Rabu, 14 September 2011

CERPEN-Biarkan Aku tenang

Biarkan aku tenang
Langkah Yuri terhenti sesaat. Dia tidak tahu, perjalannya adalah untuk siapa dan untuk apa. Dia tidak mengerti dengan hidupnya kali ini. Yang dia tahu, dia akan menjalani hidupnya bukan atas kemauannya.
“Pa, nanti Yuri pulang telat.” Kata Yuri pada Ayahnya. Sesaat Martin, Ayah Yuri memandang anaknya. “Besok aku ada acara sama temen-temen dalam rangka buku aku yang terbit Pa,” Ayahnya tersenyum.
Gadis itu disana, tersenyum bersama teman-temannya dan bersama kekasihnya. Tapi tidak, masih ada yang mengganjal dalam hati Yuri. Dia tidak akan tahu sampai kapan dia bisa tersenyum seperti ini. Dia tidak tahu sampai kapan dia bernafas sendiri oleh dirinya, bukan oleh jalan yang digariskan orang lain.
“Selamet ya. Wah nggak nyangka loh gua Yur bisa makan-makan dalam rangka beginian.” Stevani memeluk Yuri. Ya, mereka saling bersahabat. “Wah sukses deh buat sahabat gua yang jelek ini.”
“Enak aja! Hu lo tuh yang jelek!” Kata Yuri kesal. “Kalo gua jelek mah, nggak bakal Dion cinta mati sama gua.” Jelas Yuri sambil melirik ke Dion, kekasihnya.
“Wah okelah. Hehe yang penting anda bahagia walaupun saya menderita.” Lalu Stevani perlahan memakan makanan yang sudah dipesannya. Kali ini mereka hanya bertiga, Yuri akan merayakan bersama teman-teman yang lain esok harinya.
Kedua orang tercinta mengucapkan selamat padanya, memeluknya dan memberikan dukungan besar tapi Yuri, dia tidak tahu sampai kapan itu akan abadi. Menurutnya, dunia ini terlalu jahat. Dia selalu bertanya kapan dunia akan kiamat tapi tidak ada yang menjawabnya, yang dia tahu sebentar lagi hidupnya akan berantakan. Dia sudah memastikan itu kecuali takdir membunuhnya.
“Aku sudah menjelaskannya sama kamu. Aku tahu kamu mengerti penjelasannku tapi mengapa kamu masih disisi aku?” Tanya Yuri pada Dion.
“Karena aku tahu, kamu mencintaiku. Aku akan tetap berdiri disampingmu walaupun kamu nantinya jadi milik orang lain.” Ucap Dion menunduk. Dia sesak mengetahui Yuri suatu hari tidak akan menjadi miliknya tapi dia tahu cinta Yuri hanya untuk dia seorang. “Tapi sayang, Ayah kamu menyetujui hubungan kita. Mengapa kamu seperti ini?”
“Ya aku tahu itu. Tapi kamu pun tahu alasanku. Ucapannya menyakitkan hatiku setiap detik. Kadang aku bertanya apakah dia menyayangiku?” Ucap Yuri pelan. Dion tahu, kekasihnya tersebut ingin menangis tapi dia-pun tahu Yuri seorang yang kuat. Dia tidak akan menangis untuk hal apapun dan kesedihannya hanya tergambar dari matanya yang merah.
“Aku ingin menentangnya tapi aku tahu dia ibumu. Kamu nggak baik menentangnya tapi aku-pun tahu kamu tersiksa. Ingin rasanya aku membawamu pergi tapi kamu-pun tahu, itu salah karena aku akan membuatmu memiliki dosa besar.” Lalu Dion mengambil buku catatannya ditas. “Kamu lihat kertas ini sayang? Jika kamu menuliskannya maka akan ada tulisan bewarna sesuai dengan tinta yang kamu pakai. Pada akhirnya kertas itu bisa rusak dan terbuang begitu saja tapi kertas itu akan terjaga jika ada yang menjaganya.” Katanya lalu memandang Yuri lekat.
“Dion, aku lelah. Sejak dulu kamu tahu, aku lelah dengan hidupku. Aku lelah. Aku lelah Dion. Kau tahu apa yang aku tunggu? Ya kematianku Dion.” Lalu Yuri terbatuk. Ya, Dion tahu kekasihnya ingin menangis tapi dia selalu tahu, Yuri tidak akan pernah menangis. “Kamu berpikir aku sedang menangis? Benar, itu benar tapi hati aku yang menangis. Mataku tidak akan pernah mengeluarkan air mata sejak saat itu Dion.”
“Aku mengerti maksudmu. Sudahlah, aku tahu setiap kamu membahasnya, kamu terluka.”
“Tapi jika aku-atau-pun-kamu tidak membahasnya, semuanya akan makin rumit untuk aku selesaikan.”
Yuri dirumah, di ruang keluarga bersama kakak laki-lakinya. Dia diam, ya sebulan ini dia selalu diam dan tidak banyak bicara dirumah. Yang dia tahu, dirumah suaranya tidak akan berarti apa-apa. Dia menganggap dirinya boneka saja, tidak lebih.
“Dek.” Panggil kakaknya. Yuri hanya memandang kakaknya sesaat. “Ambilin remote TV sih.” Kata Visco dan Yuri begitu saja mengambilkan tanpa bicara sedikitpun. “Dek, lo kenapa? Lo jujur sama gua, lo ada masalah?” Tanya Visco. Umur mereka tidak jauh, hanya berbeda dua tahun.
“Apanya?” Yuri memandang sinis kakaknya.
“Gua tau apa yang lo rasain tapi nggak selama ini juga lo diem terus.”
“Lo enak kak. Lo berdiri dijalan elo, lo ketawa diposisi yang lo suka, lo bisa mandang dunia yang lo mau.” Jelas Yuri, Visco tidak bisa bicara lagi. “Belakangan ini gua diem kak? Yaudah sekarang gua ngomong. Apa yang mau lo tanyain?”
“Gua tau, lo nggak suka dengan apa yang ditentuin Mama tapi itu udah keputusan Mama dek. Lo nggak bisa ngelawan atau nentang.” Jelas Visco. “Ya gua tau lo nggak suka ini, lo tersiksa, batin lo terluka, gua tau tapi mau gimana lagi.”
“Lo nggak tau kak karena lo ngejalanin hidup lo atas mau lo. Lo sekolah dikedokteran karena lo mau, dan Mama setuju. Tapi gua nggak kak, gua nggak mau. Ya gua mau asal gua nggak dihalangin keinginan gua.”
“Maksud lo?” Tanya Visco yang belum mengerti.
“Nanti juga lo akan tau pada saatnya, lo akan ngerti apa yang gua maksud. Untuk saat ini, gua cukup diem aja kak.” Kata Yuri lalu pergi dari ruang keluarga. Visco sebenarnya ingin tahu, tapi dia tahu sifat adiknya satu itu. Yuri tidak akan bicara walaupun dipaksa kecuali itu kemauannya sendiri untuk bicara.
Ya, belakangan ini ada kecurigaan Visco pada Yuri. Dia curiga dengan keadaan adiknya yang menghawatirkan. Rasanya Yuri sudah sebulan ini tidak teratur makan, cukup banyak murung, dan tidak bicara. Ya memang setahun belakangan sifat Yuri sudah mulai berubah perlahan tapi bulan ini adalah hal yang mengejutkan bagi Visco dengan perubahan adiknya. Dia tahu, ketika adiknya sedih, Yuri tidak akan menangis, dia hanya terdiam dan tidak bicara.
“Lo tau yang terjadi sama Yuri?” Tanya Visco pada Dion. Mereka berteman baik karena mereka dulunya satu SMU. “Gua ngerasa Yuri ada yang disembunyiin.”
“Yang gua tau Cuma masalah masa depan dia aja tapi rasanya ada hal lain. Dia nggak cerita sama gua.” Jelas Dion, dia justru heran mengapa Visco bertanya padanya. “Dia selalu bilang lelah sama kehidupan dia.”
“Sama, sering dia bilang itu tapi gua nggak tau alesan dia apa. Gua rasa ada yang dia sembunyiin dari kita semua bahkan bokap aja mulai menyadarinya.”
“Yang buat gua terkejut saat dia bilang dunia-nya akan dijalani tanpa jalannya. Gua nggak ngerti maksud dia apa.” Tambahi Dion. “Bukan Cuma itu, saat gua bilang supaya dia tetep kuat, dia malah bilang sekuat apapun semuanya udah nggak ada guna lagi.”
Keduanya saling memandang. Dion tidak mengerti kalau ternyata Visco sendiri menyadari perubahan itu. Ya, Dion selama ini hanya tahu keinginan dan tujuan Yuri tidak mendapat persetujuan Ibunya tapi rasanya ada hal lain yang disembunyikan Yuri.
“Pa, Yuri mau belanja. Ada uang kes nggak?” tanya Yuri di ruang tengah, Ayahnya hanya menggeleng.
“Kartu kredit kamu kemana?” tanya Ayahnya.
“Males ah Pa, ada dikamar. Didepan kamar ada Mama lagi baca majalah.” Jelas Yuri, ayahnya mengerti itu. Belakangan ini Yuri selalu menghindari Ibunya.
“Papa mengerti maksudmu. Baiklah Papa ambilkan diruangan kerja dulu.” Kata Ayahnya.
“Tapi uang kes ya Pa.” ucap Yuri mengingatkan.
Yuri disana, dia sendiri, melihat dunianya yang akan semakin kacau. Dia melihat orang-orang disekelilingnya. Disana dia melihat pasien-pasien rumah sakit. Tapi dia tahu, mereka hanya sakit fisik bukan sakit batin seperti dirinya.
“Aku disini hanya memeriksakan diri untuk tahu sudah sampai mana penyakitku tapi aku tidak berniat mengobatinya.” Jelas Yuri, dokter itu hanya menggeleng saja tidak banyak berkomentar.
Yuri berjalan keluar ruangan dokter, resep yang diberikan dokter dia buang ke kotak sampah. “Aku masih bisa hidup tanpa resep ini.” Kata Yuri santai.
Dia tahu itu bahaya tapi baginya itu hal biasa. Penyakit hatinya lebih parah, pikirnya dalam batin. Semua ini tidak akan membuatnya lemah, dia merasa diam akan membuat dirinya lebih baik.
“Yur, sumpah seneng banget gua hari ini. Akhirnya gua bener-bener yakin dia cowok terbaik dihidup gua.” Jelas Stevani, Yuri hanya tertawa kecil. “Hah lo mah nggak seru belakangan ini. Bener kata Dion. Lo lagi ada masalah.” Katanya lagi, Yuri tidak menjawab. Yuri tahu, dia salah tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu tapi dia tidak ingin membagi masalahnya pada orang lain. ‘mereka akan tahu pada saatnya dengan sendirinya’ kata Yuri dalam hatinya.
Hari ini Yuri tertidur dikamarnya, dia tenang dan mendengarkan musik, setidakya kali ini dia ingin menghilangkan pikiran kalau dia sakit kepala. Dia mencoba untuk tidak merasakannya tapi sakit pada kepalanya memang tidak tertahan lagi. Dia tahu itu tapi dia berusaha melawannya dengan diam dan tenang.
“Udah tidur lo dek?” Tanya Visco, Yuri diam dalam kamarnya. “Lo itu ngomong kenapalah? Gua tau emang dari dulu lo pendiem apalagi kalo ada masalah tapi lo dulu ceria dek walaupun diem.”
“Ini kamar gua kak. Sebaiknya lo diem kenapa. Kepala gua udah sakit mikirin dua bulan lagi Ujian Nasional kak. Gua minta tenang.” Kata Yuri sambil tersenyum pahit.
“Ya okelah. Kalo sakit bilang gua. Walaupun gua baru calon dokter siapa tau bisa membantu anda jelek.”
“Ya.” Kata Yuri singkat.
Visco berjalan kearah kamarnya tapi dia berpapasan dengan Ibunya. Sesaat Visco diam lalu dia duduk disofa bersama ibunya untuk berbincang. Ada hal yang ingin Visco bicarakan.
“Ma, Visco tau Yuri pinter tapi rasanya salah juga maksain dia untuk menjadi seorang dokter jika itu bukan kemauan dia.” Ucap Visco.
“Seharusnya Yuri tahu itu adalah rasa terimakasihnya untuk Mama jika dia mau mengikuti apa ucapan Mama.”
“Visco tahu itu Ma. Tapi apakah Mama tahu dia tidak menyukainya?” tanya Visco, ibunya tidak bicara lagi.
Yuri, pagi itu hari libur. Dia terbangun dengan leganya. Hari ini dia dapat menenangkan diri untuk tertidur seharian. Dia bangun dari tempat tidurnya tapi rasa sakit dikepalanya itu semakin terasa dan pandangannya kabur. Yuri kembali merebahkan diri ditempat tidurnya lagi lalu dia mencoba memejamkan mata, pikirnya itu akan menghilangkan rasa sakit itu. Tapi tidak, rasa sakit itu semakin dahsyat dan memasuki mimpi-mimpi buruknya setiap waktu.
“Pa, hari ini kan aku libur. Boleh nggak aku kerumah sakit liat Papa kerja?” tanya Yuri. Ya, ayahnya dokter dan pemiliki salah satu rumah sakit di Jakarta.
“Untuk apa kamu bertanya? Tanpa kamu izin pun, Papa akan mengizinkan.” Kata Ayahnya, Yuri tertawa. Martin mengira Yuri bosan dirumah tapi bukan itu alasan Yuri, bukan hanya itu saja. Dia ingin melihat orang-orang yang sakit itu, apa yang mereka rasakan, apakah sama dengan apa yang dia rasakan.
Kepalanya mulai terasa sakit yang tidak tertahan lagi. Yuri duduk disana, diruang kerja ayahnya, dirumah sakit. Dia manarik nafas. Penglihatannya mulai kabur kembali, rasa sakit itu menusuk-nusuk kepalanya, dan Yuri mencoba menghilangkannya untuk menutup mata lalu menarik nafasnya. Ya, sakit itu tidak hilang tapi setidaknya dia bisa tenang kali ini.
“Makan sianglah duluan, nanti Papa menyusul.” Kata Ayahnya, Yuri tidak menjawab. Dia diam saja sambil mengatur nafasnya. “Kamu sakit? Sebaiknya Papa memeriksa kamu.”
“Nggak perlu Pa. Yuri cuma panas dingin karena mau ujian. Dag dig dug rasanya.” Jelas Yuri, Ayahnya hanya tersenyum. “Baiklah. Rasanya pekerjaan Papa sudah hampir selesai, Papa bisa menemani kamu makan dikantin.”
Disana Yuri makan tapi ayahnya mulai menyadari ada hal yang disembunyikan Yuri.
“Kamu tau nggak?” tanya Yuri.
“Apa?” Dion ingin tahu.
“Kalau aku pergi dari kamu? Kira-kira siapa ya yang gantiin posisi aku?”
“Nggak ada. Yang aku mau Cuma kamu, bukan yang lain.”
“Gimana kalau yang misahin itu hidup mati kita?”
“Sayang, kenapa kamu ngomong kayak gitu? Tapi yang jelas aku pasrah, itu takdir tuhan kalau gitu dan aku akan selalu doa’in kamu.”
Yuri diam tidak banyak bicara, dia memandang Dion lekat seakan ingin kehilangan. Tapi Yuri sadar semua itu akan menjadi takdirnya, suatu hari nanti dia akan mati walaupun dia masih bisa bernafas.
‘saat aku ingin bicara pada dunia, tidak aka akan ada yang mendengarku. Aku tahu masih ada yang mempedulikanku tapi apakah mereka tahu, takdirku bukan ini. Kurasa Tuhan salah menakdirkanku disini. Kadang aku berpikir, rasanya aku lebih suka hidup menjadi seekor kupu-kupu yang dapat terbang bebas diangkasa dan hinggap dibunga-bunga indah. Semua ini bukan hidup yang aku inginkan. Awalnya aku kuat, aku diam atas perlakuan dunia ini padaku, aku bisa berdiri diatas kakiku karena aku tahu aku lahir dibumi ini karena Tuhan menakdirkan tapi setelah kusadari, aku rasa ini salah’ Kata Yuri dalam hatinya, dia selalu merasa seperti itu belakangan ini. Dia berusaha kuat untuk kesekian kalinya, dia berusaha berdiri diatas kakinya, dia selalu berusaha sampai akhirnya dia sadar usahanya percuma untuk hidupnya.
Dia berjalan, disampingnya dengan seorang cowok tapi itu bukan Dion. Siapa dia? Ya dia seorang cowok yang dipilihkan ibunya untuk Yuri. Rasanya ini tidak benar, Dion tahu Ibunya Yuri tidak setuju dengan mereka tapi tidak secepat ini. ada hal yang disembunyikan Yuri.
“Dek!” Panggil Visco sedikit kesal, Yuri tidak meresponnya. “Dek,” Visco lebih lembut.”
“Apa kakak bicara sama aku?” tanya Yuri sinis.
“Siapa lagi? Lo adek gua satu-satunya.” Ucap Visco. “Siapa yang nganterin lo pulang barusan? Kemana aja lo seharian? Dion nanyain.”
“Apa lo berhak kak nanya semua hal tentang gua? Apa lo bisa nganggep gua adek lo?”
“Lo kenapa? Otak lo udah diracunin siapa sampe-sampe lo ngomong gitu ke gua?”
“Asal lo tau kak, percuma gua hidup baik-baik kalo nggak ada gunanya, percuma gua bersikap baik sama Mama sedangkan Mama sendiri nggak pernah sayang sama gua, percuma gua hidup diatas kebohongan kak.”
“Lo bilang kalo ada masalah! Gua heran sama jalan pemikiran lo belakangan ini! Lo banyak berubah bahkan semua nilai lo turun padahal beberapa bulan lagi UN! Ada apa sama lo?!” Visco bicara dengan nada tinggi.
“Gua mohon kak. Kepala gua sakit denger lo terus-terusan ngomong, buat apa gua pinter? Buat apa gua belajar kalo nyatanya hidup gua nggak ada artinya? Hah! Udah nggak kuat otak gua untuk mikir lagi kak!” kata Yuri marah dan berjalan menuju kamarnya dengan sempoyongan. Pandangan matanya kabur bahkan dia mulai sulit untuk bicar lagi.
“Yur, lo,” kata Visco mencoba menghentikan langkah Yuri tapi Yuri berjalan saja, dia tidak mendengar suara Visco, yang dia dengar hanya suara dari kepalanya.
Dua hari ini Yuri tidak sekolah, dia membolos tapi dia juga tidak dirumah. Dimanakah dia? Tidak ada yang tahu. Dion sendiri bingung akan keadaan itu tapi dia juga tidak mau memberitahukan keadaan itu kepada keluarga Yuri, mereka akan khawatir jika mengetahuinya. Tapi dimanakah Yuri? Tidak ada yang tahu.
‘Rasanya mati atau hidup sama saja tapi mati lebih baik. Walaupun aku dineraka tapi batinku tidak akan tersiksa. Setidaknya dikehidupan ini yang aku rasakan, batin, fisik, mental, dan semuanya penyiksaan sendiri dalam hidupku. Aku ingin bebas! Aku ingin seperti orang lain yang tersenyum bukan hanya kepura-puraan belaka. Aku tidak ingin seperti ini tapi mungkin Tuhan sengaja membuatku seperti ini’ diatas bukit, Yuri menangis. Ini untuk pertamakalinya sejak beberapa tahun lalu dia menangis. Dia tahu ini salah, dia sadar dirinya mulai rapuh tapi inilah yang terjadi pada akhir hidupnya.
“Kamu menangis?” Tanya Dion yang sudah ada disana. “Awalnya aku terkejut ketika kamu berjalan dengan cowok itu. Ya harusnya aku marah tapi kurasa kau main-main dengannya. Bukankah dia seumuran denganmu? Dia teman sekolahmu?”
“Bukan. Sebaiknya kita akhirin aja hubungan kita. Aku ingin melihat kamu bahagia sebelum aku pergi. Sebaiknya kamu harus meninggalkan aku sejak saat ini. masih ada kehidupan didepan kamu.” Yuri meneteskan air mata. “Kamu pasti nggak akan marah tapi aku tahu kamu ingin satu alasan. Aku nggak akan menjawabnya karena pada saatnya kamu akan tahu.”
“Kamu benar. Aku nggak akan marah setiap apa yang kamu lakukan jika aku tahu, kamu memiliki alasan. Tapi ini, kamu nggak ada kalimat untuk membuat alasan.” Dion membiarkan Yuri bersandar dibahunya untuk kali ini. “Untuk pertama kalinya aku bisa ngeliat air mata itu. Aku persilahkan jika kamu ingin menjalani bersama cowok itu tapi aku akan tetap berdiri disamping kamu karena aku tahu, hati kamu masih milik aku.”
“Aku mohon, aku memohon untuk kali ini kamu harus pergi dari hidup aku, kamu harus mencari kehidupan lain, aku mau liat kamu tersenyum bukan untuk aku, kamu tersenyum buat orang lain, aku mohon, aku mohon.” Yuri terus meneteskan air matanya, pipinya sudah terbanjiri tapi Dion tidak menghapus air mata itu. Dia senang bisa melihat air mata dari Yuri walau itu menyakitkan. “Aku ingin pergi dengan perasaan tenang. Setidaknya aku bisa membawa senyum kamu dan tidak bersalah membuatmu terluka.”
“Aku akan tetap berdiri disamping kamu. Ya, aku sadari selama ini kamu nggak banyak bicara, nggak banyak cerita tentang hidup-kehidupan-kamu tapi aku tahu, kamu memiliki tekanan batin.” Dion tersenyum pada kekasihnya itu. “Benarkah ucapanku? Apakah mungkin aku harus meninggalkan cintaku dalam keadaan seperti ini? Itu nggak akan pernah terjadi.”
“Tapi aku yang memintanya. Jika kamu ingin melihat aku bahagia, ingin melepaskan rasa bersalahku, ingin melihat aku tenang, tinggalkan aku dan jangan berdiri dikehidupanku lagi. Aku mohon demi aku, demi cintaku padamu, dan jika kamu mencintaiku, aku mohon sekali lagi tinggalkan aku.” Yuri terus memohon dan Dion yang kekeh akhirnya diam, dia pergi meninggalkan Yuri.
“Baiklah, akan aku biarkan kamu bersama siapapun. Aku nggak akan berdiri lagi disamping kamu dan akan aku coba jalanin hidup baru. Asal kamu tenang, rasanya cukup bagiku, tapi asal kamu tau hati ini tetep untuk kamu selamannya.” Langkah Dion mulai menjauh.
“Aku mohon tersenyumlah bukan untukku lagi.” Kata Yuri, Dion tidak bicara dan semakin menjauh.
Cowok itu sadar, ada yang disembunyikan Yuri. Tidak pernah Yuri menangis, tidak pernah seperti ini dan tidak pernah Yuri memohon padanya sampai seperti ini. Dion tidak ada pilihan lain kecuali mengabulkan pemohonan wanita yang dicintainya. Jika hal itu membuat Yuri tenang, akan dia lakukan. Tapi satu hal, Dion akan selalu menjaga Yuri walaupun tidak lagi disampingnya setiap saat. Yang dia tahu, ada alasan besar untuk Yuri seperti ini.
“Papa ingin bicara.” Kata Ayahnya malam itu. Yuri duduk diruang kerja ayahnya, dia tahu apa yang akan dibicarakan. “Papa dipanggil oleh sekolahmu, apa seminggu ini kamu tidak masuk sekolah?” tanya Martin, Yuri mengangguk. “Papa dengar nilai kamu menurun bahkan juara umum yang biasanya kamu dapatkan telah lepas dari tangan kamu. Benarkan itu? Papa minta kejujuran kamu.”
“Iya Pa,” Yuri mengangguk. “Tapi ada alesan tersendiri untuk Yuri ngelakuin itu dan saat ini rasanya Papa nggak wajib tau.”
“Sayang, adakah yang ingin kamu bicarakan? Apa kamu merahasiakan sesuatu?”
“Iya Pa tapi pada saatnya nanti, Papa akan mengetahuinya. Aku lelah Pa disini dan ingin merasakan kehidupan baru.” Jelas Yuri sambil tersenyum dan keluar ruangan ayahnya. Martin mencurigai sikap Yuri yang tidak biasa-biasanya tapi dia sadar, anaknya tidak ingin diganggu. Pikirnya mungkin Yuri sedang ada masalah hati atau yang lain dan satu-dua hari akan hilang tapi pikiran itu musnah ketika Martin ingat perkataan Yuri bahwa dia lelah. Rasanya kata-kata itu memiliki arti berbeda.
Dia mulai sekolah seperti biasanya tapi itu lebih buruk. Yuri dikelas hanya diam, tidak banyak memperhatikan pelajaran, dia terlalu memikirkan rasa sakit pada kepalanya dan untuk menghilangkannya dia lebih baik diam, itu membuatnya lebih tenang. Bukan hanya itu, pikirnya percuma dia pun sudah melihat kabur-kabur tulisan itu.
Yuri duduk disamping Stevani, dia merasa mual dan ingin muntah tapi dia menahannya untuk kesekian kali dengan permen. Dia merasakan sakit kepala itu terus menerus tapi dia menahannya dengan diam. Dia terkadang kesulitan berjalan dengan baik tapi dia menutupinya dengan duduk tenang ataupun tidur. Dan terkadang dia tidak bisa mendengar orang bicara apa padanya, dia berada pada posisi lebih baik menjadi patung.
“Yur, lo sakit?” tanya Stevani, Yuri menggeleng. “Penglihatan gua, lo baik-baik aja nggak sakit tapi apa hati lo yang sakit?” Tanya Stevani lagi tapi Yuri tidak menjawabnya. Sudah sering seperti ini Yuri tidak pernah menjawab sama sekali pertanyaan Stevani tapi Stevani selalu memaklumi. Dia yakin Yuri memiliki alasan kuat untuk semua ini.
Empat hari Ujian Nasional berlangsung tapi yang Yuri lakukan adalah kegilaan diluar batas. Dia tidak membaca soal, dia mengisinya sesuka hati dan lembar jawaban itu hanya setengah saja yang diisi. Pihak sekolah memanggilnya tapi Yuri hanya tersenyum dan pertanyaan guru-guru itu tidak didengarkannya. Baginya, terlalu sakit untuk memikirkan itu diotaknya.
Dion sudah benar-benar hilang dari hidupnya. Cowok yang selalu menghiburnya sudah tidak ada lagi dan dia ingin Stevani, sahabatnya-pun tidak lagi disinya. Dia ingin sendiri, lebih tenang tanpa seorang-pun disampingnya. Ini salah tapi bagi Yuri ini benar.
Namun Dion, dari jauh masih menjaga Yuri, menatapnya dan selalu menulis nama Yuri dihatinya. Itu tidak akan pernah terhapus oleh siapapun. Cinta Dion tulus untuk Yuri, tidak akan pernah berubah, itu janji Dion.
“Gua bingung sama Yuri, gua yakin ada yang dia sembunyiin tapi dia nggak mau cerita sama gua. Gua jadi sedih ngeliat dia kayak gini.” Jelas Stevanie pada Dion ketika keduanya makan siang disebuah rumah makan dekat sekolah Stevani. “Hari ini terakhir UN, gua nggak tau tadi Yuri buru-buru mau kemana tapi yang gua tau otak dia udah nggak beres.”
“Maksud lo gimana?” tanya Dion.
“Lo tau dari dulu Yuri juara umum, dia pinter tapi selama ujian dia ngelakuin kegilaan. Dia sama sekali nggak baca soal, dia sama sekali nggak mikir, dia cuma bullet-bulettin jawaban dia asal-asalan dan terlebih nggak sampe setengahnya yang dia isi.” Jelas Stevani, Dion terkejut. “Ada yang aneh kan?”
“Gua kira ini karena dia nggak mau masuk kedokteran tapi rasanya ada alasan lain. Gua nggak tau itu Stev, gua juga bingung dan untuk dateng kehadapan Yuri rasanya nggak mungkin, dia butuh ketenangan.”
“Lo tau cowok yang sekarang jalan sama Yuri?” tanya Stevani, Dion tersenyum pahit seakan mengatakan iya. “Yuri bisa senyum setiap dijemput itu cowok tapi gua tau itu semua palsu.”
“Sudahlah Stev. Yuri memintaku agar membiarkan dia tenang, jika itu mau-nya biarkanlah asal dia bahagia. Dia bilang sebentar lagi kita semua akan tahu mengapa dia seperti ini.”
Dia dirumah sakit, maksudnya Yuri dirumah sakit. Bukan rumah sakit Ayahnya tapi rumah sakit lain. Dokternya yang juga teman ayahnya bersama Yuri saat itu.
“Ini jam makan siang dok,” kata Yuri diruangan dokter itu. “Apa sebaiknya dokter nggak makan siang?” tanya Yuri, dokter itu tersenyum. “Baiklah, tapi aku akan bicara dengan jam makan siang dokter. Apakah aku diizinkan?”
“Saya mengatakan ini bukan sebagai doktermu tapi sebagai teman ayahmu. Apa tidak sebaiknya kamu menjalani pengobatan?” tanya dokter itu.
“Sekarang aku mau nanya sama dokter dulu. Dokter lebih memilih hidup dengan tekanan dan siksaan batin atau memilih hidup tenang?”
“Tentunya hidup tenang.” Kata dokter itu singkat yang sudah dapat menebak pikiran Yuri.
“Ya itu alasanku tidak ingin menjalani pengobatan. Aku hanya ingin tahu sudah berjalan sampai mana saja. Tidak lebih.”
“Saya memberikan jempol untukmu. Rasanya ini tidak mungkin, kamu masih bisa berdiri dan tersenyum disini padahal pasien sepertimu akan selalu mengeluh dan kesakitan. Apakah kamu tidak tersiksa akan semua ini? Saya tidak yakin kamu memikirkannya.”
“Yah dokter bicara disini bukan sebagai dokter, jadi aku bisa bertanya apapun yang bukan mengenai penyakitku.” Kata Yuri, dokter itu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. “Aku bisa menahan rasa mualku dengan permen, aku bisa menahan rasa sakit kepalaku dengan diam, aku bisa menutupi kerapuhanku dengan duduk tenang dan tertidur lelap. Untuk apa aku menjalani pengobatan ini jika aku masih bisa menahannya?” Ucap Yuri, dokter itu hanya menggeleng saja tidak bisa banyak berkata-kata karena dia berbincang bukan sebagai dokter melainkan teman ayahnya Yuri.
“Saya baru kali ini menemukan seseorang sekuatmu dan bisa tersenyum, tenang dalam keadaan seperti ini. Tapi, saya merasa ada hal yang membuat kamu seperti ini dan lebih menyakitkan bukan?”
“Ya, benar sekali. Aku nggak bisa mengelaknya.” Jawab Yuri. “Bukankah dokter teman ayahku sejak SMA dan lulus dari kedokteran bersama kan?” Tanya Yuri, dokter itu tidak menjawab. “Berarti dokter tau siapa ibu kandung aku kan? Sejak kecil aku merasa wanita yang bersamaku bukan ibuku, dia tidak pernah bersikap baik padaku, dia tidak pernah melukaiku tapi dia menyiksa batinku dengan ucapannya, aku pikir itu bentuk rasa kasih sayang seorang ibu.” Ucap Yuri lalu mengambil nafas dan melanjutkan ceritanya lagi. “Aku selalu dibandingkan dengan kakakku tapi aku menerimanya karena kurasa kami saudara. Aku menyayangi Visco sebagai kakakku. Tapi orang yang selama ini aku panggil Mama tidak pernah sekalipun tulus menyayangiku, dia akan baik padaku jika ada Papa. Ya selalu seperti itu sampai detik ini. Saat kecil aku kira dia ibu tiri tapi pikiranku hilang ketika banyak orang kalau seorang ibu galak karena dia sayang. Tapi tidak, aku menyadari dua tahun lalu dia bukan wanita yang melahirkanku.” Jelas Yuri dengan tenangnya.
“Kamu sudah mengetahuinya? Apakah ayahmu yang memberitahukannya?”
“Nggak. Aku tahu dengan sendirinya.”
“Ini alasanmu?” Tanya dokter itu.
“Mungkin iya dan mungkin juga tidak. Aku tidak mengerti. Kuikuti permintaan wanita yang aku panggil Mama itu setiap saat, bahkan saat aku sudah tahu siapa dia, aku seperti bonekanya yang mengikuti apa perkataannya. Kadang aku ingin bicara pada Ayahku, aku tersiksa dan lebih baik mati. Tapi, aku lebih baik diam karena aku tidak ingin membebani ayahku. Dia begitu menyayangiku dan aku tidak ingin dia merasa bersalah karena aku menyembunyikannya selama bertahun-tahun.” Jelas Yuri sambil tersenyum pahit, dia menahan tangisnya. Entah mengapa Yuri bercerita hanya pada dokter ini, bukan pada orang lain. Dia pikir ketika dia tenang, dokter ini akan menceritakan pada ayahnya tentang kebahagiaannya. “Saat aku masih umur 14 tahun, saat itu aku menangis setelah mendapat perlakuan kasar wanita itu. Papa melihatku dan memintaku bercerita. Aku lihat dia khawatir, marah pada wanita itu, dan sedih melihatku. Ayah mengatakan akan menceraikan wanita itu jika dia menyakitiku. Lalu aku katakana, aku yang salah. Yah, aku tidak ingin berada pada keluarga yang hancur. Aku tahu masih ada ayahku yang menyayangiku.”
“Mengapa kamu menceritakannya pada saya?”
“Karena suatu saat jika aku tenang nantinya, dokter akan menyampaikan begitu sayangnya aku sama Papaku.” Yuri tersenyum cerah mendadak dan dokter itu justru meneteskan air mata.
“Apakah Visco tahu?”
“Dia hanya tahu aku tidak behubungan baik dengan wanita itu. Yah, ketika ada Visco, wanita itu diam. Aku tidak mengerti ketika itu tapi sekarang aku mengerti.” Tambahi Yuri. “Rasanya sudah habis jam makan siang dokter dan sekarang anda diposisi dokter lagi. “Hah leganya aku sudah bercerita dan mungkin aku akan tenang.” Kata Yuri lalu beranjak meninggalkan ruangan dokter itu.
“Bukankah beberapa hari lagi ulang tahun ayahmu?”
“Benar sekali dok dan juga kelulusanku setelahnya. Aku mulai lega.” Yuri tertawa ceria lalu dia menghilang dari ruangan itu.
Dia ada disana, dirumah sakit ayahnya membawa kue ulang tahun untuk ayahnya. Diciumnya pipi ayahnya hari itu. Dipeluknya ayahnya itu dan dia menangis.
“Aku bahagia Pa, semoga Papa panjang umur dan selanjutnya Papa akan baik-baik aja tanpa aku.” Kata Yuri.
“Kamu sudah mau lulus SMA dan apakah akan jauh dari Papa?” tanya Ayahnya, Yuri menggangguk lalu memeluk ayahnya lagi. “Bukankah besok kelulusanmu? Papa membiarkanmu memilih jalanmu tanpa paksaan.”
“Benarkah itu Pa? Apapun itu?”
“Ya Papa tahu kamu tidak ingin menjadi dokter. Pilihlah jalanmu, jalan yang kamu suka, yang membuatmu bahagia.”
“Wah yang ulang tahun Papa kok yang dapet hadiah aku sih? Ini hadiah untuk kelulusanku Pa?”
“Ya.” Ayahnya tersenyum.
“Hm padahal aku belum nyiapin hadiah buat Papa-lah.”
“Papa tau kamu sibuk. Papa maklumi itu dan Papa nggak butuh hadiah, yang Papa inginkah adalah kebahagiaan kamu.” Martin kembali memeluk Yuri.
Pengumuman kelulusan tinggal detik-detik terakhir. Yuri masih di wc sekolah, dia mual-mual dan muntah-muntah lagi, dia tidak kuat untuk berjalan. Semuanya terasa sakit tapi Yuri harus kuat hari ini, hanya untuk hari ini. Sudah cukup dia terus menutupi ini dari Ayahnya, teman-temannya, dan semua orang yang disayangi. Kali ini dia tidak sanggup untuk menutupinya lagi tapi masih ada waktu untuknya sekedar tertawa pada teman-temannya merayakan kelulusan.
“Yur,” Kata Stevani. “Lo baik-baik ajakan?” tanya Stevani, Yuri tidak menjawab.
Yah, semua disekolah lulus kecuali Yuri. Nilainya bahkan ada yang satu koma sekian. Itu benar-benar mengejutkan. Seorang siswa yang dikenal pintar bisa mendapatkan sesuatu yang terburuk. Tapi tidak bagi Yuri, dia tersenyum. Ditengah lapangan dia berjalan, orang-orang memberikan jalan dan melihatnya yang tersenyum ceria seakan dia lulus. Yuri pulang dan disambut keluarganya kecuali ayahnya yang sedang dirumah sakit. Diberikan surat itu pada Visco, kakaknya dan seketika Visco lemas melihat semua itu.
“Dek, lo becanda kan?” tanya Visco, Yuri menggeleng sambil tertawa kecil.
“Bukankah ini lucu? Gua seneng banget sama hasil gua kak.” Jelas Yuri tersenyum ceria lalu Ibunya menamparnya. Dia merasa marah beserta malu tapi tamparan itu justru diterima dengan senyuman oleh Yuri.
“Hah tamparan ini sering aku dapat jadi untuk apa aku kesal? Lebih baik aku tersenyum bukan? Selama ini Mama tidak pernah membuatku tersenyum, itu hanya palsu, kau berdiri diatas kebohongan. Memang kau tidak pernah melukaiku secara fisik, tamparan dan pukulan itu tidak melukaiku tapi aku tidak pernah melawanmu walau hatiku sudah retak.” Kata Yuri tersenyum kembali. “Namun kali ini untuk terakhir kalinya kau melakukan ini. Bahkan kau tidak berhak menyentuh kulitku sedikitpun! Kebohonganmu rasanya sudah cukup sampai disini. Kau tidak berhak memarahiku, darahmu tidak mengalir ditubuhku jadi apa hak-mu melakukan itu semua? Apa hak-mu?” Yuri menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Wanita itu hanya diam tidak bicara sedikitpun.
“Dek, sejak kapan?” Tanya Visco.
“Lo baik kak, lo kakak gua tapi mungkin gua lebih seneng jika Tuhan nakdirin gua nggak ketemu lo dan wanita ini. Mungkin hidup gua akan lebih baik.” Kata Yuri santai lalu duduk disofa, pandangannya mulai kabur lagi dan dia tidak bisa berdiri lebih lama, kepalanya terlalu sakit.
“Kau tidak ada hak mengatur hidupku, menyiksaku lebih lama lagi, cukup sudah aku menahannya sejak aku tahu semua ini. Sudahlah, kau bukan siapa-siapa dihidupku lagi dan aku akan menjauh darimu, dari tekanan batinku.” Kata Yuri lalu berdiri dan menuju kamarnya.
“Apakah yang dikatakan Yuri benar!” Martin datang begitu marahnya, dia sudah ada disana sejak awal, dia mendengar semuanya dan tidak menyangka akan apa yang didengarnya, kejutan yang dibawanya untuk Yuri sudah tidak ada gunanya lagi. Yuri yang mendengar Ayahnya marah hanya diam dan tetap jalan menuju kamarnya. “Aku tidak menyangka kau melakukan ini pada anakku!” kata Martin lalu mengejar Yuri kekamarnya.
“Sayang,” panggil Martin.
“Masuk aja Pa, nggak dikunci.” Kata Yuri yang sedang duduk didepan komputer. “Ada apa Pa?”
“Kamu menyembunyikannya dari Papa sayang?” Martin memeluk anaknya tersebut, dia sedih dan khawatir dengan keadaan putrinya tersebut. “Kamu baik-baik saja sayang?”
“Ya Papa, aku baik-baik saja. Aku nggak sakit kok Pa, tenang aja dan besok aku akan bisa tersenyum buat Papa. Setidaknya aku lepas dari wanita itu yang selama ini membuat batinku tersiksa. Aku lega sudah mengatakan semuanya. Aku tidak ingin besok bertemu dia kembali Pa.”
“Iya sayang. Papa akan memastikan kamu tidak akan melihatnya besok pagi. Papa menyayangimu. Kecurigaan Papa benar. Dulu kamu cerewet dan beranjak dewasa kamu mulai pendiam, Papa sudah mencurigainya hati kamu terluka.”
“Udahlah Pa, nggak usah dibahas. Aku sudah dapat memastikan juga kok besok nggak akan ngeliat wanita itu lagi. Hah lega banget. Em Papa nggak marah kan soal hari ini?”
“Nggak sayang. Papa nggak akan pernah marah sama kamu. Masih ada ujian susulan.”
“Nggak ada ujian susulan deh kayaknya Pa. Hehe becanda.” Yuri tertawa lalu mencium pipi ayahnya. “Yuri mau tenangin diri Pa hari ini. Besok pagi Papa bisa liat senyum Yuri lagi kok.”
“Baiklah sayang.” Martin kembali memeluk anaknya, dia tahu harus membiarkan Yuri untuk tenang, Yuri butuh ketenangan sesaat. “Besok kamu tidak perlu menyapa wanita itu.”
“Baiklah. Janji ya Papa jangan khawatir, Yuri akan tenang kok besok pagi. Janji.” Yuri tertawa
Dia membuka dokumennya, dokumen rahasia yang selama ini dia beri pasword. Tulisan-tulisan mengenai hidupnya. “Rasanya akan aku selesaikan. Aku harap besok pagi sudah selesai.” Kata Yuri pada dirinya sendiri. Tulisan-tulisan itu cerita hidupnya sejak dia kecil sampai akhirnya seperti ini.
Semalaman Yuri tidak tidur, dia terus menulis demi mencapai targetnya untuk selesai dan pukul empat pagi dia menyelesaikannya. Yah, ayahnya tertidur disofa yang disiapkan didepan kamar Yuri. Dia masih khawatir dengan keadaan anaknya.
Tulisan itu dia pindahkan ke blog-nya, dia terbitkan untuk memberikan jawaban kepada orang-orang yang disayanginya. Kepada Dion khususnya dan juga Stevani.
“Dion!” Teriak Stevani ditelfon. “Lo udah liat entri baru dib log-nya Yuri?”
“Semaleman gua nggak tidur. Gua khawatir sama Yuri, dan ini udah separo gua baca. Siapa tau karena dia nggak lulus curhat lewat jejaring sosial, gua liat facebook, twitter, dan yang lainnya sepi-sepi aja tapi ini dia lagi cerita di blog-di-di-blog-nya.” Kata Dion terbata-bata ketika hampir selesai membaca curhatan Yuri.
‘Ketika kalian selesai membacanya, aku sudah tenang. Aku tidak pergi karena penyakitku tapi aku menenangkan diri. Aku harap kalian langsung membacanya dan aku ingin kalian langsung datang memberikan selamat padaku, memberikan pesta untukku dengan membawa rangkaian mawar putih. Aku sudah tenang disini, bersama awan biru, rayakanlah dan datang padaku untuk memberikan bunga itu’ kata Yuri ditulisan paling bawah sebagai tambahan.
“Lo udah baca kan? Gua udah didepan ruamh lo. Keluar dan mawar putihnya udah gua bawa.” Kata Stevani.
Mereka disana, dirumah Yuri pagi buta.
“Om maaf mengganggu.” Kata Dion dengan wajah sedih dan tanpa harapan.
“Sepagi ini kalian ada disini?” tanya Martin. “Ada hal yang begitu mendadak?”
“Ini permintaan Yuri untuk merayakan suatu hal om.” Jelas Stevani.
“Ngapain kalian pagi buta disini? Biarin Yuri tidur.” Kata Visco marah karena dia merasa mereka mengganggu Yuri.
“Maaf kak. Ini permintaan Yuri. Pintu kamarnya dikunci nggak kak?” tanya Stevani yang tidak bisa menahan air matanya.
“Masuklah jika itu permintaannya.”
Keduanya perlahan membuka kamar Yuri. Suasana tenang, mereka tidak mengganggu. Martin dan Visco menunggu diluar, mungkin saja Yuri ingin bercerita pada mereka.
Diletakkan mawar putih itu disamping Yuri yang sedang tertidur dengan tenangnya. Mereka meneteskan air mata sambil tersenyum, itulah permohonan Yuri agar mereka tetap tersenyum. Jawaban-jawaban itu sudah mereka temukan. Mengapa Yuri diam, megapa Yuri berubah dan bersikap aneh ternyata dia membutuhka ketenangan. Ketenangan itu sudah dia dapat.
“Akhirnya lo bisa tenang. Gua ngerti setelah baca cerita lo. Gua harap dengan ini lo tenang disana. Kita selalu doa’in yang terbaik buat lo.” Ucap Stevani menangis. Martin belum menyadari akan hal itu, begitupun Visco.
“Sayang, yah kamu tahu perpisahan kita seharusnya nggak seperti ini tapi kamu-pun tahu aku pernah mengatakan kalau ini takdir tuhan, akan aku terima dan doa’ku selalu untukmu. Asal kamu tahu, cintaku sampai detik ini masih padamu.” Lalu Dion mencim kening Yuri.
“Yuri ada didalam?” Tanya dokter yang tahu penyakit Yuri dan juga teman ayahnya.
“Ya, ada apa kamu kemari?” tanya Martin. “Apakah kamu tahu dia tidak lulus?”
“Bukan!” kata dokter itu. “Aku khawatir dengannya. Semalaman aku tidak bisa tidur kerena dia bilang ketenangannya setelah ulang tahunmu dan pengumuman kelulusannya.”
“Maksudmu?”
“Lihatlah blog anakmu. Dia selalu membuatku tidak bisa tidur sejak beberapa hari lalu. Bukan karena dia pasienku tapi karena dia anakmu dan karena ketegarannya.”
“Aku tidak mengerti.” Kata Martin tapi dokter itu mengabaikan dan langsung ke kamar Yuri dengan membawa mawar putih.
“Selamat.” Kata dokter itu pada Yuri yang terbaring dengan senyumnya.
“Mengapa ada darah? Yuri? Kamu diam saja? Yuri.” Martin memandang anaknya yang sudah pucat dan penuh darah ditangannya. Bagaimana bisa? Semalaman dia menjaga Yuri didepan kamarnya dan tidak ada suara Yuri sedikitpun yang kesakitan. Bagaimana bisa?
“Lihatlah om. Dia begitu tenang dan tersenyum. Rasanya semua keinginan Yuri sudah terpenuhi, dia hanya ingin hidupnya tenang.” Jelas Stevani sambil tersenyum dengan air matanya. “Tuhan nggak ngabulin permintaan dia untuk kembali disisinya dan pada akhirnya, Yuri datang sendiri kesisi Tuhan.”
“Kamu pasien terbaik yang pernah saya temui. Tuhan pasti menerimamu disisinya.” Kata dokter itu.
“Apa arti semua ini? Apa ini sebuah drama? Apa artinya?” Martin meneteskan air mata. Dia langsung terduduk dilantai, menatapi Yuri yang sedang tidur tenang tapi tidak ada hembusan udara dari hidungnya.
“Sayang, izinkan aku membersihkannya.” Ucap Dion yang juga sedih. Dia membersihkan darah pada tangan Yuri. Sakit rasanya tapi bagi Dion inilah jawaban atas semuanya. Dan pikir Dion, ini lebih baik dari pada wanita yang dicintainya itu hidup tapi tidak pernah tenang. “Aku akan membiarkanmu disana. Kamu selalu bilang lelah dan ingin tenang. Disana kamu akan tenang, akan banyak yang menjagamu, akan banyak yang menyayangimu lebih dari pada saat kamu disini.”
“Ada apa ini?” Tanya Visco. “A…ap..apa yang terjadi?” tanya Visco lagi didekat pintu kamar Yuri. Dia langsung lemas dan tidak banyak bicara lagi.
Pagi itu Yuri-pun langsung dimakankan karena itu permintaannya. Dia ingin segera tenang dirumah barunya, rumahnya yang abadi, rumahnya yang menenangkan hatinya, rumah barunya yang sejuk dan selamanya dia tidak akan tersakiti.
“Aku tidak pernah menyangka ini.” Kata Martin pada dokter itu. “Mereka bilang Yuri menuliskan kisahnya diblog-nya tapi aku tidak berani membukanya.”
“Harusnya kau sadar betapa besar cinta Yuri padamu. Dia anak yang baik.” Kata dokter itu.
“Aku lupa menanyakannya. Kau memang mengenal Yuri tapi sebelumnya kau bilang dia pasienmu. Bisa kau jelaskan?”
“Lihat-lah blog-nya setelah itu akan aku perjelas lebih banyak. Kau yang dokter saja tidak mengetahui penyakit anakmu, rasanya hidup Yuri begitu menyakitkan dan ini jalan terbaik untuknya pergi.”
Mereka disana, teman-teman Yuri dan mereka membawa mawar putih serta ucapan selamat untuk Yuri. Itu semua permintaan Yuri karena mereka-pun tahu apa alasan Yuri seperti ini. Hidupnya akan lebih baik disisi Tuhan ataupun dineraka, setidaknya hatinya tidak tersakiti.
Martin lebih sadar lagi ketika melihat cerita Yuri pada blog-nya dan dia tidak pernah menyangka dengan apa yang dia baca. Tapi, itulah yang harus diterimanya. Ini sudah keputusan Yuri untuk mencari ketenangan pada dunia lain. Dokter itupun membantu penjelasan dan pada akhirnya hanya ada penyesalan yang terjadi.
‘selamat tinggal cinta, kan kubawa kau sampai kesurga. Aku mencintaimu dan cintaku hanya untukmu, cinta. Tahukah kamu akan itu? Kamu tahu dan aku tenang telah membawa hatiku yang pernah mencintaimu’ Yuri tersenyum ditengan perjalanannya menuju rumah barunya.
“Akan kubiarkan kamu tinggal dihatiku sayang. Alasanmu, semua jawabanmu tentang pertanyaan itu dapat aku mengerti. Rasanya benar, kamu lelah dan maafkan aku telah membuatmu banyak berpikir. Seharusnya aku tidak membebani pikiranmu. Kurasa kepalamu sakit akan itu. Kubiarkan kamu disana sayang, kamu akan bahagia bersama pada malaikat-malaikat yang akan menjagamu.” Dion tersenyum sambil melangkah meninggalkan makam Yuri. Dia masih disana sampai malam tiba, dia baru pergi. “Aku yakin kamu masih disini tadi melihatku. Kamu pasti disini, dihatiku dan disana kamu memandangku. Janjiku akan kau lihat, aku akan tersenyum untuk orang lain selain dirimu. Tapi sayang, jujur namamu akan selamanya dihatiku dan disurga kita akan dipertemukan dalam satu cinta.” Dia melangkah, menjauh dari makam Yuri dengan senyuman yang berat. Itu semua demia Yuri, untuk cintanya dan untuk hatinya selamanya.

--TAMAT--

*Martin=ayahnya
Dion=pacar
Yuri=tokoh
Stevani=sahabat
Visco=kakaknya

 Oleh : Aula Nurul Ma'rifah
           SMA N 13 Bandar Lampung

Pengertian Budaya Politik

Kami mengerjakan tugas tentang Pengertian Budaya Politik dimana akan di bahas tentang berbagai pengertian dari berbagai pendapat para ahli. Akan tetapi kami memiliki tujuan tersendiri untuk mendiskusikan tentang pengertian budaya politik. Bukankah budaya ini tidak tumbuh begitu saja atau muncul begitu saja?

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi tumbuhnya budaya politik. Lalu bagaimana masyarakat menyikapinya dan menjadikan itu suatu budaya yang di pelajari dalam kehidupan sehari-hari?

Sesuatu yang berhubungan dengan politik tentu saja berhubungan dengan suatu individu, kelompok, sampai negara. Yang pada intinya manusia selalu berhubungan dengan politik

Maka, dari sinilah kami membahasnya karena banyak hal yang terjadi mengenai budaya yang di sebut budaya politik.

Kami membahas tentang hal-hal yang melatarbelakangi adanya budaya politik lalu bagaimana kami mendiskusikan tentang hal tersebut. Lalu kami juga memberikan kesimpulan tentang sebuah arti budaya politik dan memberikan saran tentang suatu budaya di praktikkan dalam ruang lingkup negara.

Hasil diskusi kami, pendapat tentang materi tugas ini, dan saran kami untuk budaya politik di Indonesia belum sepenuhnya benar atau ’mungkin’ banyak kesalahan karena kami baru mempelajarinya sedikit. Dan kami harap, bapak guru dan teman-teman bisa memakluminya.


Hormat kami


Kelompok 1

-         Aula Nurul Ma’rifah
-         Ari Amelia
-         Dessy Maya Sari
-         Ari Widia
-         Aby prasetyo
-         Ade Fernando
-         Dhita Indah Prameswari
-         Eni Maryani

Sumber :

- Buku Kewarganegaraan Kelas I SMA Pengarang: BAMBANG SUTENG S. Tahun: 2007 Penerbit: Erlangga

- Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 2 SMA pengarang Budiyanto. Ktsp 2006 Penerbit: Erlangga


















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tentunya kita pernah menyaksikan secara langsung maupun tidak langsung melalui televise dan media massa lainnya pelaksanaan pemilu, pilkada, demonstrasi, kerusuhan, kampanye partai politik, dan bahkan penculikan-penculikan aktivis-aktivis politik. Pola-pola perilaku tersebut menyangkut kehidupan bernagara, pemerintahan, hukum, adat istiadat dan lainnya yang disebut sebagai budaya politik.
Sebagai warga Negara Indonesia, kita harus memahami budaya politik yang demokratis berdasarkan pancasila dan UUD 1945 agar kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki. Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan Negara dan cara melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut peraturan, pembagian, atau alokasi sumber-sumber yang ada. Kebijakan-kebijakan umum hanya dapat dilakukan dengan kekuasaan dan untuk memperoleh kekuasaan itulah diperlukan sarana politik yang disebut partai politik.
1.2 TUJUAN
Selain tujuan sebagai tugas PKN di kelas XI IPA 2, tujuan dari makalah ini adalah agar kita mengerti apa itu politik dan bisa menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BUDAYA POLITIK
1. Pengertian budaya politik
a. Pengertian budaya
Secara etimologis, istilah kebudayaan berasal dari beberapa bahasa, antara lain: Culture (Bahasa Inggris) artinya budaya, Colore (Bahasa Latin) artinya budaya, dan Akhlaq (Bahasa Arab) artinya peradaban atau budi.
Kata “kebudayaan” berasala dari bahasa Sanskerta yaitu buddhaya yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, artinya akal. Selanjutnya dikembangkan menjadi kata budidaya yang artinya kemampuan akal budi seseorang ataupun sekelompok orang.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sisitem gagasan, tindak dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan cara belajar. Sedangkan menurut Moh. Hatta , kebudayaan adalah ciptaan dari suatu bangsa.
Menurut Zoetmulder, kebudayaan adalah perkembangan terpimpin oleh manusia budayawan dari kemungkinan-kemungkinan dan tenaga-tenaga alam terutama alam manusia, sehingga merupakan satu kesatuan harmonis.
Salah satu unsure kebudayaan yang bersifat universal adalah system kemasyarakatan yang didlamnya terdapat organisasi kekuasaan atau politik. Kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat dan selalu berkembang dalam upaya memenuhi segala kebutuhan masyarakat.
b. Pengertian Politik
Pada umumnya istilah politik dapat diartikan sebagai bermacam-macam kegiatqn dalam suatu system politk atau Negara yang menyangkut proses menetukan tujuan-tujuan dari system itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik menyangkut tujuan-tujuan seluruh masyarakat, termasuk kegiatan berbagai kelompok baik partai poltik maupun individu. Konsep-konsep pokok politik adalah Negara, kekuasaaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan pembagian kekuasaan.
Pengambilan keputusan menyangkut seleksi antara beberapa alternative dan penyusutan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu, perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan dipakai, baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin akan timbul dalam proses tersebut.
Pengertian Budaya Politik
Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitenya. Seperti juga di Indonesia, menurut Benedict R. O’G Anderson, kebudayaan Indonesia cenderung membagi secara tajam antara kelompok elite dengan kelompok massa.
Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan, bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik.
Berikut ini adalah beberapa pengertian budaya politik yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk lebih memahami secara teoritis sebagai berikut :
a. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.

b.   Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka, atau tertutup.

c.   Hakikat dan ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip dasar yang melandasi suatu pandangan hidup yang berhubungan dengan masalah tujuan.

d.   Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan), sikap terhadap mobilitas (mempertahankan status quo atau men­dorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan ekonomi atau politik).
Dengan pengertian budaya politik di atas, nampaknya membawa kita pada suatu pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu. Dengan orientasi yang bersifat individual ini, tidaklah berarti bahwa dalam memandang sistem politiknya kita menganggap masyarakat akan cenderung bergerak ke arah individualisme. Jauh dari anggapan yang demikian, pandangan ini melihat aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan akan adanya fenomena dalam masyarakat secara keseluruhan tidak dapat melepaskan diri dari orientasi individual.

2. Manusia sebagai Insan politik
a. Hakikat Manusia
Sebagai makhluk social, setiap manusia mempunyai hasrat untuk hidup bersama sehingga muncul kelompok-kelompok. Timbulnya kelompok-kelompok terseebut disebabkan oleh dua sifat manusia yang bertentangan satu sama lain. Di satu pihak dia ingin kerjasama, tetapi dilain pihak, dia cenderung untuk bersaing dengan sesame manusia. Akan tetapi, manusia mempunyai naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan orang lain secara rukun.
Dimasa modern ini hampir dapat dipastikan bahwa tidak seorang pun dapat melepaskan diri dari pengaruh politik, seseorang dapat saja mengalami dampak dari berbagai bentuk dan tahapan proses politik. Setidaknya, salah satu dari bentuk proses politik, seperti konflik, manipulasi sumber kekuasaan, paksaan, dan tawar menawar politik dapat mempengaruhi seseeorang dalam waktu tertentu. Namun demikian, kadar pengaruh poltik terhadap setiap orang tidaklah sama, kesediaan menerima pengaruh dan kekuatan diri untuk menghindar akan menentukan gradasi pengaruh olitik terhadap individu. Berbeda dengan posisi seseorang terhadap pengaruh prosese politik, di sisi lain terdapat kemampuan setiap orang untuk mempengaruhi proses politik. Apabila seseorang tidak luput dari pengaruh politik maka hanya orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan mempengaruhi proses politik. Mereka itu adalah orang yang menguasai sumber daya dan teknologi politik serta mempunyai tekad atau daya juang.
b. Hubungan Manusia dengan Politik
Secara etimologis, poltik berasal dari kata “polis” yang berarti Negara kota, yaitu suatu kelompok manusia yang terorganisir yang menepati suatu wilayah tertentu sebagai tempat tinggal bersama untuk mewujudkan kesejahteraan umum.
Politik juga diartikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan yang mengandung pengertian adanya hubungan dan kerja sama yang meliputi hubungan setiap individu dengan yang lainnya, hubungan individu atau kelompok individu dengan Negara, dan hubungan Negara dengan Negara. Jadi, politik dalam arti luas berkaitan dengan pemerintahan, sisitem kekuasaan untuk mengatur hubngan individu dan kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan antara Negara dengan Negara. Didlamnya juga terdapat bentuk, cara memperoleh, dan lembaga-lembaga kekuasaanserta pelaksanaan hak-hak warga Negara dalam turut serta dan berperan dalam mengambil keputusan.
c. Suasana Kehidupan Politik Suatu Bangsa
Suasana kehidupan politik suatu bangsa dapat dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, suasana kehidupan politik pemerintahan yang berkaitan dengan kehidupan lembaga-lembaga Negara, fungsi dan wewenang serta hubungan kewenangan antar lembaga Negara yang ada. Kedua, suasana kehidupan politik rakyat yang berkaitan dengan pengelompokkan warga Negara atau anggota masyarakat kedalam berbagai macam golongan yang biasanya disebut sebagai kekuatan social poltik. Peran rakyat sebagai pelaku politik berfungsi sebagai input yang berwujud keinginan, harapan, dan tuntutan.
Suasana kehidupan politik pemerintahan biasanya disebut suprastruktur politik. Dan sebaliknya suasana kehidupan politik rakyat disebut infrastruktur politik. Suprastruktur politik terdiri atas lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif. Sementara infrastruktur politik didalamnya terdiri atas beberapa asosiasi atau kelompok pertain politik (political party), kelompok kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure group), media komunikasi politik (media of political communication), kelompok wartawan (journalism group), kelompok mahasiswa (student group), dan para tokoh politik (political figures).
d. Pendidikan politik
Panggabean memberikan batasan pendidikan politik sebagai cara suatu masyarakat mentransfer kultur politiknya dari generasi ke generasi. Kultur politk adalah keseluruhan paduan dari nilai, keyakinan empiric, dan lambing-lambang ekspresif. Nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai instrinsik yang terkandung didalam pancasila dan UUD 1945. Keyakinan empiric ialah keyakinan fundamental yang dihayati masyarakat mengenai sifat hakikat dari system politik yang dianggap memadai dengan pandangan hidup masyarakat yang bersangkutan.
2.2 BUDAYA POLITIK YANG BERKEMBANG DALAM MASYARAKAT INDONESIA
1. Masyarakat Politik
a. Definisi Negara
Berbicara soal masyarakat politik sebenarnya juga membahas masalah Negara. Negara timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka ragam yang menyebabkan mereka harus bekrja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kerja sama ini timbul karena setiap orang tidak mampu memenuhi kebutuhannya secara sendiri-sendiri. Karena itu, sesuai dengan kecakapan mereka masing-masing, tiap orang mempunyai tugas sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan mereka. Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau Negara. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik. Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan masnisia dalam masKesatuan mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau Negara. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik. Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan masnisia dalam masarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
b. Sifat-sifat Negara
Menurut Miriam Budiardjo, pada umumnya setiap Negara mempunyai tiga sifat, yaitu memaksa, monopoli, dan mencangkup semua.
Ø Sifat memaksa, maksudnya agar peraturan perundang-undangan ditaati dalam rangka mewujudkan ketertiban masyarakatsehingga Negara memiliki sifat memaksa. Nagara memiliki kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu antara lain polisi, tentara, dan jaksa. Sifat memaksa ini berbeda dengan organisasi lainnya karena aturan-aturan yang dikeluarkan oleh ngara lebih mengikat.
Ø Sifat monopoli, maksudnya Negara berhak memonopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Negara dapat melakukan tindakan apapun demi kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat.
Ø Sifat Mencangkup Semua, (all encompassing, all embrassing), maksudnya semua peraturan perundang-undangan disusun dan berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Misalnya, peraturan tentang pajak yang ditujukan untuk semua warga Negara. Sifat mencangkup ini sangat penting untuk diperhatikan karena setiap langkah yang dilakukan oleh pemerintah harus dipahami dan dipatuhi oleh setiap warga Negara.
c. Tatanan Kehidupan Masyarakat Politik
Dalam perkembangannya kehidupan masyarakat selalu mengalmi perubahan-perubahan baik positif amupun negative. Hal ini disebabkan manusia sebagai anggota dari masyarakat selalu berkembang secara dinamis yang memungkinkan terciptanya suatu kondisi tertentu yang diinginkan. Dalam upaya mencapai kondisi itu, tidak jarang diliputi suasana-suasana konflik.
Manusia hidup dalam suasana kerjasama, sekaligus suasana antagonistis dan penuh pertentangan. Konflik-konflik ideologis berbagai golongan di masyarakat Indonesia khususnya, telah menjadi sebab timbulnya kesulitan-kesulitan untuk mengembangkan aturan permainan (rules of the game). Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila konflik-konflik ideologis tersebut tumbuh berdampingan dengan timbulnya konflik-konflik yang bersifat politis akibat pertentangan-pertentangan didalam pembagian status, kekuasaan, dan sumber-sumber ekonomi yang terbatas dalam masyarakat.
Ada beberapa indikasi yang biasa dipakai oleh para ahli ilmu-ilmu social untuk menilai intensitas pertentangan-pertentangan politik dalam suatu masyarakat.
a) Demonstrasi, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah orang yang dengan tidak menggunakan kekerasan untuk melakukan protes terhadap suatu rezim, pemerintah, pejabat pemerintah, ideology, kebijaksanaan yang sedang dilaksanakan atau bahkan baru direncanakan. Misalnya, demo menolak kenaikan harga BBM, demo menuntut pengusutan kasusu-kasu hak asasi manusia, dan lain sebagainya.
b) Kerusuhan, kerusuhan dalah pada dasarnya sama dengan demonstrasi. Bedanya, kerusuhan menggunkan kekerasan secara fisik yang biasanya diikitu pengrusakan barang-barang, pemukulan atau bahkan pembunuhan. Cirri lain yang membedakan kerusuhan dari demonstarsi adalah kenyataan bahwa kerusuhan terutama ditandai oleh spontanitas sebagai akibat dari suatu insiden dan perilaku kelompok yang kacau. Misalnya, kerusuhan Mei 1998, kerusuhan 27 Juli 1996, atau peristiwa 27 Juili, kerusuhan Poso, dan sebagainya.
c) Serangan bersenjata, (armed attack), yakni suatu tindakan kekerasan yang dilakukan untuk kepentingan suatu kelompok tertentu dengan maksud melemahkan atau bahkan menghancurkan kekuasaan daari kelompok lain. Misalnya, konflik yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai akibat dari upaya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ingin melepaskan diri dari pangkuan NKRI.
d) Banyaknya jumlah kematian sebagai akibat dari kekerasan politik, misalnya penculikan dan pembunuhan dengan motif politik dan sebagainya.
Suatu integrasi nasional yang tangguh hanya akan berkembang diatas consensus nasional mengenai batas-batas suatu masyarakt politik dan system politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut. Pertama, merupakan kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dari suatu bangsa yang membedakan apakah seseorang termasuk sebagai warga dari suatu bangsa atau tidak. Kedua, merupakan consensus nasional mengetahui bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan. Suatu consensus nasional mengenai “sisitem nilai” yang akan mendasari hubungan-hubungan social diantara para anggota suatu masyarakat bangsa.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingkat ketahanan nasional di bidang politik, yaitu factor umum dan khusus. Factor umum merupakan factor yang mempengaruhi terciptanya ketahanan nasional dibidang ideology, ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan. Sedangkan factor khusus yang menentukan tingkat ketahanan nasional di bidang politik, meluputi sebagai berikut :
Ø Adanya ideology nasional yang dapat mewujudkan suatu realitas politik dan memiliki fleksibilitas yang dapat menyesuaikan dan mengisi kebutuhan dan tuntutan zaman. Ideology nasional harus benar-benar dimengerti, dipahami, diyakini, dihayati, dan diamalkan serta diamankan oleh seganap lapisan masyarakat.
Ø Adanya pimpinan nasional yang kuat dan berwibawa, mampu mengisi aspirasi dan cita-cita rakyat, serta mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari rakyat.
Ø Adanya pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien, mampu menyelenggarakan pemerintahan yang demoratis. Selain itu, mampu menyelenggarakan pembangunan dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan mampu melindungi seluruh tumpah darah dan segenap bangsa Indonesia sehingga tercipta suasana dan perasaan aman, bebas dari bahaya dan ketakutan.
Ø Adanya masyarakat yang mempunyai kesadaran politik, disiplin nasional, dan dinamika social yang tinggi sehingga tumbuh motivasi dan aktivitas konstruktif yang membangkitkan partisipasi aktif dalam pembangunan nasional.
1. Cara-cara Berpolitik dalam Masyarakat
Perkembangan demokrasi dewasa ini mempunyai dampak bagi kehidupan politik di Indonesia. Munculnya partai-partai politik turut menyemarakkan proses demokrasi. Akan tetapi, banyak hal yang harus dikaji ketika hubungan antara elit poltik dan massa pendukungnya belakangan ini seolah sekedar hubungan antara anak dan bapak yang belum dijiwai oleh semangat demokrasi itu sendiri. Masyarakat dalam menentukan figure-figur pemimpin bangsa kurang berpikir secara rasional karena masih bersikap paternalistis dan feodalistis. Hal ini sangat membahayakan bagi perkembangan suatu bangsa yang sarat dengan heterogenitas seperti Indonesia yang sangat membutuhkan ketahanan dan stabilitas politik.
Guna mewujudkan ketahanan politik sebagai kondisi kehidupan politik bangsa yang sehat, dinamis, dan mampu memelihara stabilitas politik perlu diupayakan adanya tata cara berpolitik yang didasarkan pada kenyataan obyektif bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara. Oleh karena itu, kehidupan politik dalam Negara harus benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.dalam system politik, Negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut Hak Asasi Manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak atas martabat kemanusiaan sehingga system politik Negara harus mampu menciptakan system yang menjamin hak-hak tersebut. Pengembangan politik Negara, terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus berdasarkan pada moralitas yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti halnya UU No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik dan UU No. 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum.
Pembentukan, pemeliharaan, dan pengembangan partai politik pada dasarnya merupakan salah satu pencerminan hak warga Negara untuk berkumpul, berserikat, dan menyatakan pendapat. Melalui partai politik, rakyat dapat mewujudkan haknya untuk menyatakan pendapat tentang arah kehidupan dan masa depannya dalam bermasyarakat dan bernegara. Partai politik merupakan komponen yang sangat penting dalam system politik demokrasi. Dengan demikian, penataan kepartaian harus bertumpu pada kaidah-kaidah kedaulatan rakyat, yaitu memberikan kebebasan, kesetaraan, dan kebersamaan. Melalui kebebasan yang bertanggung jawab, segenap warga Negara memiliki hak untuk berkumpul dan berserikat guna mewujudkan cita-cita politiknya secara nyata.
2. Penerapan Budaya Politik
Pelaksanaan budaya poltik secara demokratis perlu dipahami oleh setiap warga Negara Indonesia agar mampu mewujudkan cita-cita Negara. Menurut Miriam Budiardjo, penerapan budaya politik dapat dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai berikut :
Ø Menyelesaikan perselaisihan secara damai dan melembanga. Dalam setiap masyarakat terdapat beda pendapat serta kepentingan yang dalam alam demokrasi dianggap wajar untuk diperjuangkan. Perselisihan harus dapat diselesaikan melalui perundingan dan dialog terbuka untuk mencapai kompromi, consensus, atau mufakat.
Ø Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah. Perubahan social terjadi karena beberapa factor, seperti kemajuan teknologi, kepadatan penduduk, dan pola perdagangan. Pemerintah harus dapat menyesuaikan kebijaksanaannya terhadap perubahan-perubahan dan mengendalikannya.
Ø Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur. Dalam masyarakat demokratis, pergantian pimpinan atas dasar turunan, mengangkat diri sendiri, coup d’ etat dianggap tidak wajar.
Ø Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum. Golongan minoritas yang biasanya terkena paksaan akan lebih menerimanya apabila diberi kesempatan turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan.
Ø Mengakui dan menanggap wajar adanya kenekaragaman. Keanekaragaman tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan, dan tingkah laku, perlu terselengaranya masyarakat yang terbuka dan kebebasan politik yang memungkinkan timbulnya fleksibilitas dan tersedianya berbagai alternative dalam tindakan politik. Namun demikian, keanekaragaman tetap berada dalam kerangka persatuan bangsa dan Negara.
Ø Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokratis keadilan merupakan cita-cita bersama, walaupun sebagian kecil masyarakat ada yang merasa diperlakukan tidak adil.
System politik demokrasi Indonesia termasuk didalamnya adalah pembangunan partai politik, harus mengacu dan berpedoman kepada pancasila dan UUD 1945 sebagai pedoman sikap dan perilaku berpolitik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan partai politk harus memperhatikan pembangunan karakter politik karena sperti kita ketahui, politik berkarakter atau berwatak positif maupun negative. Berwatak positif, yaitu menghendaki terjadinya atau terwujudnya keadilan dan kebenaran. Berwatak negative, yaitu dalam usaha mewujudkan keadilan dan kebenaran kadang-kadang bersifat destruktif dan menggunakan segala cara asal tujuan tercapai. Didalam pembangnan partai politik juga menyangkut pembangunan fungsi partai politik itu sendiri, yaitu memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat, baik kepentingan politik, social, ekonomi, dan budaya baik didalam infrastruktur maupun suprastruktur.
2.3 PERAN SERTA BUDAYA POLITIK PARTISIPAN
1. Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan suatu hubungan timbal balik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dimana rakyat merupakan sumber aspirasi dan sumber pimpinan nasional. Komunikasi politik secara vertical maupun horizontal baik didalam suprastruktur maupun infrastruktur dimaksudkan untuk mewujudkan adanya pengertian-pengertian politik yang dapat diterima oleh semua pihak untuk terwujudnya tujuan politik. Adapun tujuan politik tidak dapat dilepaskan dari tujuan partai politik dan tujuan partai politik juga seharudnya adalah sama dengan tujuan politik yang termaktub dalam UUD Negara.
Tujuan politik yang sama antara partai politik denga tujuan Negara diharakan tidak akan terjadi kompetisi politik yang tidak sehat antar partai politik, mengingat tiap partai politik akan mempunyai disiplin politik, disiplin social, dan disiplin nasional. Setiap kegiatan partai politik tidak akan mengorbankan kepentingan-kepentingan nasional, ideology, dan Negara.
2. Partisipasi Politik
Demokrasi merupakan salah satu bentuk pelaksanaan budaya politik. Budaya politik di Indonesia pada hakikatnya telah melekat dalam system politik yang berlaku di Indonesia. Pada norma-norma, nilai-nilai serta ketentuan yang ada di Negara kita budaya politik selalu terkait dengan system politik yang berlaku yaitu demokrasi pancasila.
Peran serta masyarakat dalam budaya politik partisipan dapat diwujudkan melalui tindakan-tindakan berikut :
Ø Kemampuan berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dengan menggunakan hak poltitk dalam pemilu.
Ø Mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
Ø Memiliki toleransi yang tinggi terhadap perbedaan pendapat
Ø Berjiwa besar menerima kelebihan orang lain dan berlapang dada menerima kekalahan.
Ø Mengutamakan musyawarah yang menyangkut kepentingan bersama.
Ø Menyampaikan hak demokrasinya sebagaimana diatur dalam UU.
Ø Kemampuan berpartisipasi terhadap kegiatan dilingkungan
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Budaya politik merupakan perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, peneyelenggaraan administrasi negara. Sebagai bangsa yang berdaulat, kemampuan menjaga dan melindungi seluruh wilayah Negara dari berbagai ancaman dan gangguan baik berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, tidak dapat dihindari lagi. Pertahanan dan keamanan Negara republic Indonesia silaksanakan dengan menyusun, mengerahkan, menggerakkan serta seluruh potensi nasional, termasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi.

3.2 SARAN
Dalam berpolitik sebaikya dilakukan menurut kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang sesuai agar tercipta integrasi nasional. Karena bangsa Indonesia terrdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Atau sebaiknya jangan terjun ke politik mengingat berbagai resiko yang di timbulkan politik.  (Menurut Hasil Diskusi kami)


Rangkuman Hasil Diskusi
1.      BUDAYA POLITIK kelompok 1
2.      Pengertian
o        Menurut Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Isilah budaya politik terutama mengacu pada
§         Orientasi politik
§         Sikap terhadap sistem politik, dan bagian-bagian yang lain
§         Sikap terhadap peranan kita sendiri dalam sistem tersebut
3.      Pengertian Budaya Politik memadukan dua tingkat orientasi politik Sistem Individu
4.      Pengertian (Kesimpulan)
o        Konsep budaya politik lebih memberikan penekanan pada perilaku-perilaku nonaktual seperti orientasi, sikap, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan.
o        Hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah sistem politik, artinya budaya politik tidak terlepas dari sistem politik
o        Merupakan deskripsi konseptual yang menggambarkan komponen budaya politik dalam tataran masif, atau mendeskripsikan masyarakat di suatu negara atau wilayah bukan per individu.
5.      Manfaat Belajar Budaya Politik
o        Sikap warga negara terhadap sistem politik akan mempengaruhi tuntutan, tanggapan, serta orientasinya terhadap sistem politik
o        Hubungan antara budaya politik dengan sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan pergeseran politik dapat dimengerti
6.      Komponen Budaya Politik
o        Ranney
§         Orientasi kognitif
§         Oreitnasi afektif
o        Almond dan Verba
§         Orientasi kognitif
§         Orientasi afektif
§         Orientasi evaluatif
7.      Sistem politik terbagi 3 golongan objek (G. Almond dan S. Verba)
o        Peranan atau struktur khusus seperti legislatif, eksekutif atau birokrasi
o        Pemegang jabatan seperti pemimpin, monarki, legislator dan administrator
o        Kebijakan, keputusan atau penguatan keputusan, struktur pemegang jabatan
8.      Budaya politik berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan
o        Budaya politik yang memiliki sikap mental absolut
o        Budaya politik yang memiliki sikap mental akomodatif
o        Budaya politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur politik, sedangkan daya operasional struktur ditentukan oleh konteks kultural tempat struktur itu beradfa


Earning Per Share

a.      Definisi Earning Per Share Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberik...