Kamis, 26 Maret 2015

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA BANDAR LAMPUNG



ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
KOTA BANDAR LAMPUNG
(Mata Kuliah Ekonomi Regional)
Dosen Pembimbing : Ahmad Habibi S.E, M.E.I

Disusun oleh Kelompok 1 :

Aula Nurul Ma’rifah 1321040240
Anggun Tri Wahyuni 1321040169
M Agus Hermawan 1321040124

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/68/Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg
Institut Agama Islam Negeri
Raden Intan Lampung
Tahun 2015
DAFTAR ISI
Abstrak                                                                                                                                   1  
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang                                                                                                                 2
1.2    Rumusan Masalah                                                                                                            3
1.3    Tujuan                                                                                                                              3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Analisis Sektor Produk Pengangkutan dan Komunikasi                                                  5
2.2 Analisis Sektor Produk Pengelolaan Industri Non Migas                                                13
2.3 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan                                           20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan                                                                                                                       27
3.2 Saran                                                                                                                                 27












Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan analisis PDRB Kota Bandar Lampung dimana membahas tentang keunggulan Kota BandarLampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan analisis ini mungkin tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakannya.
Akhir kata, penulis ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan ini. Kami harapkan analisis PDRB Kota BandarLampung ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi semua semua orang.






BandarLampung, 14 maret 2014

Penulis





Abstrak
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi di Kota Bandar Lampung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kurun waktu tahun 2010-2013 bersumber dari BPS  Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan dan Sektor Industri Pengolahan tanpa migas serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan tiga sektor yang mempunyai daya saing paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya.










BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak era reformasi terjadi pergeseran paradigma dalam sistim penyelenggaraan pemerintah dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut otonomi daerah yaitu beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelansanaan, dan evaluasi penyelenggaraan pemerintah pusat ke daerah. Kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya dimana perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional.
Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing – masing sektor ekonomi terhadap PDRB.
PDRB sendiri atau Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
Pada Tahun 2013, angka PDRB yang dihasilkan kota bandar lampung sebesar 29,14 trilliyun rupiah. Pencapaian angka PDRB yang terus meningkat selama 5 tahun terakhir menunjukkan keadaan perekonomian yang membaik.
Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka waktu panjang. Selama tiga tahun terakhir, Struktur lapangan usaha masyarakat Kota BandarLampung masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor Industri pengolahan tanpa migas, pengangkutan dan komunikasi, dan keuangan, persewaan dan jasa.
Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Kota BandarLampung tahun 2013, sumbangan ketiga sektor ini terhadap PDRB sebesar 17.852.270.000.000 rupiah (61,27%) dari ketiga sektor yang tertinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Sektor-sektor ekonomi apakah yang paling strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung?
1.3 Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui 3 sektor manakah yang memberikan kontribusi paling besar serta untuk mengetahui bagaimakakah sektor-sektor tersebut dapat memberikan kontribusi.
















BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum membahas ketiga sektor yang memberikan kontribusi terbanyak, lihatlah tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 (a) PDRD Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2010-2013 (juta rupiah)
Lapangan Usaha
(Industrial Origin)
2010
(Milion Rupiahs)
2011
(Milion Rupiahs)
2012
(Milion Rupiahs)
2013
(Milion Rupiahs)
Pertanian / Agriculture
1.185.271
1.290.058
1.418.138
1.544.122
Pertambangan dan Penggalian / Minning & Quarrying
165.367
183.472
204.450
223.039
Industri Pengolahan Tanpa Migas / Non Oil Gas Manufacturing Industri
4.364.206
4.962.632
5.590.237
6.319.046
Listrik dan Air Bersih / Electricity & water supply
252.868
289.450
316.765
3.455.993
Bangunan / Construction
1.017.270
1.186.699
1.415.993
1.675.470
Perdagangan, Hotel, dan Restoran / Trade, Hotel, & Restaurant
2.656.031
2.976.031
3.325.722
3.729.416
Pengangkutan dan Komunikasi / Communication
4.004.817
4.617.762
5.343.852
6.068.869
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan / Financial, Oqnership & Business Service
3.094.100
3.842.071
4.576.842
5.465.355
Jasa-Jasa / Services
2.697.234
2.963.788
3.340.955
3.766.619
PDRB/GRDP
19.437.165
22.311.918
25.532.953
29.136.930
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung


Tabel 2.1 (b) Laju Pertumbuhan PDRB Kota BandarLampung
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010-2013
Lapangan Usaha
(Industrial Origin)
2010
2011
2012
2013
Pertanian / Agriculture
2,06
1,92
2,06
2,10
Pertambangan dan Penggalian / Minning & Quarrying
1,50
3,19
3,47
2,37
Industri Pengolahan Tanpa Migas / Non Oil Gas Manufacturing Industri
7,54
5,22
5,93
5,26
Listrik dan Air Bersih / Electricity & water supply
1,46
2,57
2,80
2,73
Bangunan / Construction
1,37
4,63
4,17
4,26
Perdagangan, Hotel, dan Restoran / Trade, Hotel, & Restaurant
1,78
3,95
4,13
5,04
Pengangkutan dan Komunikasi / Communication
6,99
6,67
7,22
6,11
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan / Financial, Oqnership & Business Service
11,99
12,64
11,36
11,29
Jasa-Jasa / Services
4,27
3,54
3,94
4,32
PDRB/GRDP
6,01
6,33
6,54
6,50
Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari ketiga sektor diatas, ketiganya memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB Kota Bandar Lampung. Namun, apakah ketiga sektor itu terus memberikan peningkatan setiap tahunnya? Apakah ketiga sektor itu tepat dijadikan titik fokus Kota Bandar Lampung?

2.1 Analisis Sektor Produk Pengangkutan dan Komunikasi
Tabel 2.1 (c) Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2010-1013 (Persen)
(Dalam Sektor atau Produk Pengangkutan dan Komunikasi)
Lapang Usaha
2010
2011
2012*
2013**
1.                     PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
a.                    Pengankutan
1.            Angkutan Rel
2.          Angkutan Jalan Raya
3.          Angkutan Laut
4.          Angk. Sungai, Danau dan Penyebr.
5.          Angkutan Udara
6.          Jasa penunjang Angkutan
b.                    Komunikasi
1.            Pos dan Telekomunikasi
2.          Jasa Penunjang Komunikasi
20,60
16,18
0,99
13,50
0,77
0,00
0,00
0,92
4,42
4,42
0,00
20,70
16,07
0,94
13,57
0,69
0,00
0,00
0,66
4,63
4,63
0,00
20,93
16,05
0,89
13,68
0,64
0,00
0,00
0,84
4,48
4,48
0,00
20,83
15,83
0,96
13,96
0,38
0,00
0,00
0,82
5,00
5,00
0,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung
Keterangan: *angka sementara   **angka sangat sementara
Sektor pengangkutan dan komunikasi menurut data yang dikumpulkan oleh BPS Provinsi maupun kota bandar lampung sangat memiliki peran penting. Dimana pada sektor ini menurut PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan non migas Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Menurut penelitian dan observasi yang dilakukan oleh anggota Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung sektor Pengangkutan dan Komunikasi memiliki kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 20,83% atau sekitar 6.068.869  (milion rupiah) dibandingkan sektor lainnya.
Peningkatan yang signifikan terlihat jelas pada data diatas meskipun pada tahun 2013 mengalami penurunan yang dikarenakan data yang belum lengkap sehingga masih menggunakan angka-angka yang sementara.
Sektor Pengangkutan dan Transfortasi meliputi Angkutan Rel, Angkutan Jalan Raya, Angkutan Laut, Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan, Angkutan Udara, Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Telekomunikasi, serta jasa penunjang komunikasi. Pada pencarian data disektor ini semua menggunakan metode perhitungan produksi namun dengan indikator yang berbeda-beda.
a.                   Pengangkutan (transfortation)
Subsektor Transportasi meliputi kegiatan jasa angkutan penumpang dan barang, dengan menggunakan alat angkut bermotor maupun tidak, termasuk kegiatan jasa yang bersifat menunjang kegiata angkutan serta penyedia fasilitasnya. Subsektor ini terdiri dari kegiatan Angkutan Rel, Angkutan Jalan Raya, Angkutan Laut, Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan, Angkutan Udara, serta Jasa Penunjang Angkutan.
1.                  Angkutan Rel
Pada PDRB, kegiatan ini Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah penumpang dan tonase barang, sedangkan indikator harganya adalah rata-rata tarif per penumpang dan tonase barang. Indikator tersebut diperoleh dari PT. Kereta Api Inspeksi 12 Tanjung karang.
Bandar Lampung termasuk ke dalam wilayah layanan Sub Devisi Regional III.2 TNK (Tanjungkarang) PT KAI (Persero) yang memiliki stasiun besar dan dipo lokomotif Tanjungkarang. Kota Bandar Lampung melalui jalur kereta api hanya terhubung dengan satu kota besar yaitu Palembang.
Di kota Bandar Lampung terdapat 4 stasiun kereta api, yakni Stasiun Tanjung Karang (stasiun terbesar dan melayani penumpang), Labuhan Ratu, Sukamenanti, dan Tarahan (khusus bongkar muatan kereta bermuatan batu bara dan pulp).
   Stasiun Tanjungkarang hingga sekarang melayani kereta api penumpang menuju kota besar di bagian utara Lampung yakni Kotabumi dan luar provinsi yaitu Palembang. Adapun daftar kereta penumpang yang melayani penumpang adalah sebagai berikut:
Nama kereta
Kelas
Jurusan
Eksekutif - Bisnis
Ekonomi AC
KRDI Way Umpu
Ekonomi AC
Stasiun Kotabumi, Lampung Utara
KRDI Seminung
Ekonomi
Stasiun Kotabumi, Lampung Utara
Dari data diatas keberadaan sektor Pengangkutan khususnya di bidang Angkutan Rel memiliki potensi yang cukup baik di Kota Bandar Lampung. Dari data Laju Pertumbuhan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010-1013 memiliki kontribusi yang cukup baik dengan menempati urutan kedua pada setiap tahunnya. Meskipun mengalami pasang surut, namun pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu dari 0,89% menjadi 0,96%.
Dilihat dari jumlah stasiun dan jurusan kereta serta penumpang yang berada di Stasiun Tanjungkarang, keberadaan sektor Pengangkutan khususnya di bidang Angkutan Rel sangat dibutuhkan oleh masyrakat. Mengapa demikian? Karena pada stasiun Tanjungkarang terhubung dengan kota besar yang berada di lampung bagian utara yakni Kotabumi dan luar provinsi yaitu Palembang serta dikarenakan harga kereta yang relatif lebih murah dibandingkan melaju dengan angkutan jalan raya seperi bus atau semacamnya. Melihat data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung jumlah penumpang pada stasiun Tanjungkarang cukup baik hingga puluhan ribu orang pada setiap bulannya, meskipun mengalami penurunan hingga 8,11 persen yakni pada bulan Desember 2014 mencapai 51.795 orang namun pada bulan januari 2015 hanya 47.593 orang. Meskipun demikian sektor Pengangkutan khususnya di bidang Angkutan Rel memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di kota Bandar Lampung.

2.                  Angkutan Jalan Raya
Kegiatan Angkutan Jalan Raya atau Pengankutan Darat meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan melalui jalan raya umum, menggunakan kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Jenisnya meliputi Mobil Barang Truk, Mobil Barang Pick Up, Mobil Bus, Mikro Bus, Mobil Penumpang, Mobil Taxi dan yang lainnya. Besarnya output pada sub sektor pengangkutan darat dihitung dengan pendekatan produksi yaitu mengalikan rata-rata  output per jenis kendaraan dengan jumlah kendaraan umum masing-masing jenis. Indikator produksi diperoleh dari DLLAJR dan Dispenda, sedangkan indikator harga dari hasil survei Khusus BPS kota Bandar Lampung.
Menurut data yang dikumpulkan oleh BPS kota Bandar Lampung pada Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha tahun 2010-1013 merupakan memiliki kontribusi yang paling besar pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi bahkan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya dan pada tahun 2013 sampai mencapai 13,96 persen.
Mengenai banyaknya kendaraan umum bermotor yang diuji menurut jenis kendaraan dikota bandar lampung dari tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jenis Kendaraan
2011
2012
2013
I.                 Umum
1.                 Mobil Barang Truk
2.               Mobil Barang Pick Up
3.               Mobil Bis
4.               Mikro Bus
5.               Mobil Penumpang
6.               Mobil Taxi
7.                Gandengan / tempelan

4 639
-
728
177
954
30
133

6 117
-
704
201
1 259
47
121

6 379
-
778
191
1 034
31
111
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Melihat banyaknya volume kendaraan dari berbagai jenis terutama Mobil Barang Truk yang terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya dan memiliki peran kontribusi yang tertinggi pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi yakni mencapai 13, 96 persen sehingga dapat dikatakan keadaan ini sudah sangatlah baik.
 Jika melihat banyaknya jumlah Mobil Barang Truk pada setiap tahunnya, terlihat lebih banyak dibanding jenis kendaraan lain. Mengapa bisa terjadi demikian? Alasannya karena Lampung merupakan salah satu gerbang sumatera yang merupakan arus lalu lintas Mobil Barang Truk, dan alasan kedua karena diaerah bandar lampung banyak kawasan industri seperti pabrik, atau semacamnya terutama kota bandar lampung bagian selatan seperti daerah Cucian Andri hingga daerah panjang. Bahkan dikabarkan akan bertambah banyak lagi pabrik dan yang lainnya didaerah tersebut sehingga dapat diperkirakan bahwa akan bertambah lagi volume kendaraan terutama Mobil Barang Truk.
3.              Angkutan laut
PDRB kegiatan ini dihitung melalui pendekatan produksi. Indikator yang digunakan adalah jumlah penumpang dan tonase barang sedangkan indikator harganya adalah rata-rata tarif per penumpang dan tonase barang. Indikator tersebut diperoleh dari Dinas Perhubungan dan Adpel Panjang.
Dikota Bandar Lampung terdapat Pelabuhan Panjang yang merupakan pelabuhan ekspor-impor bagi lampung dan juga pelabuhan srengsem yang menjadi pelabuhan lalulintas batu bara dari sumatera ke jawa. Namun pada sektor ini, menurut data Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha dari 2010-1013 mengalami penurunan setiap tahunnya, dimulai dari 0,77% ditahun 2010 turun menjadi 0,38% pada tahun 2013. Hal ini disebabkan masyarakat beralih ke pelabuhan Bakauheni karena lebih cepat saat berlaju di laut, sehingga menghemat uang dan menghemat waktu.
4.              Jasa Penunjang Angkutan
Kegiatan ini mencakup jasa pelabuhan laut, jasa terminal/parkir, bongkar muat laut/darat, keagenan penumpang, ekspedisi kapal laut, serta jasa penumpang angkutan lainnya. PDRB kegiatan ini dihitung melalui pendekatan produksi, dengan indikator produksinya jumlah penumpang dan tonase barang. Indikator rata-rata tarif per penumpang dan tonase barang diperoleh dari Dinas Perhubungan, PT. Pelindo II, dan yang lainnya.
Melihat dari data yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung pada Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dari tahun 2010-2013 mengalami pasang surut yang signifikan. Dimana pada tahun 2010 Jasa Penunjang Angkutan menempati urutan kedua pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi yakni mencapai 0,92 persen. Namun pada tahun 2011 Jasa Penunjang Angkutan mengalami penurunan yang sangat draktis hingga 0,66 persen. Lalu, pada tahun 2012 Jasa Penunjang Angkutan meningkat kembali hingga mencapai 0,84 persen. Akan tetapi, penurunan persentase pada Jasa Penunjang Angkutan terjadi kembali pada tahun 2013 yakni 0,82 persen.
b.              Komunikasi (communication)
Subsektor ini meliputi kegiatan pengiriman melalui jasa pos, telekomunikasi, dan kegiatan jasa penunjang komunikasi. Jasa pos mencakup jasa pengiriman surat, wesel, dan paket yang diusahakan oleh PT. Pos Indonesia. Kegiatan komunikasi mencakup jasa pengirimanberita melalui telegram, telepon, dan telex yang diusahakan oleh PT. Telkom, serta jasa penunjang komunikasi seperti wartel, warnet, pager, ponsel dan usaha pengiriman barang.
PDRB kegiatan ini dihitung melalui pendekatan produksi. Indikator industri dan indikator harga yang diperoleh dari Laporan Keuangan unit-unit PT. Pos Indonesia dan PT. Telkom di Provinsi Lampung. Ratio biaya antara diperoleh dari hasil survey Khusus BPS.
Mengenai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia yang berada di Bandar Lampung, berikut data yang dikumpulkan oleh Pihak BPS Kota Bandar Lampung dari tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :
Tabel 2.1.1 Banyak Surat Dalam yang Dikirim dan Diterima oleh
Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013

Surat Dalam Negeri
Tahun
Kilat + Biasa
Kitat Khusus

Kirim
Terima
Kirim
Terima
2013
2012
2011
71 265
64 460
51 673
236 739
219 821
200 679
293 611
540 397
414 025
349 996
407 081
585 513
Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Tabel 2.1.2  Banyak Surat Luar Negeri yang Dikirim dan Diterima oleh
Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013

Surat luar Negeri
Tahun
Kilat + Biasa
Terdaftar

Kirim
Terima
Kirim
Terima
2013
2012
2011
2 847
3 274
16 632
2 044
2 196
3 039
35 765
17 125
20 887
10 644
4 846
4 788
Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung


Tabel 2.1.3  Banyak Paket Pos yang dikirim dan Diterima
Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013
Tahun
Dikirim
Diterima
2011
2012
2013
46 112
39 291
20 779
26 461
43 223
34 612
Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung
Tabel 2.1.4 Banyak uang yang dikirim dan Diterima
Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)
Tahun
Dikirim
Diterima
2011
2012
2013
648 212
745 965
490 400
112 456 023
286 735 563
77 605 559
Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Tabel 2.1.5. Jumlah Pendapatan dan Pengeluaran
Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)
Tahun
Pendapatan
Pengeluaran
2011
2012
2013
41 515,6
91 769,8
180 147,9
29 329,4
22 201,9
19 265,2
Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Dilihat dari data diatas yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh kantor pos yang berada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011-2013 terlihat jelas bahwa keberadaan kantor pos sangatlah baik dan sangat membantu laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung.
Menurut data yang dikumpulkan oleh BPS Kota Bandar Lampung yang bersumber dari PT. Pos Indonesia Bandar Lampung menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan jasa pengiriman maupun penerimaan melalui kantor pos, baik itu dari Banyaknya Surat Dalam maupun Luar Negeri yang diterima ataupun dikirim, atau Banyaknya Paket pos yang diterima maupun dikirim, serta Banyak Uang yang Diterima dan Dikirim kantor Pos Bandar Lampung Pada tiap tahunnya. Itu artinya aktivitas kantor pos di Bandar Lampung masih sangat baik bahkan menurut data BPS Kota Bandar Lampung pada PDRB atas dasar harga yang berlaku pada tiap tahunnya selalu mengalami kenaikan bahkan pada tahun 2013 memiliki kontribusi yang yang cukup baik hingga mencapai 5,00%.
Kualiatas kantor pos di Bandar Lampung dibuktikan pula pada perbandingan pendapatan dengan pengeluaran, jika dilihat dari data diatas pendapatan PT. Pos Indonesia Bandar Lampung lebih tinggi dari pada pengeluaran disetiap tahunnya. Bahkan pendapatan PT. Pos Indonesia Bandar Lampung mengalami peningkatan disetiap tahunnya yakni pada tahun 2011 pendapatannya hanya 41.515,6 (Juta Rupiah) namun ditahun 2013 pendapatan yang diperoleh PT. Pos Indonesia Bandar Lampung mencapai 180.147,9 (Juta Rupiah). Hal ini semakin baik dengan menurunnya pengeluaran pada setiap tahunnya, dilihat dari tahun 2011 yang pengeluaranya mencapai 29.329,4 (Juta Rupiah) dan pada tahun 2013 pengeluarannya PT. Pos Indonesia Bandar Lampung hanya sebesar 19.265,2 (Juta Rupiah).
Selanjutnya pada sektor Komunikasi tidak hanya kantor pos yang berperan penting melainkan Telekomunikasi pun cukup membantu dalam laju pertumbuhan disektor Komunikasi. Berikut data yang diperoleh BPS Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel berikut :
Banyaknya Fasilitas Telepon di Kota Bandar Lampung Tahun 2011

STO

Lokasi
Telepon Umum
Koin

Wartel

Warnet
BDL 1
BDL 2
BDL 3
BDL 4
BDL 5
Tanjung Karang
Teluk Bentung
Panjang
Kedaton
Langkapura
58
64
17
36
3
32
15
4
41
1
16
5
0
12
2
PT. TELKOM-Kandatel Lampung

Banyaknya Fasilitas Tower Telekomunikasi yang Memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) menurut Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013
Kecamatan
Jumlah total
Sub Distict
2011
2012
2013
Teluk Betung Barat
Teluk Betung Timur
Teluk Betung Selatan
Bumi Waras
Panjang
Tanjung Karang Timur
Kedamaian
Teluk Betung Utara
Tanjung Karang Pusat
Enggal
Tanjung Karang Barat
Kemiling
Langkapura
Kedaton
Rajabasa
Tanjung Senang
Labuhan Ratu
Sukarame
Sukabumi
Way Halim
1
1
1
1
3
2
4
5
4
4
2
2
2
2
2
-
4
1
3
1
5
-
2
1
-
2
5
2
19
8
3
4
1
5
5
4
6
-
7
-
2
2
2
-
2
1
6
3
4
1
2
3
1
5
6
-
1
-
5
4
Jumlah
45
79
50
Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perizinan Bandar Lampung

          Melihat banyaknya Fasilitas Telepon dan Fasilitas Tower Telekomunikasi yang tersebar didaerah yang memiliki penduduk yang cukup banyak atau diberbagai kecamatan yang ada di Bandar Lampung menunjukkan bahwa hal ini sudah cukup baik. Mengapa demikian? Karena adanya Tower telekomunikasi membuat masyarakat lebih mudah mengakses atau berkomunikasi dengan yang lainnya, terlebih lagi penempatan fasilitas telepon dan penempatan Tower telekomunikasi yang sangat strategi.

2.2 Analisis Sektor Produk Pengelolaan Industri Non Migas
Industri Pengelolaan Non Migas atau disebut Industri Manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengubah bahan dasar-dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi atau barang yang kurang nilainya atau menjadi lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.(Badan Pusat Statistik, 2007)
Industri Pengelolaan Non Migas atau Industri Manufaktur pada dasarnya terbagi menjadi sembilan subsektor. Kesembilan subsektor ini diantaranya yaitu  1). Makanan, Minuman, dan Tembakau, 2). Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, 3). Brg. Kayu dan Hasil Hutan Lainnya, 4). Kertas dan Barang Cetakan, 5). Pupuk, Kimia dan Brg dengan Karet, 6). Semen dan Brg. Galian bukan Logam, 7). Logam Dasar, Besi, dan Baja, 8). Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya, 9). Barang Lainnya. Kesembilan subsektor inilah yang menjadi pendorong kemajuan prekonomian di wilayah kota Bandar Lampung. Sebab kesembilan subsektor ini yang menjadi penyumbang terbanyak terhadap pendapatan regional wilayah kota Bandar Lampung.
Di kota Bandar Lampung sektor Industri Pengelolaan Non Migas tersebar dibeberapa kecamatan. Persebaran paling banyak dari sektor ini ialah di daerah kecamatan Panjang dan Teluk Betung. Di daerah kecamatan panjang lebih dari lima perusahaan besar yang berdiri dan bergerak dibidang atau sektor industri pengelolaan non migas. Seperti perusahaan makanan, minuman, dan tembakau, lalu perusahaan semen, perusahaan alat angkut dan mesin, dan masih banyak lagi.
Alasan pemerintah memilih zona khusus untuk industri pengelolaan non migas ini di daerah kecamatan panjang salah satunya adalah karena daerah ini dekat dengan pelabuhan perdagangan yaitu pelabuhan panjang. Sehingga apabila perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri pengelolaan non migas ini banyak membutuhkan bahan baku dari luar wilayah provinsi Lampung, maka dapat dengan mudah untuk mengirimnya sebab kawasan ini dekat dengat pelabuhan perdagangan sehingga terjangkau oleh kapal-kapal angkut dari luar wilayah provinsi Lampung yang mengirim bahan mentah yang akan diolah oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Alasan selanjutnya ialah agar dapat dengan mudah mengekspor produk-produk dari sektor industri pengelolaan non migas ini keluar wilayah kota Bandar Lampung karena dekatnya dengan pelabuhan panjang sehingga dapat dengan mudah perusahaan-perusahaan tersebut menjual produknya keluar wilayah provinsi Lampung maupun keluar wilayah Indonesia. Karena keuntungan dari penjualan produk tersebutlah yang menjadi salah satu pendapatan regional kota Bandar Lampung. Dan juga sebab majunya sektor ini diwilayah kecamatan Panjang adalah karena banyaknya memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat di kawasan tersebut sehingga menunjang untuk kemajuan sektor ini.
Menurut perhitungan PDRB kota Bandar Lampung oleh petugas Badan Pusat Statistik wilayah kota Bandar Lampung sektor Industri Pengelolaan Non Migas menempati urutan pertama berdasarkan “PDRB kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di tahun 2013” yaitu memberikan kontribusi sebesar 6.318.046 (juta rupiah) atau sebesar 21,68 %. Sedangkan berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan di tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 1.416.090 (juta rupiah) atau sebesar 17,91 %.Peningkatan yang signifikan sangat jelas terlihat dari tahun ketahun seperti pada table dihalaman sebelumnya.Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor Industri Pengelolaan Non Migas adalah sektor yang memberikan kontribusi paling besar kepada pendapatan regional wilayah kota Bandar Lampung.
Hal itu pula didukung dengan data Distribusi PDRB Atas Dasar Harga berlaku dan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha tahun 2010-2013 dari kesembilan subsektor yang ada dalam industri pengelolaan non migas yaitu 1). Makanan, Minuman, dan Tembakau, 2). Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, 3). Brg. Kayu dan Hasil Hutan Lainnya, 4). Kertas dan Barang Cetakan, 5). Pupuk, Kimia dan Brg dengan Karet, 6). Semen dan Brg. Galian bukan Logam, 7). Logam Dasar, Besi, dan Baja, 8). Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya, 9). Barang Lainnya.
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2010-1013 (Persen)
(Dalam Sektor atau Produk Industri Pengelolaan Non Migas)
Lapang Usaha
2010
2011
2012*
2013**
2.                    INDUSRTI PENGELOLAAN NON MIGAS
Makanan, Minuman, tembakau
c.                     Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki
d.                     Brg. Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
e.                     Kertas dan Barang Cetakan
Pupuk, Kimia dan Brg. Dengan Karet
f.                      Semen dan Brg. Galian bukan Logam
g.                     Logam Dasar, Besi, dan Baja
h.                     Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya
i.                      Barang Lainnya

22,45
12,69
0,00
6,37
0,07
1,65
1,09
0,49
0,08
0,01

22,44
12,89
0,00
5,95
0,07
1,67
1,07
0,50
0,08
0,01

21,89
12,91
0,00
5,58
0,07
1,69
1,08
0,49
0,07
0,01

21,68
12,96
0,00
5,34
0,06
1,67
1,09
0,48
0,07
0,01

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung
Keterangan: *angka sementara   **angka sangat sementara
A.            Makanan, Minuman, dan Tembakau
Subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau adalah subsektor yang bergerak dibidang pengelolaan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang siap didistribusikan kepada para konsumen untuk dikonsumsi. Industri ini banyak tersebar di beberapa wilayah di kota Bandar Lampung dan rata-rata sudah menjadi industri yang besar seperti perusahaan. Beberapa contoh industri ini seperti PT. Djarum (rokok : tembakau), Sungai Budi, PT [Factory] Alamat: Jl. Yos Sudarso No 29, Panjang, Bandar Lampung 35241 (Kopi; Tepung tapioka; Kopra; Lada hitam; Minyak kelapa; Monohydrate Asam sitrat), dan lain-lain.
Industri makanan, minuman, dan tembakau menjadi subsektor yang paling banyak memberikan kontribusi pada sektor industri pengelolaan non migas. Hal ini dapat dilihat dari data perhitungan distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung dari tahun 2010-2013 di atas dimana terjadi peningkatan yang signifikan dari kisaran 0,02-0,20 %. Dimana pada tahun 2010 kontribusinya sebesar 12,69 % sedangkan pada tahun 2011 naik 0,20 % menjadi 12,89 %, dan pada tahun 2012 naik sebesar 0,02 % menjadi 12,91 %, dan terakhir pada tahun 2013 naik sebesar 0,05 % menjadi 12,96 %. Ini dikarenakan besarnya kebutuhan terhadap makanan dan minuman serta tembakau dikalangan masyarakat kota Bandar Lampung dan juga sikap konsumtif masyarakat yang tinggi sehingga distribusi dari subsektor ini yang paling tinggi dibandingkan delapan subsektor lainnya.
B.            Barang Kayu Dan Hasil Hutan Lainnya
Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya adalah industri yang mengelola bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi dari kayu maupun hasil hutan lainnya seperti rotan,akar, triplek dan lain-lain. Persebaran industri ini paling banyak tersebar di daerah Panjang. Salah satunya seperti perusahaan Andatu Lestari Plywood, PT [Factory] Alamat: Jl. Serengsem Km. 11, Panjang, Bandar Lampung 35241 (Plywood; Penggergajian kayu; Blockboard). Perusahaan ini banyak mengambil bahan mentah dari daerah lain seperti dari  daerah Kalimantan sebab perkembangan hutan di wilayah Bandar Lampung kurang berkembang.
Subsektor ini menduduki peringkat kedua sebagai pemberi kontribusi terhadap sektor industri pengelolaan non migas. Tetapi distribusi produknya dari tahun 2010-2013 mengalami penurunan seperti dalam data perhitungan distribusi PDRB atas harga berlaku menurut lapangan usaha yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik seperti pada lampiran diatas bahwa subsektor ini mengalami penurunan dari kisaran 0,24 – 0,42 % dari tahun ke tahun (2010-2013). Dimana pada tahun 2010 kontribusinya sebesar 6,37 %, pada tahun 2011 mengalami penurunan 0,42 %  menjadi 5,95 %, dan pada tahun 2012 turun sebesar 0,37 % menjadi 5,58 % dan pada tahun terakhir turun sebesar 0,24 % menjadi 5,34 %. Penurunan ini disebabkan karena kurangnya bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi barang kayu dan hasil hutan lainnya sehingga distribusi produk ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
C.            Kertas dan Barang Cetakan
Industri Kertas dan Barang cetakan adalah industri yang bergerak di  bidang pengelolaan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang bahan bakunya dari kayu. Industri ini paling banyak tersebar di daerah Panjang. Subsektor ini tidak terlalu banyak memberikan kontribusi kepada sektor industri pengelolaan non migas sebab subsektor ini hanya memberikan kontribusi sebesar 0,07 % pada tahun 2010 sampai 2012 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,01 % menjadi 0,06 %. Hal ini disebabkan menipisnya bahan baku yang digunakan untuk produksi kertas dan bahan cetakan akibat illegal loging.
D.            Pupuk, Kimia dan Brg. Dengan Karet
Industri Pupuk, Kimia, dan Brg. Dengan karet adalah industri yang bergerak dalam pengelolaan barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi yang digunakan oleh produsen lain maupun konsumen. Persebaran industri ini tersebar di beberapa daerah di kota Bandar Lampung seperti Nakau, PT [Factory] Alamat: Desa Candi Mas, Abung Selatan, Bandar Lampung 34501 (Karet alam dan pengolahan), Mitra Kreasidharma, PT [Lampung Branch] Alamat: Ruko Perumahan Way Kandis, Jl. Pulau Damar No 1, Bandar Lampung (Pasokan formulasi pestisida, bibit tanaman dan antioksidan plastic), Emas Sari, PT [Factory] Alamat: Jl. By Pass Soekarno Hatta Km. 9 No 29, Bandar Lampung (Sodium siklamat dan benzoate), Garuntang, Alamat: Jl. Udang No 279 (Stasiun Garuntang), Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung 35227 (Crumb karet).
 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung subsektor ini mengalami keadaan yang fluktuasi dari tahun 2010-2013. Seperti dilihat dari data diatas bahwa pada tahun 2010 kontribusinya sebesar 1,65 % dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,02 % menjadi 1,67 % setelah itu pada tahun 2012 naik menjadi 1,69 % dan pada tahun terakhir yaitu 2013 mengalami penurunan sebesar 0,02 % dari tahun sebelumnya menjadi 1,67 %. Hal ini menyebabkan subsektor ini menduduki pringkat ketiga di sektor industri pengelolaan non migas dalam hal memberikan kontribusi untuk pendapatan regional di kota Bandar Lampung.
Keadaan yang berubah-ubah ini disebabkan kurangnya pendistribusian dan minimnya bahan baku yang tersedia sehingga persentasi dari tahun ketahun terkadang naik dan turun. Ini juga bisa disebabkan karena sasaran konsumennya terbatas, tidak semua konsumen bisa menjadi sasaran produk dari subsektor ini.
E.             Semen dan barang Galian bukan Logam
Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam adalah industri non migas yang berkembang di bidang produksi yang mengelola barang mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan ke konsumen atau produsen lain. Perusahaan industri semen ini terdapat di daerah kecamatan Panjang contohnya seperti  Semen Baturaja, PT (Persero) [Bandar Lampung Pabrik] Alamat: Jl. Yos Sudarso Km. 7, Panjang, Bandar Lampung.
Distribusi PDRB pada subsektor ini menurut perhitungan Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung dari tahun 2010-2013 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2010 memberikan kontribusi sebesar 0,49 %, sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar  0,01 % menjadi 0,50 %. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,01 % menjadi 0,49 kembali seperti pada tahun 2011 dan pada tahun terakhir turun kembali menjadi 0,48 %. Alasan penurunan pada tahun 2012-2013 disebabkan minimnya bahan baku yang digunakan untuk membuat produksi semen dan untuk pengelolaan barang galian bukan logam.
F.             Logam Dasar, Besi, dan Baja
Indutri Logam Dasar, Besi, dan Baja adalah industri yang mengelola bahan dasar logam maupun biji besi yang diolah menjadi bahan jadi yang siap untuk digunakan oleh konsumen maupun produsen lain. Dari data perhitungan Badan Pusat Statistik subsektor ini berkembang cukup baik diwilayah kota bandar lampung sebab terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di industri ini.
Pergerakan distribusi PDRB dari subsektor ini dari tahun 2010-2013 sangat fluktuatif sebab dari tahun 2010 sampai 2011 mengalami kenaikan dari 0,49 % menjadi 0,50 %, tetapi pada tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan sebesar 0,01 – 0,02 % yaitu pada tahun 2012 menjadi 0,49 % kembali seperti tahun 2010 dan pada tahun 2013 turun kembali menjadi 0,48 %.
G.            Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya
Industri Alat Angkut, Mesin, dan Peralatannya adalah industri yang bergerak di bidang transportasi salah satunya. Contoh perusahaan yang ada di wilayah kota Bandar Lampung seperti Graha Taruna Dwipa, PT Alamat: Jl. Raya Panjang Sribawono Km. 12,5, Tanjung Bintang, Bandar Lampung (Transportasi darat; Marine cargo). Bahan baku yang digunakan tidak diambil dari wilayah Provinsi Lampung sendiri tetapi di impor dari luar wilayah provinsi Lampung. Sebab masih terbatasnya dan kurangnya bahan baku yang tersedia untuk produksi industri ini.
Perkembangan distribusi dari produk ini menurut perhitungan Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung dalam data distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun 2010 – 2013. Pada tahun 2010 persentasenya sebesar 0,08 % sampai tahun 2011 staknan dijumlah tersebut. Lalu pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,01 % menjadi 0,07 %  sampai tahun 2013. Ini disebabkan karena sulitnya untuk mendapatkan bahan baku untuk memproduksinya. Terlebih lagi, bahan baku yang digunakan harus di impor dari luar wilayah provinsi Lampung bahkan luar wilayah Indonesia.


H.            Barang Lainnya
Perkembangan industri Barang Lainnya ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan regional wilayah kota Bandar Lampung, sebab subsektor ini tidak terlalu banyak menyumbang pada sektor industri pengelolaan non migas. Persentasenya dari tahun 2010 – 2013 staknan hanya pada jumlah 0,01 % ini didapat dari data perhitungan distribusi PDRB atas harga berlaku yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung.
Dilihat dari analisis di atas penulis melihat masih banyak subsektor yang persentasenya masih dibawah rata-rata untuk menyumbang pendapatan regional khusus daerah kota Bandar Lampung. Sehingga demi kemajuan prekonomian kota Bandar Lampung penulis berharap pemerintah lebih memperhatikan di sektor industri pengelolaan non migas ini sebab sektor ini adalah sektor penyumbang terbesar terhadap pendapatan regional di kota Bandar Lampung. Penulis juga ingin memberikan saran kepada pemerintah kota Bandar Lampung untuk dapat terus meningkatkan subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau, hal ini dikarenakan subsektor ini kemajuan distribusinya sangatlah signifikan dari tahun ke tahun seperti terlihat dalam data Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha yang dihitung oleh BPS kota Bandar Lampung. Sebaiknya pemerintah juga memperhatikan bahan baku yang digunakan untuk industri ini seperti dari hasil pertanian dan perkebunan. Penulis berharap sebaiknya pemerintah tidak mengimpor bahan baku dari luar wilayah Lampung sebab apabila bahan baku itu di dapat dari wilayah kota Bandar Lampung sendiri, karena  itu dapat mendorong sektor lainnya seperti pertanian dan perkebunan agar mengalami kenaikan untuk PDRB setiap tahunnya.
Penulis juga ingin memberi saran untuk kemajuan sektor ini semoga untuk tahun kedepannya pemerintah dapat mengembangkan subsektor Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebab sampai tahun 2013 subsektor ini distribusi PDRB nya sama sekali belum berkembang. Apabila dapat dikembangkan mungkin saja ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap pendapatan regional kota Bandar Lampung dan juga dapat membuka lapangan usaha baru untuk masyarakat kota Bandar Lampung sendiri serta apabila didukung penuh oleh pemerintah dalam perkembangannya mungkin saja subsektor ini dapat menghasilkan produk yang unggulan yang dapat menarik banyak konsumen terlebih dapat di ekspor keluar wilayah kota Bandar Lampung.

2.3  Analisis Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Sektor ini menempati posisi ketiga tertinggi dalam data PDRB Kota Bandar Lampung menurut data Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dimana menunjukkan bahwa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan memiliki peran penting atau dapat dikatakan kontribusinya cukup besar yaitu sebesar 5.456.355 (milion rupiahs) atau 18,76 %. Sedangkan jika dilihat dari data Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan menempati urutan pertama (lihat tabel laju pertumbuhan harga konstan).
Data tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan paling tinggi yang artinya sektor ini cukup bahkan sangat baik dilihat dari data yang ada dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
Dalam sektor ini, dari tahun 2010 hingga 2013 tidaklah pernah mengalami penurunan menurut data BPS PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan mengalami penurunan di tahun 2012.
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan meliputi kegiatan Bank, lembaga keuangan tanpa bank, jasa penunjang keuangan, dan sewa bangunan serta jasa perusahaan seperti advokat, akuntan, notaris, biro iklan, dan sebagainya.
A.            Bank
Perhitungan output dan nilai bruto bank atas dasar harga berlaku diperoleh langsung dari masing-masing bank, sedangkan perkiraan nilai bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan indeks jumlah nilai kredit real sebagai ekstrapolatornya.
Di Bandar Lampung sendiri, tercatat sebanyak 178 bank yang ada dimana letaknya hampir disetiap kecamatan yang mana terkadang tiap kecamatan terdapat beberapa Bank baik Bank umum maupun BPR. Perinciannya :
Jenis Bank (Type Of Bank)
Jumlah (Total)
Bank Umum
a.        Kantor Pusat
1
b.        Kantor Cabang
43
c.        Kantor Cabang Pembantu
85
d.        Kantor Kas
23
e.        Kantor Utama/Fungsional
8
BPR
a.        Kantor Pusat
14
b.        Kantor Cabang
3
c.        Kantor Kas
1
Sumber : Bank Indonesia Bandar Lampung
Source : Indonesia Bank of Bandar Lampung

Dilihat dari banyaknya Bank di kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa kebutuhan akan institusi keuangan seperti Bank sangat dibutuhkan bahkan mungkin kedepannya jumlah bank akan bertambah lagi. Bank bukan saja dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya tapi juga sangat dibutuhkan oleh para pengusaha atau orang-orang yang dalam usahanya membutuhkan keberadaan bank.
Mengapa demikian? Karena kota Bandar Lampung merupakan pusat kota yang mana juga merupakan pusat kegiatan perekonomian di daerah Lampung dimana arus lalu lintas transaksi keuangan pun lebih banyak terjadi disini serta banyaknya sektor-sektor industri, jasa, perdagangan, dan sebagainya yang membutuhkan keberadaan Bank. Hal ini dipandang bahwa keberadaan bank di Kota Bandar Lampung sangat tepat.
B.                 Lembaga Keuangan Tanpa Bank
Sub sektor ini mencakup perusahaan asuransi, pegadaian, dan lain-lain. Seperti perusahaan asuransi sendiri, di Bandar Lampung tidak hanya ada satu perusahaan asuransi baik itu asuransi kesehatan, jiwa, maupun jenis asuransi lainnya. Mengapa terdapat banyak perusahaan asuransi di Kota Bandar Lampung? Banyaknya faktor seperti faktor kesehatan, keselamatan lalu lintas, kepemilikan kendaraan dan lain sebagainya yang dinilai penting untuk diasuransikan. Hal ini mengingat Kota Bandar Lampung sebagai pusat dari banyaknya kegiatan perekonomian serta banyaknya arus lalu lintas yang terjadi setiap detiknya.
Sedangkan pegadaiaan, terdapat banyak pengadaian baik berbasis konvensional maupun syari’ah yang mana dapat membantu/mengatasi masalah keuangan masyarakat tanpa menimbulkan masalah lagi kedepannya. Terutama melihat keadaan masyarakat Indonesia atau lebih spesifiknya Kota BandarLampung yang mana pada saat-saat tertentu membutuhkan dana cepat dengan menggadaikan kepemilikan mereka terhadap suatu barang.
Perhitungan output dan nilai tambah bruto asuransi atas dasar harga yang berlaku diperoleh dari SKPR yang dilakukan terhadap seluruh perusahaan aruansi. Demikian juga untuk kegiatan kegadaian dan koperasi simpan pinjam, penghitungan nilai tambahnya berdasarkan data hasil SKPR.
Mengenai banyaknya koperasi yang berada di Bandar Lampung (dari 33 jenis koperasi) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tahun
Jumlah Koperasi
Jumlah Anggota
Asset (Rp)
Volume Usaha (Rp)
2013
717
99 994
505 620 340 000
599 049 260 000
2012
711
99 017
448 876 740 000
434 989 120 000
2010
699
98 535
437 732 000 000
424 078 930 000
2009
679
100 711
349 686 740 000
321 179 520 000
2008
658
95 375
349 686 740 000
266 174 190 000
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kota Bandar Lampung
Source : cooperative, UKM, Industrial, & Trade Service of Bandar Lampung City

Banyaknya jumlah koperasi yang tiap tahun terus meningkat serta diikuti pula dengan kenaikan dan volume usaha menunjukkan bahwa keadaan ini cukup baik. Jika dilihat dari jumlah anggota koperasi juga menjelaskan bahwa cukup banyak masyarakat bandar Lampung yang menginvestasikan uang mereka di koperasi yang memiliki jiwa kekeluargaan tinggi. Ditambah lagi volume usaha serta asset yang dimiliki koperasi cukup tinggi untuk memberikan kontribusi terhadap PDRB kota Bandar Lampung.
Mengapa jumlah koperasi lebih banyak dari Bank? Karena Koperasi lebih bersifat kekeluargaan, demi kepentingan bersama, dan untuk kepentingan seluruh anggotanya juga sedangkan bank berbeda. Ditambah lagi, pendirian koperasi lebih mudah daripada pendirian bank.
Mengenai jenis koperasi manakah yang paling tinggi asset, anggota, dan volume usaha serta jumlah dari masing-masing jenis, dipaparkan dalam tabel dibawah ini: (4 tertinggi dari 33 jenis)
Jenis Koperasi
Jumlah Koperasi
Jumlah Anggota
Asset
Volume Usaha
Kop. Pegawai Negeri
77
26 743
188 472 560 000
202 079 830 000
Kop. Simpan Pinjam
46
15 553
116 426 300 000
139 769 900 000
Kop. Karyawan
114
15 873
104 771 130 000
135 989 140 000
Kop. Serba Usaha
103
4 764
16 810 370 000
31 114 550 000
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kota Bandar Lampung
Data tersebut menggambarkan mana sajakah koperasi yang lebih unggul dibandingkan dengan koperasi-koperasi jenis lain. Hal tersebut juga menggambarkan keadaan masyarakat kota Bandar Lampung dalam merespon keberadaan koperasi bahkan dalam mendirikan koperasi.
Dari keempat jenis koperasi diatas, dapat terlihat bahwa dalam hal jumlah, Koperasi terbanyak adalah koperasi serba usaha namun koperasi usaha memiliki asset dan volume usaha yang menempati urutan terendah dari kempat data diatas. Sedangkan jumlah asset dan volume usaha tertinggi yaitu jenis koperasi Pegawai Negeri yang assetnya 188.472.560.000 rupiah dengan volume usaha 202.079.830.000.
Sedangkan mengenai kecamatan yang memmiliki jumlah terbanyak dalam kepemilikan koperasi adalah kecamatan Teluk Betung Utara yang memiliki 70 koperasi dimana terbanyak adalah koperasi Pegawai Negeri yaitu 33 koperasi dan diurutan kedua ditempati oleh kecamatan kedaton sebanyak 43 koperasi yang tercatat pada BPS Kota Bandar Lampung yang mana 16 diantaranya adalah koperasi serba usaha. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan Teluk Betung Utara lebih unggul dari kecamatan Kedaton dalam Lembaga Keuangan Non Bank yaitu Koperasi.
Keberadaan lembaga keuangan Non Bank dinilai cukup baik untuk meningkatkan PDRB kota Bandar Lampung karena pertumbuhannya sangat pesat. Dan daerah yang dirasa tepat untuk terus ditingkatkan keberadaan serta kinerja koperasinya adalah Teluk Betung Utara serta Kedaton. Namun untuk kecamatan-kecamatan lain diharapkan agar kedepannya dapat meningkatkan keberadaan koperasi yang mana kedepannya dapat membantu perekonomian daerahnya.
C.                 Jasa Penunjang Keuangan
Kegiatan sub sektor ini adalah money charger, bursa valuta asing, pasar modal, dan lain-lain. Untuk kegiatan  money charger, penghitungan nilai tambahnya berdasarkan data hasil SKPR. Sedangkan untuk kegiatan usaha lainnya masih menggunakan rasio nilai tambah perbankan.
D.                Sewa Bangunan
Mencakup semua kegiatan jasa yang berhubungan dengan proses penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal yang oleh rumah tangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau rumah yang disewakan. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan didapat dari pengeluaran sewa rumah hasil SUSENAS. Sedangkan untuk harga berlakunya didasarkan pada elastisitas yang diperoleh dari data SUSENAS dikalikan dengan estimasi jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam bangunan untuk tempat tinggal sendiri, pemerintah kota mendapatkan kontribusi untuk PDRB dalam bentuk Pajak Bumi dan Bangunan.
Mengapa sewa bangunan dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Bandar Lampung? Hal ini dikarenakan adanya peraturan mengenai sewa tanah dan bangunan yang dikenai pajak oleh pemerintah.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari Persewaan tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Dasar Hukum
1.      Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
2.      Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996
3.      Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 394/KMK.04/1996 Tentang  Pelaksanaan Pembayaran Dan Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan
4.      Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 120/KMK.03/2002 Tentang Perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 227/PJ./2002 Tentang Tata Cara Pemotongan Dan Pembayaran, Serta Pelaporan Pajak Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan Atau Bangunan. 


E.                 Jasa Perusahaan
Meliputi kegiatan advokat, notaris, pengolahan data, biro iklan, sewa menyewa mesin, dan alat-alat usaha sejenisnya. Perkiraan nilai tambah bruto dan nilai tambah netto sub sektor jasa perusahaan ini dihitung dengan menggunakan metode pendekatan produksi yang outputnya diperoleh dengan cara langsung yaini dengan mengalihkan jumlah tenaga kerja sub sektor jasa perusahaan dengan rata-rata output per tenaga kerja.
Jasa perusahaan juga memegang peranan penting baik dalam memberikan kontribusi terhadap PBRD Kota Bandar Lampung namun tidak sebesar sub sektor lainnya.

Dari sektor dan beberapa subsektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan maka dapat dikatakan baik. Kedepannya, pemerintah kota Bandar Lampung perlu untuk terus meningkatkan kembali subsektor unggulan seperti Bank dan Lembaga Keuangan non Bank yang mana dinilai oleh penulis merupakan sub sektor yang tepat untuk menjadi titik unggulan. Peningkatan itu diperlukan agar PDRB Kota Bandar Lampung terus meningkat serta agar Kota Bandar Lampung menjadi lebih baik dalam hal perekonomian.
Seperti contoh pertumbuhan koperasi yang dari tahun ke tahun meningkat bahkan tidak pernah mengalami penurunan yang berarti jika pemerintah dan masyarakat sama-sama membangun kinerja koperasi menjadi lebih baik lagi maka kedepannya dimungkinkan untuk menambah kontribusi PDRB Kota Bandar Lampung.
Selain itu keberadaan Bank juga dinilai sangat baik apalagi BandarLampung merupakan pusat dari provinsi Lampung dalam lalu-lintas Ekonomi yang pesat bahkan setiap menitnya lalu lintas Ekonomi terus terjadi dan meningkat.
Kedua sub sektor ini dinilai penulis lebih tepat untuk dijadikan titik untuk memperkokohnya.
Lalu bagaimana dengan pendapatan asli daerah Kota BandarLampung?
Kita lihat tabel dibawah ini :  
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung
Tahun 2009-2013
Jenis Pendapatan
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Persentase (%)
Pajak Daerah
2009
45 500 000 000
47 035 295 283
103,7
2010
52 614 913 548
56 627 114 786
107,63
2011
104 234 442 000
112 557 355 470
107,98
2012
183 315 622 192
183 436 575 291
100,07
2013
271 516 090 306
242 651 752 332
89,37
Resribusi Daerah
2009
16 885 236 600
15 849 094 531
94,03
2010
23 835 907 380
21 911 781 739
91,93
2011
36 294 709 552
38 341 095 234
103,84
2012
80 530 077 780
68 252 030 150
84,75
2013
74 053 787 912
50 651 293 897
68,40
Laba BUMD
2009
3 103 554 978
3 087055 409
99,47
2010
3 470 399 341
3 449 388 341
99,39
2011
5 641 089 632
5 631 089 632
99,82
2012
6 601 000 000
6 852 738 932
103,97
2013
8 200 000 000
8 237 246 269
100,45
Lain-lain PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang sah
2009
6 550 518 264
4 460 818 945
68,10
2010
4 246 250 000
4 704 103 834
110,78
2011
9 996 250 000
6 198 579 221
62,01
2012
21 825 350 000
40 414 717 721
183,94
2013
64 341 862 597
59 158 057 632
91,94




Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung

Jika kita lihat tabel diatas, secara garis besar target dan realisasi cukup memuaskan bahkan ada yang melebihi target. Terutama pada laba BUMD yang melibihi 0,45 % dari target yang tertulis dalam data diatas.
Hal ini menunjukkan jika laba BUMD memegang peranan besar dari keuangan daerah. Laba BUMD ini seperti perusahaan daerah angkutan kota, PDAM, PBD, dan lain sebagainya.



















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
Pada Tahun 2013, angka PDRB yang dihasilkan kota bandar lampung sebesar 29,14 trilliyun rupiah. Pencapaian angka PDRB yang terus meningkat selama 5 tahun terakhir menunjukkan keadaan perekonomian yang membaik.
Dalam hal memberikan kontribusi terbanyak terhadap PDRB Kota BandarLampung yaitu sektor :
-          Industri Pengolahan Tanpa Migas
-          Pengangkutan dan Komunikasi
-          Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Ketiga sektor tersebut baik dihitung menut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga berlaku maupun Konstan, menunjukkan angka yang baik namun perlu ditingkatkan lagi.
Mengapa ketika sektor ini sangat mendukung? Karena ketiga sektor ini sangat cocok dengan keadaan Kota BandarLampung dimana arus lalulintas perekonomian sangat mendukung keberadaan ketika sektor tersebut.
3.2 Saran
Kedepannya diharapkan pemerintah Kota BandarLampung serta masyarakatnya bersama-sama meningkatkan daerahnya. Pemerintah Kota sendiri juga perlu untuk mempertimbangkan sektor-sektor yang memiliki kontribusi terbanyak untuk lebih meningkatkan lagi agar kedepannya Kota BandarLampung menjadi Kota yang lebih baik dan terus lebih baik dikemudian hari.

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...