Minggu, 30 Agustus 2015

NOVEL - Belum Ada Judul



Tokoh yang akan muncul : 
- Feroya
- Darren
- Allie
- Zelvio
- Arnove
- Ellnor
- Lucy
- Raja
- Para Goblin
- etc


BAB 1

Kedua bola mata Feroya mengeluarkan cahaya putih, bersinar, sangat terang, dan tajam. Tampak seperti bintang ditengah malam. Ia tak melepaskan tatapannya pada seekor tupai yang masuk kekamarnya serta memecahkan kotak kaca berisi cincin kesayangannya.

“Harus ada bayaran yang setimpal,” ia mendekati tupai tersebut. Tampak tupai itu mematung kemudian bergetar hebat. Ia ketakutan. Ia tahu kalau Feroya bukan manusia, “aku akan melakukan sesuatu.”

Ayah yang tahu kalau emosi Feroya sedang tak terkendali segera berlari menuju kamarnya. Ia memberi tanda pada tupai tersebut untuk pergi sedang Feroya masih mengeluarkan cahaya putihnya. Cahaya itu tak juga kunjung padam bahkan ketika Ayah menenangkannya. ‘putri kecilku akan menjadi sangat kejam jika ia salah langkah’

Kemudian Mama yang mendengar ada keributan ikut menenangkan Feroya. Tampak tanda-tanda penuaan darinya. Usianya hampir memasuki kepala empat. Sedangkan suaminya masih tampak muda begitupun dengan putri kecilnya yang akan tetap muda. Tentu saja, mereka berbeda.

“Sayang, tenangkan dirimu. Lihat Mama,” ia memegang pipi Feroya, Feroya mulai melunak. Perlahan, cahaya itu padam. Tatapan mata Feroya berubah normal, “Mama akan membuatkan sesuatu agar kamu lebih tenang.”

Ayah duduk disamping Feroya. Ia mengingatkan putrinya agar terus belajar mengontrol emosinya karena jika hal buruk terjadi, hati Feroya akan terluka.

“Kenapa aku berbeda? Orang-orang mengatakan kalau aku itu sempurna. Sangat sempurna. Tapi, aku sadar kalau sejujurnya, aku berbeda dengan mereka. Sampai kapan aku harus menyembunyikan ini dari orang lain? Terutama, menyembunyikan dari teman-temanku.” Ucapnya tenang, tanpa amarah ataupun kesedihan.

Mendengar putrinya bicara seperti itu, Ayah mengerti kalau hidup Feroya lebih berat dibandingkan dirinya yang bertahan di dunia manusia. Itu karena saat Feroya marah, ia bisa membahayakan dunia manusia juga membahayakan dunia BE.

“Ayah, orang-orang di BE sama sepertiku dan ayah bukan? Aku ingin tinggal disana. Mungkin disana, aku bisa jujur dengan identitasku sebenarnya,” ia mengutarakan keinginannya saat ini tapi Ayah menolak karena tetap saja Feroya berbeda dengan penduduk di BE. Bukan karena Feroya lahir dari campuran manusia dan mahluk BE tapi karena memang Feroya ditakdirkan berbeda oleh alam, “baik, karena dari semua, hanya aku yang memiliki cahaya putih bukan biru seperti ayah.”

Kaki Feroya melangkah mendekati pintu. Ia meminta ayahnya keluar agar dapat menenangkan pikiran. Ayah pun keluar kemudian teringat kejadian beberapa tahun lalu ketika seorang wanita paruh baya mengendarai sebuah mobil dan bertabrakan dengan motor kesayangan Feroya. Gadis itu marah. Ia menatap tajam wanita itu kemudian berkedip, seketika wanita itu kehilangan nyawanya. Dan setelahnya, Feroya menyesal. Ia benar-benar kesulitan mengontrol emosinya ketika sesuatu yang ia sayangi dirusak.

**

“Feroya! Feroya!” seseorang berlari mengejar Feroya, “aku hanya ingin mengembalikkan ini. Sampai bertemu dikelas. Kuharap, kita masih berteman,” cowok itu tak lain mantan pacar Feroya sekaligus teman sekelas Feroya. Mereka baik-baik saja bahkan putus dengan baik-baik. Dalam hati kecil Feroya, ia hanya takut ketika ia menjalin hubungan lebih jauh yang mengakibatkan identitasnya terungkap. Ia takut kehilangan dan ia sangat membenci kehilangan.

Didalam kelas, Feroya memilih lebih banyak diam. Sesekali ia memperhatikan mantan pacarnya kemudian berusaha meyakinkan dirinya kalau semua ini baik-baik saja toh ia belum sempat jatuh cinta. ‘aku gak tau apakah nantinya aku akan hidup dengan seorang manusia seperti ayah atau hidup dengan mahluk BE. Mengapa aku berbeda bahkan diantara mahluk sejenisku?’

“Feroya, ada apa?” tanya temannya, “biasanya seorang Feroya sangat ceria tapi hari ini terasa aneh.”

Tak ada jawaban yang diberikan Feroya. Ia memilih bisu.

**

Ayah kedatangan seorang tamu yang tampak jelas kalau matanya sesekali bercahaya biru. Tentu, ia mahluk BE. Kedatangannya membuat istrinya kesal dan memilih untuk tak menyapa tamu tersebut. Sedangkan Ayah sudah tahu kalau akan ada saatnya hal seperti ini terjadi.

“Putrimu harus kembali setidaknya ia pernah menginjakkan kaki di tanah BE.” Pria itu memberikan beberapa lembaran kertas berisi surat kepemilikan sebuah rumah kecil di daerah pinggiran BE, “anak-anak yang terlahir dari percampuran manusia dan mahluk seperti kita setidaknya harus pernah menginjakkan kaki di BE. Seperti putriku juga dan kini putriku memilih tinggal disana.”

Pikiran ayah bimbang. Siapapun tak ada yang tahu kalau putrinya berbeda dengan mahluk BE lainnya dan ayah selalu ingin menyembunyikan itu. Ia tahu jika nyawa Feroya dalam bahaya dan akan menimbulkan pertentangan di BE.

“Pikirkanlah. Jika menolak, prajurit kerajaan akan menghukum dirimu dan putrimu.” Pria tersebut ingin pamit pergi tapi tiba-tiba Feroya menampakkan wajahnya. Ia tersenyum menyapa pria tersebut. Pria tersebut tersenyum dan mengatakan kalau Feroya mirip dengan putrinya yang jarang menampakkan sinar biru matanya, “percampuran manusia dan mahluk BE memang mengesankan. Datanglah ke BE, banyak anak-anak sepertimu dan kamu tidak akan dikucilkan.”

“Bailah. Aku akan datang sendiri.”

Mendengar keputusan Feroya, Ayah tak bisa menghentikannya. Ia tersenyum pada putrinya kemudian setelah pria itu pergi, ayah memberikan beberapa penjelasan serta penekanan agar Feroya harus menyembunyikan sinar putihnya apapun yang terjadi.

“Artinya aku gak boleh marah, gak boleh sedih, gak boleh dendam, gak boleh dengan sengaja mengeluarkannya, dan sebagainya. Aku ingat itu karena sudah 16 tahun aku menyembunyikan itu.” Feroya memeluk ayahnya, “aku gak tau semenyeramkan apa BE itu karena mereka akan membunuhku dan ayah kalau aku gak tinggal disana walau hanya sesaat. Bagaimanapun juga, aku harus menginjakkan kaki disana lalu aku kembali ke rumah, dan kita akan tetap hidup.”

Senyum ayah mengembang kemudian ayah meminta agar Feroya memperbaiki cara bicaranya tersebut tapi Feroya menolak, “Ayah, menurut buku peraturan BE, anak yang lahir dari darah campuran hanya akan menjadi orang pinggiran di BE. Bukankah itu sangat baik jadi aku gak perlu banyak berinteraksi dengan orang bahkan bicara sopan.” Mendengarnya, ayah tetap mengingatkan agar Feroya bicara dengan hormat terhadap para penduduk BE, “ya, baiklah. Aku mencintaimu, Ayah.”

Tak menunggu waktu lama, Feroya mengemasi beberapa barang yang diperlukan kecuali pakaian karena pakaian disana akan berbeda. Berbeda dengan Ayah, Mama justru mengatakan pada Feroya jika dalam keadaan bahaya maka Feroya boleh mengeluarkan cahaya putihnya dan melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya.

“Mama tahu, kamu dapat menghancurkan BE saat emosi kamu berada di titik tertinggi. Walaupun Mama khawatir tapi Mama senang karena kamu bisa melindungi dirimu. Dan, berhati-hatilah dengan orang-orang disana, Mama takut jika ada yang berpura-pura baik kemudian menghancurkanmu.” Ucap Mama begitu khawatir karena ia tahu ketika identitas Feroya diketahui maka akan ada orang-orang yang berniat jahat.

“Aku mencintai Mama. Tenang saja, aku akan baik.”

Ketika Ayah mengatakan akan mengantar Feroya ke BE, ia menolaknya. Ia tahu caranya kesana seorang diri. Dengan terpaksa, Ayah membiarkan Feroya pergi bersama serbuk putih.


BAB 2
Langit-langit rumah Feroya di BE penuh kotoran bahkan lantai rumahnya pun bertumpuk debu ditambah perapian yang terlihat menyedihkan. Tapi untungnya pintu dan jendela berfungsi dengan baik. Ia mengunci semua pintu dan jendela serta memastikan tak ada orang yang melihat kearah rumah bahkan sekalipun itu hewan.

Senyum Feroya mengembang, ia menutup mata dan menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannnya perlahan sembari membuka matanya. Cahaya putih itu keluar dari matanya. Dengan tenang, Feroya mengelilingi setiap sudut rumah tanpa tertinggal satu sudutpun. Kemudian, ia menutup matanya beberapa detik dan ketika ia membuka matanya, rumah itu menjadi bersih. ‘baiklah, ini cukup. Aku akan tidur sepanjang hari bahkan untuk hari-hari berikutnya.’

Benar saja, selama dua hari dua malam, Feroya tertidur. Ia malas keluar karena menurutnya orang-orang di BE tidak menyenangkan apalagi mata mereka berbeda dengannya. Namun perutnya berkata lain.

“Ayah!” ia memanggil ayahnya seperti kebiasaannya dirumah namun ketika ia ingat ada dimana, ia pun memilih berjalan keluar rumah seorang diri. Dilihatnya peta petunjuk jalan menuju bank BE. Betapa terkejutnya Feroya ketika mengetahui kalau dirinya begitu kaya, “waah, ini luar biasa. Bagaimana caraku menghabiskan? Ini sangat banyak!” Ia tertawa puas.

Bank BE berbeda dengan bank yang Feroya tahu karena disana tak ada seorang petugas bank bahkan orang yang menjaga bank pun tidak ada. Feroya hanya memasukkan matanya pada sebuah dahan pohon kemudian ia bisa membuka sebuah ruangan besar yang tertulis namanya. ‘ayah benar tentang diriku yang merupakan gadis terkaya di BE. Sayang, aku tidak dapat membawa ini ke dunia manusia.’ Kemudian, ia melangkah meninggalkan bank.

“Kamu anak manusia?” seorang pemuda menyapanya, “Zelvio,” ia memperkenalkan diri dengan membungkukkan badannya, “siapa namamu?”

Feroya pun memperkenalkan dirinya, “tapi, gimana kamu bisa tau kalau aku lahir dari seorang manusia?” tanyanya curiga, ‘jangan-jangan, ia orang jahat’ ia pun waspada tapi pemuda itu terkekeh, “hei! Kenapa?”

“Tentu saja aku tahu, lihat pakaianmu, jelas dari pinggiran BE. Dan tadi, ekspresi wajahmu begitu lucu ketika daun itu melihat matamu.”

Mendengar penjelasan Zelvio tersebut membuat Feroya lega. Ia melemparkan senyum manisnya sehingga sesaat Zelvio mematung terpesona akan senyum dan kecantikan Feroya, ‘aku jarang sekali bermain ke pinggiran BE. Apakah gadis-gadis disana cantik sepertinya? Ah! Seharusnya aku melihat lebih banyak gadis cantik’

Iseng, Zelvio mengikuti Feroya ke pasar untuk membeli makanan. Ia juga memberikan rekomendasi makanan untuknya. Dengan senang hati Feroya membelinya. Ia juga terkesan dengan rasa makanan yang baru pertamakalinya ia makan.

“Ini unik. Sangat unik. Aku cukup senang tinggal disini. Ohiya, dimana rumah kamu?” tanyanya, Zelvio mematung, “ah, ayahku mengatakan kalau orang yang tinggal di pinggiran itu tak pantas bergaul dengan darah murni sepertimu. Aku paham.” Ia membungkuk setengah badan untuk memberi salam perpisahan, “terimakasih atas bantuan kamu.” Tambahnya mencoba sopan.

Didalam rumah, Feroya tersenyum bahagia dan tampak matanya mengeluarkan sedikit cahaya putih. Meyadari itu, Feroya mengatur nafasnya dan seketika cahaya itu padam. Ia senang telah bertemu pemuda baik ketika disini walaupun nantinya ia yakin tak akan bertemu lagi.

‘Mama. Aku sangat kaya disini. Tabunganku luar biasa tapi kenapa aku harus tinggal dirumah kecil ini dan gak bisa membeli pakaian mahal?’ ia mengeluh, ‘apakah itu akan menimbulkan kecurigaan mereka? Tapi, sebentar,’ Feroya memutar kepalanya dan mendapat ide, ‘ya! Aku bisa membeli pakaian mahal dengan mengatakan kalau aku hanya tinggal sebentar jadi tak masalah uangku habis’ ia tersenyum senang walaupun pada kenyataannya kekayaan Feroya di BE tak akan pernah ada habisnya. Seperti takdirnya, ‘seandainya ini bisa kubawa ke dunia manusia, bukankah aku bisa terus berbelanja? Argh! Kenapa hanya disini aku memilikinya!’

**

Zelvio berlatih pedang dengan kakaknya, Arnove. Ia menantang Arnove kalau kali ini ia akan memenangkan pertandingan. Sayang, hal itu tak sesuai keinganannya karena pada akhirnya, Arnove memenangkan pertandingan itu.

“Berlatihlah lebih sering lagi. Aku akan memberimu hadiah jika menang melawanku.” Ia menepuk pundak Zelvio kemudian pergi dengan senyum licik diwajahnya. Dalam hati kecilnya, ia menganggap kalau Zelvio benar-benar seorang pangeran bodoh. Ia senang karena hal itu menguntungkannya, ‘Zelvio tidak akan menghalangi jalanku. Pangeran bodoh sepertinya, bisa apa dia?’

Sedang Zelvio yang tak tahu apa-apa selalu berpikir positif tentang kakaknya walaupun ibunya selalu mengingatkan jika ia harus berhati-hati dengan Arnov. Walaupun mereka kakak beradik tapi Arnove dan dirinya tetap berbeda ibu.

Pikiran Zelvio kacau ketika mengingat nasehat ibunya dan juga kebaikan kakaknya. Tak mau ambil pusing, ia mengingat kejadian di bank dan dipasar. Tentu saja siapa lagi kalau bukan Feroya. ‘Sangat cantik, tidak membosankan, sangat damai ketika didekatnya, tenang, dan entah apalagi. Gadis yang sangat berbeda. Luar biasa’

Beberapa saat kemudian, ia sudah berada disebuah ruangan dengan memegang sebuah kotak berisi liontin setengah bulan pemberian ibunya. Di pegangnya dengan erat liontin itu kemudian disimpannya kembali. Hanya itu kenangan ibunya yang tertinggal.

“Pangeran,” seorang pengawal mengingatkannya jika sebentar lagi jam makan malam dan ia harus datang.

“Baiklah. Sampai kapan aku harus tinggal disini? Lebih menyenangkan bermain-main diluar sana.”

**

Zelvio kembali berkeliling BE. Ia memutuskan untuk pergi ke hutan karena sudah bosan berkeliling kota namun tiba-tiba langkahnya berbelok dan memilih ke pinggiran BE yang merupakan perkampungan sederhana.

Ia merasa akan ada gadis yang lebih cantik dari Feroya dan itu akan membuatnya senang. Sejak ibunya meninggal, ia lebih suka bermain-main bahkan bertemu dengan para gadis. Ia berpikir kalau statusnya sebagai pangeran sama sekali tidak menyenangkan.

“Kenapa semua sama saja?” gumamnya, pengawalnya bertanya hal apa yang Zelvio maksud, “gadis-gadis ditempat ini. Kenapa mereka biasa saja? Kemarin aku bertemu dengan gadis yang sangat cantik,”

“Pangeran, pelankan suara anda.” Pengawalnya mengingatkan agar Zelvio tidak membuat masalah untuk raja, “sebaiknya kita kembali.”

“Jangan sebut aku seperti itu. Penduduk bisa mengenaliku!” ia mengingatkan dengan tegas, “jika bicara hal tidak menyenangkan lagi, aku akan kabur.” Ia mengancam, “ah! Sekarang aku harus mencari si cantik itu. Wajahnya benar-benar membuatku bingung.”

Satu demi satu rumah diintai olehnya namun tak juga menemukan Feroya hingga ia menemukan rumah yang tampak menyedihkan dari luar. Iseng, ia langsung mengetuk pintu dengan sopan. Betapa terkejutnya ia ketika yang membukakan pintu adalah Feroya. Tanpa permisi, ia langsung masuk ke dalam dan duduk manis. Pengawalnya hanya bisa memandang kesal atas tindakannya.

“Dari luar, rumah ini menyeramkan seperti orang pemalas yang tinggal. Tapi ketika aku masuk, luar biasa, begitu bersih,” ia memuji dengan tulus, “apakah kamu gak memberikanku dan temanku minum?” tanyanya, Feroya menggeleng, sedangkan pengawalnya kesal karena lagi-lagi harus berbohong pada orang, “aku ini tamu.”

“Bukan seperti itu, hanya saja, oke, baiklah,” ia pergi sebentar ke dapur dan hanya memberikan segelas air mineral, “dirumahku gak ada apapun. Aku jujur.” Katanya santai, “kenapa kamu gak membawa sesuatu ketika kesini?”

Mendengarnya, Zelvio terkejut begitupun dengan pengawalnya yang merasa kalau gadis itu sangat tak sopan bahkan untuk orang sederajat gadis itu pun termasuk tidak sopan. Pengawalnya hampir marah tapi Zelvio memberi kode bahwa itu baik-baik saja.

“Karena aku tidak membawa sesuatu, bagaimana kalau kita makan dikedai yang cukup terkenal. Aku akan mentraktirmu,”

Mendengarnya, Feroya senang sampai hampir saja matanya mengeluarkan cahaya putih tapi ia berhasil mengontrolnya. Baginya, ia telah mendapatkan seorang teman baik. Ia pun mengajak pengawal Zelvio yang dikiranya teman Zelvio untuk ikut tapi tentu saja Zelvio memiliki cara agar mereka hanya pergi berdua.

Dalam perjalanan kembali ke kerajaan, pengawalnya bergumam bahwa pangeran benar-benar kelewatan batas jika memiliki hubungan dengan gadis dari pinggiran BE. Tak hanya bergumam tapi ia juga terus mengeluh sampai keluhannya tak sengaja terdengar Arnove.

Tampak rona kebahagiaan diwajah Arnove ketika mengetahui adiknya mendekati gadis yang tak bernilai, ‘baiklah, itu akan membuatmu tak bisa menggapai tempatku.’ Kakinya kembali berjalan dengan gayanya yang seperti penguasa dan seolah-olah nantinya ia akan menduduki kursi sebagai raja.

Sedang ditempat lain, Zelvio terus bercerita pada Feroya mengenai beberapa hal lucu dan menarik. Mereka langsung akrab bahkan Feroya sempat memukul tangan Zelvio karena lucunya ceritanya. Untung saja, ia masih ingat untuk mengontrol emosinya sehingga matanya tak berubah.

Tiba-tiba, sebuah anak panah meluncur bebas hampir mengenai Zelvio. Untung saja Zelvio berhasil menangkapnya. Ia terkejut ketika tahu kalau panah tersebut merupakan panah merah, tanda ancaman.

“Wow! Luar biasa!” Feroya tepuk tangan karena melihat Zelvio bisa menangkap anak panah itu, “apakah kamu seseorang yang memiliki kekuatan lebih? Bagaimana bisa? Ceritakan padaku. Itu luar biasa.”

“Kamu berpikir ini lucu dan luar biasa?” tanyanya, Feroya mengangguk, “panah ini bisa membunuhku!” ia kesal karena dianggap hal lucu oleh gadis dihadapannya, “menurutmu, apa yang akan kamu lakukan jika panah ini ditujukan untukmu? Apa kamu akan membuat perhitungan dengan orang itu?”

Tampak Feroya berpikir dengan memegang kedua kepalanya. Ia melihat anak panah itu dan menutup matanya. Ia tahu siapa yang melepaskan anak panah itu dan itu sengaja dilakukan untuk mencelakai Zelvio.

“Yang kulakukan adalah mencaritahu siapa yang melakukannya kemudian membuat perhitungan. Tapi, kenapa kamu duduk manis disini bukannya mencari tahu?”

“Aku tahu siapa yang melakukan ini,”

Jelas saja. Zelvio tahu jika yang melakukan ini adalah orang-orangnya ratu atau lebih tepatnya ibu tirinya, ibu kandung Arnove. Ia tahu sejak dulu wanita itu selalu menginginkan kematiannya karena ia bisa menggoyangkan kedudukan Arnove. Padahal, dalam hati kecilnya, ia tak berniat mengganggu kedudukan Arnove sebagai pewaris kerajaan.

“Kamu tahu? Waah. Luar biasa. Aku tebak, pasti orang terdekat kamu yang melakukannya. Benar bukan?” tanyanya yang langsung diiyakan oleh Zelvio, “jika aku jadi kamu, aku akan sedih dan sakit hati. Kulihat, kamu baik-baik saja.”

“Aku berterimakasih karena setidaknya, aku masih hidup.” Ia melemparkan senyum simpul pada Feroya sehingga Feroya merasa kalau Zelvio benar-benar pemuda yang kuat lebih kuat dari orang-orang yang dikenalnya, "kenapa kamu berpikir seperti itu?”

“Karena menahan sakit yang seperti itu begitu berat.” Ia pun memberi saran agar sesekali Zelvio melawan atau membalas, “Ayahku selalu bilang untuk tidak marah atau membalas perbuatan buruk yang ditujukan untukku tapi ibuku bilang sesekali aku boleh melakukannya jika aku merasa begitu sakit hati.”

Ucapan Feroya mendapat tempat tersendiri dikepala Zelvio. Ia mengucapkan terimakasih dan buru-buru pergi tanpa membayar makanan. Melihatnya, Feroya tertawa kecil kemudian membayar makanan yang ternyata cukup mahal, ‘untung saja aku memiliki banyak uang. Apakah ini ada hubungannya dengan mata bintangku?’

Ingat belum membayar makanan, Zelvio berbalik lagi tapi Ia terkejut ketika mengetahui Feroya telah membayarnya, ‘apa ia memiliki uang sebanyak itu? Bukankah harga apa yang kami makan sama dengan harga rumah kecilnya itu?’ tak mau ambil pusing, Zelvio kembali melanjutkan perjalanannya kembali ke istana.

Ia membalas perbuatan ratu dengan cara lebih banyak membaca buku secara diam-diam bahkan sesekali membaca buku pewaris tahta yang sebelumnya tak pernah ingin ia sentuh. Tak hanya itu, ia juga mencoba berlatih pedang seorang diri didalam hutan.

Berminggu-minggu ia terus berlatih tanpa menemui Feroya lagi. Ia terkadang merindukan senyum gadis tersebut tapi tekadnya sudah bulat.

Sedang ditempat lain, Feroya lebih banyak mencoba makanan dan sesekali berbelanja di kota bahkan makan dikedai dekat kerajaan yang terkenal begitu mahal. Ia tak peduli toh itu uang miliknya sampai seorang gadis muda bedarah bangsawan menegurnya.

“Dari caramu berpakaian sepertinya kamu tinggal cukup jauh dari tempat ini. Apakah pekerjaanmu menipu para bangsawan sehingga dapat makan ditempat ini?”

“Apa? Ulangi? Kamu bicara apa?” tiba-tiba emosi Feroya hampir keluar tapi ia ingat pesan ayahnya agar tetap bertahan, “aku gak akan bicara sopan atau apalah padamu. Kalau kamu ingin makan, makan saja, jangan menggangguku seperti kucing kelaparan.” Ia menghina gadis bangsawan itu dengan tajam sehingga gadis itu menampar Feroya.

Para pengunjung kedai langsung mengarahkan pandangan mereka semua. Tentu saja mereka terkejut karena gadis bangsawan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah tunangan Arnove, pengeran BE.  Mereka yang takut akan Lucy, nama gadis itu, hanya diam membeku.

“Belajarlah cara bicara yang baik padaku.” Gadis itu menatap tajam sedangkan Feroya menutup mata lalu melemparkan makanan ke kakinya, “a..apa ini?” gadis itu terkejut karena ia merasa telah dipermalukan.

Sedang Feroya yang kesal langsung membayar makanannya dan pergi ke hutan untuk mencari ketenangan. Ia benar-benar kesal.

‘Gadis itu menyebalkan! Jika aku gak ingat ucapan ayah mungkin ia tidak bisa bicara lagi esok hari! Sial!’

Matanya mengelilingi hutan yang tampak sejuk. Sesekali Feroya mengambil beberapa buah-buahan terlarang dihutan kemudian memakannya seolah ia berhak memakan buah-buahan itu. Sayang, tindakannya menyebabkan masalah. Seorang goblin memintanya membayar.

“Ini hutan! Kenapa aku harus membayar! Dan siapa kamu? Kenapa telingamu aneh? Dan kenapa dengan hidungmu yang begitu panjang itu?” Feroya mencoba memegang hidung goblin tersebut tapi ia mengurungkan niatnya, “maaf, aku tidak sopan,” ia membungkuk hormat, “berapa aku harus membayarnya?”

“Bayar dengan semua yang kamu miliki,” mata goblin itu memerah, “serahkan nyawamu karena melanggar peraturan.”

“Mata merah! Cahaya merah! Kamu siapa? Kamu bukan mahluk BE!” Feroya terlonjak kaget dan tiba-tiba matanya mengeluarkan cahaya putih, “argh! Sial! Ini karena aku terkejut!”

Goblin tersebut pun ikut terkejut. Ia langsung berlutut hormat didepan Feroya. Tentu saja Feroya bingung dan ia langsung memadamkan cahaya matanya, “a..ada apa? Argh! Tutup mulutmu mengenai cahaya putihku maka aku akan tutup mulut mengenai mata merahmu! Kamu juga berbeda denganku!”

Senyum simpul diberikan Goblin tersebut padanya. Ia menjelaskan bahwa mata merahnya bukan perbedaan karena dirinya memang goblin dan hal wajar goblin memiliki mata merah. Itu bukan perkara.

“Oke. Tapi sepertinya aku harus berbuat sesuatu,” ucap Feroya yang membuat goblin tersebut tiba-tiba melayang. Ia meminta maaf dan memang tugasnya untuk menjaga hutan ini serta ia mengatakan kalau ia berada di pihak Feroya, “pihakku? Pihak apa?” ia pun menurunkan goblin tersebut.

Mencari tempat aman, goblin tersebut membawa Feroya masuk kesebuah pohon. Ia tiba-tiba bisa menembus pohon itu padahal mahluk BE lainnya tak bisa. Sedang goblin tersebut bisa melakukannya karena ia memang penjaga semua pohon dihutan.

“Nona, sangat berbahaya berjalan seorang diri diluar. Kapan nona datang ke BE? Apakah nona baik-baik saja? Mereka tidak menyakiti nona?”

Mendengar hal itu, Feroya bingung tapi kemudian ia mulai paham, “ah! Iya-iya, ayah pernah mengatakan tentang goblin. Ayah mengatakan kalau kamu mahluk yang begitu ramah hanya untukku saja. Sebenarnya, apa keistimewaanku? Ah! Ini karena takdirku dengan mataku yang berbeda.” Ia tersenyum, “Tn.Goblin, siapa namamu?”  goblin tersebut menulis dengan api diudara, “Ellnor, oke, Tn.Ellnor.”

“Tidak nona. Panggil saja hamba dengan nama,” pintanya, Feroya mengangguk, “jika nona sudah lama disini dan baik-baik saja, apakah nona menyembunyikan jati diri nona?” ia dengan enteng mengangguk. Goblin tersebut senang. Tiba-tiba Feroya ingat kalau belum membayar buah yang telah dimakannya, “nona tidak perlu membayarnya. Nona dapat memakan sebanyak apapun yang nona inginkan. Jika nona perlu bantuan, kami para goblin akan membantu nona dengan seluruh kekuatan kami.”

Feroya menggeleng, “gak usah membantuku dengan kekuatan kalian. Cukup biarkan aku makan buah yang ada dihutan. Rasanya menyegarkan sekali,” kemudian dengan sopan dan hormat, ia meminta izin secara formal. Ellnor tak enak hati. Ia meminta Feroya agar bersikap sesuka hatinya dan tak perlu izin untuk menjelajahi hutan bahkan seluruh tempat di BE.

Dengan wajah tenang, Feroya keluar dari pohon tersebut. Ia terus mencoba berbagai buah aneh yang tidak pernah ia temui sampai akhirnya ia menemukan Zelvio sedang berlatih pedang dengan seseorang. Tak pikir panjang, ia menghampiri Zelvio dan mengatakan senang bertemu dengannya.

“Kebetulan aku membawa ini, kamu mau? Rasa buah ini benar-benar menyegarkan.” Zelvio dan pengawalnya saling pandang. Mereka terkejut mendapati Feroya memakan buah yang begitu mahal dimata para penduduk BE apalagi harus menghadapi para goblin yang menjaganya, “aku sudah membayarnya. Kalian mau? Ini gratis.”

Pengawal Zelvio curiga kalau bisa saja Feroya adalah gadis bangsawan yang menyamar tapi berbeda dengan Zelvio, siapapun Feroya, gadis biasa atau bangsawan, gadis itu telah merubah pemikirannya. Ia pun dengan senang hati memakan buah yang dibawa Feroya.

“Hanya bangsawan dan keluarga kerajaan yang mampu membeli buah dari hutan ini. Jangan-jangan, kamu menjual rumah dan menghabiskan tabunganmu hanya untuk ini?”

Tidak ada jawaban dari Feroya. Ia terus makan kemudian meminta pedang Zelvio dan mencoba mengayunkan pedang kesana-kemari seperti anak kecil.

Sibuk dengan pedangnya, Feroya tak mempedulikan perbincangan Zelvio dan pengawalnya. Pengawal tersebut merasa jika Feroya sedang mendekati Zelvio dan mengetahui Zelvio adalah pangeran atau bisa saja Feroya adalah orang suruhan ratu yang berusaha menjebaknya.

“Hei, aku melihat ekspresi kalian aneh. Kalian membicarakanku? Kamu, ya, kamu,” ia menunjuk pengawal Zelvio, “kamu berpikir aku mendekati Zelvio? Argh! Aku memiliki pacar! Namanya Darren tapi kami sudah putus. Walaupun begitu, aku gak berniat menjalin kisah cinta ditempat ini. Aku ingin kembali bersama orang tuaku!”

Pengawalnya jadi tak enak hati sedang Zelvio tersenyum senang mengetahui bahwa gadis tersebut ternyata tidak memiliki kekasih.

**

Sinar bulan berusaha masuk kedalam kamar Zelvio tapi gagal akibat sesuatu yang menghalangi. Apalagi kalau bukan Arnove yang melakukan dengan sengaja. Ia senang jika Zelvio tak pernah merasakan tidur dibawah sinar bulan.

Sayangnya, hal tersebut tak membuat Zelvio sedih atau marah. Ia justru terus teringat wajah Feroya serta tenangnya Feroya ketika memakan buah di hutan, ‘gadis itu tidak takut apapun. Ia tidak takut pada goblin dan ia tidak takut berjalan dihutan seorang diri. Ia juga bukan gadis penuh ambisi mengerikan seperti para gadis bangsawan kebanyakan. Dan ia juga tampak bukan seperti gadis yang menginginkan kekayaan’

Diam-diam, pengawal setianya memperhatikan. Ia yakin jika pangeran sedang jatuh cinta tapi ia khawatir kalau pangeran salah jatuh cinta, “anda baru mengenalnya beberapa waktu. Bukankah anda terlalu terburu-buru?”

“Kamu bukan sekedar pengawal tapi sahabatku. Bukankah kamu tahu kalau aku tidak pernah benar-benar menyukai seorang gadis sebelumnya? Aku hanya terus bermain-main dengan menggoda para gadis cantik tapi kali ini, aku mulai memikirkan satu gadis yang sama setiap waktu.”

Zelvio meminta pengawalnya mendekat ke jendela. Ia mengatakan sinar bulan pasti membuat keluarga kerajaan begitu tidur nyenyak kecuali dirinya tapi mengingat wajah Feroya adalah lebih indah dibanding sinar bulan.

“Pa..., pangeran, disebelah bulan. Bulan itu,” ucap pengawalnya terbata-bata ketika melihat beberapa bintang muncul didekat bulan. Sontak, Zelvio terkejut begitupun dengan seluruh anggota kerajaan dan para penduduk BE. Sedang para goblin dihutan tersenyum karena sudah saatnya BE kembali seperti semula.

Ditempat lain, tanpa emosi atau tanpa hal apapun, mata Feroya bercaya putih. Ia menganggap hal itu karena bintang sedang memanggil-manggil dirinya. Tak mau ambil pusing, ia memilih tidur. Naas, suara penduduk diluar membuatnya sakit kepala dan tak bisa tidur. Mereka meributkan bintang yang muncul setelah puluhan ribu tahun lamanya.

‘Apa yang harus kulakukan? Membosankan!’ ia memejamkan mata dan memikirkan hutan. Dalam sekejap, ia sudah berada dihutan. Para goblin menyambutnya begitu hangat, “ini karena aku gak memiliki teman. Kenapa wajah kalian terlihat bergitu bahagia namun tampak ada ketakutan besar?” tanyanya, mereka tak berani menjawab, “hei! Jawab aku!” katanya kesal, “dan kemana telinga serta hidung panjang kalian?”

“Nona,” seorang goblin tua menghampirinya, “datanglah ke hutan terlarang. Disana, nona akan menemukan jawaban,” ia menunjukkan cara agar Feroya bisa datang ke hutan larangan, “tapi, nona tidak perlu terburu-buru. Nona dapat kesana kapanpun nona inginkan. Hutan yang menyeramkan bagi semua mahluk kecuali untuk anda,”

Pusing mendengar hal tersebut, Feroya meminta goblin yang bernama Ellnor untuk menemaninya berjalan-jalan. Ia terkejut ketika seorang goblin tampan muncul dan memperkenalkan diri sebagai Ellnor. Tentu saja ia tak percaya.

“Apakah nona mengenalku seperti ini?” Ellnor merubah wajahnya dengan selembar daun, “kemarin, itu hanya penyamaran,” Feroya mengerti. Ia senang karena Ellnor cukup tampan sehingga ia bisa betah berteman dengannya, “berteman? Hamba dan nona?”

“Sebentar, kamu, dan kalian semua, sebenarnya ini ada apa? Kenapa kalian begitu sopan padaku dan kenapa kalian memanggilku dengan sebutan aneh. Argh! Aku hanya ingin bermain disini!”

Mereka pun meminta maaf kemudian Ellnor langsung mengajaknya ke taman bunga. Tentu saja tak ada penolakan dari Feroya. Ia langsung kegirangan sehinga mata bintangnya bersinar. Ia ingat ketika ayah mengatakan kalau di depan para goblin, hal itu diizinkan.

“Nona sangat cantik dengan sinar itu,” Ellnor memegang telinga panjangnya, ia sedikit malu ketika mengatakan hal tersebut, “nona mau menjaga rahasia? Bukankah kita teman?” Feroya diam mematung kemudian tanpa aba-aba, Ellnor mengambil selembar daun kering dan tiba-tiba daun itu berubah begitu besar. Mereka menaiki daun tersebut. Seketika, daun itu meluncur dengan cepat sehingga Feroya berteriak-teriak senang seolah ia ada diwahana bermain. Ketika sampai di depan gerbang taman bunga, Feroya menolak masuk. Ia ingin naik daun itu beberapa kali lagi, “baiklah, kita akan melakukannya lagi,”

Kini, Feroya memiliki alasan untuk tinggal nyaman di BE beberapa waktu.




BAB 3
Raja memerintahkan seluruh prajurit untuk memeriksa seluruh penduduk BE terutama yang terlihat mencurigakan tanpa terkecuali. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran luar biasa namun tetap berusaha setenang mungkin.

“Ayah, apa yang harus kita lakukan?” Arnove berbisik pada ayahnya agar tak ada yang mendengar, “apakah kita harus menangkap kemudian membunuhnya?”

 Tentu saja raja tak setuju karena cara seperti itu tak akan berhasil, “kita bahkan tidak tahu apakah dia anak-anak atau seorang pemuda bahkan seorang gadis kecil. Ketika kita tahu siapa dirinya, dekati dan berteman dengannya. Saat dia lengah, tusukkan ini ke jantungnya.” Terlihat raja memberikan sebuah belati yang terbuat dari akar pohon tertua di BE.

Saat menerimanya, Arnove dengan senang hati akan membuat itu terjadi. Namun, Zelvio yang sedari tadi diam tiba-tiba bicara dan menentang hal itu. Ia tak suka jika raja mempertahankan posisinya dengan mengorbankan nyawa tak bersalah.

“Bodoh! Tidak bersalah! Orang itu adalah monster! Dia bisa menghancurkan kita bahkan menghancurkanmu dengan mudah!” Arnove mendekatkan pedang dileher Zelvio, “kamu ingin menentang perintah ayah kita? Ini perintah raja!”

Tetap saja Zelvio tak setuju. Ia mengatakan dengan tegas kalau ia tidak akan pernah terlibat dalam kejahatan semacam itu. Matanya membiru tajam, menghancurkan pedang ditangan Arnove menjadi debu.

Sontak, raja dan Arnove terkejut karena selama ini Zelvio selalu gagal melakukan hal itu.

“Pergilah,” ucap raja lirih, Zelvio membungkuk hormat, “tidak. Pergilah dari kerajaan ini untuk sementara dan kembali lagi ketika menyadari apa kesalahanmu.”

Mendengarnya, Zelvio terkejut. Ini sudah jelas. Ia di usir dari istana. Senyum kemenanganpun muncul diwajah Arnove.

Tanpa rasa sedih, Zelvio meninggalkan istana. Ketika pengawal pribadinya mengejar dan menawarkan tempat tinggal, ia menolak keras, “sudah sejak lama aku ingin tinggal diluar istana. Aku ingin tidur nyenyak dibawah sinar bulan. Kini, kudapatkan kebebasan itu.” Senyumnya mengembang. Benar-benar bahagia.

Tidak menunggu waktu lama, ia terus berkeliling BE menikmati kebebasannya. Hari pun mulai gelap, ia memilih pergi ke hutan dan menikmati cahaya bulan yang sampai pada kulitnya.

Diam-diam, para goblin mengintipnya. Mereka berpikir kalau pangeran kedua telah terusir dari istana. Ada beberapa goblin yang merasa kasihan dan ada juga yang mengatakan kalau kehancuran keluarga kerajaan sudah dimulai atau dalam kata lain, para goblin senang.

“Ini akan berbahaya bagi nona Feroya,”

“Pelankan suaramu, pangeran terbuang itu bisa mendengar kita.”

Tentu, samar-samar Zelvio mendengar suara. Ia mencari suara tersebut, ‘apa para goblin marah karena aku datang ke hutan malam hari? Aku tidak akan membunuh mereka seperti yang dilakukan ayah dan Arnove.’ Merasa kalau kehadirannya dihutan malam hari mengganggu, ia memilih meninggalkan hutan.

Langkah kaki Zelvio telah membawanya ke daerah pinggiran. Dan entah kenapa, ia sudah tiba didepan rumah Feroya, ‘kenapa bisa seperti ini! Aku akan gila jika terus memikirkannya!’

Takut Feroya mengetahui kedatangannya, ia berbalik pergi namun naas, Feroya yang sedang diluar kembali pulang. Mereka saling menatap. Zelvio mulai jatuh cinta dengannya.

“Kamu mengunjungiku?” tanyanya, Zelvio gugup, “cahaya bulan sangat indah, aku baru saja menikmatinya.”

“Tapi aku melihat sesuatu yang lebih indah sekarang,” ucapannya mulai mengacau sehingga membuat Feroya tertawa lucu, “i..itu karena...,” ia menggaruk-garuk kepalanya saking gugup, “apa kamu tahu sebuah rumah kosong yang disewakan?”

“Sebentar, teman sekolahku pernah bertanya hal semacam ini. Kamu bertengkar dengan keluarga kamu? Kamu diusir atau kamu kabur?”

Tak ada jawaban dari Zelvio. Ia hanya meminta Feroya membantunya.

Dan mereka menemukan sebuah penginapan sederhana ditengah kota. Jujur, berjalan malam hari dengan Feroya mengembalikan ingatan akan ibu dan kakak perempuannya yang telah tiada. Mereka selalu berkeliling kota atau sesekali ke pedesaan dimalam hari.

“Menurut kamu, apakah BE menyenangkan?” Feroya memandangnya, “kamu tahu, saat tiba disini, aku berpikir untuk tidur dan hanya makan sampai satu tahun lamanya. Kemudian, aku bertemu denganmu yang cukup menyenangkan. Dan beberapa waktu lalu, aku bertemu seorang teman yang membuatku memiliki alasan untuk nyaman selama disini. Tempat ini, menurutku gak terlalu buruk,”

“Aku berpikir hal buruk juga tentang BE tapi setelah bertemu seorang gadis cantik, aku berpikir lain. Begitu damai,”

**

Raja masih murka dengan ucapan putra keduanya. Ia terus mengucapkan jika telah menyesal memiliki putra seperti itu. Sedang Arnove terus memancing amarah raja agar hanya ia yang dapat dipercaya.

“Prajurit kita belum menemukannya dan sekarang anakku menentang. Kesalahan apa yang telah terjadi sebelumnya sehingga darah sendiri menghianati.”

Tiba-tiba seorang prajurit pemburu goblin menghadap. Ia mengatakan kalau para goblin semakin kuat yang artinya mereka sudah bertemu dengan orang yang mereka tunggu-tunggu.

Mendapat laporan tersebut, raja semakin murka. Hal itu terjadi karena nyawa goblin berguna untuk memperpanjang usianya. Seperti kebanyakan mahluk BE, mereka hanya dapat hidup paling lama seribu tahun tapi jika mengambil nyawa seorang goblin, hidup mereka bertambah satu tahun.

Selesai menghadap, prajurit tersebut undur diri. Annove pun mengejarnya dan tetap meminta menangkap seorang goblin untuk keluarga kerajaan.

Dilain tempat, Zelvio hanya bermain-main dengan beberapa butir kacang-kacangan. Sesekali juga ia berputar mengelilingi kamar penginapannya. Bukan karena masalah besar yang ada dikerajaan tapi karena ia mulai jatuh cinta.

“Pangeran,” pengawalnya datang dan mendesah lelah melihat kegiatan Zelvio yang sama sekali tak berguna, “apakah karena gadis itu?”

“Dia cantik. Tidak. Hatinya pun cantik. Dari sekian gadis dan sekian banyak orang yang kutemui, hanya dia yang memberi saran agar sesekali aku membalas dendam.” Jelasnya selain itu ia juga menjelaskan kalau Feroya merupakan gadis apa adanya, “walaupun ia adalah gadis yang boros terhadap uang tapi ia tetap membuatku jatuh cinta.”

Pengawalnya tak bisa mengatakan apapun kecuali hanya membereskan biji-bijian yang berantakan dilantai. Ia mengingatkan agar pangeran berlatih bela diri lagi tapi dengan senyum kemenangan, Zelvio mengatakan ia sudah berhasil membuat pedang menjadi debu yang artinya latihan kerasnya tak boleh dilanjutkan lagi.

“Apa pangeran tidak akan mencoba mencari siapa pemilik bintang itu?” tanyanya, Zelvio menggeleng, “tapi pangeran,”

“Kenapa? Aku hanya ingin mencari kebenaran tentang hati Feroya,” ucapnya seperti sudah dibutakan oleh cinta, “kalau kamu khawatir dengan kerajaan, pergi dan bantu raja. Lagipula, jika pemilik bintang itu kejam, seharusnya ia datang dan langsung mengacaukan BE. Kupikir ia baik lagipula, keadaan keluarga kerajaan mengerikan. Aku tak ingin peduli untuk beberapa saat.”

Zelvio berjalan keluar penginapan dan mengambil bunga biru. Untuk siapa lagi bunga tersebut kalau bukan untuk Feroya. Ia mengunjungi Feroya kerumahnya dan langsung memberikannya.

Sedang Feroya yang masih menganggap kalau Zelvio hanya seorang teman merasa aneh dan mulai paham, “jangan berharap lebih padaku. Aku akan kembali pada orang tuaku dan gak akan kembali kesini.”

“Kamu belum mencobanya, aku akan mencoba mengambil hatimu,”

“Lakukanlah. Aku gak akan melarangnya,” senyum Feroya mengembang. Dalam hati kecilnya, ia senang jika ada seseorang yang menyukainya seperti Zelvio, “kamu baik hanya saja, sejujurnya, aku belum menyukai kamu.”

Ketika mereka berbincang seperti itu, Ellnor datang mengunjungi Feroya dan akan mengajaknya bersenang-senang. Melihat Ellnor, Zelvio merasa tersaingi. Ia tidak sadar kalau Ellnor adalah goblin. Tentu saja, penampilan Ellnor tampak wajar tidak seperti goblin yang diketahuinya memiliki hidung dan telinga panjang.

“Kenapa kita gak pergi bertiga saja?” tawari Feroya, “aku senang memiliki teman seperti kalian.”

“Tidak!” tolak Ellnor dan Zelvio berbarengan.

Para tetangga yang mendengar ada suara keras langsung tahu kalau Feroya sedang diperebutkan dua pemuda tampan. Bahkan beberapa gadis iri pada Feroya sedang Feroya yang tak memiliki perasaan pada keduanya hanya tersenyum simpul.

“Aku..., aku...,” belum sempat melanjutkan ucapannya, Feroya mendapati seseorang sedang memperhatikannya dari balik pohon. Ya. Siapa lagi. Prajurit kerajaan, “aku ada janji dengan seseorang. Kupikir, kenapa kalian berdua gak pergi bersama saja? Dah,” ia melambaikan tangan dan berlari cepat begitu saja.

Zelvio dan Ellnor saling pandang tajam. Satu sisi Zelvio yang menyukai Feroya dan satu sisi Ellnor sebagai teman Feroya.

Ditempat lain, tempat pembuangan limbah, Feroya menyudutkan prajurit tersebut. Ia menanyakan apa alasan prajurit tersebut menguntitnya. Tidak ada jawaban yang ia dapatnya. Karena kesal, Feroya menampakkan cahaya putihnya beberapa detik, “apa raja yang memerintahkan?” beberapa saat ia menutup mata untuk melihat silsilah keluarga prajurit tersebut, “kamu seorang prajurit biasa, memiliki beberapa anak, seorang istri, memiliki kedua orang tua yang sakit-sakitan, dan kamu masih mengurus kakekmu. Menurutmu, lebih baik kamu diam atau membuka mulut?” kaki prajurit itu gemetaran. Ia berjanji akan tutup mulut asalkan Feroya tidak membunuh keluarganya, “bukan hanya keluargamu. Aku juga tidak akan membunuhmu,”

Kemudian dengan kaki masih setengah tenaga, prajurit tersebut belajan untuk kembali ke istana. Tiba-tiba Feroya menghentikannya dan memberikan sejumlah uang, “di pertigaan sana, ada toko obat. Belilah obat untuk orang tuamu dan berikan pada mereka sebelum kembali ke istana.” Ucapnya sambil membungkuk hormat. Prajurit tersebut menerimanya serta mengucapkan terimakasih walaupun hatinya merasa tak enak bahkan merasa aneh serta janggal, ‘aku harus menghabiskan semua tabunganku di BE karena setelah aku pergi dari tempat ini, aku gak akan pernah kembali lagi. Menghabiskan dengan cara seperti ini juga sangat baik.’ Pikirnya yang tak ingin menyia-nyiakan apa yang ia miliki.

**

Para goblin mulai memberikan informasi kepada penduduk mengenai bintang yang muncul ditengah bulan dan apa artinya. Tentu saja para penduduk bimbang karena ini menyangkut masa depan kehidupan mereka.

Tak hanya penduduk, Zelvio juga didatangi oleh seorang goblin yang tidak tahu jati dirinya. Tentu karena goblin tersebut bukan goblin yang berasal dari hutan karena seluruh goblin hutan sudah mengetahui siapa Zelvio.

“Aku berpikir bintang itu baik tapi bukankah raja juga baik?”

“Raja cukup baik mengatur kehidupan rakyat tapi sebaiknya anda jangan lupa jika raja suka mengambil nyawa para goblin. Mahluk istimewa di BE. Tidak hanya itu, banyak hal negatif yang raja lakukan pada rakyat ini apalagi calon penerusnya merupakan pangeran licik.” Tentu, Zelvio tahu kalau yang dimaksud adalah kakaknya.

“Bagaimana dengan pangeran Zelvio? Bukankah dia cukup baik? Jika kalian diminta memilih bintang itu atau pangeran Zelvio, kalian memilih siapa?”

Goblin tersebut diam. Seluruh penduduk mengetahui kalau Zelvio baik bahkan terkadang membantu mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan, “kami tidak harus memilih. Kami hanya berusaha mengembalikan sesuatu pada tempatnya. Kami yakin, sebagai seorang yang bijak, pangeran Zelvio tahu apa yang seharusnya berdiri sejak lama.”

Setelah memberikan banyak penjelasan, goblin tersebut undur diri dan memintanya untuk berpikir. Dalam pikiran Zelvio, ia tidak tahu, walaupun membenci ayah, kakak, serta ibu tirinya tapi ia tak tega jika harus membuat ayahnya turun tahta bahkan menghilang.

**

Ellnor memberikan sebuah bibit bunga pada Feroya. Ia ingin Feroya menanamnya di pekarangan. Mendapat hadiah seperti itu, bukan hanya senang tapi ia merasa kalau keputusannya untuk menjadi gadis baik adalah benar.

“Ayahku mengatakan kalau bisa saja aku memilih menjadi monster. Jika hal itu terjadi, apa para goblin tetap disisiku?”

“Kenapa menanyakan hal seperti itu?” mata Ellnor menatap bibit-bibit tanaman yang melayang-layang diudara, “kami akan tetap disisimu. Itu takdir kami. Itu tugas kami. Dan menurut takdir, nona tidak akan menjadi monster.”

Seketika, bibit-bibit tersebut tersusun rapi dalam sebuah kotak penyimpanan. Ingatan Feroya kembali ketika ia kecil dan hampir menjadi monster kecil. Namun, karena cinta ibunya, ia tahu jika menjadi baik adalah hal paling menyenangkan.

Tak membahas mengenai pilihannya untuk menjadi baik lagi, ia meminta Ellnor membantunya menanam bibit-bibit tersebut. Ia ingin menanamnya seperti kebanyakan penduduk bukan dengan kelebihan yang dimilikinya.

“Mungkin ini kurang sopan tapi sejak kapan nona mengenal Zelvio?”

Hanya sebuah senyuman kecil yang diberikan Feroya untuk menjawabnya. Ia tahu kalau pertanyaan ini akan dilontarkan oleh salah satu goblin. Tentu, ayahnya pernah mengatakan jika nanti dirinya dekat dengan salah satu penduduk BE maka para goblin akan bertanya banyak hal.

“Jangan banyak bertanya mengenai aku dekat dengan siapa. Aku gak suka ditanya-tanya seperti itu,” ia melirik tajam sehingga Ellnor benar-benar diam, ‘bagaimanapun juga, aku masih menakutkan.’

Tanpa mereka ketahui beberapa tetangga Feroya terkagum-kagum melihat keduanya seperti itu. Mereka beranggapan jika Feroya merupakan darah campuran yang begitu beruntung dalam waktu singkat.

Sayangnya, anggapan mereka berbanding terbalik dengan anggapan Feroya karena menurutnya, ia merupakan gadis yang kurang beruntung sejak lahir karena terus berbohong. Ekspresi wajahnya menjadi sedikit sedih ketika mendapat pendengaran mengenai dirinya dari para tetangga.

‘Ini karena takdir. Karena takdir. Tapi seseorang bisa mengubah takdir jika ia berusaha. Dan aku akan berusaha menolak takdir tersebut.’

Seseorang tak diundang datang. Siapa lagi kalau bukan Zelvio. Ia langsung menyenggol tangan Ellnor sehingga bibit-bibit bunga ditangan Ellnor berjatuhan. Dengan manisnya, ia mengatakan lebih baik dirinya yang menanam bibit tersebut. Tentu Ellnor tak terima, mereka bertengkar kecil.

“Oke. Kalian lakukan itu berdua. Aku akan pergi membeli sesuatu untuk kalian.”

Kesal dengan ucapan Feroya, Zelvio mengacak-acak tanah pekarangan. Biasanya, Feroya akan marah jika sesuatu miliknya dirusak tapi kali ini ia tersenyum dan tetap pergi untuk membeli sesuatu.

‘Untuk pertamakalinya, aku tersenyum ketika ada orang yang bertengkar dan merusak milikku. Mereka lucu.’

Menunggu Feroya kembali kerumah, Zelvio mengajak Ellnor untuk bersaing sehat. Tentu Ellnor menolak. Ia berpikir kalau Zelvio adalah pangeran bodoh. Mengetahui kalau Ellnor tahu identitasnya, ia marah dan meminta Ellnor bertanding pedang padanya.

“Pangeran, sejujurnya, seluruh penduduk tahu kalau anda adalah pangeran kecuali para penduduk daerah pinggiran. Seharusnya anda belajar lebih baik untuk menjadi pemimpin,” Ellnor menasehati tapi Zelvio menganggap kalau hal tersebut adalah ejekan, “berhati-hatilah dengan kakak anda, pangeran,” ia tersenyum kemudian melangkah pergi, “katakan pada Feroya kalau keluargaku menunggunya dirumah.” Tambahnya kemudian pergi begitu saja.

Tentu saja mendengarnya membuat Zelvio emosi. Ia berpikir kalau Feroya sudah mengenal keluarga Ellnor. Sedang Ellnor yang dimaksud keluarga oleh Ellnor adalah para goblin dihutan. Salah paham yang unik.

“Kemana Ellnor? Aku membelikannya ice cream. Ia menyukai ice cream,” tampak kekecewaan di wajah Feroya ketika mendapati tidak ada Ellnor, “kamu, hei, iya kamu,” katanya menatap Zelvio kesal, “kamu mengusir temanku. Argh! Menyebalkan,” ucapnya mengacak rambutnya sendiri, “ini, untukmu,” ia memberikan gula-gula kesukaan Zelvio.

“Kamu tahu aku menyukai ini?”

Feroya menggangguk, ‘bahkan kalau aku mau, aku bisa mencari tahu dimana rumah dan silsilah keluargamu. Tapi, aku gak ingin tahu hal itu sekarang’ ia meminta Zelvio untuk segera menghabiskan gula-gula yang telah ia belikan.

“Jawab dulu, kenapa kamu tahu kalau aku menyukai gula-gula? Apakah kamu juga tahu siapa aku?”

Kesal dengan celoteh Zelvio, ia mengusir Zelvio dari rumahnya.

Di tengah perjalanan menuju penginapan, Zelvio menemukan seorang prajurit yang terlihat mencurigakan. Sangat cepat, ia langsung menyudutkan prajurit tersebut. Tanpa banyak mengancam, Zelvio tahu kalau prajurit tersebut telah menemukan bintang yang dicari kerajaan.

“Ma..., maaf pangeran,” ia mengeluarkan sebuah belati dan berusaha bunuh diri tapi Zelvio berhasil menghentikannya, “pada akhirnya, anda atau pangeran Arnov bahkan raja akan membunuh saya.” Ia berlutut penuh ketakutan mendalam.

“Tidak. Hei, aku berbeda dengan kakak dan ayahku. Dibandingkan bintang itu, aku lebih tertarik dengan bintang dihatiku sendiri. Aku akan bicara pada raja dan mulai hari ini, kamu akan menjadi mata-mataku,” ia tersenyum, “itu bayaranmu agar aku tutup mulut,” kemudian Zelvio menjelaskan kalau tugas pertamanya adalah memastikan kalau Feroya, gadis yang ia sukai tidak memiliki hubungan lebih dengan seseorang bernama Ellnor. Tak lupa, ia meminta agar mendapatkan identitas Ellnor.

Dilain tempat, di pedalaman hutan, para goblin sedang berkumpul dan memikirkan cara menghadapi prajurit kerajaan yang sepertinya akan memburu para goblin besar-besaran. Dilain sisi, mereka khawatir pada Feroya yang dekat dengan Zelvio.

“Karena hanya orang terdekatnya yang bisa melukai,”

Tiba-tiba sekelompok prajurit istana menyerang para goblin. Tentu dengan jumlah goblin yang lebih banyak mengakibatkan para prajurit yang hanya berjumlah belasan kalah mutlak. Mereka menarik mundur penyerangan.

“Kami akan datang dengan jumlah lebih banyak. Serahkan diri kalian untuk raja atau kami akan mengambil paksa nyawa kalian,”

**
.,..z,,zsjzjsgzhfdhzfdhzfsgzskashasak BELUM KETEMU cara nulisnya yang jelas bakal ada curiga sana-sini.
Nanti bakal ada kekesalan luar biasa Zelvio ke Ellnor sampe2 si Zelvio mendorong Ellnor ke hutan terlarang yang menyebabkan tubuh Ellnor terluka paraaah.
Kemudian, nanti ada kejadian aneh ketika Feroya tidur sambil berjalan dan mengakibatkan angin DE-EL-EL jadi aneh sampai seluruh BE kagettt.


BAB 4
Sebuah anak panah beracun meluncur hampir mengenai punggung Feroya. Ia langsung mengejar seorang pria berjubah serba hitam dengan penutup wajah. Dengan sekejap, pria tersebut membisu dan tangannya tak bisa digerakkan.

“Aku hanya membuatmu agar gak mengatakan sesuatu tentangku juga gak bisa menulis sesuatu denganku. Hanya sebentar saja, bersabarlah,”

**

Raja memerintahkan Arnove agar cepat mencari tahu siapa bintang itu. Dari kejanggalan yang ia dapatkan, ia berpikir jika bintang itu seorang gadis.

“Apa aku harus meninggalkan Lucy dan mendekati gadis itu kemudian mengambil nyawanya?” tanya Arnove berkilat cahaya biru. Sedang Lucy yang ada disana tentu tidak setuju, “hanya sesaat setelah itu, kita akan mendapatkan kemenangan.”

“Ini baik untukku. Baiklah. Aku lebih senang kamu yang melakukan itu dibandingkan dengan adikmu yang tidak berguna.”

Keputusan Lucy dianggap sangat berharga. Lucy mengerti jika Arnove akan tetap miliknya sekalipun mendekati bintang itu. Masalah terbesarnya, siapakah gadis bintang itu dan dimana ia berada saat ini.




BELUM DILANJUTTTKAN 
Sejujurnya jujur dan sangat jujur, di beberapa bab berikutnya tokoh Darren akan banyak muncul. Dimana Darren akhirnya tahu kalau Feroya berbeda, dimana Darren memaksakan diri agar ayahnya Feroya mengantarkannya ke BE, dan dimana nantinya Darren terus membuat Feroya yakin kalau ia akan baik-baik saja selama bersamanya kemudian pergi dari BE setelah satu tahun berakhir.
Sayangnya, Darren ini adalah masalah besar. Yaa gimana enggak, manusia dilarang ada di BE. Jadi yaa jadi Feroya berusaha keras menyembunyikan Darren bahkan ia meminta bantuan Zelvio bukan Ellnor karena sii Ellnor alias goblin kan setia banget sama peraturan mutlak BE.
gitu dan gitu,
soal cinta? Gue masih bingung mau jadiin Ellnor sebatas goblin yang hanya goblin atau goblin yang bakal suka sama Feroya atau justru Feroya yang suka sama si ini goblin. Lalu Darren? Bagaimanapun Darren pernah ada dihidup Feroya dan saat mereka putus juga karena Feroya kan takut tuhh Darren tau siapa dia. Gimana saat Darren tau dan itu baik-baik saja? Naah, bukannya harusnya sih ya harusnya Feroya buka hati buat Darren. Lalu gimana Zelvio?

diluar kisah cinta-cintaan yang fiuh, gue juga bingung. Gue mulai jatuh hati sama tokoh Arnove, gue pengen dia menjadi sesuatu yang tak terduga di BE dan menjadi sesuatu yang tak terduga dalam hidup-mati Feroya namun mengesankan ^^
 

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...