. Ia meminta penjelasan. Dan
walaupun semua temannya bahkan mungkin seisi sekolah tahu siapa yang meletakkan
itu, mereka tutup mulut. Tak ada yang berani membuka suara.
“Gue gak
tau. Kenapa lo nanya ke gue? Kenapa gak nanya sama temen-temen sekelas lo atau
sama temen-teman lo yang lain? Kenapa?”Caroline, teman sekelasnya kesal karena
Dave menanyakan hal yang sedikit sulit dijawab.
“Ayolah,”
Dave terus memohon tapi Caroline tetap bertahan sampai akhirnya Dave berlutut
karena ia meresa semenjak ingatannya hilang, orang-orang menyembunyikan sesuatu
darinya.
Beberapa
saat Caroline berpikir, “oke. Dia seorang cewek. Cewek yang dulu bagi lo begitu
berharga. Cewek yang sampai pingsan berkali-kali ketika lo koma. Udah, itu aja.
Lagipula, kalaupun lo tau, lo gak inget.” Kemudian Caroline melangkah pergi
tapi ia berbalik lagi, “dan, sekarang, gue rasa cewek itu sedang membuka
hatinya untuk orang lain,” tambahnya berbohong.
**
Elsa dan
Dave menghadiri pesta kejutan ulang tahun Leo. Sebenarnya Elsa tak ingin ikutan
memberikan kejutan ulang tahun Leo namun karena Dave mengatakan tak enak hati
pada teman-teman lain jadi mau tak mau Elsa mengiyakannya.
“Buat
kakak gue yang paling tampan, jangan suka nindas gue lagi ya. Biarin gue
ngelakuin apa yang gue suka,” ucap Lyra sebagai permintaannya dihari ulang
tahun Leo, “oke?”
Dengan
santainya, Leo memberi tanda silang dengan kedua tangannya diikuti beberapa teman yang lain.
“Buat
sohib gue, semoga lo jodoh bro sama Lyra.” Doa tersebut disoraki yang lain
seolah mendukung. Lyra yang mendengar hanya tersenyum, tak ingin merusak kemeriahan.
Lain
disisi Dave yang terkejut karena sepengetahuannya, Lyra dan Leo adalah saudara
kandung. Ia tak mengerti bagaimana mereka bisa mendoakan seperti itu. ‘apa mereka bukan saudara kandung? Lyra anak
yang cantik dan sangat baik. Leo beruntung jika itu benar.’
Tangan
Elsa memegang lembut tangan Dave tapi entah kenapa Dave melepasnya secara
perlahan. Dave melangkah pelan mendekati Lyra. Hal tersebut membuat orang-orang
terkejut. Namun, setelah Dave mendekat, ternyata ia bukan mendekati Lyra namun
mendekati beberapa potongan kertas dibelakang Lyra.
“Siapa
yang membuat potongan ini?” tanyanya, seseorang ingin mengatakan kalau itu
buatan Lyra namun yang lain langsung menjawab jika mereka membelinya pada
seseorang yang cukup kreatif.
‘mereka berbohong. Gak ada yang menjual
seperti ini. Siapa yang mereka sembunyikan?’
**
Hari-hari
Dave terasa sepi tanpa potongan kertas itu. Ia sudah mengumpulkan potongan
kertas itu yang berjumlah hampir 400 potongan. Dan ia sangat kehilangan
beberapa tulisan tentang dirinya pada potongan itu.
Tak
hanya itu, bahkan Dave sangat terlihat tidak bersemangat. Elsa yang menyadari
itu benar-benar kesal namun ia tak dapat mengatakan kekesalannya pada Dave.
“Ada
banyak hal yang orang itu ketahui tentangku yang bahkan kamu gak tau,” jujur
Dave, Elsa menguatkan hatinya. Setelah mengatakan itu, Dave meminta maaf. Ia
teringat ucapan Caroline tentang orang itu, ‘apakah
sebelum kecelakaan itu ada seorang gadis yang begitu berharga?’ Dave
berusaha mengingat tapi sampai detik ini ia sangat sulit. Hanya beberapa
ingatan yang kembali tapi itupun hanya mengenai keluarganya saja. ‘dan tentang Elsa, sepertinya sangat
janggal’
Dave
pergi ke lapangan basket. Ia mengelilingi lapangan basket. Seseorang
menceritakan padanya jika sebelumnya ia kapten basket namun karena kecelakaan
itu, ia tidak diperbolehkan bermain basket lagi.
‘sebenarnya, banyak hal aneh terjadi.
Semua akun jejaring sosialku menghilang. Setidaknya, jika aku gak bisa membuka
akun-ku sendiri, aku bisa melihatnya melalui akun orang lain namun, semua
menghilang tanpa jejak. Apakah gadis itu? Siapa dia? Kenapa dia tidak muncul
setelah aku sadar dari koma?’
Kepala
Dave sakit ketika terus memikirkan itu. Ia benar-benar sedang berusaha
mengingat.
**
“Bangun!”
Leo menarik tangan Lyra agar bangun dari sofa dan pindah tidur ke kamar namun
Lyra justru ngedumel tidak jelas, “ampun anak ini,” mau tak mau ia menggendong
Lyra dan memindahkan ke kamar, “anak ini, ckck” ia menggeleng-gelengkan
kepalanya ketika Lyra mengigau. Setelah itu, ia mematikan lampu kamar dan
pergi.
Mama
melihatnya keluar dari kamar Lyra, “apa dia tertidur lagi di sofa? Lain kali,
biarkan dia tertidur disana. Akan jadi kebiasaan kalau kamu memindahkannya
setiap hari.”
“Gak
pa-pa kok Ma.”
Sudah
menjadi kebiasaan Lyra yang selalu tidur di sofa kemudian menunggu seseorang
memindahkan tubuhnya ke kamar. Sejak kecil kebiasaan itu sudah melekat padanya.
Ayah yang selalu memindahkannya namun semenjak ayah tidak ada, Leo yang
melakukan hal itu.
“Belakangan,
Lyra terlihat gelisah. Apakah ada yang salah dengan dirinya?”
“Itu
Ma,” Leo berpikir sejenak kemudian menjelaskan mengenai potongan kertas-kertas
berbentuk hati dan bintang, “Lyra udah berhenti Ma,” tambahnya kemudian
menjelaskan lagi mengapa Lyra menghentikan kegiatan tersebut.
“Jika
kalian bertaruh seperti itu, Mama senang. Perlahan, Lyra harus melupakan Dave.”
**
Kini
gantian Dave yang mondar-mandir didepan lokernya sendiri. Ia bingung karena
sudah siang namun tidak ada coklat dilokernya. ‘kemana? Apa dia sengaja perlahan menghilangkan jejaknya?’
Kesal,
ia memukul keras lokernya sendiri. Hal tersebut tak luput dari penglihatan
beberapa anak basket sekolah. Mereka langsung menghampiri Dave dan meminta agar
tidak menghancurkan fasilitas sekolah.
“Lo
banyak berubah bro,” mereka menepuk sekali pundak Dave kemudian
meninggalkannya.
Sebenarnya,
mereka ingin membantu Dave agar ingatannya kembali namun Dave telah banyak
berubah. Ia sedikit memberi jarak terhadap siswa-siswa lain disekolah. Apalagi,
mereka kenal baik bagaimana Dave.
“Kasian
gue sama Lyra,” pikir salah seorang dari mereka.
“Kita
doa yang terbaik buat mereka,”
**
Tubuh
Lyra benar-benar terasa lemas. Ia tak tahu mengapa sejak pagi tadi seperti ini.
Kepalanya terasa berkunang-kunang dan kepalanya seperti dihantam batu besar.
“Kepala,
kepala gue,” ia melangkah gontai ke kelasnya. Berharap Leo datang dan bisa
membawanya pulang namun Leo sedang pergi dengan Mama ke luar kota beberapa
hari, “kapala...”
BRUK!
Tubuh
Lyra jatuh kelantai. Anak-anak menghampirinya. Mereka akan mengangkat tubuh
Lyra ke ruang UKS namun ketika melihat Dave datang, mereka sengaja tak jadi
mengangkat tubuh Lyra.
“Pundak
gue rada sakit,” ucap seorang siswa diikuti alasan-alasan lain. Dalam hati
kecil mereka, mereka ingin tahu bagaimana reaksi Dave.
Benar
saja, Dave membawa Lyra ke UKS. Ia bahkan menunggui Lyra sampai sadar karena
tidak ada siswa/i lain yang menunggui Lyra. Mereka sengaja melakukan itu.
“Lo udah
baikan?” Dave memegang kepala Lyra yang masih sedikit demam, “Leo kemana?”
gelengan kepala yang Lyra berikan padanya.
‘Kenapa kamu muncul disini? Apakah aku
bermimpi? Mimpi apa-apaan ini? Kupikir kak Leo akan muncul secara tiba-tiba’
Ia
berusaha untuk duduk dan pergi dari ruang UKS namun tubuhnya masih belum kuat
melakukan itu. Mau tak mau, ia kembali berbaring. Dave masih disampingnya.
Sesekali, Dave memandangnya tajam. ‘kenapa
Lyra membuat gue penasaran?’
Sadar
dirinya dipandangi begitu tajam, Lyra menegurnya. Ia meminta agar Dave tak
melihatnya seperti monster.
“Kenapa
lo gak makan beberapa hari ini? Pingsan kan lo jadinya,” ceramahi Dave. Lyra
terkejut karena untuk pertamakalinya Dave bicara cukup panjang dengannya, “lo
diet? Gak usah diet, lo udah cantik kok.” Lyra mematung. Ucapan itu, dulu
selalu Dave katakan ketika ia tak banyak makan.
“Udah,
gak masalah,” senyum Lyra mengembang namun wajahnya masih pucat. Dave meminta
penjelasan kenapa ia tak makan, “itu karena, karena...,” Lyra berpikir. Dulu,
ia pingsan karena stres dan jarang
makan saat Dave koma. Kini, ia tidak makan karena tidak ada teman makan selama
beberapa hari dirumah, “untuk pertamakalinya, gue ngerasa sepi saat nyokap sama
kakak gue pergi.” Jelasnya jujur.
Mendengarnya,
Dave tersenyum. Ia keluar sebentar kemudian kembali dengan membawa makanan.
Bahkan, ia menyuapi Lyra. Dalam hatinya, ia juga bingung kenapa ingin melakukan
hal seperti ini pada Lyra. Ia juga tak mengerti mengapa ia khawatir melihat
Lyra sakit. Padahal, sebelum ini, ia tak pernah khawatir pada siapapun. ‘apa sebelum kecelakaan, gue orang yang baik
sama orang lain?’
“Eh, gue
makan sendiri. Gak enak kalau Elsa liat dikira apaan,” Lyra menarik sendok dari
tangan Dave kemudian makan dengan tangannya sendiri. Refleks, Dave tersenyum
dengan mengusap kepala Lyra lembut seperti yang ia lakukan sebelum kecelakaan.
Lyra juga menyadari itu, ia senang namun ada kejanggalan yang juga ia rasakan. ‘kenapa ini? Kenapa rasanya sedikit hambar?’
**
Leo
mencak-mencak mengetahui Lyra sakit. Bahkan, ketika ia pulang, ia langsung
memarahi Lyra habis-habisan. Mama yang melihatnya pun hanya tersenyum menyadari
kalau Leo sebenarnya begitu khawatir pada Lyra.
“Kamu
masih mikirin Dave? Kesehatan kamu itu penting!”
Lyra
menunduk sambil menggeleng kecil, “gue bete, gue bete sendirian di rumah, gue
bete,” ia pun mengangkat kepalanya, “gue gak suka makan sendirian!” kemudian ia
berlari ke kamar dan mengunci pintu kamarnya.
Baik
Mama maupun Leo terkejut namun kemudian mereka berdua tersenyum. Mama merasa
ada hal baik yang terjadi. Begitu pun dengan Leo namun Leo masih tidak yakin.
**
Kaki
Dave berlari cepat mengejar Lyra. Ia langsung menanyakan keadaan Lyra yang
beberapa hari ini tidak masuk sekolah.
“Kok lo
tau gue gak masuk? Kita kan gak sekelas?” tanya Lyra santai tanpa menyadari
apapun, “gue baik-baik aja kok,” kemudian ia melangkah pergi. ‘argh! Gue lupa!’ Lyra baru ingat kalau
ia lupa membeli coklat untuk diletakkan pada loker Dave.
Ia pun
berbalik ke kantin untuk membeli coklat. Namun, Caroline dan Nataline, dua
siswi kembar itu langsung menghalanginya. Mereka tak suka Lyra membuang-buang
waktu.
“Kita mau
nanya, kalau Dave inget, terus lo mau balik jadi pacar Dave lagi kemudian Dave
ninggalin Elsa? Atau misal Dave gak inget tapi dia jadi berpaling dari Elsa, lo
mau gitu?”
Kedua
kembar cerewet itu terus nyerocos membuat telinga Lyra begitu sakit. Ia pun mengurungkan
niatnya untuk membeli coklat dan memilih kembali ke kelas. Namun, sebelum
kembali ke kelas, ia berpapasan dengan Elsa yang memandangnya penuh perang.
‘Apa-apaan Elsa? Gue salah apa?’
**
Kepala
Dave terasa sedikit sakit. Ia kesulitan bangun dari tempat tidur. Beberapa hal
ia ingat. Ada Lyra dalam ingatannya dan tidak ada Elsa namun ada seorang gadis
lain. Ia tidak tahu siapa gadis itu, wajahnya tidak terlukis dalam ingatannya.
“Lyra,”
Dave bangun dari tempat tidurnya sambil terus menyebut nama Lyra.
Kedua
orangtua Dave mengatakan kalau Dave tidak memiliki hubungan apapun dengan Lyra.
Sebelum kecelakaan, Dave tidak dekat dengan gadis mana pun.
“Tapi
kenapa dalam ingatanku, aku mengatakan kalau kami berjodoh?” tanyanya, kedua
orangtuanya tidak tahu apapun mengenai itu. Mereka mengatakan setidaknya ada
ingatan Dave yang kembali tapi mereka meminta agar Dave tidak terlalu
memaksakan diri, “ini aneh.”
Cepat-cepat,
Dave mencari beberapa barang digudang. Ia mencari beberapa benda masalalu nya.
Hanya ada beberapa foto disana dengan seseorang yang sama sekali tidak
dikenalnya. Kemudian, ada beberapa foto dirinya dengan Lyra.
‘Siapa Lyra? Siapa gadis satunya lagi?
Sial!’ ia menendang-nendang beberapa barang karena tak berhasil
mengingat apapun, ‘apa gue sama Lyra
pernah pacaran? Atau justru gue sama cewek satunya ini yang pernah pacaran?
Tapi,’ ia teringat Elsa yang selalu disampingnya. Kemudian, ia berpikir
jika masa lalu adalah masa lalu. Kini, ia tak ingin menyakiti Elsa.
................... bersambung, gue pegel mau nulis lagi. Besok-besok yee