Rabu, 30 April 2014

Tulisan yang muter-muter


Sebelumnya gue mau mengutip satu paragraf dari tulisan Fadhil Abdillah yang judulnya ‘Soal Hati yang Tidak Pernah Serius’. Oke, langsung ke TKP. Fadhil nulis gini ‘kita pernah merasakan bahwa hati kita sedang bergejolak, marah misalnya. Kita pernah ingin melakukan sesuatu ketika hati kita sedang bergejolak, menampak misalnya. Kita pernah memikirkan sesuatu ketika hati kita ingin semuanya dilampiaskan, dendam misalnya’ lalu lanjut ke paragraf ke-2 ‘Tapi, kita tidak pernah tau, rasa, tindakan, pikiran itu kapan akan terjadi. Sama dengan seseorang yang menemukan kembali cintanya. Tiba-tiba’
Kedua, gue mau mengutip kata-kata sahabat gue ‘cinta itu rumit. Serumit ketika kita nonton film dan endingnya itu benar-benar tidak pernah diharapkan. Selain rumit, cinta itu kadang mengerikan, lebih mengerikan dari dunia politik hitam’ (yang ini sereeeem definisinya) terus dia lanjut lagi ngomong ‘ketika seseorang merasa otaknya benar-benar terhenti beberapa detik, ketika itu ada suatu virus yang sedang menyerbu otak kita. Mereka benar-benar berusaha merusak otak kita bahkan terkadang, mereka membuat kita seperti orang aneh.’ (ini sebenernya ngutip drama atau gimana kok dramatis banget yah? Entahlah)
Disini gue akan bicara soal cinta. Ini bukan cinta yang gue berikan pada G-Dragon, Junsu, atau Jae Jong karena itu cinta yang berbeda dari seorang fans seperti gue. Ini juga bukan cinta buat para sahabat-sahabat gue yang kadang autis dan autisnya ngajak-ngajak gue. Ini juga bukan tentang cinta yang gue berikan pada seorang pacar karena gue gak punya pacar *curhat*. Ini juga bukan rasa cinta yang gue berikan pada...., ah sudahlah berbelit-belit.
Gue mau mengingatkan satu hal lagi tentang cinta yang sering gue denger dari entah itu film, drama, sinetron, atau dari orang-orang disekitar gue. Ada yang mengatakan bahwa cinta itu suatu hubungan sebab akibat dimana ada penyebabnya kemudian ada akibat dari itu semua. Yaa semacem rumus sebab akibat yang rumit itu. Ada juga yang bilang cinta itu tanpa alasan. Ketika kita mencintai, kita tidak membutuhkan alasan apapun untuk mencintainya. Daan, masih banyak lagi hal-hal yang berhubungan dengan cinta dimana tiap individu bisa beda-beda cara menjabarkannya.
Kita pernah merasakan bahwa hati kita sedang bergejolak, marah misalnya. Oke, itu tulisan Fadhil yang ada di note facebooknya. Menurut gue bener karena ketika seseorang mencapai titik tertentu dimana kesabarannya lenyap maka luapan emosi yang keluar. Bagi gue, itu manusiawi. Dalam kasus ini, gue menganggapnya sebagai demonstrasi sel-sel otak. (Kata gue loh ini bukan kata para ahli yang meneliti sel-sel otak)
Ketika seseorang marah, contohnya gue, gak mungkin dan sangat gak mungkin tanpa alasan. Apapun kemarahan seseorang, pasti ada alasannya baik itu timbul detik itu juga atau detik-detik berikutnya setelah alasan marah itu datang menyapa. Yaa, gue merasakan itu. Kalian tanyakan pada diri kalian, pernah bukan marah? Lalu, apa hubungannya marah dengan cinta?
Marah dengan cinta ada hubungannya. Kalau gak ada hubungannya, harus dihubungkan. Kalau masih gak ada juga, ambil tali, sambungkan. Simpel. No No No. Bukan gitu. Ketika seseorang mencintai sesuatu, maksud gue mencintai hobby dia, mencintai sebuah seni, mencintai keluarganya, atau mencintai seorang yang lebih dari sekedar teman biasa, itu berhubungan dengan marah. Kenapa? Entahlah, gue merasa kadang terlintas dikepala gue begitu.
Kita tidak pernah tahu rasa, tindakan, dan pikiran itu kapan terjadi. Yap, gue sangat setuju dengan hal ini. Mungkin detik ini kalian masih bisa senyum bahagia tapi detik berikutnya, kalian bisa saja lebih bahagia, atau tiba-tiba jatuh pada sesuatu yang menyedihkan. Tentu saja itu dapat terjadi. Dunia ini bisa berubah dalam satu detik. Begitu pun dengan cinta.
Seorang sahabat gue namanya Nurfiati pernah mengatakan jika ada kalanya ketika cinta itu benar-benar sudah tertanam alias sudah permanen dihati, seburuk apapun orang mengatakan jika itu adalah cinta yang salah untuk kita, kita tidak dapat melepaskan cinta itu begitu saja. Yap, untuk hal satu ini gue udah liat sahabat gue merasakannya, kalau gue sih belum secara yaa entahlah, belum takdir aja. Hal ini berkaitan dengan pikiran yang menurut gue sudah tertanam baik dan gak hilang atau menghilang cinta itu sendiri. Dapat dikatakan rasa, tindakan, dan pikiran yang dirasakan oleh Nurfiati ini benar-benar gak pernah diduga sama dia. Jaman SMP, dia selalu bilang rencana-rencana dia tentang blablabla tapi entahlah, waktu membuatnya melakukan hal lain, berpikir hal lain, merasakan hal lain, dan tentu saja, itu takdir yang kuasa.
Gue juga gak tau kapan rasa suka gue sama laeder Big-Bang sii G-Dragon datang menghampiri gue karena tiba-tiba gue suka aja sama dia. Tapi, gue punya alasan dan setiap orang punya alasan hanya saja kadang yang kita rasakan adalah rasa suka terlebih dahulu baru kita menjabarkan alasannya. Betul gak apa kata gue? Hal ini juga berlaku untuk cinta yang bukan untuk seorang penyanyi, artis, atau lain sebagainya. Intinya berlaku untuk cinta yang lebih dari sekedar teman baik tapi masalahnya gue gak punya itu kecuali sahabat-sahabat gue yang kadang autis. Hihi
Pernah gak sih liat anak SMP atau anak SMA yang pacaran terus putus terus pacaran lagi terus putus dan tiba-tiba malah pacaran lagi sama temennya sii mantan. Yaa itu hal biasa yang gue denger baik itu dari kisah nyata orang-orang yang curhat sama gue atau dari drama, sinetron, atau film. Itu hal yang sangat sering ditemui didunia ini ^^ apakah itu cinta? Tentu saja itu cinta hanya kadar kekuatan cinta yang berbeda-beda tiap pasangan. Bagi gue, itu sah-sah aja. Gak ada hukum yang melarang seseorang untuk putus-nyambung-putus-nyambug-putus. Tapi, kadang gue mikir, ada kok hukum yang mengatur. Misalkan hukum hati, yaa ada rasa sesak nafas gitu didada tapi ketika diperiksakan ke Rumah Sakit gak ada masalah. Mungkin sih gitu.
Namun gue bukan anak SMP lagi walaupun tampang gue masih imut-imut untuk dibilang anak SMP. Gue bukan seorang cewek yang suka putus-nyambung begitu karena bagi gue bolak-balik dijalan yang sama itu gak efisien. Coba lo pikir, ketika lo mau ke Bali, masa iya lo dari Jakarta terus berhenti di Jogja terus balik ke Jakarta lalu ke Kalimantan terus ke Jogja lagi dan Jakarta lagi baru kemudian Bali. Gak efisien banget kan? Simpelnya, ketika gue ingin pergi ke satu titik dimana gue akan merasa nyaman maka dalam perjalanan itu, gue gak boleh kembali. Bukan artinya gue melupakan jalan gue sebelumnya hanya saja yang terpenting dan jadi fokus gue adalah tujuan gue, misal tujuan gue itu ke Bali. Kalaupun gue harus kembali ke Jakarta, gue hanya ingin reuni. Simpelnya gitu. Namun, ini gak benar juga karena ada satu masa dimana ketika kita kembali ke titik awal maka kita akan membawa bekal lebih untuk satu tujuan. Yap, namun gue lebih suka jalan pikir gue yang pertama. Kalau sudah terlewat, yasudah, fokus ke tujuan dulu. (maksa banget ya gue ^^)
Cinta itu lebih mengerikan daripada politik hitam? Lah kok? Menurut gue berbalik. Entahlah. Tapi dipikir-pikir ada benarnya juga karena ketika seseorang mungkin curang dalam politik, imbasnya atau balasannya nanti dikemudian hari. Namun kalau cinta, bisa detik itu juga karena banyak yang bilang ini sudah bicara tentang perasaan.
Kalau cinta kadang membuat seseorang menjadi aneh, itu hal lumrah. Menurut gue wajar. Ketika orang yang pemales, jarang mandi, jarang merawat tubuhnya tiba-tiba menjadi peduli sama kesehatan dan rajinnya minta ampun, yaa itu cukup aneh walaupun positif. Ini namanya dampak positifnya cinta. Tapi ketika cinta menimbulkan depresi baik ringan maupun berat, itu dampak negatif yang mengertikan. Bagi gue, ini sangat benar kalau cinta membuat seseorang menjadi aneh tapi bagi gue juga, itu tahap menuju pembelajaran hidup.
Gue pernah bahas soal rasa cinta gue buat oppa G-Dragon? Tentu pernah. Buat Junsu? Pernah juga. Atau rasa cinta gue buat Kim Jae Jong atau John Hoon? Gue belum sempet nulisnya di blog ini. Ah iya, gue pernah nulis soal first love gue kan? Atau tentang cinta sekilas yang gue rasakan? Ya semua itu pernah. Apa gue jatuh cinta? Tentu. Semua itu cinta hanya beda jenisnya dan beda kadarnya. Kalau cinta terhadap G-Dragon itu cinta dari seorang fans tapi gue bukan fans fanatik loh. Bukan.
Mengenai tulisan gue tentang seseorang yang bagi gue gak banget itu, gue udah move on. Mungkin benar kata sahabat gue kalau itu hanya rasa suka berlebihan karena saat itu hati gue lagi gak stabil dan mudah untuk dirasuki hal-hal aneh semacem rasa suka berlebih. Tapi kalau rasa suka yang berlebih ke Kang Min Hyuk alias drummernya band kece CN-BLUE sih gak boleh disalahkan karena yaa itu perngecualian. Rasa suka gue ke dia karena.... banyak alesan, salah satunya karena senyum Kang Min Hyuk buat gue merasa damai. *loh* Jadi, gue gak akan bahas itu. Gue sedang fokus terhadap kenyamanan hidup gue yang mengesampingkan masalah itu dulu. Hihi
Belakangan ini atau beberapa waktu ini, gue suka mengamati orang. Sebelumnya, gue gak pernah begini banget mengamati orang. Biasanya gue sekedar mengamati terus bilang ‘karakter orang beda-beda ternyata’ yaa begitu doang. Tapi kali ini gue mengamati banyak orang. Yaa gak lama sih gue mengamati banyak orang dengan berusaha teliti walaupun kadar ketelitiannya gak dapat gue pertanggungjawabkan. Gue melakukan itu 1 minggu. Kalau gue lagi makan entah dimana, kadang gue suka mengamati anak kecil, atau mengamati cowok-cewek-ibu2-bpk2-nenek2-atau kakek-kakek sekalipun. Gue mengamati aja. Dan entahlah, gue merasa ada satu pembelajaran tersendiri bagi gue. Gue merasa orang-orang di sekitar gue itu unik bahkan diri gue pun unik. Rasanya menyenangkan menyadari hal itu dengan pengamatan langsung bukan dengan baca buku atau baca artikel tapi apa yang gue baca itu bener kok karena gue sudah membuktikannya.
Dari pengamatan gue itu kadang gue merasa kalau orang yang gue amati itu merasa risih sama gue. Yap, gue kadang mengamati dari jauh sambil memasukkan dikepala gue tapi kadang ketika orangnya berada disekitar gue. Nekat ya gue? Entahlah mungkin kalau cewek cantik yang gue amati eh dikiranya gue iri sama dia atau dikiranya gue nyindir dia atau dikiranya apalah yang gak banget gitu. Dan kalau cowok, mungkin dikiranya gue terpesona. Itu aja bagi gue.
Gue banyak menemukan orang-orang yang kadang marah tanpa jeda. Kadang juga gue menemukan orang yang kalem banget ditambah baek jadi kalemnya bener-bener luar biasa. Kadang juga ada yang kalem tapi kalau ngomong ngena dihati alias nyakit. Itu sih biasanya cewek. Kalau gue sebagai cewek, gue mengakui diri gue itu gak kalem kecuali kalau gue gak cocok sama tempat dimana gue berada atau gue gak cocok sama orang-orang disekitar gue. Yang gue suka dari seorang cewek karena gue juga cewek, cewek itu lebih peka. Maksud gue bukan peka terhadap orang lain aja tapi terhadap hidup dia sendiri contohnya kesehatan dimana para cewek-cewek ini mulai memperhatikan kesehatan kulit dan mulai berkonsultasi sama dokter. (ini bukan pengamatan aja tapi hasil gue nanya alias wawancara santai)
Nah kalau soal cowok, ini mah udah pasaran didenger, cuek. Cuek banget ngerokok dimana-mana tanpa mikir kanan-kiri itu keganggu. Yaa gak semua cowok gitu, masih banyak kaum cowok yang anti rokok. Gue menemukan ketika gue dikampus, masih banyak yang gak ngerokok. Ketika gue lagi kumpul sama temen-temen SMA gue, mereka juga banyak yang gak ngerokok. Tapi tetep ada sisi cueknya sii cowok ini, yaitu males ribet makannya banyak yang memberi cap cowok itu kebanyakan cuek. Bagi gue sebenernya bukan cuek tapi mereka meminimalkan tindakan yang gak penting. Gitu sih kata gue bukan kata yang lain.
Dari sekian banyak pengamatan kilat gue, ada beberapa orang yang sampai detik ini buat gue salut sama tingkah mereka yang mana kayaknya unik banget diantara sekitarnya. Beda sama tingkah gue yang jelas. Yaa tingkah gue juga emang beda sih misal dikampus sama dilingkungan temen SMA gue beda banget, beda jauh malah tapi tingkah gue gak se-autis sahabat-sahabat gue yang gak bisa diem. *eh*
Lalu, apa hubungannya hasil pengamatan gue dengan cinta?
Hasil pengamatan gue itu mengajarkan gue yang berkenaan dengan cinta, salah satunya mengajarkan gue untuk memahami kalau tingkah laku manusia itu beda-beda jadi ketika gue menemukan cinta disekitar gue mungkin gue harus inget hal ini kalau memahami itu sangat rumit karena yaa tingkah manusia itu balik lagi ke beda-beda-beda tiap individunya.
Tapi yang  gue tekankan, walaupun tingkah manusia itu beda-beda tapi-tapi-tapi-tapi ada kalanya dimana kita bisa membedakan tingkah yang murni, tingkah palsu atau dibuat-buat, dan tingkah yang terpaksa. Yaa begitu lah. Membedakannya dengan cara bukan hanya mengamati tapi mencoba untuk memahami perlahan namun gak memaksa otak kita untuk paham. Yaa gimana pun kapasitas otak itu gak bakal seru kalau ada unsur pemaksaan.
Coba geh, apa kalian pernah dipaksa mencintai atau menyukai idola kalian? Atau kalian dipaksa untuk mencintai keluarga kalian? Itu pasti nggak. Simpelnya seperti itu. Cinta itu tanpa paksaan. Kalau ada seseorang yang memaksakan cinta, mungkin hukum karma yang akan membuatnya sadar sesadar-sadarnya.
Cinta kepada manusia bagi gue yang utama dan pertama itu keluarga gue baru diri gue kemudian diri gue kemudian lagi diri gue kemudian sahabat gue baru kemudian yang lain-lainnya. Kenapa gue selalu menyebutkan diri gue berkali-kali? Karena ketika kita bisa mencintai diri kita sendiri maka kita bisa mencintai orang lain. Kalau keluarga udah hukum alam saling mencintai, gak bisa diganggu gugat terkecuali ada kecacatan dalam sebuah keluarga misal keluarga yang berantakan. Misal loh misal.
Cinta kepada yang lainnya bagi gue itu bukan idola gue yang gue dahulukan tapi orang lain dulu karena gini, ketika gue menyukai idola gue kan belum tentu dia balik menyukai gue sebagaimana gue menyukai dia. Yaa memang cinta itu gak menuntut balas tapi menurut gue sah-sah aja jika keduanya saling terikat alias saling menyukai. Masalahnya kalau artis kan fansnya banyak jadi bisa diberi pengecualian. Untuk yang lain, bagi gue jalan digaris lurus bersama itu lebih baik karena bisa memikirkan strategi untuk mencapai tujuan secara bersama-sama. Namun ketika jalan digaris yang sama kemudian salah satu keluar dari jalur, tentunya yang keluar akan tersesat bahkan yang sangat mengerikan ia tidak dapat kembali lagi. Bagi gue begitu. Bukan gue egois tapi itulah kata hati guee wkwk
Kalau jatuh cinta pada lawan jenis selain diluar artis/penyanyi, jujur, di isi kepala gue Cuma 1 kali. Dan itu gak menyeramkan seperti lebih menyeramkan dari politik hitam. Gak sama sekali. Dan cinta yang ke-2 kalinya, yaa entahlah, belum pernah otak gue menegaskan itu. Bukan berarti gue orangnya pemilih yang ribet tapi entahlah jalan pikir otak gue memang rumit serumit berjalan diatas air gitu. Yaa jelek juga kan kalau gue tipe orang yang mudah jatuh cinta. Gak banget. Kecuali jatuh cinta pada seorang penyanyi lewat suaranya itu bisa mudah karena gue dengerin suaranya langsung deh jatuh cinta sama suaranya baru ke penyanyinya siapa. Eh atau mungkin pertama kali gue jatuh cinta sama Junsu? WOW!
Tapi ada manusia yang belakangan ini buat gue penasaran. Eh bukan belakangan ini tapi udah lama sih buat gue penasaran. Ada yang unik. Bener-bener unik. Tapi dia bukan orang hasil pengamatan gue. Bukan. Ada beberapa kejadian/hal/tingkah laku yang buat gue mikir ‘gue harus nulis cerpen tentang nih orang’ tapiii, gue baru mikir aja belum terlaksana. Mau tau siapa dia? Apa dia artis? Penyanyi? Atau seseorang yang lain? Atau seseorang yang lebih dari sekedar teman?
Simpel kata, gue akan menjelaskan pada tulisan berikutnya. Yang jelas, dia bukan orang yang pernah gue tulis disini sebelumnya. Bukan. Gue pertegas lagi, bukan. Mau dia artis, penyanyi, aktor, temen gue, tetangga gue, sahabat gue, gue mau nulisnya nanti. Nanti ditulisan setelah tulisan ini.
Orang yang buat gue mikir tentang sebuah kalimat yaitu: ‘Tapi, kita tidak pernah tau, rasa, tindakan, pikiran itu kapan akan terjadi’



Jumat, 25 April 2014

Iman dan Taqwa

MAKALAH TAUHID/ILMU KALAM
Iman dan Taqwa

Disusun oleh

Aula Nurul Ma’rifah
Risky Kusumaningtyas
Selma Purnamasari
Umi Rohmah

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/68/Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg
Institut Agama Islam Negeri
Raden Intan Lampung
Tahun 2013


KATA PENGANTAR

                Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Iman dan Takwa”  ini dengan lancar.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi semua semua orang.

           
                                                                           BandarLampung, September 2013
                                                                                                           Penulis


                                                                                                        
                     Kelompok 8





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan Modern
            Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).
            Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan  bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari keimanannya.
            Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama  muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga membuatnya enggan untuk memulai, dan yang kedua ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa, kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan cenderung serba boleh. Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa, jika penglihatan atau pendengaran tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka akan membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran (akal) juga ikut kotor, dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika prilaku, pikiran dan hati sudah kotor tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat plural ini dirasa perlu menjaga pandangan (dalam arti mata dan telinga) dari hal – hal yang dilarang agama sebagai cara awal dan utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, menjadikan seorang muslim memiliki kesempatan besar dalam memperoleh taqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur ini, untuk dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya. Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri  sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman dan Taqwa?
2. Bagaimana Problematika tantangan dan resiko dalam kehidupan modern?
3. Hubungan timbal balik antara Taqwa dan Iman ?
1.3 Tujuan
Memberitahukan kepada teman-teman apa itu Iman dan Taqwa serta bagaimana cara meningkatkannya dan juga landasan teorinya. Dan, supaya kita semua dapat berbenah diri untuk terus memperbaiki Iman dan Taqwa kita.
  


BAB II
LANDASAN TEORI
Kita diciptakan didunia ini untuk satu hikmah yang agung dan bukan hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main. Tujuan dan himah penciptaan ini telah dijelaskan dalam firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ مَآأُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58)
Allah telah menjelaskan dalam ayat-ayat ini bahwa tujuan asasi dari penciptaan manusia adalah ibadah kepadaNya saja tanpa berbuat syirik.
Sehingga Allah pun menjelaskan salahnya dugaan dan keyakinan sekelompok manusia yang belum mengetahui hikmah tersebut dengan menyakini mereka diciptakan tanpa satu tujuan tertentu dalam firmanNya :
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُونَ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. (QS. 23:115)
Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main saja, namun diciptakan untuk satu hikmah. Allah tidak menjadikan manusia hanya untuk makan, minum dan bersenang-senang dengan perhiasan dunia, serta tidak dimintai pertanggung jawaban atas semua prilakunya didunia ini. Tentu saja jawabannya adalah kita semua diciptakan untuk satu himah dan tujuan yang agung dan dibebani perintah dan larangan, kewajiban dan pengharaman, untuk kemudian dibalas dengan pahala atas kebaikan dan disiksa atas keburukan (yang dia amalkan) serta (mendapatkan) syurga atau neraka.
Demikianlah seorang manusia yang ingin sukses harus dapat bersikap profesional dan proforsonal dalam mencapai tujuan tersebut, sebab sesungguhnya tujuan akhir seorang manusia adalah mewujudkan peribadatan kepada Allah dengan iman dan taqwa. Oleh karena itu orang yang paling sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)
Namun untuk mencapai kemulian tersebut membutuhkan dua hal:
1, I’tishom bihablillah. Hal ini dengan komitmen terhadap syariat Allah dan berusaha merealisasikannya dalam semua sisi kehidupan kita. Sehingga dengan ini kita selamat dari kesesatan. Namun hal inipun tidak cukup tanpa perkara yang berikutnya, yaitu;
2, I’tishom billah. Hal ini diwujudkan dalam tawakkal dan berserah diri serta memohon pertolongan kepada Allah dari seluruh rintangan dan halangan mewujudkan yang pertama tersebut. Sehingga dengannya kita selamat dari rintangan mengamalkannya.
Sebab seorang bila ingin mencapai satu tujuan tertentu, pasti membutuhkan dua hal, pertama, pengetahuan tentang tujuan tersebut dan bagaimana cara mencapainya dan kedua, selamat dari rintangan yang menghalangi terwujudnya tujuan tersebut.
Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: Poros kebahagian duniawi dan ukhrowi ada pada I’tishom billahi dan I’tishom bihablillah dan tidak ada kesuksesan kecuali bagi orang yang komitmen dengan dua hal ini. Sedangkan I’tishom bi hablillah melindungi seseorang dari kesesatan dan I’tishom billahi melindungi seseorang dari kehancuran. Sebab orang yang berjalan mencapai (keridhoan) Allah seperti seorang yang berjalan diatas satu jalanan menuju tujuannya. Ia pasti membutuhkan petunjuk jalan dan selamat dalam perjalanan, sehingga tidak mencapai tujuan tersebut kecuali setelah memiliki dua hal ini. Dalil (petunjuk) menjadi penjamin perlindungan dari kesesatan dan menunjukinya kejalan (yang benar) dan persiapan, kekuatan dan senjata menjadi alat keselamatan dari para perampok dan halangan perjalanan. I’tishom bi hablillah memberikan hidayah petunjuk dan mengikuti dalil sedang I’tishom billah memberikan kesiapan, kekuatan dan senjata yang menjadi penyebab keselamatannya di perjalanan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian iman dan taqwa
Pengertian Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah syari’at yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam amal perbuatan yang terdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang. Yang tertinggi adalah ucapan لاَ اِلَهَ اِلاَّ لله dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan yang menggangu orang yang sedang berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah, dan sesuatu yang berbau tak sedap atau semisalnya. Iman merupakan perpaduan antara aqidah dengan syariah atau perpaduan keyakinan dan amal dan perbuatan,tetapi jika tidak melaksanakan ketentuan Allah dan rasulnya maka orang itu belum bias dikatakan beriman.
Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam bersabda, ”Iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling utamanya perkataan dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakan cabang dari keimanan.” (Riwayat Muslim: 35, Abu Dawud: 4676, Tirmidzi: 2614).  Adapun cakupan dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan yang kurang lebih ada tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah menggolongkan dan menyebut ibadah shalat dengan sebutan iman dalam firmanNya, ”Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu” (QS. Al-Baqarah:143). Para ahli tafsir menyatakan, yang dimaksud ’imanmu’ adalah shalatmu tatkala engkau menghadap ke arah baitul maqdis, karena sebelum turun perintah shalat menghadap ke Baitullah (Ka’bah) para sahabat mengahadap ke Baitul Maqdis.
Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang suci dari sifat-sifat kekurangan. Dia Maha Esa, Mahabenar, Tempat bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan Dia), Pencipta segala makhluk, Yang melakukan segala yang dikehendakiNya, dan mengerjakan dalam kerajaanNya apa yang dikehendakiNya. Beriman kepada Allah juga bisa diartikan, berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beri’tiqad (berkeyakinan) dan beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid al-asma’ wa ash-shifaat.
Iman kepada Allah mengandung empat unsur:
1. Beriman akan adanya Allah. Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan:
(a). Bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan
Tanpa harus di dahului dengan berfikir dan sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya. Nabi Shallahu’alaihi wa sallam bersabda: ”Tidaklah anak itu lahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya lah yang menjadikan mereka Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori). Bahwa makhluk tersebut tidak muncul begitu saja secara kebetulan, karena segala sesuatu yang wujud pasti ada yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tuhan semesta alam. Allah berfirman, ”Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”  (QS. Ath-Thur: 35)
Maksudnya, tidak mungkin mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan dan tidak mungkin mereka mampu menciptakan dirinya sendiri. Berarti mereka pasti ada yang menciptakan, yaitu Allah yang maha suci.
(b). Adannya kitab-kitab samawi
Yang membicarakan tentang adanya Allah. Demikian pula hukum serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang mengatur kehidupan demi kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
(c). Adanya orang-orang yang dikabulkan do’anya.
Ditolongnya orang-orang yang sedang mengalami kesulitan, ini menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah.
(d). Adanya tanda-tanda kenabian seorang utusan yang disebut mukjizat
suatu bukti kuat adanya Dzat yang mengutus mereka yang tidak lain Dia adalah Allah Azza wa Jalla. Misalnya: Mukjizat nabi Musa ’Alahissalam. Tatkala belau diperintah memukulkan tongkatnya ke laut sehngga terbelahlah lautan tersebut menjadi dua belas jalan yang kering dan air di antara jalan-jalan tersebut laksana gunung. Firman Allah, ”Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar” (QS. Asy-Syu’ara’: 63)

Pengertian TAQWA secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan menjauhi larangan. Kepada siapa ??? maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-nya banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar kita ada beberapa orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di tempat umum, padahal bila ditanya ” mas, agama-nya apa?” jawab-nya muslim, ada juga yang sudah berpuasa tapi masih suka melirik kanan-kiri dan ketika ditanya ” mas, ini kan lagi puasa?” jawabnya cuma sebentar kan boleh. Ya… Allah, manusia…, manusia.., sebenarnya banyak contoh bagaimana lingkungan di sekitar kita atau mungkin diri saya pribadi masih belum mampu mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya.
TAQWA = Terdiri dari 3 Huruf :
Ta = TAWADHU’  artinya sikap rendah dirii (hati), patuh, taat baik kepada aturan Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan diri.
Qof = Qona’ah artinya Sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek, baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari Allah SWT, harus di syukuri dengan hati yang lapang dada.
Wau = Wara’ artinya Sikap menjaga hati / diri (Introspeksi), ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah SWT. beberapa ulama mendifinisikan dengan :
Taqwa =  dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT.
Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT.
Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat syetan.
Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini.  “Hai Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama islam.” (Al-Imron) :
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai taqwa, yaitu:
a.      Mu’ahadah Mu’ahadah
berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt., bahawa dia akan selalu beribadah kepada Allah swt. Seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan”
b.      Muraqabah Muraqabah
berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan selalu menyedari bahawa Allah swt. selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan pada waktu apa sahaja. Terdapat beberapa jenis muraqabah, pertamanya muraqabah kepada Allah swt. dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya. Kedua muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total. Ketiga, muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmatNya. Keempat muraqabah dalam mushibah adalah dengan redha. atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran.
c.       Muhasabah
Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr: 18, “Wahai orang-orang yang ber­iman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan se­tiap diri, apalah yang telah diper­buatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada Allah! Sesung­guhnya Allah itu Maha Menge­tahui apa jua pun yang kamu kerjakan”
Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan redha. Allah? Atau apakah amalnya dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia.
d.      Mu’aqabah Mu’aqabah
 ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri apabila melakukan kesilapan ataupun kekurangan dalam amalan. Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim melakukan ciri ketiga iaitu muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan atau pukulan memudaratkan, sebaliknya bermaksud Muslim yang insaf dan bertaubat berusaha menghapuskan kesilapan lalu dengan melakukan amalan lebih utama meskipun dia berasa berat.dalam Islam, orang yang paling bijaksana ialah orang yang sentiasa bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh.
e.       Mujahadah
Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 69 adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya. Sebagai penutup, Allah swt. telah berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan di dalam keadaan Islam”. (‘Ali Imran: 102)
3.2 Problematika tantangan dan resiko dalam kehidupan modern
            Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya dampak negatif (residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang berdampak terjadinya pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan maupun tumbuhan, munculnya beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam peningkatan yang makro yaitu berlobangnya lapisan ozon dan penasan global akibat akibat rumah kaca.
            Manusia tidak mampu lari seperti kuda dan mengangkat benda-benda berat seperti sekuat gajah, namun akal manusia telah menciptakan alat yang melebihi kecepatan kuda dan sekuat gajah. Kelebihi manusia dengan mahkluk lain adalah dari Akalnya. Sedangkan dalam bidang ekonomi kapitalisme-kapitalisme yang telah melahirkan manusia yang konsumtif, meterialistik dan ekspoloitatif.
            Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).
            Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan  bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari keimanannya.
            Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama  muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga membuatnya enggan untuk memulai, dan yang kedua ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa, kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan cenderung serba boleh. Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa, jika penglihatan atau pendengaran tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka akan membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran (akal) juga ikut kotor, dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika prilaku, pikiran dan hati sudah kotor tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat plural ini dirasa perlu menjaga pandangan (dalam arti mata dan telinga) dari hal – hal yang dilarang agama sebagai cara awal dan utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, menjadikan seorang muslim memiliki kesempatan besar dalam memperoleh taqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur ini, untuk dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya. Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri  sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya.

Problem dalam Hal Ekonomi
Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo economicus, yaitu merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan melupakan dirinya sebagai homo religious yang erat dengan kaidah – kaidah moral.Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil – kecilnya dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya telah membuat manusia menjadi makhluk konsumtif yang egois dan serakah (saya sendiri mengakuinya).
Problem dalam Bidang Moral
Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi.  Ini tidak lain hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang menginginkan lepasnya ikatan – ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan manusia Indonesia pada khususnya selalu “berkiblat” kepada dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.
Problem dalam Bidang Agama
Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan kepada faham Sekulerisme yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan agama. Hal yang demikian akan menimbulkan apa yang disebut dengan split personality di mana seseorang bisa berkepribadian ganda. Misal pada saat yang sama seorang yang rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor.
Problem dalam Bidang Keilmuan
Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak kepemikirannya yang pada kehidupan modern ini adalah menganut faham positivisme dimana tolok ukur kebenaran yang rasional, empiris, eksperimental, dan terukur lebih ditekankan. Dengan kata lain sesuatu dikatakan benar apabila telah memenuhi criteria ini. Tentu apabila direnungkan kembali hal ini tidak seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran agama yang kadang kala kita harus menerima kebenarannya dengan menggunakan keimanan yang tidak begitu poluler di kalangan ilmuwan – ilmuwan karena keterbatasan rasio manusia dalam memahaminya. Anda merasakan itu?
Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah falsifikasi. Apa itu? Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima dapat gugur ketika ada penemuan baru yang lebih akurat. Sangat jauh dan bertolak belakang dengan bidang keagamaan.Jika anda tidak salah lihat, maka akan banyak anda temukan banyak ilmuwan yang telah menganut faham atheis (tidak percaya adanya tuhan) akibat dari masalah – masalah dalam bidang keilmuan yang telah tersebut di atas.
Kalau bersama – sama kita telah melihat sebagian kecil dari beberapa bagian besar problematika dalam kehidupan kita saat ini, apa yang sebaiknya menjadi solusi bersama dalam meningkatkan ketahanan tubuh Negara kita terhadap prediksi – prediksi kehancuran moral bangsa Indonesia akibat dari kekurang selektifan kita terhadap apa yang namanya Westernisasi?
3.3 Hubungan timbal balik antara taqwa dan iman
Iman dan taqwa adalah dua unsur pokok bagi pemeluk agama. Keduanya merupakan elemen yang penting dalam kehidupan makhluq manusia dan sangat erat hubungannya dalam menentukan nasib hidupnya serta memiliki fungsi yang urgen.
Menurut ahli hukum, iman itu hanya sekedar pengakuan suatu makna yang terkandung dalam lubuk hati, menurut para teolog, iman itu adalah kepercayaan yang tertanam dalam lubuk hati dengan keyakinan yang kuat tanpa tercampuri oleh keraguan dan berperan terhadap pendangan hidup atau amal perbuatan sehari-hari. Sedangkan menurut berbagai filosof, iman diartikan lebih jauh dari lafidz dan makna serta tidak terikat dengan dalil-dalil apologis. Misalnya Karl Teodor Yoeper seorang filosof Jerman mengetengahkan istilah iman falsafi yang universil yang berlaku untuk semua zaman dan kebudayaan. Isi iman falsafi baginya, bahwa Allah itu ada, manusia harus mampu memilih memilih yang baik secara tak bersarat, dunia tidak merupakan kenyataan terakhir dan bahwa cinta kasih manusia merupakan suatu bukti adanya Allah. Semua pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas pada dasarnya menunjukkan, bahwa iman itu berperanan dan berpengaruh terhadap tindak laku manusia dalam segala aspek kahidupan manusia.
Menurut filosof islam Imam Ghozali bahwa iman itu berkaitan dengan  hal-hal yang bersifat spiritual atau batin, dimana hati dapat menangkap iman dalam pengertian hakiki melalui kasyaf yang diperoleh berkat pancaran sinar Ilahi padanya. Dalam kesempatan lain beliau menegaskan, bahwa arti iman adalah pengakuan yang kuat tidak ada pembuat (faa`il) selain Allah. Makna iman yang dikemukakan ini menimbulkan problema metafisis, diantaranya membatasi sebab pembuat (illah faa`iliyah) hanya kepada Allah, manafikan kebebasan berikhtiar dari manusia serta penyerahan diri (tawakkal) kepada-Nya. Pemikiran Imam Ghozali ini disebut dengan istilah tauhid, sebab artinya keimanan itu tidak boleh menghubungkan sebab tersebut kepada selai Allah. Dialah pembuat satu-satunya dan selain-Nya hanya sekedar washilah (perantara). Hukumnya perantara itu dalam tinjauan filsafat juga sebab, namun sebab pokok.
Bagi Imam Ghozali iman itu bukan lawan dari syirik, tetapi peng-Esaan kepada Kholiq (Pencipta). Oleh karena itu bagi orang yang meng-Esakan Allah harus bersikap tawakkal. Tawakkal bukan berarti maniadakan ikhtiar, tetapi maniadakan kebebasan berikhtiar, karena dalam tawakkal manusia berkesempatan untuk kasab (berusaha). Bahkan dengan tawakkal itu dapat mengenal hakekat ikhtiar dan sekaligus dapat mengetahui nilai dan kualitas iman. Iman yang sebenarnya harus membuahkan tawakkal, sehingga dapat memperoleh ridho Allah. Dalam kitab suci dikemukakan, bahwa Nabi Hud, Nabi Musa dan tang lainya telah menjadikan tawakkal sebagai benteng kekuatan bertaqwa dalam menghadapi kaumnya. Ini semua menunjukkan, bahwa antara iman dan taqwa saling berpengaruh dalam membentuk membentuk manusia berkepribadian luhur.
Taqwa itu pada prinsipnya adalah amal batin atau lahir, baik yang bersifat mengikuti perintah Tuhan maupun amal yang berbentuk menjauhi larangan Tuhan. Yang menjadi problema apakah unsur amal itu menjadi syarat iman, dengan pengertian, bahwa apakah tanpa amal seseoran tidak dianggap beriman. Iman adalah sesuatu yang tersembunyi dalam jiwa (Ma waqaro fil qalbi). Berdasarkan eksperimen sebagian besar ahli jiwa berkesimpulan, bahwa iman kepada Allah termasuk obat yang manjur untuk menyembuhkan penyakit jiwa atau menghilangkan gangguan jiwa. Kesimpulan inin diperkuat oleh filosof-silosof besar diantaranya Francis Bacon, William James, Kierkegoor dan lain-lain.
Menurut filosof Islam Jamaluddin Alafghoni, bahwa iman kepada Allah menumbuhkan keteguahan pendirian dalam menghadapi kesulitan dan bahaya, bahkan mampu untuk membentuk kerelaan dan meninggalkan kemewahan hidup, manakala ada seruan untuk bejuang dijalan Allah. Dalam Islam pengaruh iman diantaranya rasa tawakkal (Ali Imron: 160). Tawakkal dalam tinjauan tasawuf ini harus seiring dengan kesabaran. Keberhasilan manusia tidak mungkin sepenuhnya dari usaha sendiri. Sedangkan kecil dan tidaknya ditentukan oleh berbagai faktor diluar kemampuannya. Faktor-faktor itu adalah sebab keberhasilan. Banyak akibat yang sebabnya bermacam-macam dan sebaliknya, banyak sebab yang akibatnya bermacam-macam. Banyak akibat yang sulit diketahui sebabnya dan banyak sebab yang sulit diketahui akibatnya. Dalam situasi diatas sikap tawakkal sangat diperlukan.
Bagi insan yang bertaqwa, kita harus memandang alam dari empat segi,yaitu: 1. Apresiasi 2. Kreatif 3. Proaktif 4. Produktif.
 Peran iman dan taqwa di dalam problem dan tantangan kehidupan moderen
 Adalah suatu masalah besar yang harus di hadapi oleh setiap orang (Manusia) karna seperti yang kita lihat selama ini semakin bertambahnya Zaman pasti akan ada perubahan! baik dalam segi moral, agama, budaya, maupun dalam segi sosial kehidupan di dalam masyarakat. Dan yang paling utama dalam segi agama, kepercayaan dan keyakinan sehingga dalam segi iman dan taqwapun berkurang.
Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
1.      Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah surat al-Fatihah ayat 1-7.
2.      Iman menanamkan semangat berani menghadap maut.
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS. an-Nisa/4:78.
3.      Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS. Hud/11:6.
4.      Iman memberikan ketenteraman jiwa.
Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ar-Ra’d/13:28.

5.      Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.
6.      Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-An’am/6:162
7.      Iman memberi keberuntungan
Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.
8. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibunya. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.



 BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Iman dan taqwa sangat penting di kehidupan modern, jika dalam kehidupan modern yang serba canggih tidak menghiraukan lagi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah maka akan banyak timbul problem dan tantangan yang terjadi, baik dibidang ekonomi, social, agama, maupun keilmuan itu sendiri.
Iman dan taqwa juga mempunyai peran penting dalam kehidupan dunia modern, dalam kehidupan modern yang serba cepat sering kali memicu timbulnya stress dan berbagai penyakit. Iman dan taqwa mempunyai peran antara lain:
1)      Iman dan taqwa melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda,
2)      Iman dan taqwa menanamkan semangat berani menghadap maut
3)      Iman dan taqwa menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
4)      Iman dan taqwa memberikan ketenteraman jiwa.
5)      Iman dan taqwa mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
6)      Iman dan taqwa melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
7)      Iman dan taqwa memberi keberuntunganIman mencegah penyakit
Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup. Sedangkan takwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.
Dapat disimpulkan, bahwa peran iman, diantaranya menghilangkan  gangguan jiwa, menumbuhkan keteguahan pendirian, menumbuhkan kekuatan pengendali hawa nafsu, menumbuhkan tawakkal, menciptakan tekat berbuat baik dan berperan menciptakan rasa cinta dan bahagia. Pegaruh kekuatan iman melahirkan akhlak dan moral dalam kehidupan manusia, seperti jujur, adil dala segala situasi, diucapkan kebenaran walaupun terasa sangat berat, ditegakkan kebenaran sekalipun berakibat merugikan dirinya dan keluarganya, bersikap adil terhadap lawan sebagaimana bersikap adil di tengah-tengah kawan, masih banyak lagi norma-norma luhur yang dicetuskan oleh kekuatan iman. Oleh karena itu sangat patut sekali apabila dinyatakan bahawa iman dan taqwa adalah kunci pengalaman nilai-nilai luhur.
4.2 Saran
1)      Sebagai umat islam kita harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
2)      Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa, kita harus melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjahui segala apa yang dilarangNya.
3)      Marilah kita mengaflikasikan perintah Allah yang maknanya "... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar..(memudahkan jalannya untuk sukses)"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
4)      Dalam mengamalkan iman dan taqwa harus konsisten (istiqomah).
5)      Dalam kehidupan yang moderen saat ini, kita harus menjaga keimanan dan ketaqwaan, agar kita tidak terjerumus kedalam kesesatan.
6)      Dimuhun kepada pembaca apabila dalam penulisan makalah ini ada kejanggalan / kesalahan dalam penulisan maupun makna dalam bacaan, untuk memberi masukan kepada kami sebagai penulis. Karena manusia tak ada yang sempurna dan kesempurnaan itu yang milik Allah SWT. 


 Daftar Pustaka
v



Filsafat Modern (Resume Tugas)

Nama                 : Syamsul Arifin
NPM                   : 1321040214
Fak/Jur/Kelas     : Syari’ah/Ekonomi Syari’ah/E
Mata Kuliah       : Filsafat Umum

BAB V
FILSAFAT MODERN
Secara historis, zaman filsafat modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan kemunculan gerakan renaissance. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada suatu kesadaran atas individual dan yang konkret.
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-, muncullah berbagai aliran pemikiran, yaitu :
A.   Rasionalisme
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, hukum, dan kedokteran. Ia menyatakan bahwa, ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandinganya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctivily). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dipastikan model cara mengenal secara dinamis.
Ia berpendapat bahwa, sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang lewat akallah yang dapat memenuhi syarat yang di tuntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah.
Latar belakang munculnya rasionalime adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik).
B.   Empirisme
1.    Thomas Hobbes (1588-1679)
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya.
2.    John Locke (1632-1704)
Dalam penelitianya, ia menggunakan istilah sensation dan reflection. Sensation adalah sesuatu yang daopat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sedangkan reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik dari sensation.
C.   Kritisisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18. Suatu zaman baru dimana seseorang ahli pikir yang ceras meencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme.zaman baru ini disebut zaman pencerahan (Aufklarung). Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan telah mencapai hasil yang menggembirakan. Disis lain, jalanya filsafat tersendat-sendat.
Seorang ahli pikir, Immanuel Kant (1724-1804) mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya untuk mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber dari akal, tetapi adanya pengertian timbul dari benda.
D.   Idealisme
Pelopor Idealisme adalah : J.G Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel ( 1770-1831), schopenhauer (1788-1860)apa yng dirintis oleh kant mencapai puncak perkembanganya pada hegel. Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menurut pendapatnya, segala peristiwa didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang ada sudah secara otomatis mengandung pejelasan-penjelasanya.
E.    Positivisme
Filsafat Positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikiranya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya.
Tokoh-tokohnya adalah : August Comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903)
August Comte (1793-1857)
Menurut pendapatnya, perkembangan pemkiran manusia berlangsung dalam tiga tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif.
Tahap teologis manusia mengarahkan pandanganya kepada hakikat yang bathiniah (sebab pertama). Tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis. Tahap ilmiah/positif, manusia telah mulai mengetahui sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafsis tidak ada gunanya.
F.    Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh seorang zoologi yang mempunyai pengaruh samapai saat ini, yaitu : charles Robert Darwin (1809-1882), ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.
Dalam pemikiranya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembanganya tentang segala sesuatu termasuk manusia yang di atur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survivalof the fittest dan struggle for life. Pada hakikatnya antara binatang dan manusia dan benda apapun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia pada masa yang akan datang akan lebih sempurna. Dalam pemikiranya, Darwin tidak melahirkan sistem filsafat, tetapi pada ahli pikir selanjutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.
G.   Materialisme
Seorang tokoh (materialisme alam) adalah Ludwig Feueurbach (1804-1872) sebagai pengikut Hegel. Dia mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak Agama/metafisika.
Dari materialisme Historis/dialektis, yaitu Karl Marx (1818-1883). Menurut pendapatnya, tugas seorang filosofi bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk meengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi.
H.   Neo-Kantianisme
Tokoh-tokohnya adalah : Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), paul natrop (1854-1924), Heinrich Reichart (1863-1939).
Herman Cohen memberiakan titik tolak pemikiranya mengemukakan bahwa keyakinanya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karean segala sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi sebagai cita-cita dari seluruh prilaku manusia.
I.      Pragmatisme
Pragmatisme Berasal dari kata Pragma yang artinya guna. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yanfg mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Tokohnya : William James (1842-1910)  ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat.
Ia bertanggapan, bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Ia mengiginkan hasil-hasil yang konkrit.
J.     Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pemikiran manusia. Tokohnya adalah Henry bergson (1849-1941). Pemikiranya, alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembanganya tidak sesuai dengan implikasilogis. Pemikiran filsafat Henry ini sebagai reaksi dari positivisme, materialisme, Subjektivisme, Relativisme. Kemudian ia mengupayakan dengan melalui yang positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan metafisis. Ia mempertahnkan kebebasan dan kemerdekaan kehendak.
John Dewey (1859-1952)
Pemikiranya, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tinakan hidup manusia. Untuk itu filsafat tidak boleh berda dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya.
K.   Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata Fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu yang tidak nyata dan semua. Kebalikanya kenyataan juga dapat diartiakansebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra. Tokohnya : Edmund Husserl ( 1839-1939) dan pengikutnya Max Scheler (1874-1928).
Edmund Husserl berpendapat, bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenemologis yang didukung oleh metode deduktif. tujuanya, adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif.  Sedangkan deduktif metode artnya mengkhayalkan gejala-gejala dalam berbagai macam yang berbeda.
L.    Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaanya itu sada bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya ditentukan oleh akunya.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Pelopornya adalah Soren Kierkegarared (1813-1855), Martin Heidegger, J. P. Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
Pemikiran Soren Kierkegarared mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum, tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang konkret.
M. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, ditengah-tengah gereja katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham thomas Aquinas. Pada awalnya dikalangan gereja terdapat keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudia, menjadi paham Thomisme, yaitu paham yng menganggap bahwa ajaran thomas sudah sempurna. Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. 

  



Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...