Senin, 30 November 2015

Catatan RF

Karena bukan seperti ini.
Atau seperti itu.


Hal ini lebih seperti terombang-ambing.
Dimana aku menyakini satu ucapan tapi disatu sisi, ada pikiran lain yang menyatakan dengan lantang jika itu 'mustahil'

Entahlah.
Entah seperti apa.
Seperti mengambang.
Bukan mengambang antara hidup dan mati.
Aku masih hidup.
Masih bernafas.
Ini bukan tentang mati atau hidupnya seseorang atau tentang mati-hidupku.

Ini lebih pada suatu ucapan yang aku yakin 'benar'
tapi kenyataannya
aku bahkan tidak tahu apakah itu benar atau justru lebih buruk dari sekedar salah.

Terkadang logikaku tidak bisa mencerna.
Sekalipun aku mencerna semua teori dengan baik tapi tetap saja, tentang hal ini, aku tidak bisa mencernanya.
Sekalipun aku mencerna seluruh argumen orang, tapi tetap saja, tentang hal ini, aku tidak bisa mencernanya.
Sama sekali tidak bisa.
Seperti terombang-ambing.
Antara .... entahlah.

Memilih?
Aku tidak memiliki pilihan, tidak diberi pilihan, dan ini memang bukan mengenai pilihan.

Entahlah.
Hal satu ini sulit dicerna.
Apalagi dicerna otak.
Di cerna hati? itu lebih menyulitkan.

Jadi ini bukan tentang A atau B atau C bahkan seterusnya.
Ini tenang, entahlah.
Aku sendiri bingung bagaimana menuliskannya.






By: catatan RF.

Mike - Cerpen oleh Aula Nurul M

Mike
(Cerpen oleh Aula Nurul M)

Aku hanya ingin semuanya nggak ada yang berubah. Aku hanya ingin segala sesuatu sama dengan sebelumnya. Aku hanya ingin ketenanganku nggak terusik sedikit pun. Namun, tenang bukan berarti nggak ada masalah karena jutaan masalah mulai datang padaku.
“Jika kamu melakukan kesalahan, aku nggak menjamin nyawamu akan berharga di tempat ini,” Mike memandangku dengan sejuta perang, “apa yang ada pada otakmu itu sebaiknya kamu buang jauh-jauh,”
Tanganku mulai sedikit gemetar. Aku menahan segala takut yang ada. “apa pun yang terjadi, aku nggak akan pernah berlari padamu. Aku nggak akan pernah berdiri di jalan yang telah kamu buat,”
“Aku anggap ini sebagai pilihanmu,” kemudian Mike menghilang dari pandanganku dalam beberapa detik.
**
Sel-sel di dalam tubuhku mulai terasa berantakan. Ada sesuatu yang berubah demikian drastis pada tubuhku. Bukan hanya sakit yang terasa namun lebih dari itu.
“Seharusnya kamu menerima tawaran Mike, itu akan menguntungkanmu,” seorang berpakaian serba putih bicara empat mata denganku di sebuah ruangan yang mengerikan, “kini, kamu nggak bisa berbuat apapun lagi,”
“Mengapa kalian nggak membunuhku saja? Hah! Mengapa?”
“Apakah kamu begitu bodoh?”
**
Tiga titik di pergelangan tanganku sudah benar-benar ada. Jika tiga titik ini hilang maka nyawaku pun akan hilang. Entahlah pilihanku ini salah atau benar-benar salah yang jelas, aku tetap nggak ingin berlari pada Mike demi menyelamatkan nyawaku.
Jika aku tetap diam di tempat ini dan nggak memberikan data pada mereka maka, tiga titik ini akan hilang perlahan. Aku benar-benar nggak habis pikir mengapa selalu ada orang-orang yang di posisikan seperti diriku ini. Menurutku, itu sudah melanggar hak kehidupan.
“Rea, ngapain kamu bengong disini?” Kevin bertanya padaku, aku diam, “Rea?”
“Aku hanya sedang memikirkan seseorang,” jawabku sekenanya.
Aku nggak bisa mengatakan pada Kevin kalau kedatanganku untuk menghancurkan keluarganya. Aku juga nggak bisa megatakan kalau aku bukan manusia. Jika aku mengatakannya, aku yakin kepalanya akan sakit sekali.
“Oh ya, ibuku membuat makanan untukmu. Ayo,”
Entahlah, agak membingungkan tapi aku menyukai kehidupan para manusia. Mereka memiliki sesuatu yang benar-benar nggak pernah kutemui.
“Bagaimana, apakah makanan itu cukup baik?” tanya Ibunya Kevin, “apakah kamu menyukainya?”
“Ya, tentu,”
**
Hilang, sisa dua titik lagi karena aku nggak pernah memberikan sedikit pun informasi mengenai keluarga ini atau pun tentang manusia-manusia lainnya.
Aku nggak ingin mereka memanfaatkanku untuk menghancurkan kehidupan manusia.
“Rea,” tiba-tiba Mike muncul di depan mataku, “sudah beberapa bulan kita nggak bertemu. Terakhir kali aku bertemu denganmu ketika kamu menolak untuk disisiku,”
“Apakah kamu ingin aku menyesal?”
“Pikiranku bicara lain,”
Aku memandangnya penuh tanya kemudian kakiku melangkah menjauh darinya. Aku nggak ingin melihat wajahnya lagi.
Bagiku, Mike nggak jahat. Ia baik. Ia dapat berbincang denganku secara baik. Namun, peraturan tetap peraturan. Aku ditakdirkan sebagai mata-mata. Jika aku ingin menghentikan takdirku, jalan satu-satunya aku harus di sisi Mike.
**
Kevin mengajakku jalan-jalan berkeliling kota. Ia mengatakan ada baiknya sesekali mengamati keadaan kota.
“Selama beberapa bulan ini kupikir kita berteman dengan baik, bukankah begitu?” wajah Kevin terlihat senang ketika ia berbicara padaku sekarang, “kupikir, akan lebih baik jika kita bukan sekedar berteman,”
“Aku mengerti ucapanmu tapi, apakah kamu tahu siapa aku?” tanyaku, ia tersenyum kecil, “aku hanya nggak ingin kamu terluka,”
“Bukankah cinta itu butuh sebuah pengorbanan?”
“Tentu tapi bukan dengan kehidupanmu. Apa yang kamu ketahui tentangku, nggak seperti apa yang kamu ketahui,”
**
Titik itu tersisa satu dan mulai memudar. Aku ketakutan tapi aku nggak bisa berbuat apa pun.
“Rea,” Mike memegang tanganku, “sebentar lagi hilang,” ucapnya kemudian ia menunjukkan pergelangan tangannya yang memiliki titik dengan jumlah yang sama denganku, “aku berkorban untukmu. Aku melompat ke jurang yang cukup dalam,”
“Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu bodoh?”
“Kamu tahu, kupikir dulu kamu berteman denganku agar suatu hari nanti aku bisa merubah takdirmu,” jelasnya perlahan, “namun setelah penolakan itu, aku menyadari kamu berbeda,” lanjutnya, “dan kini, aku hanya ingin mencoba berkorban untukmu,”
Aku benar-benar yakin kalau Mike sudah melakukan hal terbodoh dalam hidupnya. Jika sudah seperti ini, ia nggak bisa kembali lagi. Ia harus meneruskan atau ia berhenti, itu saja.
“Kamu mencintai Kevin?” tanyanya, aku nggak menjawab, “kupikir kamu mencintainya karena sikapmu menunjukkan kalau kamu melindunginya,”
“Disini, manusia melindungi bukan sekedar karena cinta. Mereka melakukannya ada peduli sesama manusia. Hal itu berbeda dengan kehidupan kita,” jelasku, “sebentar lagi aku mati dan kamu pun begitu. Apakah kamu bodoh?”
Mike menggenggam tanganku erat kemudian memelukku, “hanya ada satu hal yang bisa membuat kita selamat,” jelasnya, aku menggeleng. Benar, ada satu hal tapi itu terlalu menakutkan, “menjadi pemberontak itu nggak terlalu menyeramkan,”
“Kita akan mati jika gagal,”
“Dan kita akan mati jika nggak mencobanya,” jelasnya, “kita hanya perlu mencoba,” kemudian aku tersenyum ringan. Aku benar-benar yakin kalau hatiku nggak salah telah menuliskan namanya sejak ribuan tahun lalu. Aku hanya mencintainya dan nggak pernah berubah. Penolakanku hanya sebuah pengakuan kalau aku nggak pernah memanfaatkannya, “apakah kamu ingin mencobanya?”
“Kita harus mencobanya bersama-sama,”

TAMAT



Naira - CERPEN oleh Aula Nurul M

‘Entah apa yang terjadi, ini seperti mimpi’

Naira memandang sekeliling, masih tak ada yang berbeda dengan suasana sekolah padahal ia tahu betul seharusnya ada yang berbeda.

“Otak lu baik-baik aja Ra?” Olin ingin memastikan, “bentar, jangan bilang karena Elang? Aduh, udah lagi,”

**

Jarum jam dikelas bagaikan surga dimata Venus. Ia tak henti-hentinya memandang jarum jam itu. Ini bukan karena ia tak betah akan pelajaran yang berlangsung tapi ia ingin menyelesaikan sesuatu.

“Naira?” bisik teman akrabnya, “2 menit lagi selesai,”

Setelah bel tepat berbunyi, kaki Venus langsung tancap gas ke kelas Naira, pacarnya. Namun, ia tak mendapati Naira disana. Ia mendapati Naira duduk di pinggir lapangan bersama Elang. Venus tak cemburu, ia hanya takut Naira kembali pada sisi Elang.

“Kamu marah? Apa kamu marah? Kamu benar-benar marah?” tanya Naira datar, “sepertinya ada yang janggal disini,” ia memandang Venus dan Elang bergantian, “beberapa hari ini..., sudahlah, lupakan.”

**

Olin menyikut Naira setelah Naira selesai menempelkan pengumuman dimading. Tentu saja, Naira tak terima sekalipun Olin merupakan teman baiknya di sekolah.

“Baiklah, akan kita akhiri disini atau setelah pulang sekolah?” Naira menawari, “tapi, apa yang akan kamu dapatkan? Hah?!”

“Apa?” Olin balik tak terima, “sadar diri, pacar lo siapa tapi masih deketin Elang,”

Sekian kalinya Naira lelah mendengar Olin bicara seperti itu. Tak ingin memperpanjang masalah, Naira pergi darisana. Ia mencari-cari Venus yang sudah pasti ada dibelakang sekolah.

**

Jika sebagian orang mendapatkan cinta dengan jalan yang suci, tidak bagi Venus, selagi hal kejam bisa ditempuh mengapa tidak. Seperti itulah jalan pikiran Venus dan seperti itulah ia mendapatkan Naira.

“Tapi belakangan, Naira menyadari sesuatu,” curhatnya pada kakak perempuannya, “apa ini sudah salah sejak awal?”

“Tanyakan pada hati kecilmu,”

Venus menghubungi Naira, kali ini suara Naira lembut. Ia merasa Naira sudah tidak marah lagi padanya.

“Mimpi di sore hari itu mengerikan, benar-benar mengerikan,” celoteh Naira, “aku merasa kamu sedang menyiapkan kejutan,”

Klik, Venus menutup teleponnya. Ia tahu kemana arah pembicaraan Naira namun ia tak ingin membahasnya lebih jauh lagi.

‘apa berbohong hal baik?’


Bersambung...... 








Minggu, 22 November 2015

Untuk Kamu-kamu-dan-kamu

Ini tentang kamu.
Bukan tentang aku.
Atau tentang dia.
Iya.
Ini tentang kamu.



LPM.


Lembaga Pers Mahasiswa.


Tentang UKM yang sempet tidur.
Tentang UKM yang sempet menghilang.


Alasannya?
Banyak faktor.
Faktor yang jelas tidak dapat saya katakan disini.
Yang pasti, bukan karena faktor cinta *abaikan*


Tapi kini UKM ini berjalan lagi.
Dengan orang-orang yang punya semangat juang tinggi.
Dengan orang-orang yang punya tujuan yang sama.
Dengan orang-orang yang baik seperti gue *ups*
Daan dengan orang-orang yang berpikir idealis.


LPM itu sesuatu.
Sesuatu yang apa hayo?
Pokoknya yang namanya pers itu bagi anak-anak LPM sesuatu sekali. Cetar.


Tau gak sih kalau LPM >> Garda Idealisme Mahasiswa?
Hmm..., udah tau atau baru tau?
Mau tau lebih lanjut?
Yuk kenalan sama anak-anak LPM.

Anak LPM ramah kok.
Anak LPM juga baik.
Kita bukan organisasi yang mihak sana atau mihak sini.
LPM itu independen.
Oke.
Sekali lagi.
Independen.


Hmm...,
dua hari ini alias sabtu-minggu, kami, LPM, ngadain Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar. Tau gak kegiatannya apa aja? Gak tau? atau gak mau tau? Mau tau kan pastinya? Kegiatannya menyenangkan. Semua tentang jurnalistik dan prakteknya. Maka dari itu sampe malem kegiatannya.

Lalu, apa yang di dapet dari PJMTD? Dapet temen? oke. Anggaplah dapet temen baru. Jelas! Dapet ilmu? Lebih jelas lagi.

Cumannn dapet itu aja? Heei, tentu tidak. Tentu nggak. Tentu lebih. Satu, kamu akan tahu dasar-dasar jurnalistik, kamu akan tahu apa itu jurnalistik, kamu akan tahu gimana jadi jurnalis yang cetar, kamu akan tahu bagaimana menjadi jurnalis yang baik, dan tentu lebih banyak lagi.

Jadi, untuk seluruh peserta PJMTD, dari sudut pandang gue sih baik-baik aja. Mereka senenng-seneng aja. Mereka gak ngeluh walaupun dikerjain waktu turun ke lapangan nyari berita. Mereka gak ngeluh saat post tes. Mereka gak ngeluh saat dicoret-coret pipinya karena salah jawab pertanyaan. Hmm ^^ artinya mereka gak terbebani dengan ini.

Sekalipun lelah.
Sekalipun hari sabtu sampai malam.
Sekalipun malem minggunya terganggu (bagi yang punya pacar)
Sekalipun waktu tidurnya terganggu.
Tapi akhirnya, semua baik-baik aja.
Gak ada yang perlu dicemaskan.

Kini, kalian, para peserta PJMTD yang akan bergabung dengan keluarga besar LPM >> gue cuman mau bilang 'kalian wow sekali'. Banyak hal yang mau gue ungkapin tapi berhubung bisa panjang ini tulisan >> next time yaa gaes.

Yang jelas, selamat bergabung dengan keluarga besar LPM.
Kita harus memegang tangan bersama-sama. Eratkan. Erat. Jangan dilepas. Membangun LPM lebih baik lagi.

'sayang kalian semua deh'


-Catatan hari ini, 22 november 2015-



Sabtu, 21 November 2015

19 November 2015 - Diary aja kok ^^

Ini mungkin sesuatu yang entahlah unik banget.

Dimulai dari pagi. Berhubung gue baru berobat karena biasalah mungkin pancaroba otomatis gue minum obat. Otomatis gue lemes. Sebenernya gue niatnya gak mau masuk kuliah dulu alias izin lah hari ini. Tapi berhubung hari ini ujian, ya gue masuk. Sebenernya ujian susulan juga gpp cuman terkadang kalau ujian susulan harus nyari waktu yang tepat untuk ngedep dosennya. Itulah yang gak gue mau ^^

Eh ternyata dan ternyata. Dosen yang ngajar ada keperluan mendadak. Ujian batal. Lalu gue ke tempat kawan gue yang namanya Umi Sofiatun. Dengan kepala gue yang masih puzing-puzing otomatis gue tiduran aja tapi namanya gue itu gak bisa bobo nyaman kalau bukan dirumah sendiri. Alhasil, cuman tiduran-tiduran doang aja. Jujur puzing dan lemesnya itu gak nahan tapi lebih pusing waktu gue drop sampe dirawat di RS selama 10 harian pada bulan april kemaren ^^

Kemudian siangnya, ada jam lagi nih. Eh diundur jamnya dan digabung sama anak kelas laen. Ya udah oke aja. Walaupun grrr temen-temen gue itu wow resehnya dibilang gue senenglah, ngerasa beruntunglah. Yaa gue mah nyengir-nyengir aja daripada ngelak dibilan apakali. Biarkan mereka senang.

Next.

Kemudian tibalah pukul 15:00 alias jamnya. Gue itu lagi di gedung PKM untuk nyerahin berkas pendaftaran titipan temen. Lalu gue cepet-cepet kan tuh dalam keadaan puzing. Ehh wow nya ketemu rombongan anak F alias cowok yang dibilang sih katanya gue naksir dia. Mereka bilang gue naksir dia. Mereka loh yang bilang. Gue? mau tau? mau tau banget? kepo sih.

Karena gue rada bingung harus buru-buru juga biar cepet bisa duduk, gue bilang dong ke rombongan anak F yang  disitu "misi-misi" ehh ada kawan sekelas gue si Jati. Yaudah gue manggil tuh anak biar bareng ke lokal. Ehh si Jati malah ngeloyor ke toilet. Bener-bener ini anak. Alhasil gue sendirian.

Sampe lokal, yaa begitu. Udah rame. Beruntungnya, dosennya belum dateng.

Next.

Kemudian, gue duduk manis. Ehh ada si cowok XXX alias yang kata anak E dan F juga beberapa kawan gue bilang 'Aula alias Lala suka sama si cowok XXX'. Gue mah nyengir-nyengir aja. Kalo marah nanti gue darah tinggi. Kalo gue keliatan bahagia seolah nanti gue nge-fans berat sama orangnya padahal kan gue nge-fansnya sama boyband Korea alias sii Big-Bang hihi ^^

Tapi sejujurnya, gue salah tingkah juga.

Ya gimana nggak sih. 3 kawan gue si cewek rempong yang duduknya dibelakang gue itu rusuhnya. Sampe gue dicubit-cubit sama mereka. Si Widya bilang "La, depan lo noh."
Tadi itu duduknya kan berbentuk U kebetulan dia pas didepan gue dan kebetulan dia yang menghadap ke tempat dosen ngomong, gue yang ngadep lurus tepat depan dia padahal kan emang posisinya gitu tapi dasar comelnya cewek-cewek rempong ini jadilah gue malu.

Bukan cuman disitu. Si Anggun lagi manggilin gue dari belakang, "La, biasa aja. Jangan lebay. Jangan salah tingkah." Hello! Gue itu udah biasa aja tapi mereka yang buat gue gak bisa biasa alias karena nahan malu atas kelakuan kawan-kawan gue. Ehh temen gue yang cowok juga ikut-ikutan alias si Sandi sama Khuzain yang ikutan nge-godain cie-cia-cie-cie. Ckck tabah yaa gue.

Gak sampe disitu gaes. Mungkin cobaan orang lagi sakit kali yaah.

Gak cuman mereka tapi diujung sana, 4 temen gue yang cewek ikut cie-cie dari jauh yang jelas buat gue malu setengah mati seolah gue sukanya kebangetan sama cowok itu. Oke-oke. Amanlah kalau yang gosipin cuman kelas gue. Ehh, ternyata bukan. Selain anak kelas gue yang hebohnya memalukan sampe dosennya mungkin heran, untung aja saat itu materi belum dimulai sih.

Anak kelas F itu bener-bener luar biasa. Dikelas gue yang mulutnya horor alias comel, eh dikelas F malah yang cie-cie para mahluk laki-lakinya. Ckck. Daebak!

Pertama, si Kukuh atau siapalah tadi itu anak F yang apakali manggil-manggil si cowok XXX dengan ngomong apalah tadi itu yang intinya nyindir gue. Bukan cuman sekali deh tapi keg nya beberapa kali. Dan nambah lagi, cowok yang duduknya diujung -entahnamanyasiapa- juga ikutan cie-cie manggilin itu cowok. Ya kan gue paham loh itu sengaja nyindir gue. Maluuu hei.

Gak sampe disitu, cowok yang pakaiannya serba merah alias si Rama atau siapalah tadi yang jelas dibarisan dia itu juga ikutan. Kemudian beberapa cowok lagi dikelas F yang ikut cie-cie-cie atau sekedar ngeliatin gue sambil seolah bilang 'udahlah La, kita udah tau'. Yaa otomatis gue jadi salah tingkah loh. Jadi malunya gak nahan. Seriusan aja. Entah mungkin muka gue jadi pucet malu atau apalah tadi itu.

Dan oke, jujur, tadi gue waktu mau ngasih argumen untuk kelompok yang presentasi malah gue kacau. Salah tingkah. Ya gimana enggak sih. Orang gue mau ngomong eh malah di cie-cie-cie segala. Ya kan nggak ada hubungannya sih. Apa hubungan materi sama cie-cie-cie. Alhasil argumen gue kacau amburadul sampe dosennya juga bingung tapi sepertinya dosennya memahami deh kalau otak gue lagi dapet gangguan dari luar wkwk.

Dibilang gue salah tingkah, iya. Kenapa? Ya All! Semua orang disitu berada menyudutkan gue seolah-olah gue suka kebangetan sama cowok yang namanya XXX. Iya atau nggaknya urusan gue. Berasa artis deh di cie-cie-cie gitu haha. Yang jelas sebenernya gue udah biasa aja asal mereka gak rusuh. Bayangkan sih hampir 70an mahasiswa disana dan 80% nya cie-cie-cie atau sekedar ngeliatin dengan tatapan yang gue paham lagi menyudutkan gue atau sekedar manggil nama gue dan cowok itu. Hello! Gue gak marah kok. Hanya saja, gue malu hei malunya gak nahan. Gue gak perlu marah karena mungkin hal seperti ini jadi sesuatu yang bakal jadi kenangan dimasa kuliah. Cumaaaan yaa gak gini juga kali.

Bukannya apa. Gue gak enak sama cowok itu dikira apakali kok gue malah diem aja atau malah senyum, nyengir saat mereka ngomongin gue begitu. Gue takutnya dia mikir, 'ini cewek gak malu apa?' atau dia mikir 'aneh sih' alias jadi ilfil gitu ke gue. Aduhh padahal kan gue gak ada niat. Gue mah kalau di gosipin mana pernah marah. Gue senang-seneng aja selagi gosip itu sesuatu yang wajar. Contohnya saat beberapa waktu lalu ada yang gosipin gue, entahlah, deket sama orang tapi gue nyengir aja, anggep itu sesuatu yang dapat dikenang semasa gue hidup. Gitu. Tapi heei, ini masalahnya 70 orang lebih di dalem ruangan dan kebanyakan ngeliatin gue seolah-olah gue sukanya kabangetan sama cowok XXX. Wow banget sih.

Malu hei malu.

Tapi gue juga gak bisa marah. Gue mah orangnya jujur. Kalau hal itu gak ganggu kehidupan gue yaa gue cukup senyum-nyengir entah apa yang mereka pikirkan.

Herannya, mereka gak pernah nanya sih 'iya' atau 'gak' kebenaran atas argumen mereka yang seinget gue udah dari jaman semester lalu-lalu. Gosip yang cukup melekat lama. Wow kan berasa artis gue

Tapi yaa buat apasih mungkin bagi mereka nanya. Mungkin bagi mereka-mereka-mereka-mereka itu hal semacam ini bisa membuat warna dalam hidup mereka. Mungkin loh. Kalau warna dihidup gue? Jelas. Dengan malunya gue yaampun.


Next.

Pulangnya, gue buru-buru karena harus jemput adek gue sekolah.

Sebelum jemput, gue nganterin kawan gue dulu si Dewi Tradena yang kost-annya gak jauh dari kampus. Dewi Tradena cerita kalau tadi ada cowok dikelas yang waktu gue lagi berpendapat bilang kalau gue ngomongnya sedikit muter-muter karena salah tingkah. Yap! Gue akuin iya. Bukan dia ajasih yang ngomong tapi kawan-kawan sekelas gue juga ngomong kalau gak biasa-biasanya gue begitu. Yaiyalah. Gimana sih, gue ngomong aja mereka pandangannya sambil bisik 'cie, liatin geh depan elo'

Pokoknya wow banget lah hari ini.

Kemudian temen gue cerita kalau sepertinya si cowok itu entahlah, entah sedikit terganggu atau sedikit malu atau entahlah. Yang jelas, gue malu. Gue ngaku malu. Sengaku-ngakunya.

Kalau suruh milih sih, gue mau juga digosipin sama G-Dragon biar masuk berita internasional gitu. Wkwk. Mimpi ya? Iyasih hihi ^^

Eh entah kenapa, tiba dirumah pukul 17:30 sore tiba-tiba demam gue hilang dadakan gitu walaupun puzingnya masih sedikit. Daebak banget. Kali ini gue ucapin makasih sebanyak-banyaknya buat mereka yang bilang itu karena mungkin dilain sisi termasuk obat kali yaa biar gue gak banyak pikiran. Jujur walaupun malu tapi seenggaknya gue tau kalau mereka semua perhatian sama gue makannya sampe bilang gitu. Sampe gue yang salah ngomong aja diperhatiin loh. Bahkan temen sekelas gue ada yang bilang tadi dia merhatiin ekspresi gue berubah atau gak waktu dikongek. Yaampun, kalian terlalu perhatian sama gue sampe segitunya. Berasa istimewa loh gue :*

Tau gini, mending gue di kongek begitu dari minggu lalu biar gak perlu ke dokter gitu. Biar gak minum obat dan dengerin dokternya berceramah. Dan irit dana juga ^^


Sembuh loh gue :* Thanks yaa


Jadi inget kejadian waktu gue demam tinggi beberapa hari ehh dibawa maen sama sohib-sohib gue kemudian tiba-tiba demamnya ilang padahal sempet kelupaan gak minum obat. Daebak!

Artinya, hal tadi secara gak langsung sih cukup membuat gue lebih rileks. Berhubung kemaren gue banyak pikiran eh tiba-tiba ada hal yang kata gue cukup entahlah, sedikit membuat gue senyum. Unik. Menarik. Mungkin kekanakan banget cie-cie-cie itu seperti anak SD tapi jujur, hal ini mungkin yang akan gue kangenin suatu hari nanti di masa-masa kuliah. Masa dimana saat saling ngejek, saat saling ngongek, dan lain-lainnya.

Tapi diluar itu. Mian. Maaf. Sorry. Untuk cowok yang namanya XXX (sensor). Gue gak ada maksud kok buat lo mungkin terusik. Gue gak marah bukan artinya gue pengen buat lo bete tapi yaa gue gak bisa marah sama temen-temen gue sendiri toh mereka gak ganggu hidup gue sih ^^ Maaf. Kalau misal lo merasa terusik yaa bilang aja sama temen-temen sekelas lo untuk berhenti bilang begitu ^^

Kamis, 19 November 2015

Jenis-Jenis Wakalah

> Wakil bil Kusoomah : mengambil alih beragam perselisihan/kasus atas nama principal)

> Wakil bil Taqazi al Dayn : penerimaan uang

> Wakil bil Qabaza al Dayan : kepemilikan utang

> Wakil bil Bai' : keagenan untuk perdagangan

> Wakil bil Shira : Keagenan untuk pembelian


Keagenan atau pendelegasian wewenang diperbolehkan oleh naskah syariah. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah mendelegasikan pekerjaan pembelian seekor kambing untuknya kepada seorang sahabat atas nama 'Urwah al Barqi'. Selain itu, Kalifah Saleh keempat, Hadrat Ali, dan beberapa sahabat A.S mendelegasikan bisnisnya ke orang-orang lain pula.

Subjek keagenan atau tindakan yang dilakukan oleh agen seharusnya diketahui/didefiniskan. Jika keagenan adalah untuk pembelian barang, marga, jenis, kualitas, dan beberapa atribut penting lain dari komoditas yang akan dibeli haruslah disebutkan. Keagenan tidaklah diperbolehkan untuk tindakan yang dilarang dalam syariah atau tindakan yang melanggar aturan, seperti mencuri, perebutkan kuasa atas properti, atau pelaksanaan bisnis yang berbasiskan riba.


















sumber : Buku UNDERSTANDING Islamic Finance oleh Muhammad Ayub, Penerbit GPU 

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...