Rabu, 08 Mei 2013

Auto - CERPEN oleh Aula Nurul M





Auto
Oleh Aula Nurul M


Entahlah hidup ini mungkin begitu mudah bagiku tapi, kemudahan itu terlalu menyiksa dan kau tahu seperti apa itu hidup? Tentu, kau akan berpikir seperti lingkaran tapi hidup itu tidak pernah berputar sedikitpun dariku. Benarkah? Entahlah, aku pun di buat bingung oleh ’nya’.

Auto, anak laki-laki yang berusia 17 tahun. Dia hidup lebih mudah dari yang di bayangkn orang tapi, baginya hidup begitu rumit.

”Jika aku terluka dan kehilangan darah, siapa yang akan menjadi donor darahku?” Tanya Auto pada Hena, seorang wanita cantik yang menjadi tangan kanannya. ”Kau tidak bisa menjawabnya?” Auto tertawa kecil sejenak. ”Tentu saja, aku bukan manusia dan DNA dalam tubuhku bukan DNA manusia.”

”Setidaknya kau bisa berpikir dan merasakan sesuatu dalam dadamu seperti manusia.” Hena mengambilkannya soft-drink padanya lalu menatapnya. Mereka duduk di meja yang sama, di ruang tengah, di rumah yang berada pada kedalaman puluhan meter dari permukaan tanah. ”Kau tampan dan wajahmu seperti manusia, kau bisa di katakan manusia.”

Auto tertawa melihat Hena yang selalu berkata bahwa hidupnya baik-baik saja selama dia hidup seperti manusia biasa. Ya, Hena tahu bahwa anak laki-laki yang lebih muda 5 tahun dari nya itu bukan manusia biasa, dia terlahir dari sebuah percobaan ilmiah.

**

”Woy To! Tugas biologi lo udah selesai kan?” Tanya Davin, teman sekelas Auto. Dia sudah berada di sebuah SMU selama 2 bulan ini. “Woy!”

”Udah.” Lalu Auto melemparkan buku tugasnya.

Hena melangkah dengan santai, dia begitu gembira bisa menemani Auto di sebuah sekolahan. Setidaknya dia juga bisa bebas sedikit dari tugasnya. Berada di sebuah sekolah membuatnya dapat bernafas lebih lega.

”Kau terlambat.” Kata Auto. ”Apa kau bermain di luar sana?”

”Masa SMU-ku sudah berlalu 6 tahun lalu, aku seorang siswi yang cerdas.” Jelas Hena. ”Aku berada di sini karena dirimu, yah seharusnya aku berterimakasih karena kau meringankan tugasku.” Hena langsung duduk di samping Auto dan melemparkan senyumnya tanpa henti.

”Mereka telah membuangku bukan?” Tanya Auto lebih jelas dan lirih. ”Salah, maksudku mereka mengasingkanku dan tempat ini terlalu buruk untukku.” Dia tersenyum kecil, Hena memintanya untuk lebih banyak bicara. ”Ya, kau tahu aku siapa dan tidak seharusnya aku berada di tempat ini. Ini tidak akan berguna dan ini sia-sia bagiku.” Dia mulai membuka buku biologinya. ”Semua pelajaran ini sudah kupelajari dan kau tahu, aku tidak membutuhkannya kecuali ini bisa merubahku menjadi manusia.”

**

Dr.Fildman meminta Auto untuk datang ke laboratoriumnya. Mereka sedikit berbincang di sana dan seperti biasa, Dr.Fildman memeriksa kesehatan Auto.

Dia baik-baik saja, Auto tidak sakit, dia sehat, dan dia memang di ciptakan untuk tidak pernah sakit.

”Percobaan kalian akan sampai kapan?” Tanya Auto.

”Kau ingin bertanya hidupmu akan sampai kapan?” Dr.Fildman lebih memperjelas pembicaraan itu. ”Harusnya kau tahu, kau tidak akan pernah mati karena kau hidup kami.”

”Ya, aku tahu, kau dan semua orang yang merancangku telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk tubuhku bukan?” Dia membuat sebuah reaksi eksotern di laboratorium itu sambil memperhatikannya. ”Ini kupelajari saat masuk di sekolah tapi, sekolah itu tidak mengajarkanku bagaimana aku di buat dan apa alasanku untuk di buat.”

Auto sempat sulit beradaptasi di dunia manusia yang sesungguhnya, selama hidupnya hanya orang-orang yang merancang dan menjaganya saja yang di kenal, tidak lebih. Namun, Hena membantunya untuk bisa bicaraa dan bersikap seolah dia remaja biasa.

Anak laki-laki yang baru saja berada di dunia manusia sesungguhnya ini sempat mendengar bahwa sekolah adalah gudang ilmu. Itu membuatnya bertanya saat KBM berlangsung, dia bertanya tentang bagaimana sebuah percobaan membuat sebuah benda yang dapat hidup seperti manusia namun itu bukan manusia. Dan tentu saja, teman-teman sekelasnya tertawa.

”Kau sedang bermain-main dengan tabung reaksi itu atau kau marah padaku?” Tanya Dr. Fildman. ”Kau akan tetap hidup bahkan jika kau mengizinkan, aku akan membuang ingatanmu selama 17 tahun ini.” Dia menatap tajam Auto. ”Tapi jika aku melakukan itu, sama saja aku membodohi diriku sendiri.”

**

”Sob, Hena sahabat loe itu udah punya pacar belum?” Tanya Davin. ”Ya, kalo boleh sih gua mau ngedeketin dia.”

”Deketin aja, nggak ada yang ngelarang.”

”Ngedeketin mah gampang tapi gua segen, Hena pinter banget. Orang pinter kan susah di deketin.” dia tersenyum-senyum tidak jelas. ”Lo tau kan maksud gua?”

Auto makan siang bersama Davin di kantin sekolah. Mereka menghabiskan 2 mangkuk bakso dan beberapa gelas minuman dingin.

Bagi Davin, Auto adalah teman yang baik apalagi dia selalu memberi contekan. Namun, dia sedikit kesal karena Auto terkadang terasa aneh sikapnya.

**

”Kau tahu bahwa hidrogen klorida bukan merupakan asam basa?” Tanya Auto, Hena diam. ”Tapi, saat di larutkan ke dalam air akan menghasilkan ion H+, kau tahu itu?” Hena tidak mengerti apa makna lain yang di bicarakan Auto. ”Ya, kau mengerti tentunya tapi jika itu di artikan dalam hidupku, apakah kau bisa mengerti?”

”Tentu tidak, hidupmu begitu mudah, kau bisa mengaturnya sendiri, hanya saja kau ingin menjadi manusia.” Jelas Hena. ”Tapi itu sama halnya dengan kau akan terjun ke dalam tantangan kematianmu. Itu maksudmu bukan?”

”Kecuali mereka membuat sebuah percobaan agar aku benar-benar menjadi manusia.”

**

Dia bukan di buang, dia di asingkan tapi sebenarnya Dr.Fildman ingin Auto menjaani hidup sebagai manusia dimana tetap berada di bawah kendalinya. Bagaimana pun keingin Auto di ketahui semua manusia yang merancangnya dan itu sudah di perkirakan oleh mereka semenjak merancang Auto beberapa puluh tahun lalu.

”Loe jadi kapten basket aja, berkat loe, TIM basket sekolah ini menang terus padahal lo baru tiga bulan di sekolah ini.” Rio senang dengan kehadiran Auto di tim basket sekolah. ”Gua rela mundur dari jabatan gua asal tim kita menang sob.” lalu dia menepuk pundak Auto pelan.

”Menurut gua kehidupan di sini, bukan hak gua.” Kata Auto singkat.

Rio tidak menanggapi ucapan Auto, baginya sosok Auto adalah sosok yang cukup misterius tapi, Auto cerdas dalam segala bidang.

Dia sudah mengenal Auto lebih dekat semenjak Auto bergabung dengan TIM basket sekolah. Awalnya, dia tidak menyukai Auto yang cendrung pendiam tapi semakin lama, Auto mulai banyak bicara.

”Sejak kapan lo suka basket To?” Tanyanya, ”Seorang anak baru pembawa berkah kayak lo pasti udah lama belajar.”

”Entahlah.” Kata Auto singkat. ”Gua baru saja megang bola basket saat masuk ke sekolah ini.” jelasnya jujur. ”Lo pasti nggak akan percaya sama gua.” tambahnya lagi. ”Dan seharusnya lo memang nggak boleh percaya sama gua.”

**

Dia di izinkan tinggal di luar, bukan di sebuah tempat yang penuh dengan percobaan. Ini sesuatu yang sedikit membingungkan baginya tapi, dia tidak dapat bertanya apa alasan Dr.Fildman menyuruhnya jangan banyak bertanya.

Auto tetap menjadi Auto dan semakin lama, dia mulai menyadari bahwa hidupnya penuh dengan butir-butir kebohongan. Namun, bagaimana pun dia harus tetap hidup dan dia tidak ingin mati tanpa suatu alasan kuat.

”Kau tinggal bersamaku, kau tidak sendirian.” Hena duduk di sofa, di samping Auto. ”Kau tahu, anak-anak SMU itu mengira umurku sama dengan mereka, ah, apakah aku begitu cantik?”

”Kau cantik dan kau manusia, hidupmu bukan suatu kebohongan.” Kata Auto. ”Kau tahu bukan jika aku lebih menyukai hidup sebagai robot?” Dia memandang Hena. ”Setidaknya robot di ciptakan tanpa hati. Bukankah itu lebih menyenangkan?”

”Ayolah, kau bertumbuh besar, kau juga akan menjadi tua suatu hari nanti, kau seperti manusia.” Dia mengambil cemilan yang ada di sisi kirinya. ”Namun, kau tidak akan mati karena kau akan di buat ulang seperti anak lima tahun. Yah, kau tahu peraturan itu bukan?”

”Entahlah, Aku merasa otakku bukan diriku sendiri yang megendalikan,”
**

”Hena. . .” sapa Davin, ”liat Auto?” Hena menggeleng walaupun sebenarnya dia tahu Auto ada dimana, ”oh ya, lo mau kemana?”

”Kantin,” jawab Hena, ”tapi, sebelum ke kantin, gue mau ke perpus, ada buku yang mau gue baca, mau ikut?”

”Oke,”

Mereka berdua mencari buku bersama walaupun, Davin sama sekali tidak tahu buku seperti apa yang di cari Hena. Davin hanya tahu komik edisi terbaru yang beredar di pasaran.

”Hen, nanti siang refresing otak yuk?” tawari Davin, ”makan siang, ke mol atau, kemana kek,”

”Maaf,” kata Hena, dia mengingat tugasnya menjaga Auto agar tidak melakukan hal-hal yang salah, ”mungkin lain kali.

”Oke, lain kali? Janji kan?”

”Iya,”

**

”Lo baik-baik aja kan?” tanya Rio ketika tim basket sekolah ini berkelahi dengan tim basket sekolah tetangga. Ketika mereka berkelahi, Auto hanya diam seperti patung. Dia ingin melawan tapi, kalau dia melawan mereka maka semuanya akan kalah. Auto sadar dirinya bukanlah manusia jadi, dia memilih untuk diam seperti patung, ”lo patah hati?” tanya Rio yang melihat Auto masih diam seperti patung.

”Gue nggak kenapa-napa,” jelas Auto, dari kejauhan, Hena hanya meperhatikan saja, tidak melakukan hal lain karena, dia ingin Auto belajar menghadapi masalah seperti manusia.

Dari bibir Auto, keluar cairan bewarna merah seperti darah tapi, itu bukan darah. Bukan sama sekali.

”Darah lo kok bau nya aneh, nggak amis sama sekali,” Rio mencium darah Auto yang menempel pada tangannya, ”jelas bukan darah,” katanya yakin.

”Gue juga nggak ngerti,” kata Auto singkat lalu kakinya melangkah menuju tempat Hena berdiri. Dia pergi bersama Hena menaiki sebuah mobil yang misterius.

Dr. Fildman memberikan cairan aneh sehingga luka Auto hilang dengan sendirinya. Dia memperlakukan Auto seperti anaknya sendiri walaupun, Auto adalah rancangannya.

”Siapa Aku?” tanya Auto serius, ”Jika Aku robot, otakku tidak aka berjalan dengan kemauanku sendiri, siapa Aku?”

”Auto,” bisik Hena menekan, ”tidak seharusnya Kau terus bertanya.”

Dr. Fildman tersenyum tipis lalu mengambil sebuah dokumen, ”Aku menganggapmu sebagai anakku, bukan sebuah percobaan,” dokumen tersebut di baca Auto, dia sudah pernah melihat dokumen itu sebelumnya, ”DNA mu berbeda tapi, itu bukan hasil penelitian kami sepenuhnya.”

Auto di minta untuk memberikan tangan kirinya dan tangan itu di pegang oleh Dr.Fildma, ”cairan yang keluar dari tubuhmu, itu bukan kami yang merancangnya, lihatlah disini,” dia menunjukkan sisi lain dari tangan Auto yang jelas berbeda dengan lapisan kulit manusia, ”kecerdasanmu, kelincahamu, cara berpikirmu yang sangat menabjukkan, itu adalah dirimu sebenarnya termasuk perasaan yang kau miliki seperti manusia.”

Hena tidak berani bicara, dia hanya mendengarkan saja karena saat ini dia tidak memiliki hak untuk bicara.

”Kau alien,” kata Dr.Fildman singkat, ”kerangkamu sama dengan manusia, memiliki dua kaki, dua tangan, dua mata, dua telinga, Kau seperti manusia namun, saat kami menemukanmu, kau hanya sebuah alien sebesar boneka teddy bear.” Dr.Fildman mulai bicara, Auto mendengarkan, ”kami hanya menyempurnakanmu untuk menyelamatkanmu.”

”Aku?” Auto merasa penasaran.

”Kami menyembunyikan dirimu dengan mengubahmu seperti manusia. Jika kami tidak melakukannya, Kau hanya menjadi bahan penelitian, seperti seekor tikus,”

”Apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Auto, ”jika Aku manusia, Aku pasti menangis atau marah tapi, entahlah, ini terdengar biasa saja,” Auto tersenyum lalu memejamkan matanya, ”harusnya kau mengatakan ini padaku sejak lama, hah, rasanya Aku mengantuk sekali...”

**
Sekolah riuh walaupun pensi sudah usai. Masing-masing siswa saling berbincang membicarakan hal-hal tentang pensi yang beberapa menit lalu sudah di tutup.

”Kau menyukai Davin juga bukan?” tanya Auto, Hena mengangguk, ”lihatlah, dia ada lima meter dari sini, selatan,”

”Aku menyukainya karena dia lucu, hm... Kau benar-benar belum mengerti tentang manusia.”

Minggu lalu, Auto sudah memutuskan untuk menjaga dirinya sendiri dan tidak akan berbuat hal-hal di luar nalar manusia. Dia tidak marah karena mengatahui dirinya alien karena, baginya, setidaknya dirinya bukanlah robot dan Dr.Fildman benar-benar menjadi sosok Ayah baginya.

”Dr.Fildman memperkiraka hidupmu 92 tahun lagi bukan?”  Hena tersenyum, ”berarti kau harus membayar hutang padaku selama itu.”

”Tapi, Aku harus membantu para professor-professor yang membutuhkan bantuanku untuk membuat sebuah robot yang pintar,” ucap Auto, ”setidaknya, robot dan Aku berbeda jadi, Aku mengerti, pikiranku kukendalikan sendiri karena, Aku bukan robot.”

”Hey! Kau belum menjawab pertanyaanku!”

”Pertanyaan yang mana?” Auto berpura-pura tidak tahu. Hena sekarang menjadi lebih berani semenjak Dr.Fildman memberi izin Hena untuk bersikap santai da semenjak Auto mengetahui dirinya alien bukan robot, ”sudahlah, Aku akan membayarnya. Bagiku, hidup disisimu sampai Kau mati pun tidak akan menjadi masalah besar.”

Hena tersenyum lalu memeluk Auto, ”jika sepert ini, Kau seperti manusia. Hm.... ”

**
”Bilang woy pacaran sama Hena, kan dulu gue nggak berharap,” Davin memelototi Auto, ”ckck,” dia tersenyum lalu merangkul pundak Auto.
 Mereka bersekolah seperti biasanya, tidak ada hal yang mencurigakan sehingga Auto tetap terlihat seperti siswa sewajarnya.

TAMAT




 


Tidak ada komentar:

Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...